LEMBAR KERJA SISWA
II
MATA PELAJARAN
BAHASA INDONESIA
GURU
MATA PELAJARAN
NANANG ARIFIN, S.Pd.
KOMPETENSI
DASAR
3.1
Mengidentifikasi laporan hasil observasi yang dipresentasikan dengan lisan dan
tulis.
3.2
Menganalisis isi dan aspek kebahasaandari minimal dua teks laporan hasil
observasi.
4.1
Menginterpretasi isi teks laporan hasil observasi berdasarkan interpretasi baik
secara lisan maupun tulis.
4.2
Mengkonstruksikan teks laporan dengan memerhatikan isi dan aspek kebahasaan
baik lisan maupun tulis.
MATERI PEMBAHASAN
C. Menganalisis Kebahasaan Teks Laporan Hasil Observasi
a. Menganalisis
Kebahasaan Teks Laporan Hasil Observasi
1.
Kata serta Frasa Verba dan Nomina
Jenis
kata dan kelompok kata (frasa) yang dominan digunakan dalam sebuah teks laporan
hasil observasi adalah verba (kata kerja) dan nomina (kata benda).
a. Verba
(Kata Kerja)
Kata yang menyatakan perbuatan atau pekerjaan
(biasanya menjadi predikat dalam kalimat)
Cirri-ciri:
Dapat berkombinasi dengan kata (belum, sedang, akan,
hendak dan telah)
Contoh:
Belum Belum
Pergi
PERGI
Hendak Hendak
Pergi
Telah Telah
Pergi
Jenis Verba:
1. Material
Kata kerja berimbuhan yang mengacu perbuatan fisik
Contoh: melihat, menulis, menangkap, membajak,dll
2. Tingkah
Laku
Suatu
tindakan yang dilakukan dengan ungkapan
Contoh:
memahami, yakin, ingin, dll.
3. Kejadian
Mengungkapkan suatu peristiwa yang menimpa Subjek
dimana verba tersebut menjadi predikat dalam klausa.
b. Nomina
(Kata Benda)
Menyatakan nama semua benda atau segala sesuatu yang
dibendakan, bisa berupa kata dasar (rumah, mobil,dll.) bisa berupa kata turunan
(kata berimbukan, kata ulang, kata majemuk. dll.).
Ciri-ciri dapat berkombinasi dengan kata Bukan.
Contoh:
Guru Bukan Guru
Bukan Perintah Bukan Perintah
Diskusi Bukan Diskusi
2. Afiksasi
Dalam kegiatan berbahasa, kata yang digunakan dapat berupa kata dasar atau kata
bentukan. Kata dasar adalah kata yang belum mendapat imbuhan, pemajemukan, atau
pengulangan. Kata bentukan adalah kata yang telah mendapat imbuhan (afiksasi),
pengulangan (reduplikasi), dan
pemajemukan ketika digunakan.
Kata
yang mendapat proses pengimbuhan dapat berubah jenis. Misalnya, kata berjenis
verba dapat berubah menjadi nomina jika mendapat imbuhan. Contoh, kata “minum”
(verba) mendapat imbuhan “– an” menjadi “minuman” (nomina).
Suatu
kata dasar dapat berubah menjadi verba jika mendapat imbuhan me(N)-, be(R)-,
di-, bahkan terkadang ter- atau ke-an. Sementara itu, kata dasar yang sama
dapat berubah menjadi nomina jika diberi imbuhan pe(N)-, pe(R)-, -an, atau
terkadang ke-an.
Contoh
Afiksasi :
No |
kata |
jenis |
imbuhan |
Kata
dasar |
|
No |
kata |
jenis |
imbuhan |
Kata
dasar |
|
1 |
disebut |
verba |
di- |
sebut |
1 |
pertunjukan |
nomina |
pe(R)-an |
tunjuk |
verba |
|
2 |
menakutkan |
verba |
me(N)-kan |
takut |
2 |
menguasai |
verba |
meN-i |
kuasa |
verba |
|
3 |
kemampuan |
nomina |
ke-an |
mampu |
3 |
berbeda |
verba |
ber- |
beda |
verba |
|
4 |
getaran |
nomina |
-an |
getar |
4 |
bereproduksi |
verba |
ber- |
reproduksi |
verba |
|
5 |
menyusui |
verba |
me(N)-i |
susu |
5 |
dikenal |
verba |
di-i |
kenal |
verba |
|
5 |
berasal |
verba |
be(R)- |
asal |
6 |
membantu |
verba |
me-an |
bantu |
verba |
|
7 |
mengisap |
verba |
me(N)- |
isap |
7 |
menjauhkan |
verba |
meN-k |
jauh |
adjektiva |
|
8 |
menggigit |
verba |
me(N)- |
gigit |
8 |
menunjukkan |
verba |
meN-kan |
tunjuk |
verba |
|
9 |
gigitan |
nomina |
-an |
gigit |
9 |
mengobati |
verba |
meN-i |
obat |
nomina |
|
10 |
penelitian |
nomina |
pe(N)-an |
teliti |
10 |
disaring |
verba |
di- |
saring |
verba |
3.
Kalimat Definisi dan Kalimat Deskripsi
kalimat
definisi, yaitu kalimat yang menggunakan verba definitif dan kalimat deskripsi,
yaitu kalimat yang menggunakan verba sebagai deskriptif.
Contoh
kalimat definisi yang terdapat dalam teks laporan hasil observasi berjudul Wayang
adalah sebagai berikut.
a. Wayang adalah
seni pertunjukan yang telah
ditetapkan sebagai warisan budaya asli
Indonesia.
b. Wayang golek adalah
wayang yang menggunakan boneka
kayu sebagai pemeran tokoh.
c. Wayang wong (bahasa Jawa yang berarti ‘orang’) adalah
salah satu pertunjukan wayang yang diperankan langsung oleh orang.
d. Wayang suket merupakan tiruan
dari berbagai figur wayang kulit yang terbuat dari rumput (bahasa Jawa: suket).
Kalimat deskripsi yang terdapat
dalam teks tersebut adalah sebagai berikut.
a. Wayang ini terbuat dari kulit
kerbau yang ditatah, dan diberi warna sesuai kaidah pulasan
wayang pendalangan, diberi tangkai
dari bahan tanduk kerbau bule yang diolah sedemikian
rupa dengan nama cempurit yang terdiri dari: tuding dan gapit.
b. Wayang purwa terdiri atas
beberapa gaya atau gagrak seperti, gagrak Kasunanan, Mangkunegaraan; Ngayogyakarta,
Banyumasan, Jawatimuran, Kedu, Cirebon, dan sebagainya.
c. Wayang topeng dimainkan oleh orang yang menggunakan
topeng.
d. Selain wayang golek Sunda yang
terbuat dari kayu ada juga wayang menak atau sering juga disebut wayang golek
menak karena cirinya mirip dengan wayang golek.
4.
Kalimat Simpleks dan Kompleks
Kalimat
dalam sebuah teks dapat dibentuk hanya oleh satu klausa, yaitu bagian kalimat
yang memiliki subjek dan predikat (predikatif). Kalimat yang hanya memiliki
satu klausa disebut sebagai kalimat simpleks atau biasa disebut pula
sebagai kalimat tunggal.
Berikut adalah contoh kalimat simpleks dengan bermacam pola:
a. Ada beragam jenis topeng di museum ini.
P
S K
b. Kelelawar merupa kan hewan unik.
S P Pel
c. Wayang tersebut berbentu k pipih seperti wayang ku lit.
S P O K
Kalimat
kompleks atau kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki dua atau lebih
klausa. Kalimat kompleks dibagi menjadi dua macam, yaitu kalimat kompleks atau
majemuk setara dan kalimat kompleks atau majemuk bertingkat. Kalimat majemuk
setara memiliki dua atau klausa ganda yang setara dalam suatu kalimat,
sedangkan kalimat majemuk
bertingkat memiliki klausa
ganda yang tidak sama atau berada di
bawah fungsi utama suatu kalimat. Fungsi-fungsi utama dalam dalam
kalimat majemuk setara
membentuk induk kalimat atau
klausa atasan. Fungsi-fungsi yang membentuk tingkat, yaitu yang
mengikuti konjungsi subordinatif disebut klausa bawahan atau anak kalimat.
Kalimat majemuk setara biasanya ditandai dengan penggunaan konjungsi
koordinatif (setara), sedangkan kalimat majemuk
bertingkat biasanya ditandai dengan
penggunaan konjungsi subordinatif
(bertingkat).
Cermatilah contoh kalimat kompleks di bawah
ini!
Kalimat kompleks setara
a. Da lam budaya modern, wayang berf ungsi menghibur dan
K S P Pel Konjungsi Koordinatif
mendidik.
Pel
b. Kelelawar a ktif pada malam hari, tetapi tidur pada siang hari.
S P K Konjungsi P K
Koordinatif
Kalimat kompleks bertingkat
a. Keberadaan D’topeng tida k dapat dipisa hkan
Klausa Atasan
S P
dengan Museum Angkut
K
karena / kedua tempat ini / berada / di satu tempat yang sama.
K Klausa Bawahan
Konjungsi
Subordinatif S P
K
b. Selanjutnya, jenis wayang yang lain ada la h
Antar Kalimat
wayang golek / yang / mempertunju k kan / boneka kay u.
O
wayang golek / yang / mempertunjukkan / boneka kayu.
Inti O Konjungsi P O
Perluasan
D. Mengonstruksikan Teks Laporan Hasil Observasi
1. Melengkapi Gagasan
Pokok dan Gagasan Penjelas
Perhatikanlah contoh rangkaian gagasan pokok berikut.
1. Merpati sering disamakan dengan dara karena termasuk dalam ordo yang sama.
2. Merpati dan dara adalah burung yang berbadan gempal dengan leher pendek,
paruh ramping pendek, dan cere berair.
3. Merpati dan dara memiliki spesies yang bermacam.
4. Berbagai spesies merpati dan dara dimanfaatkan sebagai burung hias.
Contoh pengerjaan rangkaian gagasan pokok
No. |
Gagasan Pokok |
Gagasan Penjelas |
1. |
Merpati
dan dara adalah burung yang berbadan
gempal dengan leher pendek, paruh ramping pendek, dan cere berair. |
Merpati
dan dara pada umumnya membentuk sarangnya dari ranting-ranting yang di tempatkan di pepohonan. |
Merpati dan dara
mengerami satu atau dua telurnya dan selalu menjaga anak-anaknya dengan ketat
sebelum mereka dapat mencari makan sendiri. |
||
Anak dari merpati dan
dara akan meninggalkan sarangnya jika telah berusia 7-28 hari |
||
Merpati dan dara
adalah burung pemakan biji-bijian. |
||
2. |
Merpati
dan dara memiliki spesies yang bermacam. |
Dalam praktik ornitologi,
terdapat suatu kecenderungan “dara” digunakan untuk spesies yang lebih kecil dan
“merpati” untuk yang lebih besar. |
Burung merpati digolongkan menjadi dua jenis yakni merpati lokal dan merpati
impor. |
||
Merpati lokal adalah
merpati yang sering disebut dengan “merpati balap”, sedangkan merpati import
sering disebut dengan “merpati hias. |
||
Merpati balap
hanya akan kita
temukan di Indonesia
saja. |
||
3. |
Berbagai
spesies merpati dan dara dimanfaatkan sebagai burung hias. |
Beberapa jenis
burung merpati memiliki bentuk tubuh yang unik
serta warna tubuh yang indah
sehingga seringkali digunakan sebagai burung hias. |
Warna yang
cantik dan bentuk
tubuh yang unik menjadi sebuah
daya tarik tersendiri bagi burung merpati dan dara ini. |
||
Jenis dari burung
merpati hias ini meliputi homer,
tumbler, cumulet dan flight. |
||
Merpati hias ini
memiliki banyak sekali peminat dan memiliki harga yang lumayan
mahal. |
Sumber
Materi:
Suherli, dkk.
2017. Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X Revisi Tahun
2017. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Suherli, dkk.
2017. Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas X Revisi Tahun
2017. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Latihan
LKS Pekan 2
1. Buatlah
Kalimat
a. Membuat
1 kalimat kalimat definisi dan kalimat deskripsi.
b. Membuat
1 kalimat Simpleks dan Kompleks.
2. Membuat
Teks Laporan Observasi disesuaikan dengan lingkungan sekitar dengan melihat
contoh pada teks wayang dan merpati.
Kerjakan dikertas folio bergaris
atau di word atau dikertas biasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar