Selasa, 25 Juni 2019

GLOSARIUM FONOLOGI






GLOSARIUM FONOLOGI
(Kamus Mini Fonologi)
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah fonologi
Dosen Pengampu: Dessy Saputri, S.Pd, M.Hum.












PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG












   Disusun oleh:

Kelompok 1















1. Fonologi bagian dari linguistik yang mempelajari, membahas, membicarakan,dan menganalisis bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh-alat alat ucap manusia.
2. Transkripsi ortografis transkripsi yang sesuai dengan kaidah-kaidah ejaan atau bahasa (dalam bahasa indonesia menurut EYD).
3. Transkripsi fonetis transkripsi yang berusaha menggambarkan semua bunyi secara sangat teliti dan akurat.
4. Transkripsi fonemis transkripsi yang menggunakan satu lambang untuk satu fonem tanpa melihat perbedaan fonetisnya.
5. Silabel dapat berdiri sendiri sebagai suku kata.
6. Fonem satuan bunyi terkecil yang dapat membedakan makna kata.
7. Fonemik kajian mengenai sistem fonem dalam satu bahasa.
8. Fonetik kajian mengenai pemproduksian bunyi bahasa.
9. Fon bunyi-bunyi bahasa.
10. Segmental berkaitan dengan segmen
11. Segmentasi analisis sebuah kontinum wicara atas fon dan fonem.
12. Kenyaringan kualitas resonansi bunyi yang memungkinkan bunyi itu lebih menonjol daripada yang lain, seperti vokal lebih nyaring daripada konsonan.
13. Vokal bunyi bahasa yang dihasilkan dengan getaran pita suara dan penyempitan dalam satu saluran suara diatas glotis.
14. Segmen bunyi satuan bunyi yang diabstraksikan dari suatu kontinum wicara (fon dan fonem)
15. Sonoritas kenyarinagn bunyi
16. Morfofonemik morfofonologi
17. Morfofonologi proses perubahan bunyi sebagai akibat dari proses morfologi
18. Intonasi pola perubahan nada yang dihasilkan pembicara pada waktu mengucapkan ujaran atau bagian-bagian nya.
19. Bilabial bunyi yang dihasilkan dengan kedua belah bibir
20. Paru paru sumber arus udara yang merupakan mutlak untuk terjadinya bunyi bahasa
21. Laringsebuah rongga pada ujung saluran pernafasan yang diujung nya ada sepasang pita suara.
22.Faring sebuah rongga yang terletak diantara pangkal tenggorok dengan rongga mulut dan rongga hidung.
23.Diftongisasi  proses perubahan vokal menjadi diftong,seperti vokal [o] menjadi [aw] pada kata [anggota] menjadi angauta
24. Alveolum ceruk gigi,gusi
25. Dental berhubungan dengan gigi atas dalam suatu proses artikulasi, bunyi yang dihasilkan pada gigi atas sebagai artikulator pasifnya.
26. Morfem satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna
27. Afiks bunyi yang ditambahkan pada sebuah kata, entah di awal, di akhir atau di tengah, atau gabungan dari antara tiga itu untuk membentuk kata baru yang artinya berhubungan dengan kata yang pertama.
28. Sufiks afiks yang dibubuhkan pada akhir sebuah kata.
29. Lateral bunyi yang dihasilkan dengan penutupan ruang disebelah kiri atau kanan lidah.
30. Pergeseran bunyi  serangkaian perubahan yang teratur dalam sistem bunyi atau bahasa dalam satu tahap ketahap lainnya.
31. Sosiolinguistik kajian dalam hal variasi-variasi bunyi dapat menunjukkan status sosial dari seseorang atau sekelompok orang di dalam masyarakat.
32. Tril bunyi getar atau geletar (r).
33. Fonetik akustik yang menyelidiki ciri-ciri fisik bunyi bahasa, merupakan ilmu antar displiner antara linguistik dan fisika.
34. Fonetik artikulatoris fonetik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa berdasarkan alat-alat ucap dalam artikulasi.
35. Fonetik auditoris fonetik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa berdasarkanpendengaran sebagai persepsi bahasa.
36. Produksi bunyi proses pembentukan bunyi bahasa.
37. Spektrum grafik yang menunjukkan amplitude relatif komponen frekuensi dari gelombang bunyi.
38. Resonansi getaran yang terjadi serempak dengan gerak tekanan udara yang disebabkan oleh getaran lain.
39. Tekanan (stress) kekuatan yang lebih besar dalam artikulasi pada salah satu bagian ujaran yang membuatnya lebih menonjol daripada bagian ujaran yang lain.
40. Diakritik tanda tambahan pada huruf yang bisa mengubah nilai fonetis huruf itu.
41. Modifikasi vokal perubahan vokal sebagai akibat dari ditambahkan nya suatu bunyi dalm suku kata yang ditambahnya itu.
42. Aspirasi artikulasi konsonan dengan letupan dengan nafas keras sehingga dapat dudengar munculnya bunyi.
43. Labialisasi proses pembentukan bentuk mulut pada waktu bunyi dihasilkan.
44. Palatalisasi proses perubahan bunyi yang dihasilkan karena naiknya lidah kearah palatum.
45. Velarisasi proses pengangkatan dorsum kearah velum.
46. Faringalisasi produk bunyi bahasa yang disertai dengan penyempitan pada faring.
47. Nasalisasi penasalan suatu bunyi tertentu sebagai artikulasi kedua.
48. Tulisan ortografis tulisan menurut sistem ejaan yang berlaku untuk suatu bahasa (EYD).
49. Glotalisasi bunyi sertaan yang dihasilkan dengan cara glotis ditutup sesudah bunyi utama diucapkan sehingga terdengar bunyi sertaan.
50. Palatum langit-langit keras, berupa ruang cekung yang membentuk atap mulut, dibelakang alveolar.
51. Retrofleks bunyi yang terjadi karena penyempitan ruang antara ujung lidah yang berkelung (ditarik) kebelakang.
52. Alat ucap organ-organ pada rongga mulut, seperti  lidah, gigi, dan lain-lain yang dihasilkan untuk memproduksi bunyi bahasa.
53. Fisiologis salah satu dari cabang biologi yang mempelajari berlangsungnya sistem kehidupan
54. Apikodental bunyi yang terjadi pada ujung lidah dan gigi atas.
55. Apeks ujung lidah.
56. Labium bibir (atas dan bawah).
57. Dentum gigi.
58. Bunyi egresif bunyi yang dihasilkan kalau arus udara datang dari paru-paru.
59. Bunyi ingresif bunyi yang dihasilkan kalau arus udara datang dari luar.
60. Faringal bunyi yang terjadi karena penyempitan antara dinding faring dan akar lidah.
61. Glotis celah diantara kedua selaput pita suara didalam laring.
62. Faring sebuah rongga yang terletak diantara pangkal tenggorok dengan rongga mulut dan rongga hidung
63. Epiglotis katup pangkal tenggorok.
64. Uvular bunyi yang terjadi karena penyempitan antara uvula dan belakang lidah.
65. Bunyi oral bunyi yang keluar melaui rongga mulut.
66. Artikulator aktif artikulator yang bergerak dalam memproduksi bunyi bahasa.
67. Artikulatif pasif artikulator yang tidak bergerak dalam memproduksi bunyi bahasa.
68. Vokal bundar vokal yang dihasilkan dengan bentuk mulut membundar.
69. Vokal tak bundar vokal yang dihasilkan dengan bibir melebar.
70. Apikopalatal bunyi yang terjadi pada ujung lidah dan langit langit keras.
71. Pulmonik mengenai kegiatan paru paru dalam produksi bunyi.
72. Vokoid bunyi vokal dalam kajian fonetik, bunyi vokal sebelum ditetapkan statusnya sebagai fonem.
73. Kontoid bunyi konsonan sebelum ditetapkan statusnya sebagai sebuah fonem.
74. Titik artikulasi tempat artikulasi.
75. Labiodental bunyi yang dihasilkan dengan bibir bawah sebagai artikulator aktif dan gigi atas sebagai artikulator pasif.
76. Interdental bunyi bahasa yang dihasilkan diantara kedua baris gigi.
77. Apiko alveolar bumyi yang terjadi pada ujung lidah dan ceruk gigi atas.
78. Laminodental bunyi yang terjadi pada daun lidah dan gigi atas.
79. Lamino palatal bunyi yang terjadi pada daun lidah dan langit-langit keras.
80. Lamino alveolar bunyi yang terjadi pada daun lidah dan ceruk gigi atas.
81. Dorso palatal bunyi yang diartikulasikan dengan punggung lidah mendekati langit-langit keras.
82. Radiko faringal bunyi yang diartikulasikan dengan akar lidah dan dinding kerongkongan.
83. Bunyi letupan bunyi yang dihasilkan dengan menghambat arus udara sama sekali ditempat tertentu, lalu alat-alat ucap pada tempat artikulasi itu dilepaskan kembali.
84. Bunyi frikarif bunyi desis.
85. Bunyi afrikat bunyi paduan.
86. Bunyi sampingan (lateral) bunyi yang dihasilakan dengan mengahalangi arus udara sehingga keluar melalui kedua samping lidah.
87. Bunyi getar bunyi yang dihasilkan dengan mengartikulasikan ujung lidah pada ceruk gigi atau berulang-ulang.
88. Bunyi hampiran bunyi semi vokal.
89. Klasfer bunyi rangkap konsonan.
90. Monoftong bunyi tunggal vokal.
91. Hamzah bunyi yang dihasilkan dalam laring dengan menghambat aliran udara pada glotis.
92. Artikulasi perubahan rongga dan ruang pada saluran suara untuk menghasilkan bunyi bahasa.
93. Semi vokal bunyi bahasa yang mempunyai ciri vokal dan konsonan, mempunyai sedikit gesekan dan tidak muncul sebagai inti silabel.
94. Lenis bunyi yang terjadi karena pernapasan lembut dan otot kendur.
95. Artikulasi sertaan artikulasi lain yang muncul dalam memproduksi sebuah bunyi.
96. Aproksiman bunyi semi vokal, yaitu bunyi (w) dan (y).
97. Vokal tinggi vokal yang dihasilkan dengan lidah terletak tinggi di dalam rongga mulut.
98. Vokal tengah vokal yang dihasilkan dengan lidah dalam posisi tidak tinggi dan tidak rendah.
99. Vokal panjang vokal yang diartikulasikan dengan ciri tegang.
100. Vokal depan vokal yang dihasilkan dengan menggerakkan bagian lidah ke arah depan seperti vokal.
101. Vokal kardinal vokal dengan ciri-ciri artikulasi tertentu bisa digunakan sebagai dasar perbandingan vokal-vokal lain.
102. Vokal  netral vokal yang diucapkan dengan bentukmulut tidak bundar dan tidak melebar, seperti bunyi [a].
103. Vokal terbuka terjadi apabila lidah berada dalam posisi serendah mungkin,seperti bunyi [a].
104. Vokal semi terbuka terjadi apabila lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga diatas vokal yang paling rendah, seperti bunyi [ɛ], dan [].
105. Vokal semi tertutup terjadi apabila lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di bawah vokal tertutup, seperti bunyi [e], bunyi [∂], dan bunyi [o].
106. Vokal tertutup terjadi apabila lidah diangkat setinggi mungkin mendekati langit-langit, seperti bunyi [i] dan bunyi [u].
107. Vokal bawah vokal yang dihasilkan dengan lidah dibagian bawah mulut.
108. Vokal bundar vokal yang dihasilkan dengan bentuk mulut membundar.
109. Vokal tak bundar vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut membundar, melainkan terbentang melebar, seperti bunyi (i), bunyi (e).
110. Striktur bunyi vokal jarak antar lidah dengan langit-langit keras.
111. Vokal tertutup bunyi yang terjadi apabila lidah diangkat setinggi mungkin mendekati langit-langit, seperti bunyi (i) dan bunyi (u).
112. Vokal semi tertutup bunyi yang terjadi apabila lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di bawah vokal tertutup, seperti bunyi (e) dan bunyi (o).
113. Vokal semi terbuka bunyi yyang terjadi apabila lidah diangkatdalam ketinggian sepertiga di atas vokal yang paling rendah (Ɛ).
114. Vokal terbuka bunyi yang terjadi apabila lidah berada dalam posisi serendah mungkin, seperti bunyi (a).
115. Diftong bunyi bahasa yang pada waktu dilafalkan ditandai oleh perubahan gerak lidah dan perubahan timbre satu kali
116. Diftong naik terjadi jika vokal yang kedua diucapkan dengan posisi lidah menjadi lebih tinggi daripada pertama.
117. Diftong turun yang terjadi jika vokal kedua diucapkan dengan posisi lidah lebih rendah daripada yang pertama.
118. Diftong memusat yang terjadi jika vokal kedua diacu oleh sebuah atau lebih oleh vokal yang lebih tinggi, dan juga diacu oleh sebuah atau lebih vokal yang lebih rendah.
119. Striktur hubungan posisi antara artikulator aktif dan artikulator pasif.
120. Lafal cara seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa mengucapkan bunyi bahasa.
121. Literatur bahan bacaan yang digunakan dalam berbagai aktifitas baik secara intelektial maupun rekreasi
122. Tempat artikulasi tempat terjadinya bunyi konsonan atau tempat bertemunya artikulator aktif dan artikulator pasif.
123. Cara artikulasi bagaimana tindakan atau perlakuan terhadap arus udara yang baru ke luar dari glotis dalam menghasilkan bunyi konsonan itu.
124. Deret konsonan urutan dua buah konsonan yang terletak pada batas silabel. Misalnya konsonan (m) dan (b) pada kata lambat dan timbul.
125. Intonasi final pola perubahan nada yang dihasilkan pembicara pada waktu akhir mengucapkan ujaran atau bagian-bagian nya.
126. Udara glotalik arus udara yang berasal dari rongga faring.
127. Udara velarik arus udara yang barasal dari gerakan kebelakang didalam rongga mulut.
128.  Bunyi bahasa satuan bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia.
129. Monoftong bunyi tunggal vokal.
130. Jeda hentian dalam ujaran yang sering terjadi didepan unsur yang mempunyai isi informasi tertentu.
131. Nada bunyi yang beraturan, dan memiliki frekuensi tunggal tertentu.
 
A
Alat ucap organ organ pada rongga mulut,seperti lidah,gigi,langit-langit keras,dan lain-lain yang         digunakan untuk memproduksi.
 Alofon fariasi dari sebuah fonem,bunyi yang merupakan realisasi dari sebuah fonem.
Alternant → varian.
Alternasi adanya dua varian atau lebih,baik distingtif maupun tidak dalam suatu hubungan paradigmatic.
Alveolar bunyi yang terjadi pada ceruk gigi (alveolum).
Alveolum ceruk gigi / gusi.
Anaptiksis penyisipan bunyi vokal diantara dua buah konsonan,seperti penyisipan (e) pada kata kelas
Antarvokal konsoan yang muncul atau berada diantara dua buah vocal,seperti bunyi [?] pada kata taat [ta?at].
Anterior artikulasi tengah didaerah rongga mulut bagian depan.
Apexs ujung lidah.
Apikal 1.berkenaan dengan ujung lidah,2 bunyi yang terjadi pada ujung lidah.
Apikodental bunyi yang terjadi pada ujung lidah dan gigi atas.
Apikoalveolar bunyi yang terjadi pada ujung lidah dan ceruk gigi atas.
Apikopalatal bunyi yang terjadi pada ujung lidah dan langit-langit keras.
Apokope penanggalan satu bunyi atau lebih pada akhir kata,seperti pelangit → pelangi.
Aproksinan bunyi semivokal,yaitu bunyi [w] dan [y].
Arkifonem fonem yang kehilangan kontras pada posisi tertentu,seperti [b] dan [p] pada kata [jawab] dan [jawap].
Atikulasi perubahan rongga dan ruang pada saluran suara untuk menghasilkan bunyi bahasa.
Artikulasi ganda terjadinya dua artikulasi karena pengaruh bunyi berikutnya dalam memproduksi sebuah bunyi.
Artikulasi primer artikulasi yang pertama dan utama dalam memproduksi sebuah bunyi (dalam kaitannya dengan artikulasi ganda).
Artikulasi sekunder artikulasi yag ke dua dalam memproduksi sebuah bunyi(dalam kaitannya dengan arikulasi ganda).
Artikulasi sertaan artikulasi lain yang muncul dalam memproduksi sebuah bunyi;→ artikulasi sekunder.
Artikulator aktif artikulator yang bergerak dalam memproduksi bunyi bahaa,seperti gigi atas dan langit langit keras.
Artikulator pasif artikulator yang tidak bergerak dalam memprduksi bunyi bahasa,seperti gigi atas da langit-langit keras.
Asilabis bunyi bahasa yang tidak dapat menjadi inti suku kata.
Asimilasi proses menjadi sama dua buah bunyi yang berbeda karena saling pengaruh.
Asimilasi progresif proses perubahan bunyi menjadi sama atau mirip dengan bunyi yang mendahuluinya.
Asimilasi vegresif proses perubahan bunyi menjadi sama atau mirip dengan bunyi yang mengikutinya.
 Aspirasi artikulasi konsonan letupan dengan nafas keras sehingga dapat didengar munculnya bunyi [h].
Aspirat bunyi yang terjadi sebagai hasil dari proses aspirasi.

B
Belakang dihasilkan pada lidah bagian belakang misalnya /u/dan/o/ adalah vokal belakang.
Bentuk kanomik struktur suku kata yang aling lazim,seperi urutan KV dan VK dalam bahasa Indonesia.
Bersuara bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan dengan pita suara turut bergetar, seperti bunyi [b] dan [d]. biasanya dipertentangkan dengan bunyi tak bersuara, yaitu bunyi yang dihasilkan pita suara tidak turut bergetar seperti bunyi [p] dan [t].
Bilabial bunyi yang dihasilkan dengan kedua belah bibir (atas dan bawah).
Bulat →bundar.
Bundar bentuk mulut sewaktu melafalkan vokal bundar,seperti [u] dan [o]. biasa dipertetangkan dengan bunyi tak bundar, seperti [i] dan [e].
Buni bahasa satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat  uapmanusia.
Bunyi desis bunyi yang dihasilkan dengan cara didesiskan atau degeerkan seperti nyi [s] dan [h].
Bunyi frikatif→ bunyi desis.
Bunyi getar bunyi yang dihasilkan dengan mengrtikulasikan ujung lidah pada ceruk gigi atau berulang-ulang,seperti bunyi [r].
Bunyi geseran→bunyi desis.
Bunyi hampiran→bunyi semivokal.
Bunyi homorgan bunyi-bunyi yang berlainan yang diproduksi (diartikulasikan)  pada tempat yang sama, seperti bunyi [b],[p],[m], dan [w] yang diartikulasikan pada kedua bibir.
Bunyi letupan bunyi yang dihasilkan dengan menghambat arus udara sama sekali di tempat tertentu, lalu alat-alat ucap pada tempat artikulasi itu dilepaskan kembali.
Bunyi likuida bunyi yang dihasilkan dengan membentuk alur sempit antara pita-pita suara dengan tempat artikulasi sedemikian rupa sehingga alur sempit yang kedua tidak ada seperti bunyi [r] dan [I].
Bunyi nasal→ bunyi sengau.
Bunyi oral bunyi yang keluar melalui rongga mulut (sebagai lawan dari bunyi nasal atau bunyi sengau).
Bunyi sampingan bunyi yang dihasilkan dengan menghalangi arus udara sehingga ke luar melalui kedua samping lidah.
Bunyi sengau bunyi yang dihasilkan dengan menutup jalan dirongga mulut lalu memberi jalan melalui rongga hidung.
Bunyi sentuhan bunyi yang dihasilkan dengan artikulator aktif menyentuh sesaat titik artikulasi.

C
Cara artikulasi caa aliran udara disempitkan atau dilepaskan dalam saluran udara,seprti dihambat,digesekan,digetarkan,dan sebagainya.
cara pembeda cirri yang membedakan satuan bunyi yang satu dengan satuan bunyi lainnya,misalnya antara bunyi oral dan bunyi nasal antara bunyi nasal ;antara bunyi depan dan bunyi belakang,dan sebagainya.
Cirri prosedi → ciri suprasegmental.
Ciri  supra segmental cirri ujaran yang melingkupi lebih dari satu segmen ujaran atau bunyi yaitu nada,tekanan,sendi,intonasi.

D
Daun lidah bagia dari lidah yang terletak tepat dibelakang ujung lidah.
Delabialisasi tiadanya atau penghilangan labialisasi.
Denasalisasi proses penghilangan bunyi nasal.
Dental 1.berhubungan dengan gigi atas dalam suatu proses artikulasi ; 2bunyi yang dihasilkan pada gigi atas sebagai artikulator pasifnya.
Depalatalisasi proses penghilangan bunyi palatal.
Deret konsonan urutan dua buah konsonan yang terletak pada batas silabel.misalnya konsonan [m] dan [b] pada kata lambat dan timbul.
Diakritik tanda tambahan pada huruf yang bisa megubah nilai fonetis huruf itu.misalnya tanda (  ̷  ) pada e dalam[e] dan sebagainya.
Diftong bunyi bahasa yang pada waktu dilafalkan ditandai oleh perubahan gerak lidah dan perubahan timbre satu kali,dan yang berfungsi sebagai inti dari suku kata,seperti [aw] pada [pulaw],dan sebagainya.
Diftongisasi proses perubahan vocal menjadi  diftong,seperti vokal [o] menjadi [aw] pada kata [aŋgota]mejadi [aŋgauta].
Diftong naik 1.diftong yang unsure keduanya dilafalkan dengan posisi lidah lebih tinggi dari unsur pertamanya.misalnya [au] pada kata harimau; 2.diftong yang bagian paling nyaringnya terdapat sesudah peluncurnya.misalnya [ua] pada kata [uaŋ].
Diftong turun 1.diftong yang unsur keduanya dilafalkan dengan posisi lidah lebih rendah dari unsure pertamanya.misalnya [iƏ] pada kata bahasa inggris here [hiƏ] ; 2.diftong yang bagian paling nyaringnya terdapat sebelum peluncurnya.misalnya [au] pada kata harimau.
Difus ciri pembeda yang menunjukan konsentrasi di bagian-bagian pinggir  spectrum,menandai artikulasi daerrah vokal rendah dan konsonan belakang.
Digraf kombinasi dua huruf untuk melambangkan satu bunyi atau satu fonem,seperti ng untuk melambangkan bunyi [ŋ].
Disilabis terjadi dari dua buah silabel (suku kata).
Disimilasi proses perubahan dua buah bunyi yang sama menjadi tidak sama.misalnya bunyi [r]dan [r] berubah menjadi [l]pada kata belajar asalnya [belajar].
Disonansi kombinasi bunyi yang dianggap tidak enak didengar.
Distingtif berfungsi untuk membedakan bunyi-bunyi bahasa.
Distribusi semua posisi yang dapat diduduki oleh bunyi bahasa.misalnya konsonan [c]hanya berdistribusi sebagai onset pada silabel,tidak sebagai koda.
Distribusi bebas dua buah bunyi yang secara bebas dapat dilafalkan pada satu tempat seperti bunyi [o] dan [ᴝ] pada kata [oraŋ] dan [ᴝraŋ].
Distribusi komplementer dua buah bunyi yang saling melengkapi dalam posisi tertentu.misalnya bunyi [e] pada silabel terbuka dan bunyi [ɛ] pada silabel tertutup,pada kata [sate] dan kata [karɛt] .
Dorsal bunyi yang terjadi dengan articulator aktifnya punggung lidah (dorsum) dan artikulator pasifnya langit-langit keras (palatum) atau langit-langit lembut (velum).
Dorsoalveolar bunyi yang di artikulasikan dengan punggung lidah mendekati ceruk gigi (alveolum).
Dorsopalatal bunyi yag diartikulasikan denggan punggung lidah mendekati langit-langit keras (palatum).
Dorsouvular bunyi yang di artikulasikan dengan punggung lidah mendekati uvula. 
Dorsovelar bunyi yang dihasilkan dengan punggung lidah menddekati langit-langit keras (velum)
Dorsum punggung lidah atau belakang lidah

E
Egresif bunyi yang terjadi dengan aliran udara bergerak keluar dari alat ucap.
Ejaan konvensi grafis atau penggambaran bunyi bahasa dalam satu sistem atau kaidah tulis-menulis.
Ejaan fonemis ejaan yang menggunakan setiap fonem dengan satu huruf (graf).
Ejaan fonetis ejaan yang menggambarkan setiap bunyi secara akurat lengkap dengan ciri-ciri prosodinya.
Ejaan ortografis ejaan yang menggambarkan vokal dan konsonan menurut kesepakatan satu sistem,misalnya EYD (ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan).
Eksplosif tentang hentian yang terjadi dengan alran udara keluar dari paru-paru.
Epentesis penyisipan bunyi atau huruf untuk menyesuaikan dengan pola fonologis bahasa peminjam.misalnya penyisipan bunyi [Ə] pada kata [kƏlas].
Epiglotis tulang rawan di depan glotis (celah pada pita suara)yang dapat bergerak melindungi glottis pada waktu menelan.
Eufoni kombinasi bunyi yang dianggap enak didengar.

F
Faringal bunyi yang terjadi karena penyempitan antara dinding faing dan akar lidah.
Faringalisasi produksi bunyi bahasa ang disertai dengan penyempitan pada faring.
Fon bunyi-bunyi bahasa
Fonem satuan bunyi terkecil yang dapat membedakan makna kata.misalnya bunyi [h] pada kata [tuah] karena bila ditanggalkan menjadi [tua] makna katanya akan berbeda.fonem merupakan konsep abstrak yang didalam ujaran direalisasikan oleh alofon-alofonnya.
Fonem gabungan kombinasi fonem dalam satu silabel (satu kata).
Fonemik kajian mengenai sistem fonem dalam satu bahasa.
Fonemis berkaitan dengan fonem ; dipandang dari segi fonem.
Fonem segmental vokal dan konsonan dalam suatu bahasa.
Fonem nonsegmental → fonem suprasegmental.
Fonem suprasegmental tekanan,nada atau jeda yang fonemis (dapat menbedakan makna kata).
Fonetik kajian mengenai pemproduksian bunyi bahasa (fon).
Fonetik akustik fonetik yang menyelidiki cirri-ciri fisik bunyi bahas;merupakan bunyi antardisipliner antara linguistic dan fisika
Fonetik artikulatoris fonetik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa erdasarkan alat-alat ucap dalam artikulasi.
Fonetik audiotois fonetik yang menyelidiki bunyi-buyi bahasa berdasarkan pendengaran sebagai persepsi bahasa
Fonis bersangkutan dengan fon (bunyi bahasa)
Fonologi bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-buyi bahasa.
Fonotaktik deskripsi tentang urutan fonem yang mungkin dalam suatu bahasa.
Fortis bunyi yang terjadi karena pernafasan kuat dan otot tegang,misanya bunyi [t],[k],[s].
Frikatif bunyi yang dihasilkan dengan penyempitan,sehingga terjadi pergeseran :→ bunyi desis
G
Getar bunyi bahasa yag dihasilkan oleh artikulasi yang bergetar secara cepat,yaitu bunyi [r]
Glotal bunyi yang terjadi karena penyempitan antara ruang kedua belah pita suara.
Glotalisasi proses artikulasi bunyi glottal [?]sebagai ciri skunder suatu bunyi.
Glotis celah diantara kedua selaput pita suara didalam laring.
Glotograf alat untuk mengetahui seeberapa jauh glotis terbuka dengan bantuan cahaya.
Graf huruf (sebagai satuan dalam alphabet).
Grafem satuan terkecil yang distingtif dalam suatu sistem aksara.
Grafem suprasegmental tanda-tanda yang digunakan untuk menggambarkan ciri-ciri suprasegmental,seperti tekanan,nada,dan sebagainya.
Gugus urutan dua bunyi dalam satu silabel,seperti [au]dalam kata [pulau],dan [kl] pada kata [klasik].
Gugus konsonan urutan dua konsonan atau lebih di dalam satu silabel,seperti [tr]pada kata [tradisi],dan [skr] pada kata [skripsi].
Gugus vokal urutan dua vokal dalam satu silabel,seperti [au] pada kata [aula].
Gutular istilah untuk konsep velar dan laringal.



    H
Hambatan 1.cara artikulasi dengan penghentian arus udara pada titik tertentu. 2.Bunyi yang dihasilkan dengan cara demikian misalnya bunyi {b},{p}, dan {d}.
Hampiran bunyi yang mula-mula diartikulasikan sebagai konsonan tetapi kemudia berakhir sebagai vocal,seperti bunyi {w} dan {y]; asemivokal.
Hamzah bunyi yang dihasilkan dalam laring dengan menghambat aliran udara pada glottis.
Harmonisasi Vokal penyamaan bunyi vokal pada silabel pertama dengan bunyi vokal kedua,misalnya bunyi {} pada silabel pertama dengan bunyi {} pada silabel kedua pada kata {tkh}.Seharusnya bunyi fonem /o/ pada silabel pertama adalah {o} karena silabel terbuka.
Haplologi penghilangan satu bunyi atau dua bunyi yang sama dan berurutan,misalnya morfofologi  menjadi Morfonologi.
Hentian bunyi konsonan yan dihasilkan dengna sepenuhnya menghambat aliran udara, seperti bunyi {p}, {t}, dan {d}; aplosif.
Homorgan bunyi homorgan.

I
Implosif bunyi hentian yang terjadi dengan aliran udara diisap oleh glotis.
Ingresif  bunyi yang dihasilkan dengan aliran udara bergerak kedalam saluran suara .
Inisiator  bagian dari rongga suara yang dapat bergerak yang mengubah ukuran rongga sehingga menyebabkan udara dapat bergerak, misalnya paru paru, laring, dan velum.
Interdental bunyi bahasa yang dihasilkan diantara kedua garis gigi.Misalnya bunyi {ᴓ} pada bahasa inggris thin, dan {ỏ} pada kata this.
Interlu  konsonan yang tidak dapat ditentukan masuk silabel mana, seperti konsonan {s} pada demonstrasi; apakah masuk silabel {mons} atau masuk silabel {star}.
Intonasi  pola perubahan nada yang dihasilkan pembicara pada waktu mengucapkan ujaran atau bagian bagiannya.
Intrusi penambahan bunyi didalam kata atau diantara dua silabel misalnya penambahan bunyi [m] pada kapak menjadi kampak,dan sapi menjadi sampi.

J
Jeda hentian dalam ujaran yang sering terjadi didepan unsur yang mempunyai isi informasi tertentu.

K
Kendur  ciri pembeda yang dihasilkan dengan ketegangan otot yang sangat kurang. Misalnya dalam konsonan [z] terdapat ciri kendur, sedangkan dalam konsonan [s] terdapat ciri tegang.
Kenyaringan  kualitas resonansi bunyi yang memungkinkan bunyi itu lebih menonjol daripada yang lain, seperti vokal lebih nyaring daripada konsonan.
Kesenyapan  keadaan tiadanya bunyi sebagai batas ujaran.
Klik: Bunyi plosif  yang dihasilkan dengan sentuhan lidah yang tersentak dilepaskan sehingga timbullah penghirupan udara.
Koartikulasi  1. Artikulasi dua bunyi atau lebih secara serentak ; 2. Artikulasi sertaan.
Koda  konsonan yang terletak disebelah kanan vokal dalam sebuah silabel.
Kompak  ciri pembeda yang menunjukan konsentrasi energi dibagian pusat spektrum yang relatif smpit menandai artikulasi daerah labial,alveolar, dan vokal tinggi.
Konsonan  bunyi bahasa yang dihasilkan dengan menghambat aliran udara pada salah satu tempat disaluran-saluran suara diatas glotis.
Konsonan silabil  konsonan yang mendukung puncak penyaringan pada silabel (suku kata)
Konsonantal  adanya hambatan diatas glotis,berciri konsonan.
Kontinuan → malaran
Kontoid  bunyi konsonan sebelum ditetapkan statusnya sebagai sebuah fonem.
Kontras  adanya oposisis antara dua buah bunyi yang distingtif.Misalnya bunyi [p], dan [b] berkontras dalam bahasa indonesia.
Kontur  pola ciri ciri prosodi yang terjadi dari nada,gerak nada,dengan atau tanpa tekanan sebagian atau seluruh ujaran tertentu.
Kontur intonasi  pola turun naiknya nada yang meneyertai ujaran.
Koronal  bunyi yang terjadi dengan dasar lidah sebagai artikulator aktif dan langit langit keras sebagai artikulator pasif.
Kronem satuan panjangnya satuan bunyi bahasa yang distingtif.

L
Labial bunyi yang terjadi karena adanya penyempitan ruang  antara bibir atas atau gigi atas dengan bibir bawah (mencangkup bunyi bilabial,labiodental dan sebagainya)
Labialisasi proses pembulatan bentuk mulut pada waktu bunyi dihasilkan. Misalnya bunyi [u] pada kata [ujud] sering dilafalkan menjadi [wujud].
Labiodental bunyi yang dihasilkan dengan bibir bawah sebagai artikulator aktif dan gigi atas sebagai artikulator pasif,seperti bunyi [f] padakata fajar.
Labium bibir (atas dan bawah).
Lafal cara seseorang ata sekelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa mengucapkan bunyi bini bahsanya.
Laminal bunyi yang dihasilakn dengan daun lidah.
Laminum daun lidah.
Laring bagian atas dari batang tenggorok yang berisi pita suara.
Laringal bunyi yang dihasilkan didalam laring,anatara lain bunyi hamzah.
Lateral bunyi yang dihasilkan dengan penutupan ruang disebelah kiri atau kanan lidah.
Lenis bunyi yang terjadi karena pernafasan lembut dan otot kendur,seperti bunyi [d], [g], dan [z].
Letupan gerak udara keluar pada saat penghasilan bunyi plosif.
Ligatur gabunga dua huruf  tercetak yang berlinan,seperti huruf  ae yang merupakan gabunga huruf a dan huruf e.
Likuida konsonan yang tidak mengalami hambatan apikoalveolar yang menyerupai vokal, yaitu [r] dan [I]
Longgar→ difus.
Lucuran (glide) perubahan vokal yang terjadi dalam inti yang kompleks pada waktu lidah berubah posisinya. Misalnya dua vokal terakhir pada kata lantai memperlihatkan lucuran.

M
Malaran bunyi yang tidak mengalami hambatan ; semua vokal dan frikatif adalah malaran.
Medio palatal bnyi yang diartikulasikan ditengah palatum (langit-langit keras).
Medio Velar bunyi yang diartikulasikan ditengah tengah velum 9langit langit lunak)
Metatesis perubahan tetap bunyi (huruf) dalam kata.Misalnya,perubahan letak bunyi [r] dan [I] pada kata (rontal) menjadi (lontar)
Minimal pair → pasangan minimal
Modifikasi vokal perubahan vokal sebagai akibat dari ditambahnya suatu bunyi dala suku kata yang ditambanhya itu. Misalnya kata jawa sega [s∂g] ‘nasi’ bila ditambah imbuhan –ne menjadi segane [s∂gane].disini bunyi vokal [] berubah menjadi [a].
Monoftong bunyi diftong yang berubah menjadi sebuah vokal tunggal,seperti [satay] yang menjadi [sate];[pulaw] yang berubah menjadi [pulo].
Monoftongisasi proses perubahan bunyi dari diftong menjadi monoftong.
Mora satuan terkecil untuk mengukur kuantitaf atau kepanjangan dalam sistem prosodi.
Morfofonemik→ morfonologi
Morfofonologi proses perubahan bunyi  sebagai akibat dari proses morfologi.

N
Nasal bunyi yang dikeluarkan melalui rongga hidung,seperti bunyi [m],[n], dan [ᶯ]
Nasalisasi penasalan suatu bunyi tertentu sebagi artikulasi kedua. Misalnya, buyi [p] dinasalisasikan pada ucapan kata [pandang].
Nasofaring bagian dari yang ada dibawah rongga hidung.
Netralisasi penangguhan kontras antara dua buah fonem dalam lingkungan fonologis tertentu.Dalam bahasa Indoensia  hilangnya kontras antara fonem /d/ dan /t/ pada posisis akhir,seperti pada kata ahad yang menjadi [ahad] dan ahat.
Nonsegmental→ unsur suprasegmental.
Non silabis bunyi bahasa yang tidak mendukung puncak kenyaringa suku kata, seperti bunyi ketiga pada kata hay.
Nuklus inti suku kata (yang biasanya berupa vokal).

O
Obstrun bunyi hentian bersuara atau bunyi bukan resonan,seperti bunyi [b],[d], dan [g].
Oklusi saat penghasilan konsonan oklusif dimana penutupan dipertahankan .
Oklusif aspirat konsonan oklusif yang dilepas dengan hembusan nafas sepertibunyi pertama pada kata inggris pin.
Oklusif tak aspirat konsonan oklusif yang dilepas tanpa hembusan nafas seperti konsonan pertama pada kata Indonesia panas.
Oposisi hubungan antara dua bunyi yang menampakkan perbedaan.Misalnya antara bersuara dan tak bersuara,antara oral dan nasal.
Oral berkaitan dengan bunyi bahasa yang dihasilkan dengan udara melalui rongga mulut
Orofaring bagian dari faring yang berdampingan dengan rongga mulut.
Ortografis sistem ejaan bahasa.

P
Paduan→ afrikat.
Palatal bunyi yang dihasilkan pada langit langit keras (palatum).
Palatalisasi proses perubahan bunyi yang dihasilkan karena naiknya lidah kearah palatum seperti bunyi [p] pada kata piara yang dilafalkan menjadi [pᵧara]
Palatoalveolar bunyi yang di hasilkan karena penyempitan ruang diantara daun lidah dan alveolum serta bagian depan palatum.
Palatum langit-langit keras,berupa ruang cekung yang membentuk atap mulut ,di belakang alveolar.
Pasangan minimal dua buah bentuk (kata) yang mirip yang hanya memiliki satu bunyi yang berbeda, seperti antara kata [kapan] dan [kafan]
Penglepasan (realese)gerak alat ucap dari posisi artukulasi suatu bunyi bahasa  ke posisi untuk artikulasi bunyi bahasa lain atau ke posisi diam sedemikian rupa sehingga penutupan dalam saluran suara terbuka atau penyempitan di lepaskan.
Penyempitan (striktur) 1. Hubunga antara artikulator  dan titik artikulasi yang mempengaruhi tingkat alira udara pada satu titk tertentu  dalam saluran udara; 2. Jarak antara lidah dengan langit - langit lunak dalam pembentukan bunyi vokal.
Penyuaraan penggetaran pita suara selama bunyi bahasa berartikulasi.
Pepet bunyi vokal tengah tak bundar [∂]; penanda vokal tersebut.
Pergeseran bunyi serangkaian perubahan yang teratur dalam siste bunyi suatu bahasa dalam satu tahap ke tahap lain.
Pergeseran vokal serangkaian perubahan vokla yang teratur dalam sejarah suatu bahasa.
Pita suara dua lipatan otot yang dapat bergetar dalam laring untuk menghasilkan suara atau bunyi bahasa.
Plosif bunyi bahasa yang terjadi dengan penutupan menyeluruh dibelakang artikulator                   bersama titik artikulasi tempat udara terkumpul, kemudian terjadi penglepasan.
Post alveolar bunyi yang terjadi karena penyempitan ruang antara ujung atau daun lidah dan daerah tempet dibelakang alveolum.
Post vokalis ada dibelakang vokal.Misalnya,/s/ pada kata terus adalah post vokalis
Prapalatal bunyi palatal yang diartikulasikan dibagian depan palatal.
Pravokalis ada didepan vokal, misalnya bunyi /t/ pada kata terus.
Produksi bunyi proses pembentukan bunyi bahasa.
Prosodi ciri fonologis yang meliputi lebih dari satu segmen dalam konstituen ujaran.
Pukal→ kompak
Pulmonik mengenai kegiatan paru-paru dalam produksi bunyi.
Puncak kenyaringan bangian dari silabel (suku kata) yang saling menonjol karena bernada paling tinggi atau beretkanan paling keras.

R
Realisasi fonem pengungkapan yang sebenarnya dari suatu fonem.Misalnya fonem /o/ pada kata took direalisasikan sebagai bunyi [o], dan pada kata tokoh direalisasikan sebagi bunyi [].
Renda I (grave) cirri pembeda bunyi yang ditandai oleh  artikulasi labial,velar, dan vocal belakang.
Rendah II (low) dihasilkan dengan lidah terletak rendah dimulut,seperti vokal [a].
Resonan bunyi malaran yang bersuara.
Resonansi getaran yang terjadi serempak dengan gerak tekanan udara yang disebabkan oleh getaran lain.
Retrofleks  bunyi yang terjadi karena penyempitan ruang antara ujung lidah  yang berkeluk (ditarik) ke belakang.
Retrofleksi artikulasi bunyi bahasa yang disertai oleh ujung lidah yang melengkung kearah palatum
Rongga aktif rongga yang langsung berperan dalam produksi suatubunyi
Rongga esophagus perut dan kerongkongan yang kadang – kadang dipakai sebagai saluran suara.
Rongga faring ruang diantara akar lidah dan dinding belakang leher
Rongga hidung rongga saluran suara yang mencangkup hidung dan faring hidung
Rongga mulut  mulut sebagai bagian saluran sura
Rongga paru – paru paru – paru dang tenggorokan sebagai bagian dari saluran suara.
Rongga pasif rongga yang tidak secara langsung berperan dalam menghasilkan bunyi
Rongga supraglotal rongga diatas glottis yang mencangkup faring,rongga mulut, rongga hidung.
Rongga risonansi rongga yang berlaku sebagai resonator, yakni rongga hidung,rongga mulut, rongga hidung.
Ruang resonansi rongga yang berlaku sebagai resonator,yakni rongga hidung,rongga faring, dan rongga mulut.

S
Schwa bunyi vokal tengah sedang [ᵊ] 
Segmen bunyi  segmen bunyi satuan yang diabstraksikan dari suatu kontinum wicara, seperti fond an fonem.
Segmental berkaitan dengan segmen.
Segmentasi analisis sebuah kontinum wicara atas fond an fonem.
Selaan (interrupted) cirri pembeda konsonan yang dihasilkan dengan aliran udara sedikit banyak terhenti.
Semi vokal bunyi bahasa yang mempunyai cirri vokal dan konsonan, mempunyai sedikit geseran, dan tidak muncul sebagai inti silabel, seperti bnyi [w] dan [y].   
Sempit x tak sempit oposisi cirri pembeda yang secara akustis ditandai oleh berkurang tidaknya komponen-komponen frekuensi seperti yang dihasilkan oleh bentuk mulut bundar lawan tidak bundar.
Sendi peralihan bermakna dari satu segmen fonologis kesegmen fonologis yang lain atau dari segmen ke kesenyapan
Sendi buka sendi yang terjadi pada akhir kata dan membatasinya dengan kata lain. Misalnya antara kedua unsur ban tuan ‘ban anda’ yang berbeda dari kata bantuan ‘sokongan’
Sendi tutup sendi yang terdapat dalam urutan bunyi-bunyi yang tak putus dari sebuah kata.
Sengau →nasal
Sentralisasi proses mengarahnya sebuah vokal ke vokal pusat.
Sentuhan (tap) bunyi bahasa yang dihasilkan oleh satu sentuhan cepat antara articulator dan titik artikulasi
Sibilan bunyi frikatif yang dihasilkan dengan memaksa udara lewat lubang berbentuk alur antara lidah dan dinding mulut, seperti bunyi [s], [z], dan [j].
Silabis dapat berdiri sendiri sebagai suku kata.
Sineresis pelafalan gugus vokal sebagai diftong dalam suku tunggal, seperti pelafalan [paus] dalam ikan paus.
Sinkope hilangnya bunyi atau huruf dari tengah-tengah kata, seperti baharu menjadi baru.
Sistem bunyi uraian mengenai semua fonem dan alofon sertaa hubungan-hubungannya dalam suatu bahasa.
 Sistem vokal inventarisasi fonem vokal suatu bahasa yang menunjukan hubungan kontras antara vokal-vokal itu.  
Sonan 1.bunyi bersuara 2.konsonan silabis atau semi vokal.
Sonoran bunyi nasal dan likuida yang dapat membentuk suku kat sendiri.
Sonoritas kenyaingan bunyi, seperti bunyi vokal mempunyai sonoritas yang lebih tinggi dari pada bunyi konsonan di dalam satu silabel.
Speektograf alat dalam penyelidikan akustik wicara yang dapat menyimpan 2,4 detik rekaman. Hasil rekamannya disebut speektogram.
Spektrum grafik yang menunjukan amplitude relative komponen frekuensi dari glombang bunyi.
Spiran → frikatif
Striktur jarak antara lidah dengan palatum dan velum dalam memproduksi bunyi vokal.
Struktur fonemis keseluruhan inventarisasi fonem; hubungan antara fonem-fonem, beserta deskripsi alofon.
Suara bunyi yang dihasilkan karena bergetarnya pita suara.
Suku terbuka suku kata atau silabel yang berakhir dengan bunyi konsonan, seperti tim pada kata timba.
Suku tertutup suku kata atau silabel yang brakhir dengan bunyi konsonan, seperti tim pada kata timba.
Swara bakti vokal pendek yang disisipkan dalam proses anatiksis;→ anaptiksis


T
Tajam x tajam cirri pembeda yang secara akustik ditandai oleh tinggi rendahnya intensitas frekuensii, secara artikulatoris bunyi yang dihasilkan dengan luas sempitnya rongga laring.
Tak bundar bunyi yang dihasilkan tanpa pembundaran bentuk bibir.
Tegang cirri pembeda yang ditandai dengan penegangan otot dalam artikulator. Misanya bunyi [e] adalah tegang; bunyi [ᴐ] adalah kendur.
Tekanan (stress) kekuatan yang lebih besar dalam artikulasi pada salah satu bagian ujaran yang membuatnya lebih menonjol daripada bagian ujaran yang lain.
Tempat artikulasi bagian dari artikulator pasif yang disentuh atau didekati oleh articulator aktif.
Timbre cirri kualitas bunyi vokal.
Tirus cirri pembeda yang menyatakan bahwa artikulasi terjadi didaerah alveolar; vokal depan dan konsonan adalah tirus.
Titik artikulasi →tempat artikulator
Titi nada keseluruhan tinggi rendah nada yang dimungkinkan dalam suatu bahasa.
Transkripsi fonemis transkripsi yang menggunakan satu lambang untuk satu fonem tanpa melihat perbedaan fonetisnya.
Transkripsi fonetis trankripsi yang berusaha menggambarkan semua bunyi secara sangat teliti dan akurat.
Transkripsi ortografis transkripsi yang sesuai dengan kaidah-kaidah ejaan suatu bahasa (dalam bahasa Indonesia menurut EYD).
Transliterasi penggantian huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain, seperti dari huruf arab kelatin.
Trema tanda diakritis berupa titik dua diatas sebuah huruf  (“). Dalam ejaan van ophuysen kata saat ditulis saἅt, kata menggulai ditulis menggulaἵ.
Tril bunyi getar atau geletar [r].

U
Umlaut perubahan vokal dalam suku kata menjadi lebih tinggi karena pengaruh vokal atau semivokal yang mengikutinya.
Unsur  suprasegmental unsure didalam wicara yang menyertai bunyi-bunyi bahasa, seperti tekanan, nada, durasi, jeda, dan sebagainya.
Uvular bunyi yang terjadi karena penyempitan antara uvula dan belakang lidah.

V
Varian anggota dari satuan bunyi. Misalnya fonem /e/ mempunyai dua varian yaitu [e] dan [ᶟ].
Velar bunyi yang terjadi karena penyempitan antara belakang lidah dan langit-langit lembut(velum).
Velarisasi proses pengangkatan dorsum kearah velum.
Velum bagian belakang langit-langit lembut.
Vibran bunyi bahasa yang di artikulasikan dengan getaran yang berkesinambungan antara alat ucap yang bergerak dan yang tak bergerak. Misalnya bunyi [v] dengan bibir bawah bergerak dan gigi atas tidak bergerak.
Vokal bunyi bahasa yang dihasilkan dengan getaran pita suara, dan penyempitan dalam saluran suara diatas glottis.
Vokal bawah vokal yang dihasilkan dengan lidah dibagian bawah mulut, seperti [a].
Vokal belakang vokal yang dihasilkan dengan lidah ditarik ke arah belakang rongga mulut, seperti vocal [u] dan [o].
Vokal bundar vokal yang dihasilkan dengan bentuk mulut membundar.
Vokal depan vokal yang dihasilkan dengan menggerakan baagian lidah kearah depan seperti vocal [e].
Vokal cardinal satu seri vokal dengan cirri-ciri artikulasi tertentu, biasa digunakan sebagai dasar perbandingan vokal-vokal sebuah bahasa.
Vokal panjang vokal yang di artikulasikan dengan cirri tegang.
Vokal pendek vokal yang di artikulasikan dengan cirri kendur.
Vokal tak bundar vokal yang dihasilkan dengan bibir melebar.
Vokal tengah vokal yang dihasilkan dengan lidah dalam posisi tidak tinggi dan tidak rendah.
Vokal tinggi vokal yang di hasilkan dengan lidah terletak tinggi didalam rongga mulut, seperti [i], [u].
vokoid bunyi vokal dalam kajian fonetik; bunyi vokal sebelum ditetapkan statusnya sebagai fonem.


 













Tidak ada komentar:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda