Selasa, 25 Juni 2019

INSTRUMEN SOAL fabel/legenda daerah setempat.


INSTRUMEN SOAL
Kompetensi Dasar        :  4.15 Menceritakan kembali isi fabel/legenda daerah setempat.
Indikator                     :
1.      Siswa mampu menceritakan isi legenda daerah Lampung “Si Pahit Lidah” dengan memperhatikan kelancaran penceritaan.
2.      Siswa mampu menceritakan isi legenda daerah Lampung “Si Pahit Lidah” sesuai ketepatan isi dengan cerita yang dibaca.
3.      Siswa mampu menceritakan isi legenda daerah Lampung “Si Pahit Lidah” dengan memperhatikan intonasi.
4.      Siswa mampu menceritakan isi legenda daerah Lampung “Si Pahit Lidah” dengan memperhatikan kejelasan lafal.
5.      Siswa mampu menceritakan isi legenda daerah Lampung “Si Pahit Lidah” dengan memperhatikan ekspresi.
6.      Siswa mampu menceritakan isi legenda daerah Lampung “Si Pahit Lidah” dengan memperhatikan sistematika bercerita.
Petunjuk:
1.      Bacalah Do’a sebelum mulai mengerjakan.
2.      Gunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam mengerjakan soal berikut ini.
3.      Percaylah terhadap kemampuan dirimu sendiri.
4.      Takutlah kepada Allah SWT apabila tidak bersungguh-sungguh dalam menegrjakan soal.



Soal:
1.      Bacalah dengan cermat dan pahami isi legenda Daerah Lampung “Si Pahit Lidah”!.
2.      Ceritakan kembali secara lisan isi legenda daerah Lampung “Si Pahit Lidah” dengan memperhatikan indikator berikut ini :
a.       Kelancaran penceritaan,
b.      Ketepatan isi dengan cerita yang dibaca,
c.       Intonasi,
d.      Kejelasan lafal,
e.       Ekspresi,
f.       Sistematika bercerita.







SELAMAT MENGERJAKAN
Lampiran
Legenda Daerah Lampung “Si PahitLidah”

Alkisah, di daerahSumidang, Sumatera Selatan, terdapat sebuah kerajaan besar. Dikerajaan itu terdapat seseorang pangeran yang bernama Serunting. Serunting adalah keturunan dari Raksasa yang bernama Putri Tenggang. Sifat Pangeran Serunting adalah mempunyai rasa irihati terhadap apa yang dimiliki orang lain. ia hidup dengan istrinya di kerajaan. Pangeran Serunting memiliki seorang adik ipar atau adik dari istrinya yang bernama Aria Tebing.

Serunting memiliki sebuah ladang, begitu pula dengan Aria Tebing. Letaknya bersebelahan dan hanya dipisahkan dengan pepohonan. Di bawah pepohonan itu tumbuh tanaman Cendawan atau Jamur. Namun, Cendawan yang tumbuhitumenghasilkanhal yang jauh berbeda. Cendawan yang menghadap kearah ladang milik Aria Tebing tumbuh menjadi logam emas. Sedangkan Cendawan yang menghadap kearah Ladang milik Serunting tumbuh menjadi tanaman yang tidak berguna. Hal ini menimbulkan rasa iri pada hati Serunting.

Keesokan harinya, Serunting menghadap Aria Tebing dengan perasaan dendam dan marah. “Hai Aria Tebing, kamu telah berbuatcurangkepadaku. Akutidakterimacendawan yang tumbuh di pepohonanpembatasitu, yang menghadapkearahladangmutumbuhmenjadilogamemas, sedangkancendawan yang menghadapkeladangkutumbuhmenjaditanaman yang tidakberguna.Inipastiperbuatancurangmubukan?!” ucapSeruntingkepada Aria Tebing. “Tidak,tidak, akutakpernahberbuatcurangkepadamu” ujar Aria Tebingmembeladiri. “Sudahlah, kamujanganberbohong!Duaharilagi, kitaakanberduel, bersiaplahkamu Aria Tebing” ucapSeruntingmenantang Aria Tebing.Setelahitu, Seruntingmeninggalkannya.

Aria Tebingkebingungan.Iamencari ide agar dapat mengalahkan Serunting. Ia tahu bahwa serunting itu adalah orang yang sakti “Bagaimana aku bisa mengalahkan Serunting? Serunting itu orang sakti, tak mungkin aku bisa mengalahkannya”. Setelah lama berpikir, akhirnya Aria Tebing mendapatkan ide. Ia membujuk kakaknya (istri dari Serunting) untuk memberitahukan rahasia kelemahan Serunting “
Kesaktian Serunting berada pada tumbuhan ilalang yang bergetar meskipun taktertiup angin” jawab istri Serunting memberitahukan kesaktian suaminya.” “Terimakasih, Kak, kau telah menyelamatkan ku” ucap Aria Tebing berterima kasih.

Keesokan harinya, Serunting menemui Aria Tebing untuk mengadu kekuatan. Sebelum bertanding, Aria menancapkan tombaknya keilalang yang bergetar meskipun taktertiup angin. Serunting pun terluka parah.

Merasa dikhianati istrinya, Serunting pergi mengembara. Saat ia sampai di Gunung Siguntang, ia berhenti dan bertapa di sana. Saat sedang bertapa, ia mendengar suara bisikan gaib “Hai Serunting, mendapatkan kekuatan gaib? Kalau kamu mau, aku akan menurunkan ilmu itu kepadamu”. Suara itu tak lain adalah suara Hyang Maha Meru. Serunting pun bertapa di bawah pohon bambu. Takterasa, dua tahun telah berlalu. Serunting masih bertapa, belum beranjak dari tempatnya bertapa, yaitu di pohon bambu. Kini kesaktian yang dimilikinya adalah setiap perkataan yang keluar dari mulutnya akan menjadi kenyataan dan kutukan.

Pada suatu hari, ia berniat ingin pulang kekampung halamannya, Sumidang. Dalam perjalanannya, ia mengutuk semua pohon tebu menjadi batu “Hai pohon tebu, jadilah Batu”. Dalam sekejap, pohon-pohon tebu tersebut menjadi batu. Di sepanjang tepi sungai Jambi, ia mengutuk semua orang yang ia jumpai menjadi batu. Serunting menjadi orang yang angkuh dan sombong. Oleh karena itu, orang-orang menjulukinya dengan nama “Si PahitLidah”.

Saat ia tiba di sebuah Bukit yang bernama Bukit Serut, ia mulai menyadari kesalahannya. Ia mengubah Bukit Serut yang merupakan bukit yang gundul menjadi hutan kayu Dalam sekejap, bukit itu berubah menjadi hutan kayu. Orang-orang berterimakasih pada Serunting karena telah mengubah Bukit yang gundul itu menjadi Hutan Kayu karena mendapatkan hasil kayu yang melimpah.

Saat Serunting tiba di sebuah desa yang bernama Desa Karang Agung, ia melihat sebuah gubuk tua. Di gubuk itu tinggallah sepasang Suami Istri yang sudah tua renta. Mereka hidup sangat miskin. Meskipun mereka sudah tua, mereka bekerjakeras mengangkut kayu bakar. Merasa kasihan, Serunting mendatangi sepasang suami istri tua renta itu. Serunting berpura-pura meminta seteguk air minum.
Oleh sang nenek, Serunting diberi seteguk air minum. Karena kebaikannya, Serunting akan mengabulkan apa saja yang mereka minta. Mereka hanya ingin dikaruniai seorang anak untuk membantu mereka bekerja. Ketika melihat ada sehelai rambut yang rontok menempel pada baju sang nenek, Serunting mengambilnya. Serunting mengubah rambut itu menjadi seorang bayi “Wahai rambut, jadila hengkau seorang bayi!.

Pasangan tua itu berterimakasih kepada Serunting “Terimakasih Nak., semoga engkau diberkahi Tuhan”. Serunting bahagia bisa membantu orang lain. Meskipun kalimat yang keluar dari mulutnya berbuah manis, orang-orang masih menjulukinya dengan nama Si Pahit Lidah. Serunting melanjutkan perjalanannya ke Sumidang. Di sisa perjalanannya, Serunting belajar untuk membantu orang lain dan berusaha menolong orang lain dan berusaha menolong orang yang kesulitan.










Tidak ada komentar:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda