Rabu, 20 April 2016

Sastra Lisan

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar belakang
Istilah sastra lisan dalam bahasa indonesia berasal dari bahasa inggris oral literature . Ada juga mengatakan bahwa istilah berasal dari bahasa belanda orale letterkunde. Kedua pendapat ini di benarkan, tetapi yang menjadi soal adalah istilah itu dalam dirinya sendiri sebenarnya mengandung kontradiksi (Pinnegan, 1997: 1667), sebab literature (sastra) merujuk pada kata literae, yang bermakna “letters”.
Yang dinamakan sastra lisan adalah kesusastraan yang mencangkup ekspresi kesusastraan warga suatu kebudayaan yang di sebarkan dan diturun-temurunkan secara lisan (dari mulut ke mulut). Dengan begitu, apa yang dinamakan kesusastraan , yang dulu barati as “anything written” (Sylvan Barnat, 1963: 1).

B.  Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah adalah sebagai berikut:
  1. Fungsi Sastra lisan
  2. Pemindahan Sastra lisan

C.  Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dari makalah ini adalah:
  1. Fungsi Sastra lisan
  2. Pemindahan Sastra lisan

D.  Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1.      Apa Fungsi Sastra lisan
  1. Apa Yang Dimaksud Pemindahan Sastra Lisan

E. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan dan Manfaat penulisan makalah ini adalah:
  1. Mendeskripsikan Fungsi Sastra lisan
  2. Mendeskripsikan Pemindahan Sastra Lisan

F. Sistematika Penulisan
      Sistematika penulisan dalam penyusunan makalah ini, ialah sebagai berikut:





BAB II
PEMBAHASAN
A.  Fungsi Sastra Lisan
Dalam bab II, bagian 2.2, sedikit banyak relah disinggung perihal fungsi beberapa genre sastra lisan dalam masyarakat. Sebenarnya fungsi saatra lisan di masyarakat itu dapat di lihat sebagai berikut.
Pertama, berfungsi sebagai system proyeksi. Hal ini dapat dilihat pada certa bawang putih dan bawang merah. Cerita ini merupakan proyeksi idam-idaman dibawah sadar dari kebanyakan gadis miskin (yang cantik tentunya) unutuk menjadi istri orang kaya atau bangsawan (pangeran), orang tersohor, walupun hal ini hanya terjadi dalam angan-angan belaka. Contoh lainya adalah cerita sangkuriang. Cerita ini sebenarnya merupakan angan-angan terpendam dari seorang anak laki-laki untuk berseggama dengan ibu kandungnya (Oedipus complex).
Kedua, berfunsi untuk mengesahkan kebudayaan, misalnya cerita Asal usul kata “babah” . Certa ini sebenarnya mengandung maksud untuk mengesahkan ketidakbenaran perkawinan antar pribumi (laki-laki) dan non pribumi (cina, perempuan). Certa lain adalah cerita cecak yang menghianati Nabi Muhammad. Certa ini mengandung maksut untuk mengesahkan pembunuhan cicak.
Ketiga, sebagai alat pemaksa berlakunya norma-norma sosial dan sebagai alat pengendali sosial. Hal ini dapat dapat dilihat pada pribahasa seperti: pagar makan tanaman, tua-tua keladi makain tua makin jadi; dan lain-lain.
Keempat, sebagai alat pendidikan anak. Dalam hubungan ini, cerita-cerita binatang (kancil) adalah sebuah contoh yang tepat. Certa-cerita ini banyak digunakan oleh orang tua (pada jaman generasi penulis masih anak-anak) untuk mendidik anak-anak. Hal yang demikian ini juga banyak terdapat dalam puisi rakyat.
Dalam sasra lisan jawa ada sebuah tembang (nyanyia) yang berhubungan nama-nama jari tangan kita. Sebagai kita ketahui, nama-nama jari tangan kita terdiri dari: (1) Jari kelingking(jentik atau enthik), (2) jari manis (jentik manis), (3) jari tengah (penuggul), (4) jari telunjuk (penuding), dan (5) ibi jari (jempol).
Kelima, jri tangan kita menurut orang jawa stu sama lain mempunyai ikatan persaudaraan dan jari tangan kita itu digunakan untuk pendidikan untuk anak-anak kita. Dalam ini, anak-anak di ajari untuk menghormati orang tua. Baik orang tua sendiri maupun orang-orang yang di anggap tua. Pokoknya, orang tua harus di hormati. Hal ini tercermin dalam tembang anak-anak yang bunyinya sebagai berikut:
1)      Enthik, entik, si patunggul patenana
2)      Aja, dhi, aja, dhi, wong tuo malati
3)      Bener, bener.
Kalimat petama di ucapkan oleh si penuding, kalimat kedua diucapkan oleh si jhentik manis, dan kalimat ketiga, di ucapkan oleh si jempol. Adapun jempol. Adapun arti ketiga kalimat ini sebagai berikut: “Enthik, enthik, bunuhlah si panunggul, jangan, jangan dik. Orang tua itu jangan di ganggu gugat, kau bisa kena tulah. Benar-benar”
Jadi menurut cerita si panuding meminta si jenthik membunuh si panunggul, tetapi si jenthik manis melarangnya. Hal yang disetujui oleh si jempol. Apakah dosa si panunggul maka ia harus di singkirkan? Dalam tembang di atas hal itu tidak disebut-sebut. Hal yang disebut-sebut adalah wong tuo melati (orang tua itu bisa mendatangkan “kena tulah” apabila dibunuh).
Kalimat ketiga yang berbunyi:”Benar. Benar” yang di ucapkan oleh si jempol dalam tembang anak-anak itu sebenarnya kurang lengkap. Kalimat ini msih ada sambunganya. Bunyi kalimatnya sebagai berikut: tai laler enak seger, artinya, kotoran lalat itu nikmat.
Jadi, keseluruhan kalimat berbunyi: Benar-Benar. Tai laler enak seger.” Apakah fungsi tambahan kalimat ini? Kata orang hal itu untuk melengkapkan tentang enthik-enthik agar tambang tersebut di nyanyikan terasa enak di dengar orang: dan menimbulkan senyum karena di dalam hal ini rasa humor. Akan tetapi, sebenarnya hal ini dapatlah di pandang sebagai kamuflase belaka, yaitu untuk menutupi maksud (amanat) tembang.
Sebagaimana sastra lisan dimanapun dan kapanpun juga, sastra lisan itu selalu mengenal apa yang dinamakan versi. Tembang enthik-enthik juga mempunyai berbagai versi. Salah satu versi tembang ini digubah orang dalam metrum puisi macapat pacung metrum ini mempunyai aturan sebagai berikut: (1) Terdiri dari empat baris; (2) masing-masing baris terdiri dari12 suku kata (baris pertama bersuara akhir: u), 6 suku kata baris kedua., bersuara akhir: a), 8 suku kata (baris ketiga, bersuara akhir: i), dan 12 suku kata (baris keempat ,bersuara akhir: a) adapun wujudnya sebagai berikut:
            Pocung
            Enthik-enthik patena si panunggul,
            Gek dosane apa,
            Dosane ngungkul-ngungkuli,
            Lah aja dhi ya ala sedulur tuwa
Artinya,”Enthik-enthik, bunuhlah si panunggul. Apakah dosanya dia? Dia banyak berdosa. O, jangan, Dik, dia itu walaupun banyak dosanya saudara tua kita juga.
Dari versi tembang macapat di atas dapat kita ketahui bahwa si panunggul itu banyak berdosa, sehingga dia diusulkan untuk disingkirkan  (dibunuh). Jadi versi tembang macapat ini ;ebih lengkap daripada versi tembang anak-anak. Akan tetapi, kelengkapan itu tidaklah berarti bahwa dia merupakan versi yang paling asli dan paling tua. Ada kemungkinan versi yang lengkap ini malahan malahan merupakan versi yang paling baru. Demikian jugalah dengan versi tembang macapat Enthik-enthik . Vesi ini merupakan versi baru. Dia muncul bukan hanya di lingkungan anak-anak, tetapi juga dilingkungan orang dewasa, terutama dilingkungan orang-orang yang menjalankan olah batin.
Baik versi tembang anak-anak maupun versi tembang macapat sebenarnya mempunyai maksut/tujuan yang sama. Maksu itu adalah: mendidik anak-anak untuk tidak berani pada orang tua.
Di masyarakat melayu, nasihat pada anak-anak itu dapat pula berbentuk pantun sebagai berikut:
            Anak ayam turun sepuluh,
            Mati stu tinggal sembilan,
            Tuntut ilm bersungguh-sungguh,
Suatu jangan sampai ketinggalan.

Anak ayam turun sembilan,
Mati satu tinggal sembilan,
Suatu jangan sampai ketinggalan,
Itulah boleh jadi harapan.

Anak ayam turun delapan,
Mati stu tinggallah tujuh,
Itulah boleh jadi harapan,
Ibarat jalan jadi penuju.

Fungsi kelima sastra lisan adalah untuk memberikan suatu jalan yang di benarkan oleh masyarakat agar dia dapat lebih superior dari pada orang lain. Hal ini tampak dalam karya sastra lisan yang berupa teka-teki. Secara terperinci hal inipun telah diuraikan dimuka , yaitu pada penjelasan perihal tek-teki. Utuk lebih jelasnya dibawah ini dikutipkan lagi contoh puisi teka-teki.
            Teka-teki : kudapat kakinya
                              Kudapat kakinya
                              Kanam kakinya

            Jawabanya : Kura empat kakinya
                                Kuda empat kakinya
                                Kutu empat kakinya
Dalam puisi teka-teki di atas unsure bunyi menimbulkan gagasan dalam jawabanya.
Keenam, untuk memberi jalan kepada seseorang agar dia dapat mencela orang lain. Hal ini tampak dalam peribahasa-peribahasa yang berisi sindiran dan celaan. Hal ini juga tampak dalam pantun-pantun misalnya, pantunberiku:
            Sudah pun medak si ikan yu
            Dibawa Lalu hendak di timbang
            Masakan tidak bunga tak layu
            Kau selalu diseri kumbang

Ketujuh, Sebagai alat untuk memprotes ketidakadilan dalam masyarakat dan akhirnya, fungsi kedelapan sastra lisan di masyarakat . Dan akhirnya fungsi kedelapan sastra lisan adalah untuk melarikan diri dari himpitan hidup sehari hari. Dengan perkataan lain, untuk hiburan semata.
Begitulah beberapa fungsi sastra lisan di masyarakat. Masing-masing fungsi satu sama lain kadang-kadang berkaitan sehingga satu bahan yang di tentukan oleh seorang peneliti, bahan tersebut terkadang-kadang mempunyai berbagai fungsi.

B.       Pemindahan Sastra Lisan
Pemindahan sastra lisan itu dapat di bandingkan dengan pemindahan kata-kata budaya  (culture words). Pemindahan sastra lisan itu dari mulut kemulut, sedangkan pemindahan uang (benda budaya) itu dari tangan ke tangan.
Adapun mengenai perpindahan kata-kata budaya itu dapat di tempuh dengan dua cara, yaitu:
1.)    Dri satu bahasa ke bahasa lisan
x                         y
Adapun pemindahan kata-kata budaya itu dapat di tempuh dengan dua cara, yaitu:
2.)    Dari satu bahasa ke bahasa lain
x                     y
3.)    Dari bahasa itu sendiri, yaitu dari dialek yang satu ke dialek yang lain.
Oleh karena sastra lisan itu di tuturkan dengan bahasa, maka maka cara pemindahanya (cara migrasinya) tak jauh berda dengan situasi diatas. Cerita dari bahasa yang satu berpindah ke bahasa yang lain. Disamping itu juga terjadi bahwa cerita yang dituturkan dalam dialek yang lain dari bahsa tertentu tadi.
            Dalam hubungannya dengan penelitian satra lisan, bila penelitian itu diarahkan pada masalah migrasi, maka daftar wawancara perlu diarahkan kesini. Dalam data informan harus ada butir tentang asal usul informan. Dengan begitu kita akan tahu asal-usul sebuah cerita yang sedang di teliti.
            Menurut Benfrey apa yang dinamakan migrasi itu dapat terjadi karena ‘literari’ (sastra lisan). Kta sarjana lain, yaitu kaarle krohn, bila demikian halnya, dalam hubungan dengan ‘geographik cllassification of variant’, maka sifat pemindahan lisan yang sejati (tulen) itu tidak ada.
            Migrasi itu dapat terjadi karena perpindahan a whole community (misalnya transmigrasi) atau a single person (misalnya: perkawinan, pemindahan pelacur dari satu kompleks ke kompleks yang lain tau dari satu kota ke kota yang lain). Dalam hubungan dengan perpindahan itu maka peranan orang-orang dibawah inisangatlah memegang peran penting. Oleh karena itu, mereka perlu di pertimbangkan dalam penelitian satra lisan. Mereka itu antara lain adalah:
1)      Pemburu(hunters)
2)      Nelayan(fisherman)
3)      Pekerja tangan, tukang(craftsman)
4)      Pedagang(merchants)
5)      Pelaut(sailors)
6)      Prajurit(soldiers)
7)      Peziarah(pilgrims)
8)      Pelacur, dan
9)      Pengembara-pengembara yang lain.
Pemindahan selanjutnya, yang besifat penyebaran, bias bersifat horizontal, penyebaran itu bias dari tetangga ke tetangga, dari kampung ke kampung, dari kota ke kota (di abat modern, kereta api, bus, mobil, dan pesawat yang sangat berperan penting). Bersifat vertikal, penyebaran itu bias dari bapak ke anak, dari kakek ke cucu, dari guru ke murid (cantrik), dan lain-lain.
Jarak perjalanan (panjang pendek) yang di tempuh oleh sebuah sastra lisan berimigrais, hal ini akn menimbulkan transformasi. Selanjutunya akan timbul bahwa tiap cerita mempunyai varian yang banyak sekali di suatu daerah.
Bila dikaitkan dengan filologi sastra lisan, maka seorang peneliti di suatu daerah harus mencoba mencari satu varian yang mewakili varian-varian lainya (strukturnya garap di perhatikan).
Varian tunggal (wakil) ini lalu di bandimgkan dengan varian-varian lainya dari daerah lain untuk menentukan apa yang di namakan archetype (model)pertama: bentuk asli). Bila hal ini di buat skema maka itu akan berupa sebuah konsep sebagai berikut:

Achetype

                           

           Vwa                                                                                Vwb
A         A                                                                    B        B                                                                                               



Keterangan :    A dan B                     = daerah adanya banyak varian
                        Vw                              = varian wakil
                        Val, Va2, Va3             = varian yang ada di derah A
                        Vb1, Vb2, Vb3           = varian yang ada di daerah B









BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
       Manusia adalah mahluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut pandang. Sejak ratusan tahun sebelum masehi, manusia telah menjadi obyek filsafat, baik obyek formal yang mempersoalkan hakikat manusia maupun obyek material yang mempersoalkan manusia sebagai apa adanya manusia dengan berbagai kondisinya.
         Dalam fungsi dan teori migrasi mempunyai cangkupan didalamnya ada fungsi sastra lisan dan pemindahan sastra lisan kalau kita kaji mempunyai banyak ilmu pengetahuan seluk beluk dan lain sebagainya.
         Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teori dan fungsi migrasi mempunyai nilai dan makna didalamnya sehingga penulis ingin menyampaikan sesuatu di hasil karya tulisannya dengan maksud agar pembaca dapat memahami maksud dan tujuan penulis.

B.       Saran
       Kami menyadari bawasannya penyusun dari makalah ini hanyalah manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik Allah Swt. hingga dalam penulisan dan penyusunannya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa penyusun nanti dalam upaya evaluasi diri.
        Akhirnya kami hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidaksempurnaan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi penyusun, pembaca, dan bagi semua mahasiswa STKIP MPL.






DAFTAR PUSTAKA


Diana Ani.2010.Folklor(Diktat).Pringsewu.

Folklor

BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang Masalah
Dari semua bentuk atau genre folklor, yang paling banyak diteliti para ahli folklor adalah cerita prosa rakyat. Menurut William R. Bascom, cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu : (1) Mite (myth), (2) . legenda (legend),dan (3) dongeng (folktale) (Bascom. 1965b:4).
Cerita Prosa Rakyat, ada lagi yang disebut cerita puisi rakyat. Namun cerita puisi rakyat tidak perlu dibicarakan secara khusus karena perbedaannya hanya terletak pada bentuk bahasanya saja yang bersajak, sedangkan isinya sama dengan cerita prosa rakyat. Oleh karena cerita puisi rakyat ada waktu dibawakan selalu disertai dengan nyanyian, maka cerita puisi rakyat dapat digolongkan ke dalam genre nyanyian rakyat.

B.            Rumusan Masalah
1)      Apa sajakah yang termasuk dalam cerita prosa rakyat?
2)      Apakah pengertian Mite dan contohnya?
3)      Apakah pengertian Legenda dan contohnya?
4)      Apakah pengertian Dongeng dan contohnya?

C.           Tujuan
1)      Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam cerita prosa rakyat
2)      Untuk mengetahui pengertian mite dan contohnya
3)      Untuk mengetahui pengertian legenda dan contohnya
4)      Untuk mengetahui pengertian dongeng dan contohnya

BAB II
PEMBAHASAN

A.           Prosa Cerita Rakyat
Mitos, Legenda dan Dongeng merupakan cerita rakyat yang diceritakan dari mulut ke mulut. Terkadang kita sulit untuk membedakan satu sama lain.
Dari semua bentuk atau genre folklor, yang paling banyak diteliti para ahli folklor adalah cerita prosa rakyat. Menurut William R. Bascom, cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu : (1) Mite (myth), (2) . legenda (legend),dan (3) dongeng (folktale) (Bascom. 1965b:4).

B.            Mite (Mitos)
Ada beberapa pengertian mitos yang diungkapkan oleh para sejarawan. Dari beberapa pengertian itu dapat disimpulkan bahwa :
Mitos adalah cerita prosa rakyat yang ditokohi para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain (kayangan) dan dianggap benar – benar terjadi oleh empunya cerita atau penganutnya.
Mitos pada umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang, bentuk topografi, petualangan para dewa, kisah percintaan mereka dan sebagainya. Mitos itu sendiri, ada yang berasal dari Indonesia dan ada juga yang berasal dari luar negeri.
Mitos yang berasal dari luar negeri pada umumnya telah mengalami perubahan dan pengolahan lebih lanjut, sehingga tidak terasa asing lagi yang disebabkan oleh proses adaptasi karena perubahan jaman. Menurut Moens-Zoeb, orang Jawa bukan saja telah mengambil mitos-mitos dari India, melainkan juga telah mengadopsi dewa-dewa Hindu sebagai dewa Jawa. Di Jawa Timur misalnya, Gunung Semeru dianggap oleh orang Hindu.
Mitos adalah cerita rakyat yang tokohnya para dewa atau setengah dewa yang terjadi di dunia lain(khayangan) atau terjadi di bumi pada masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh masyarakat setempat yang mendukung 
Pada umumnya mitos mengisahkan tentang terjadinya alam semesta, penciptaan manusia pertama, lahirnya adat istiadat, asal usul makanan pokok, kekerabatan antar dewa dan peperangan yang dialami oleh dewa
Contoh Mitos: Mite terjadinya padi (Dewi Sri)

Jawa dan Bali sebagai gunung suci Mahameru atau sedikitnya sebagai Puncak Mahameru yang dipindahkan dari India ke Pulau Jawa. Mitos di Indonesia biasanya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, terjadinya susunan para dewa, terjadinya manusia pertama, dunia dewata, dan terjadinya makanan pokok.

Pengaruh Mitos Secara Umum terhadap Masyarakat
Mitos sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat. Ada masyarakat yang mempercayai mitos tersebut, ada juga masyarakat yang tidak mempercayainya. Jika mitos tersebut terbukti kebenarannya, maka masyarakat yang mempercayainya merasa untung. Tetapi jika mitos tersebut belum terbukti kebenarannya, maka masyarakat bisa dirugikan.
Di Indonesia masih banyak orang – orang yang menanggapi serius dengan mitos – mitos yang ada, berikut contoh – contoh mitos yang ada di indonesia :
Ø  Anak gadis dilarang keras makan di depan pintu, katanya bisa batal dilamar orang alias balik kucing. (ini mitosnya).
Ø  Mitos lain, calon pengantin perempuan dilarang keras keramas ketika dekat hari H kenapa ? katanya supaya tidak turun hujan deras ketika resepsi berlangsung yang bisa mengacaukan acara.
Ø  Kalau nyapu harus sampai tuntas jangan dikumpulin dipojokan, nanti biar rejekinya tidak mampet (ini mitosnya).
Ø  Seorang Ayah yang pulang kerja, ketika punya baby harus ke kamar mandi dulu untuk cuci tangan dan kaki, katanya supaya setan dari luar yang ikit di badan si Ayah tidak menakuti bayinya.

C.           Legenda
Definisi Dan Pengertian Legenda adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi yang ceritanya dihubungkan dengan tokoh sejarah, telah dibumbui dengan keajaiban, kesaktian, dan keistimewaan tokohnya. Bila melihat dari Definisi Dan Pengertian Legenda maka Legenda dapat di bagi menjadi empat kelompok.
Legenda ada empat kelompok sebagai berikut :
1)      Legenda keagamaan
Di dalam legenda keagamaan banyak kita jumpai kisah-kisah para wali penyebar Islam, misalnya, Sunan Kalijaga dan Syekh Siti Jenar di Jawa, sedangkan di Bali dapat kita temui legenda tentang kisah Ratu Calon Arang.
2)      Legenda kegaiban
Legenda ini berkisah tentang kepercayaan rakyat pada alam gaib, misalnya kerajaan gaib orang Bunian di rimba raya Sumatra, kerajaan gaib Pajajaran di Jawa Barat, kerajaan gaib Laut Kidul di Jawa Tengah dan Yogyakarta, dan Si Manis Jembatan Ancol dari Jakarta.
3)      Legenda perseorangan
Legenda perseorangan menceritakan tokoh tertentu yang dianggap pernah ada dan terjadi, misalnya Sabai nan Aluih dan Si Pahit Lidah dari Sumatra, Si Pitung dan Nyai Dasima dari Jakarta, Lutung Kasarung dari Jawa Barat, Rara Mendut dan Jaka Tingkir dari Jawa Tengah, Suramenggolo dari Jawa Timur, serta Jayaprana dan Layonsari dari Bali.
4)      Legenda local
Legenda lokal adalah legenda yang berhubungan dengan nama tempat terjadinya gunung, bukit, danau, dan sebagainya. Misalnya, legenda terjadinya Danau Toba di Sumatra, Sangkuriang (legenda Gunung Tangkuban Parahu) di Jawa Barat, Rara Jonggrang di Yogyakarta dan Jawa Tengah, Ajisaka di Jawa Tengah, dan Desa Trunyan di Bali.

Contoh Legenda :
Legenda Candi Prambanan

Di dekat kota Yogyakarta terdapat candi Hindu yang paling indah di Indonesia. Candi ini dibangun dalam abad kesembilan Masehi. Karena terletak di desa Prambanan, maka candi ini disebut candi Prambanan tetapi juga terkenal sebagai candi Lara Jonggrang, sebuah nama yang diambil dari legenda Lara Jonggrang dan Bandung Bondowoso. Beginilah ceritanya.
Konon tersebutlah seorang raja yang bernama Prabu Baka. Beliau bertahta di Prambanan. Raja ini seorang raksasa yang menakutkan dan besar kekuasaannya. Meskipun demikian, kalau sudah takdir, akhirnya dia kalah juga dengan Raja Pengging. Prabu Baka meninggal di medan perang. Kemenangan Raja Pengging itu disebabkan karena bantuan orang kuat yang bernama Bondowoso yang juga terkenal sebagai Bandung Bondowoso karena dia mempunyai senjata sakti yang bernama Bandung.
Dengan persetujuan Raja Pengging, Bandung Bondowoso menempati Istana Prambanan. Di sini dia terpesona oleh kecantikan Lara Jonggrang, putri bekas lawannya — ya, bahkan putri raja yang dibunuhnya. Bagaimanapun juga, dia akan memperistrinya.
Lara Jonggrang takut menolak pinangan itu. Namun demikian, dia tidak akan menerimanya begitu saja. Dia mau kawin dengan Bandung Bondowoso asalkan syarat-syaratnya dipenuhi. Syaratnya ialah supaya dia dibuatkan seribu candi dan dua sumur yang dalam. Semuanya harus selesai dalam waktu semalam. Bandung Bondowoso menyanggupinya, meskipun agak keberatan. Dia minta bantuan ayahnya sendiri, orang sakti yang mempunyai balatentara roh-roh halus.
Pada hari yang ditentukan, Bandung Bondowoso beserta pengikutnya dan roh-roh halus mulai membangun candi yang besar jumlahnya itu. Sangatlah mengherankan cara dan kecepatan mereka bekerja. Sesudah jam empat pagi hanya tinggal lima buah candi yang harus disiapkan. Di samping itu sumurnya pun sudah hampir selesai.
Seluruh penghuni Istana Prambanan menjadi kebingungan karena mereka yakin bahwa semua syarat Lara Jonggrang akan terpenuhi. Apa yang harus diperbuat? Segera gadis-gadis dibangunkan dan disuruh menumbuk padi di lesung serta menaburkan bunga yang harum baunya. Mendengar bunyi lesung dan mencium bau bunga-bungaan yang harum, roh-roh halus menghentikan pekerjaan mereka karena mereka kira hari sudah siang. Pembuatan candi kurang sebuah, tetapi apa hendak dikata, roh halus berhenti mengerjakan tugasnya dan tanpa bantuan mereka tidak mungkin Bandung Bondowoso menyelesaikannya
Keesokan harinya waktu Bandung Bondowoso mengetahui bahwa usahanya gagal, bukan main marahnya. Dia mengutuk para gadis di sekitar Prambanan — tidak akan ada orang yang mau memperistri mereka sampai mereka menjadi perawan tua. Sedangkan Lara Jonggrang sendiri dikutuk menjadi arca. Arca tersebut terdapat dalam ruang candi yang besar yang sampai sekarang dinamai candi Lara Jonggrang. Candi-candi yang ada di dekatnya disebut Candi Sewu yang artinya seribu.









D.           Dongeng
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi.
Hal-hal yang perlu diketahui mengenai dongeng:
1.      Dongeng dalam pengertian yang lebih luas merupakan pengungkapan diri manusia, tempat mencari hiburan dan memenuhi angan-angannya.
2.      Dalam Ensiklopedi Indonesia, dongeng memiliki pengertian cerita singkat tentang hal-hal aneh dan tidak masuk akal, berbagai keajaiban dan kesaktian yang biasanya mengisahkan dewa, raja, pangeran, dan putrid.
3.      Pada umumnya, dongeng tidak diketahui pengarangnya dan terkadang hanya diketahui nama pengumpul/ penyadurnya.
4.      Berdasarkan muasalnya, dongeng berasal dari bangsa Thai di Yunan, tetapi kemudian tersebar ke seluruh Asia Tenggara. Di Indonesia, dongeng tersebut tersebar dari Aceh hingga Maluku Tenggara. Di Jawa Tengah atau Jawa Timur, dongeng juga berkembang.

Contoh Dongeng:
AJI SAKA
Dahulu kala ada kerajaan bernama Medang kamulan yang diperintah oleh raja bernama Prabu Dewata Cengkar yang buas dan menyukai daging manusia. Setiap hari sang raja memakan seorang manusia yang dibawa oleh Patih Jugul Muda. Sebagian kecil rakyat yang resah dan ketakutan mengungsi secara diam-diam kedaerah lain.

Di dusun Medang Kawid ada seorang pemuda bernama Aji Saka yang sakti, rajin,dan baik hati. suatu hari, Aji saka berhasil menolong seorang Bapak tua yang sedang dipukuli oleh dua orang penyamun. Bapak tua yang akhirnya diangkat Ayah oleh Aji Saka itu ternyata pengungsi dari Medang Kamulan. Mendengar cerita tentang kebuasan Prabu dewata cengkar, Aji Saka berniat menolong rakyat medang Kamulan. Dengan mengenakan serban di kepala Aji Saka berangkat ke Medang Kamulan.

Perjalanan menuju Medang kamulan tidaklah mulus. Aji Saka sempat bertempur selama tujuh hari tujuh malam dengan setan penunggu hutan, karena Aji saka menolak dijadikan budak oleh setan penunggu selama sepuluh tahun sebelum diperbolehkan melewati hutan itu.

Tapi berkat kesaktiannya, Aji Saka berhasil mengelak semburan api dari si setan. Sesaat setelah Aji saka berdoa, seberkas sinar kuning menyorot dari langit menghantam setan penghuni hutan sekaligus melenyapkannnya.
Aji Saka tiba di Medang kamulan yang sepi. Di istana, Prabu dewata cengkar sedang murka karena Pati Jugul Muda tidak membawa korban untuk sang Prabu.
Dengan berani, Aji saka menghadap prabu cengkar dan menyerahkan diri untuk disantap oleh sang prabu dengan imbalan tanah seluas serban yang digunakannya.
Saat mereka sedang mengukur tanah sesuai dengan permintaan Aji Saka, serban terus memanjang sehingga luasnya melebihi luas kerajaan Prabu Dewata Cengkar. Prabu marah setelah mengetahui niat Aji Saka sesungguhnya adalah untuk mengakhiri kalalimannya.

Ketika Prabu Dewata Cengkar sedang marah, serban Aji Saka melilit kuat di tubuh sang Prabu. Tubuh Prabu Dewata Cengkar dilempar Aji Saka dan jatuh ke laut Selatan kemudian hilang ditelan ombak.

Aji saka kemudian dinobatkan menjadi raja Medang Kamulan. Ia memboyong ayahnya ke istana. Berkat pemerintahan yang adil dan bijaksana, Aji Saka mengantarkan Kerajaan Medang Kamulan ke zaman keemasan, zaman di mana rakyat hidup tenang, damai, makmur dan sejahtera.
BAB III
PENUTUP

A.           Kesimpulan
Jadi kesimpulannya perbedaan antara mitos, legenda dan dongeng:
Dongeng adalah cerita yang dianggap tidak benar-benar terjadi sedangkan mitos dan legenda dianggap benar-benar terjadi. Mitos mengisahkan tentang dewa dan setengah dewa sedangkan legenda menceritakan tentang manusia.

B.            Saran
Adapun saran yang dapat diberikan kepada pembaca dan penulis mengenai makalah ini adalah:
1.      Diharapkan penulis dapat mengembangkan dan melanjutkan penulisan makalah folklor tentang cerita prosa rakyat dengan baik lagi.
2.      Diharapkan hasil penulisan makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan ilmu pengetahuan.








DAFTAR PUSTAKA

James Danandjaja.(1984).Folklor Indonesia . Jakarta. PT. GrafitiPers.



















Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda