GLOSARIUM
FONOLOGI
(Kamus Mini
Fonologi)
Disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah fonologi
Dosen Pengampu:
Dessy Saputri, S.Pd, M.Hum.
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
Disusun oleh:
Kelompok 1
1. Fonologi bagian dari
linguistik yang mempelajari, membahas, membicarakan,dan menganalisis
bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh-alat alat ucap manusia.
2. Transkripsi ortografis transkripsi
yang sesuai dengan kaidah-kaidah ejaan atau bahasa (dalam bahasa indonesia
menurut EYD).
3. Transkripsi fonetis transkripsi
yang berusaha menggambarkan semua bunyi secara sangat teliti dan akurat.
4. Transkripsi fonemis transkripsi
yang menggunakan satu lambang untuk satu fonem tanpa melihat perbedaan
fonetisnya.
5. Silabel dapat berdiri
sendiri sebagai suku kata.
6. Fonem satuan bunyi
terkecil yang dapat membedakan makna kata.
7. Fonemik kajian mengenai
sistem fonem dalam satu bahasa.
8. Fonetik kajian mengenai
pemproduksian bunyi bahasa.
9. Fon bunyi-bunyi bahasa.
10. Segmental berkaitan
dengan segmen
11. Segmentasi analisis sebuah
kontinum wicara atas fon dan fonem.
12. Kenyaringan kualitas
resonansi bunyi yang memungkinkan bunyi itu lebih menonjol daripada yang lain,
seperti vokal lebih nyaring daripada konsonan.
13. Vokal bunyi bahasa
yang dihasilkan dengan getaran pita suara dan penyempitan dalam satu saluran
suara diatas glotis.
14. Segmen bunyi satuan bunyi
yang diabstraksikan dari suatu kontinum wicara (fon dan fonem)
15. Sonoritas kenyarinagn
bunyi
16. Morfofonemik morfofonologi
17. Morfofonologi proses
perubahan bunyi sebagai akibat dari proses morfologi
18. Intonasi pola perubahan
nada yang dihasilkan pembicara pada waktu mengucapkan ujaran atau bagian-bagian
nya.
19. Bilabial bunyi yang
dihasilkan dengan kedua belah bibir
20. Paru paru sumber arus
udara yang merupakan mutlak untuk terjadinya bunyi bahasa
21. Laringsebuah rongga
pada ujung saluran pernafasan yang diujung nya ada sepasang pita suara.
22.Faring sebuah rongga
yang terletak diantara pangkal tenggorok dengan rongga mulut dan rongga hidung.
23.Diftongisasi proses perubahan vokal menjadi diftong,seperti vokal [o] menjadi
[aw] pada kata [anggota] menjadi angauta
24. Alveolum ceruk gigi,gusi
25. Dental berhubungan
dengan gigi atas dalam suatu proses artikulasi, bunyi yang dihasilkan pada gigi
atas sebagai artikulator pasifnya.
26. Morfem satuan
gramatikal terkecil yang mempunyai makna
27. Afiks bunyi yang
ditambahkan pada sebuah kata, entah di awal, di akhir atau di tengah, atau
gabungan dari antara tiga itu untuk membentuk kata baru yang artinya
berhubungan dengan kata yang pertama.
28. Sufiks afiks yang
dibubuhkan pada akhir sebuah kata.
29. Lateral bunyi yang
dihasilkan dengan penutupan ruang disebelah kiri atau kanan lidah.
30. Pergeseran bunyi serangkaian perubahan yang teratur dalam
sistem bunyi atau bahasa dalam satu tahap ketahap lainnya.
31. Sosiolinguistik kajian dalam
hal variasi-variasi bunyi dapat menunjukkan status sosial dari seseorang atau
sekelompok orang di dalam masyarakat.
32. Tril bunyi getar
atau geletar (r).
33. Fonetik akustik yang
menyelidiki ciri-ciri fisik bunyi bahasa, merupakan ilmu antar displiner antara
linguistik dan fisika.
34. Fonetik artikulatoris fonetik
yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa berdasarkan alat-alat ucap dalam
artikulasi.
35. Fonetik auditoris fonetik yang
menyelidiki bunyi-bunyi bahasa berdasarkanpendengaran sebagai persepsi bahasa.
36. Produksi bunyi proses
pembentukan bunyi bahasa.
37. Spektrum grafik yang
menunjukkan amplitude relatif komponen frekuensi dari gelombang bunyi.
38. Resonansi getaran yang
terjadi serempak dengan gerak tekanan udara yang disebabkan oleh getaran lain.
39. Tekanan (stress) kekuatan yang
lebih besar dalam artikulasi pada salah satu bagian ujaran yang membuatnya lebih
menonjol daripada bagian ujaran yang lain.
40. Diakritik tanda tambahan
pada huruf yang bisa mengubah nilai fonetis huruf itu.
41. Modifikasi vokal perubahan vokal
sebagai akibat dari ditambahkan nya suatu bunyi dalm suku kata yang ditambahnya
itu.
42. Aspirasi artikulasi
konsonan dengan letupan dengan nafas keras sehingga dapat dudengar munculnya
bunyi.
43. Labialisasi proses
pembentukan bentuk mulut pada waktu bunyi dihasilkan.
44. Palatalisasi proses
perubahan bunyi yang dihasilkan karena naiknya lidah kearah palatum.
45. Velarisasi proses
pengangkatan dorsum kearah velum.
46. Faringalisasi produk bunyi
bahasa yang disertai dengan penyempitan pada faring.
47. Nasalisasi penasalan suatu
bunyi tertentu sebagai artikulasi kedua.
48. Tulisan ortografis tulisan menurut
sistem ejaan yang berlaku untuk suatu bahasa (EYD).
49. Glotalisasi bunyi sertaan
yang dihasilkan dengan cara glotis ditutup sesudah bunyi utama diucapkan
sehingga terdengar bunyi sertaan.
50. Palatum langit-langit
keras, berupa ruang cekung yang membentuk atap mulut, dibelakang alveolar.
51. Retrofleks bunyi yang
terjadi karena penyempitan ruang antara ujung lidah yang berkelung (ditarik)
kebelakang.
52. Alat ucap organ-organ
pada rongga mulut, seperti lidah, gigi,
dan lain-lain yang dihasilkan untuk memproduksi bunyi bahasa.
53. Fisiologis salah satu dari
cabang biologi yang mempelajari berlangsungnya sistem kehidupan
54. Apikodental bunyi yang
terjadi pada ujung lidah dan gigi atas.
55. Apeks ujung lidah.
56. Labium bibir (atas dan
bawah).
57. Dentum gigi.
58. Bunyi egresif bunyi yang
dihasilkan kalau arus udara datang dari paru-paru.
59. Bunyi ingresif bunyi yang
dihasilkan kalau arus udara datang dari luar.
60. Faringal bunyi yang
terjadi karena penyempitan antara dinding faring dan akar lidah.
61. Glotis celah diantara
kedua selaput pita suara didalam laring.
62. Faring sebuah rongga
yang terletak diantara pangkal tenggorok dengan rongga mulut dan rongga hidung
63. Epiglotis katup pangkal
tenggorok.
64. Uvular bunyi yang
terjadi karena penyempitan antara uvula dan belakang lidah.
65. Bunyi oral bunyi yang
keluar melaui rongga mulut.
66. Artikulator aktif artikulator
yang bergerak dalam memproduksi bunyi bahasa.
67. Artikulatif pasif artikulator
yang tidak bergerak dalam memproduksi bunyi bahasa.
68. Vokal bundar vokal yang
dihasilkan dengan bentuk mulut membundar.
69. Vokal tak bundar vokal yang
dihasilkan dengan bibir melebar.
70. Apikopalatal bunyi yang
terjadi pada ujung lidah dan langit langit keras.
71. Pulmonik mengenai
kegiatan paru paru dalam produksi bunyi.
72. Vokoid bunyi vokal
dalam kajian fonetik, bunyi vokal sebelum ditetapkan statusnya sebagai fonem.
73. Kontoid bunyi konsonan
sebelum ditetapkan statusnya sebagai sebuah fonem.
74. Titik artikulasi tempat
artikulasi.
75. Labiodental bunyi yang
dihasilkan dengan bibir bawah sebagai artikulator aktif dan gigi atas sebagai
artikulator pasif.
76. Interdental bunyi bahasa
yang dihasilkan diantara kedua baris gigi.
77. Apiko alveolar bumyi yang terjadi
pada ujung lidah dan ceruk gigi atas.
78. Laminodental bunyi yang
terjadi pada daun lidah dan gigi atas.
79. Lamino palatal bunyi yang
terjadi pada daun lidah dan langit-langit keras.
80. Lamino alveolar bunyi yang
terjadi pada daun lidah dan ceruk gigi atas.
81. Dorso palatal bunyi yang
diartikulasikan dengan punggung lidah mendekati langit-langit keras.
82. Radiko faringal bunyi yang
diartikulasikan dengan akar lidah dan dinding kerongkongan.
83. Bunyi letupan bunyi yang
dihasilkan dengan menghambat arus udara sama sekali ditempat tertentu, lalu
alat-alat ucap pada tempat artikulasi itu dilepaskan kembali.
84. Bunyi frikarif bunyi desis.
85. Bunyi afrikat bunyi paduan.
86. Bunyi sampingan (lateral)
bunyi yang dihasilakan dengan mengahalangi arus udara sehingga keluar melalui
kedua samping lidah.
87. Bunyi getar bunyi yang
dihasilkan dengan mengartikulasikan ujung lidah pada ceruk gigi atau
berulang-ulang.
88. Bunyi hampiran bunyi semi
vokal.
89. Klasfer bunyi rangkap
konsonan.
90. Monoftong bunyi tunggal
vokal.
91. Hamzah bunyi yang
dihasilkan dalam laring dengan menghambat aliran udara pada glotis.
92. Artikulasi perubahan
rongga dan ruang pada saluran suara untuk menghasilkan bunyi bahasa.
93. Semi vokal bunyi bahasa
yang mempunyai ciri vokal dan konsonan, mempunyai sedikit gesekan dan tidak
muncul sebagai inti silabel.
94. Lenis bunyi yang
terjadi karena pernapasan lembut dan otot kendur.
95. Artikulasi sertaan artikulasi
lain yang muncul dalam memproduksi sebuah bunyi.
96. Aproksiman bunyi semi
vokal, yaitu bunyi (w) dan (y).
97. Vokal tinggi vokal yang
dihasilkan dengan lidah terletak tinggi di dalam rongga mulut.
98. Vokal tengah vokal yang
dihasilkan dengan lidah dalam posisi tidak tinggi dan tidak rendah.
99. Vokal panjang vokal yang
diartikulasikan dengan ciri tegang.
100. Vokal depan vokal yang
dihasilkan dengan menggerakkan bagian lidah ke arah depan seperti vokal.
101. Vokal kardinal vokal dengan
ciri-ciri artikulasi tertentu bisa digunakan sebagai dasar perbandingan
vokal-vokal lain.
102. Vokal netral vokal yang diucapkan dengan bentukmulut tidak bundar dan tidak
melebar, seperti bunyi [a].
103. Vokal terbuka terjadi apabila
lidah berada dalam posisi serendah mungkin,seperti bunyi [a].
104. Vokal semi terbuka terjadi
apabila lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga diatas vokal yang paling
rendah, seperti bunyi [ɛ], dan [ﬤ].
105. Vokal semi tertutup terjadi apabila lidah diangkat dalam
ketinggian sepertiga di bawah vokal tertutup, seperti bunyi [e], bunyi [∂], dan
bunyi [o].
106. Vokal tertutup terjadi apabila lidah diangkat setinggi mungkin mendekati
langit-langit, seperti bunyi [i] dan bunyi [u].
107. Vokal bawah vokal yang
dihasilkan dengan lidah dibagian bawah mulut.
108. Vokal bundar vokal yang
dihasilkan dengan bentuk mulut membundar.
109. Vokal tak bundar vokal yang
diucapkan dengan bentuk mulut membundar, melainkan terbentang melebar, seperti
bunyi (i), bunyi (e).
110. Striktur bunyi vokal jarak antar
lidah dengan langit-langit keras.
111. Vokal tertutup bunyi yang
terjadi apabila lidah diangkat setinggi mungkin mendekati langit-langit,
seperti bunyi (i) dan bunyi (u).
112. Vokal semi tertutup bunyi yang
terjadi apabila lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di bawah vokal tertutup,
seperti bunyi (e) dan bunyi (o).
113. Vokal semi terbuka bunyi yyang
terjadi apabila lidah diangkatdalam ketinggian sepertiga di atas vokal yang
paling rendah (Ɛ).
114. Vokal terbuka bunyi yang
terjadi apabila lidah berada dalam posisi serendah mungkin, seperti bunyi (a).
115. Diftong bunyi bahasa yang
pada waktu dilafalkan ditandai oleh perubahan gerak lidah dan perubahan timbre
satu kali
116. Diftong naik terjadi jika
vokal yang kedua diucapkan dengan posisi lidah menjadi lebih tinggi daripada
pertama.
117. Diftong turun yang terjadi
jika vokal kedua diucapkan dengan posisi lidah lebih rendah daripada yang
pertama.
118. Diftong memusat yang terjadi
jika vokal kedua diacu oleh sebuah atau lebih oleh vokal yang lebih tinggi, dan
juga diacu oleh sebuah atau lebih vokal yang lebih rendah.
119. Striktur hubungan posisi
antara artikulator aktif dan artikulator pasif.
120. Lafal cara seseorang
atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa mengucapkan bunyi bahasa.
121. Literatur bahan bacaan
yang digunakan dalam berbagai aktifitas baik secara intelektial maupun rekreasi
122. Tempat artikulasi tempat
terjadinya bunyi konsonan atau tempat bertemunya artikulator aktif dan
artikulator pasif.
123. Cara artikulasi bagaimana
tindakan atau perlakuan terhadap arus udara yang baru ke luar dari glotis dalam
menghasilkan bunyi konsonan itu.
124. Deret konsonan urutan dua buah
konsonan yang terletak pada batas silabel. Misalnya konsonan (m) dan (b) pada
kata lambat dan timbul.
125. Intonasi final pola perubahan
nada yang dihasilkan pembicara pada waktu akhir mengucapkan ujaran atau
bagian-bagian nya.
126. Udara glotalik arus udara yang
berasal dari rongga faring.
127. Udara velarik arus udara yang
barasal dari gerakan kebelakang didalam rongga mulut.
128. Bunyi bahasa satuan bunyi yang
dihasilkan alat ucap manusia.
129. Monoftong bunyi tunggal
vokal.
130. Jeda hentian dalam
ujaran yang sering terjadi didepan unsur yang mempunyai isi informasi tertentu.
131. Nada bunyi yang
beraturan, dan memiliki frekuensi tunggal tertentu.
A
Alat ucap organ organ
pada rongga mulut,seperti lidah,gigi,langit-langit keras,dan lain-lain
yang digunakan untuk memproduksi.
Alofon fariasi dari
sebuah fonem,bunyi yang merupakan realisasi dari sebuah fonem.
Alternant → varian.
Alternasi adanya dua
varian atau lebih,baik distingtif maupun tidak dalam suatu hubungan paradigmatic.
Alveolar bunyi yang
terjadi pada ceruk gigi (alveolum).
Alveolum ceruk gigi /
gusi.
Anaptiksis penyisipan
bunyi vokal diantara dua buah konsonan,seperti penyisipan (e) pada kata kelas
Antarvokal konsoan yang
muncul atau berada diantara dua buah vocal,seperti bunyi [?] pada kata taat
[ta?at].
Anterior artikulasi
tengah didaerah rongga mulut bagian depan.
Apexs ujung lidah.
Apikal 1.berkenaan dengan ujung lidah,2
bunyi yang terjadi pada ujung lidah.
Apikodental bunyi yang
terjadi pada ujung lidah dan gigi atas.
Apikoalveolar bunyi yang
terjadi pada ujung lidah dan ceruk gigi atas.
Apikopalatal bunyi yang
terjadi pada ujung lidah dan langit-langit keras.
Apokope penanggalan
satu bunyi atau lebih pada akhir kata,seperti pelangit → pelangi.
Aproksinan bunyi semivokal,yaitu
bunyi [w] dan [y].
Arkifonem fonem yang
kehilangan kontras pada posisi tertentu,seperti [b] dan [p] pada kata [jawab]
dan [jawap].
Atikulasi perubahan
rongga dan ruang pada saluran suara untuk menghasilkan bunyi bahasa.
Artikulasi ganda terjadinya dua
artikulasi karena pengaruh bunyi berikutnya dalam memproduksi sebuah bunyi.
Artikulasi primer artikulasi
yang pertama dan utama dalam memproduksi sebuah bunyi (dalam kaitannya dengan
artikulasi ganda).
Artikulasi sekunder artikulasi yag
ke dua dalam memproduksi sebuah bunyi(dalam kaitannya dengan arikulasi ganda).
Artikulasi sertaan artikulasi lain
yang muncul dalam memproduksi sebuah bunyi;→ artikulasi sekunder.
Artikulator aktif artikulator
yang bergerak dalam memproduksi bunyi bahaa,seperti gigi atas dan langit langit
keras.
Artikulator pasif artikulator
yang tidak bergerak dalam memprduksi bunyi bahasa,seperti gigi atas da
langit-langit keras.
Asilabis bunyi bahasa
yang tidak dapat menjadi inti suku kata.
Asimilasi proses menjadi
sama dua buah bunyi yang berbeda karena saling pengaruh.
Asimilasi progresif proses
perubahan bunyi menjadi sama atau mirip dengan bunyi yang mendahuluinya.
Asimilasi vegresif proses
perubahan bunyi menjadi sama atau mirip dengan bunyi yang mengikutinya.
Aspirasi artikulasi
konsonan letupan dengan nafas keras sehingga dapat didengar munculnya bunyi
[h].
Aspirat bunyi yang
terjadi sebagai hasil dari proses aspirasi.
B
Belakang dihasilkan pada
lidah bagian belakang misalnya /u/dan/o/ adalah vokal belakang.
Bentuk kanomik struktur suku
kata yang aling lazim,seperi urutan KV dan VK dalam bahasa Indonesia.
Bersuara bunyi-bunyi
bahasa yang dihasilkan dengan pita suara turut bergetar, seperti bunyi [b] dan
[d]. biasanya dipertentangkan dengan bunyi tak bersuara, yaitu bunyi yang
dihasilkan pita suara tidak turut bergetar seperti bunyi [p] dan [t].
Bilabial bunyi yang
dihasilkan dengan kedua belah bibir (atas dan bawah).
Bulat →bundar.
Bundar bentuk mulut sewaktu melafalkan
vokal bundar,seperti [u] dan [o]. biasa dipertetangkan dengan bunyi tak bundar,
seperti [i] dan [e].
Buni bahasa satuan bunyi
yang dihasilkan oleh alat uapmanusia.
Bunyi desis bunyi yang
dihasilkan dengan cara didesiskan atau degeerkan seperti nyi [s] dan [h].
Bunyi frikatif→ bunyi desis.
Bunyi getar bunyi yang
dihasilkan dengan mengrtikulasikan ujung lidah pada ceruk gigi atau
berulang-ulang,seperti bunyi [r].
Bunyi geseran→bunyi desis.
Bunyi hampiran→bunyi
semivokal.
Bunyi homorgan bunyi-bunyi
yang berlainan yang diproduksi (diartikulasikan) pada tempat yang sama, seperti bunyi
[b],[p],[m], dan [w] yang diartikulasikan pada kedua bibir.
Bunyi letupan bunyi yang
dihasilkan dengan menghambat arus udara sama sekali di tempat tertentu, lalu
alat-alat ucap pada tempat artikulasi itu dilepaskan kembali.
Bunyi likuida bunyi yang
dihasilkan dengan membentuk alur sempit antara pita-pita suara dengan tempat
artikulasi sedemikian rupa sehingga alur sempit yang kedua tidak ada seperti
bunyi [r] dan [I].
Bunyi nasal→ bunyi sengau.
Bunyi oral bunyi yang
keluar melalui rongga mulut (sebagai lawan dari bunyi nasal atau bunyi sengau).
Bunyi sampingan bunyi yang
dihasilkan dengan menghalangi arus udara sehingga ke luar melalui kedua samping
lidah.
Bunyi sengau bunyi yang
dihasilkan dengan menutup jalan dirongga mulut lalu memberi jalan melalui
rongga hidung.
Bunyi sentuhan bunyi yang
dihasilkan dengan artikulator aktif menyentuh sesaat titik artikulasi.
C
Cara artikulasi caa aliran
udara disempitkan atau dilepaskan dalam saluran udara,seprti dihambat,digesekan,digetarkan,dan
sebagainya.
cara pembeda cirri yang
membedakan satuan bunyi yang satu dengan satuan bunyi lainnya,misalnya antara
bunyi oral dan bunyi nasal antara bunyi nasal ;antara bunyi depan dan bunyi
belakang,dan sebagainya.
Cirri prosedi → ciri
suprasegmental.
Ciri supra segmental cirri ujaran yang melingkupi lebih dari satu segmen ujaran atau
bunyi yaitu nada,tekanan,sendi,intonasi.
D
Daun lidah bagia dari
lidah yang terletak tepat dibelakang ujung lidah.
Delabialisasi tiadanya atau
penghilangan labialisasi.
Denasalisasi proses
penghilangan bunyi nasal.
Dental 1.berhubungan dengan gigi atas dalam
suatu proses artikulasi ; 2bunyi yang dihasilkan pada gigi atas sebagai
artikulator pasifnya.
Depalatalisasi proses
penghilangan bunyi palatal.
Deret konsonan urutan dua buah
konsonan yang terletak pada batas silabel.misalnya konsonan [m] dan [b] pada
kata lambat dan timbul.
Diakritik tanda tambahan
pada huruf yang bisa megubah nilai fonetis huruf itu.misalnya tanda ( ̷ )
pada e dalam[e] dan sebagainya.
Diftong bunyi bahasa
yang pada waktu dilafalkan ditandai oleh perubahan gerak lidah dan perubahan
timbre satu kali,dan yang berfungsi sebagai inti dari suku kata,seperti [aw]
pada [pulaw],dan sebagainya.
Diftongisasi proses perubahan
vocal menjadi diftong,seperti vokal [o]
menjadi [aw] pada kata [aŋgota]mejadi [aŋgauta].
Diftong naik 1.diftong yang
unsure keduanya dilafalkan dengan posisi lidah lebih tinggi dari unsur
pertamanya.misalnya [au] pada kata harimau; 2.diftong yang bagian paling
nyaringnya terdapat sesudah peluncurnya.misalnya [ua] pada kata [uaŋ].
Diftong turun 1.diftong yang
unsur keduanya dilafalkan dengan posisi lidah lebih rendah dari unsure
pertamanya.misalnya [iƏ] pada kata bahasa inggris here [hiƏ] ; 2.diftong yang
bagian paling nyaringnya terdapat sebelum peluncurnya.misalnya [au] pada kata
harimau.
Difus ciri pembeda yang menunjukan
konsentrasi di bagian-bagian pinggir
spectrum,menandai artikulasi daerrah vokal rendah dan konsonan
belakang.
Digraf kombinasi dua huruf untuk
melambangkan satu bunyi atau satu fonem,seperti ng untuk melambangkan bunyi
[ŋ].
Disilabis terjadi dari
dua buah silabel (suku kata).
Disimilasi proses
perubahan dua buah bunyi yang sama menjadi tidak sama.misalnya bunyi [r]dan [r]
berubah menjadi [l]pada kata belajar asalnya [belajar].
Disonansi kombinasi bunyi
yang dianggap tidak enak didengar.
Distingtif berfungsi untuk
membedakan bunyi-bunyi bahasa.
Distribusi semua posisi
yang dapat diduduki oleh bunyi bahasa.misalnya konsonan [c]hanya berdistribusi
sebagai onset pada silabel,tidak sebagai koda.
Distribusi bebas dua buah bunyi
yang secara bebas dapat dilafalkan pada satu tempat seperti bunyi [o] dan [ᴝ]
pada kata [oraŋ] dan [ᴝraŋ].
Distribusi komplementer dua buah bunyi
yang saling melengkapi dalam posisi tertentu.misalnya bunyi [e] pada silabel
terbuka dan bunyi [ɛ] pada silabel tertutup,pada kata [sate] dan kata [karɛt] .
Dorsal bunyi yang terjadi dengan
articulator aktifnya punggung lidah (dorsum) dan artikulator pasifnya
langit-langit keras (palatum) atau langit-langit lembut (velum).
Dorsoalveolar bunyi yang di
artikulasikan dengan punggung lidah mendekati ceruk gigi (alveolum).
Dorsopalatal bunyi yag
diartikulasikan denggan punggung lidah mendekati langit-langit keras (palatum).
Dorsouvular bunyi yang di
artikulasikan dengan punggung lidah mendekati uvula.
Dorsovelar bunyi yang
dihasilkan dengan punggung lidah menddekati langit-langit keras (velum)
Dorsum punggung lidah atau belakang lidah
E
Egresif bunyi yang
terjadi dengan aliran udara bergerak keluar dari alat ucap.
Ejaan konvensi grafis atau penggambaran
bunyi bahasa dalam satu sistem atau kaidah tulis-menulis.
Ejaan fonemis ejaan yang
menggunakan setiap fonem dengan satu huruf (graf).
Ejaan fonetis ejaan yang
menggambarkan setiap bunyi secara akurat lengkap dengan ciri-ciri prosodinya.
Ejaan ortografis ejaan yang
menggambarkan vokal dan konsonan menurut kesepakatan satu sistem,misalnya EYD
(ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan).
Eksplosif tentang
hentian yang terjadi dengan alran udara keluar dari paru-paru.
Epentesis penyisipan
bunyi atau huruf untuk menyesuaikan dengan pola fonologis bahasa
peminjam.misalnya penyisipan bunyi [Ə] pada kata [kƏlas].
Epiglotis tulang rawan di
depan glotis (celah pada pita suara)yang dapat bergerak melindungi glottis pada
waktu menelan.
Eufoni kombinasi bunyi yang dianggap enak
didengar.
F
Faringal bunyi yang
terjadi karena penyempitan antara dinding faing dan akar lidah.
Faringalisasi produksi bunyi
bahasa ang disertai dengan penyempitan pada faring.
Fon bunyi-bunyi bahasa
Fonem satuan bunyi terkecil yang dapat
membedakan makna kata.misalnya bunyi [h] pada kata [tuah] karena bila
ditanggalkan menjadi [tua] makna katanya akan berbeda.fonem merupakan konsep
abstrak yang didalam ujaran direalisasikan oleh alofon-alofonnya.
Fonem gabungan kombinasi fonem
dalam satu silabel (satu kata).
Fonemik kajian mengenai
sistem fonem dalam satu bahasa.
Fonemis berkaitan
dengan fonem ; dipandang dari segi fonem.
Fonem segmental vokal dan
konsonan dalam suatu bahasa.
Fonem nonsegmental → fonem
suprasegmental.
Fonem suprasegmental tekanan,nada
atau jeda yang fonemis (dapat menbedakan makna kata).
Fonetik kajian mengenai pemproduksian bunyi
bahasa (fon).
Fonetik akustik fonetik yang
menyelidiki cirri-ciri fisik bunyi bahas;merupakan bunyi antardisipliner antara
linguistic dan fisika
Fonetik artikulatoris fonetik yang
menyelidiki bunyi-bunyi bahasa erdasarkan alat-alat ucap dalam artikulasi.
Fonetik audiotois fonetik yang
menyelidiki bunyi-buyi bahasa berdasarkan pendengaran sebagai persepsi bahasa
Fonis bersangkutan dengan fon (bunyi
bahasa)
Fonologi bidang dalam
linguistik yang menyelidiki bunyi-buyi bahasa.
Fonotaktik deskripsi
tentang urutan fonem yang mungkin dalam suatu bahasa.
Fortis bunyi yang terjadi karena pernafasan
kuat dan otot tegang,misanya bunyi [t],[k],[s].
Frikatif bunyi yang
dihasilkan dengan penyempitan,sehingga terjadi pergeseran :→ bunyi desis
G
Getar bunyi bahasa yag dihasilkan oleh artikulasi
yang bergetar secara cepat,yaitu bunyi [r]
Glotal bunyi yang terjadi karena
penyempitan antara ruang kedua belah pita suara.
Glotalisasi proses
artikulasi bunyi glottal [?]sebagai ciri skunder suatu bunyi.
Glotis celah diantara kedua selaput pita
suara didalam laring.
Glotograf alat untuk
mengetahui seeberapa jauh glotis terbuka dengan bantuan cahaya.
Graf huruf (sebagai satuan dalam
alphabet).
Grafem satuan terkecil yang distingtif
dalam suatu sistem aksara.
Grafem suprasegmental tanda-tanda yang
digunakan untuk menggambarkan ciri-ciri suprasegmental,seperti tekanan,nada,dan
sebagainya.
Gugus urutan dua bunyi dalam satu
silabel,seperti [au]dalam kata [pulau],dan [kl] pada kata [klasik].
Gugus konsonan urutan dua
konsonan atau lebih di dalam satu silabel,seperti [tr]pada kata [tradisi],dan
[skr] pada kata [skripsi].
Gugus vokal urutan dua
vokal dalam satu silabel,seperti [au] pada kata [aula].
Gutular istilah untuk
konsep velar dan laringal.
H
Hambatan 1.cara artikulasi dengan penghentian arus udara
pada titik tertentu. 2.Bunyi yang dihasilkan dengan cara demikian misalnya
bunyi {b},{p}, dan {d}.
Hampiran bunyi yang mula-mula diartikulasikan sebagai
konsonan tetapi kemudia berakhir sebagai vocal,seperti bunyi {w} dan {y];
asemivokal.
Hamzah bunyi yang dihasilkan dalam laring dengan
menghambat aliran udara pada glottis.
Harmonisasi Vokal penyamaan bunyi vokal pada silabel
pertama dengan bunyi vokal kedua,misalnya bunyi {ﬤ}
pada silabel pertama dengan bunyi {ﬤ}
pada silabel kedua pada kata {tﬤkﬤh}.Seharusnya bunyi fonem
/o/ pada silabel pertama adalah {o} karena silabel terbuka.
Haplologi penghilangan
satu bunyi atau dua bunyi yang sama dan berurutan,misalnya morfofologi menjadi Morfonologi.
Hentian bunyi konsonan
yan dihasilkan dengna sepenuhnya menghambat aliran udara, seperti bunyi {p},
{t}, dan {d}; aplosif.
Homorgan bunyi homorgan.
I
Implosif bunyi hentian
yang terjadi dengan aliran udara diisap oleh glotis.
Ingresif bunyi yang dihasilkan dengan aliran udara
bergerak kedalam saluran suara .
Inisiator bagian dari rongga suara yang dapat bergerak
yang mengubah ukuran rongga sehingga menyebabkan udara dapat bergerak, misalnya
paru paru, laring, dan velum.
Interdental bunyi bahasa
yang dihasilkan diantara kedua garis gigi.Misalnya bunyi {ᴓ} pada bahasa
inggris thin, dan {ỏ} pada kata this.
Interlu konsonan yang tidak dapat ditentukan masuk
silabel mana, seperti konsonan {s} pada demonstrasi; apakah masuk silabel
{mons} atau masuk silabel {star}.
Intonasi pola perubahan nada yang dihasilkan pembicara
pada waktu mengucapkan ujaran atau bagian bagiannya.
Intrusi penambahan
bunyi didalam kata atau diantara dua silabel misalnya penambahan bunyi [m] pada
kapak menjadi kampak,dan sapi menjadi sampi.
J
Jeda hentian dalam
ujaran yang sering terjadi didepan unsur yang mempunyai isi informasi tertentu.
K
Kendur ciri pembeda yang dihasilkan dengan ketegangan
otot yang sangat kurang. Misalnya dalam konsonan [z] terdapat ciri kendur,
sedangkan dalam konsonan [s] terdapat ciri tegang.
Kenyaringan kualitas resonansi bunyi yang memungkinkan
bunyi itu lebih menonjol daripada yang lain, seperti vokal lebih nyaring
daripada konsonan.
Kesenyapan keadaan tiadanya bunyi sebagai batas ujaran.
Klik: Bunyi
plosif yang dihasilkan dengan sentuhan
lidah yang tersentak dilepaskan sehingga timbullah penghirupan udara.
Koartikulasi 1. Artikulasi dua bunyi atau lebih secara
serentak ; 2. Artikulasi sertaan.
Koda konsonan yang terletak disebelah kanan vokal
dalam sebuah silabel.
Kompak ciri pembeda yang menunjukan konsentrasi
energi dibagian pusat spektrum yang relatif smpit menandai artikulasi daerah
labial,alveolar, dan vokal tinggi.
Konsonan bunyi bahasa yang dihasilkan dengan
menghambat aliran udara pada salah satu tempat disaluran-saluran suara diatas
glotis.
Konsonan
silabil konsonan yang mendukung puncak penyaringan
pada silabel (suku kata)
Konsonantal adanya hambatan diatas glotis,berciri
konsonan.
Kontinuan → malaran
Kontoid bunyi konsonan sebelum ditetapkan statusnya
sebagai sebuah fonem.
Kontras adanya oposisis antara dua buah bunyi yang
distingtif.Misalnya bunyi [p], dan [b] berkontras dalam bahasa indonesia.
Kontur pola ciri ciri prosodi yang terjadi dari
nada,gerak nada,dengan atau tanpa tekanan sebagian atau seluruh ujaran
tertentu.
Kontur intonasi pola turun naiknya nada yang meneyertai
ujaran.
Koronal bunyi yang terjadi dengan dasar lidah sebagai
artikulator aktif dan langit langit keras sebagai artikulator pasif.
Kronem satuan
panjangnya satuan bunyi bahasa yang distingtif.
L
Labial bunyi yang
terjadi karena adanya penyempitan ruang
antara bibir atas atau gigi atas dengan bibir bawah (mencangkup bunyi
bilabial,labiodental dan sebagainya)
Labialisasi proses pembulatan
bentuk mulut pada waktu bunyi dihasilkan. Misalnya bunyi [u] pada kata [ujud]
sering dilafalkan menjadi [wujud].
Labiodental bunyi yang
dihasilkan dengan bibir bawah sebagai artikulator aktif dan gigi atas sebagai
artikulator pasif,seperti bunyi [f] padakata fajar.
Labium bibir (atas dan
bawah).
Lafal cara seseorang
ata sekelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa mengucapkan bunyi bini
bahsanya.
Laminal bunyi yang
dihasilakn dengan daun lidah.
Laminum daun lidah.
Laring bagian atas
dari batang tenggorok yang berisi pita suara.
Laringal bunyi yang
dihasilkan didalam laring,anatara lain bunyi hamzah.
Lateral bunyi yang
dihasilkan dengan penutupan ruang disebelah kiri atau kanan lidah.
Lenis bunyi yang
terjadi karena pernafasan lembut dan otot kendur,seperti bunyi [d], [g], dan
[z].
Letupan gerak udara
keluar pada saat penghasilan bunyi plosif.
Ligatur gabunga dua
huruf tercetak yang berlinan,seperti
huruf ae yang merupakan gabunga huruf a
dan huruf e.
Likuida konsonan yang
tidak mengalami hambatan apikoalveolar yang menyerupai vokal, yaitu [r] dan [I]
Longgar→ difus.
Lucuran (glide)
perubahan vokal yang terjadi dalam inti yang kompleks pada waktu lidah berubah
posisinya. Misalnya dua vokal terakhir pada kata lantai memperlihatkan lucuran.
M
Malaran bunyi yang
tidak mengalami hambatan ; semua vokal dan frikatif adalah malaran.
Medio palatal bnyi yang
diartikulasikan ditengah palatum (langit-langit keras).
Medio Velar bunyi yang
diartikulasikan ditengah tengah velum 9langit langit lunak)
Metatesis perubahan
tetap bunyi (huruf) dalam kata.Misalnya,perubahan letak bunyi [r] dan [I] pada
kata (rontal) menjadi (lontar)
Minimal pair → pasangan
minimal
Modifikasi
vokal perubahan
vokal sebagai akibat dari ditambahnya suatu bunyi dala suku kata yang
ditambanhya itu. Misalnya kata jawa sega [s∂gﬤ]
‘nasi’ bila ditambah imbuhan –ne menjadi segane [s∂gane].disini bunyi vokal [ﬤ]
berubah menjadi [a].
Monoftong bunyi diftong
yang berubah menjadi sebuah vokal tunggal,seperti [satay] yang menjadi
[sate];[pulaw] yang berubah menjadi [pulo].
Monoftongisasi proses
perubahan bunyi dari diftong menjadi monoftong.
Mora satuan terkecil untuk
mengukur kuantitaf atau kepanjangan dalam sistem prosodi.
Morfofonemik→ morfonologi
Morfofonologi proses
perubahan bunyi sebagai akibat dari
proses morfologi.
N
Nasal bunyi yang
dikeluarkan melalui rongga hidung,seperti bunyi [m],[n], dan [ᶯ]
Nasalisasi penasalan suatu
bunyi tertentu sebagi artikulasi kedua. Misalnya, buyi [p] dinasalisasikan pada
ucapan kata [pandang].
Nasofaring bagian dari
yang ada dibawah rongga hidung.
Netralisasi penangguhan
kontras antara dua buah fonem dalam lingkungan fonologis tertentu.Dalam bahasa
Indoensia hilangnya kontras antara fonem
/d/ dan /t/ pada posisis akhir,seperti pada kata ahad yang menjadi [ahad] dan
ahat.
Nonsegmental→ unsur
suprasegmental.
Non silabis bunyi bahasa
yang tidak mendukung puncak kenyaringa suku kata, seperti bunyi ketiga pada
kata hay.
Nuklus inti suku kata
(yang biasanya berupa vokal).
O
Obstrun bunyi hentian
bersuara atau bunyi bukan resonan,seperti bunyi [b],[d], dan [g].
Oklusi saat
penghasilan konsonan oklusif dimana penutupan dipertahankan .
Oklusif aspirat konsonan
oklusif yang dilepas dengan hembusan nafas sepertibunyi pertama pada kata
inggris pin.
Oklusif tak
aspirat konsonan
oklusif yang dilepas tanpa hembusan nafas seperti konsonan pertama pada kata
Indonesia panas.
Oposisi hubungan
antara dua bunyi yang menampakkan perbedaan.Misalnya antara bersuara dan tak
bersuara,antara oral dan nasal.
Oral berkaitan
dengan bunyi bahasa yang dihasilkan dengan udara melalui rongga mulut
Orofaring bagian dari
faring yang berdampingan dengan rongga mulut.
Ortografis sistem ejaan
bahasa.
P
Paduan→ afrikat.
Palatal bunyi yang
dihasilkan pada langit langit keras (palatum).
Palatalisasi proses
perubahan bunyi yang dihasilkan karena naiknya lidah kearah palatum seperti
bunyi [p] pada kata piara yang dilafalkan menjadi [pᵧara]
Palatoalveolar bunyi yang di
hasilkan karena penyempitan ruang diantara daun lidah dan alveolum serta bagian
depan palatum.
Palatum langit-langit
keras,berupa ruang cekung yang membentuk atap mulut ,di belakang alveolar.
Pasangan
minimal dua buah
bentuk (kata) yang mirip yang hanya memiliki satu bunyi yang berbeda, seperti
antara kata [kapan] dan [kafan]
Penglepasan (realese)gerak
alat ucap dari posisi artukulasi suatu bunyi bahasa ke posisi untuk artikulasi bunyi bahasa lain
atau ke posisi diam sedemikian rupa sehingga penutupan dalam saluran suara
terbuka atau penyempitan di lepaskan.
Penyempitan (striktur) 1.
Hubunga antara artikulator dan titik
artikulasi yang mempengaruhi tingkat alira udara pada satu titk tertentu dalam saluran udara; 2. Jarak antara lidah
dengan langit - langit lunak dalam pembentukan bunyi vokal.
Penyuaraan penggetaran
pita suara selama bunyi bahasa berartikulasi.
Pepet bunyi
vokal tengah tak
bundar [∂]; penanda vokal tersebut.
Pergeseran bunyi
serangkaian perubahan yang teratur dalam siste bunyi suatu bahasa dalam satu
tahap ke tahap lain.
Pergeseran
vokal serangkaian
perubahan vokla yang teratur dalam sejarah suatu bahasa.
Pita suara dua lipatan
otot yang dapat bergetar dalam laring untuk menghasilkan suara atau bunyi
bahasa.
Plosif bunyi bahasa yang
terjadi dengan penutupan menyeluruh dibelakang artikulator bersama titik artikulasi tempat udara
terkumpul, kemudian terjadi penglepasan.
Post alveolar bunyi yang
terjadi karena penyempitan ruang antara ujung atau daun lidah dan daerah tempet
dibelakang alveolum.
Post vokalis ada dibelakang
vokal.Misalnya,/s/ pada kata terus adalah post vokalis
Prapalatal bunyi palatal
yang diartikulasikan dibagian depan palatal.
Pravokalis ada didepan
vokal, misalnya bunyi /t/ pada kata terus.
Produksi bunyi proses
pembentukan bunyi bahasa.
Prosodi ciri fonologis
yang meliputi lebih dari satu segmen dalam konstituen ujaran.
Pukal→ kompak
Pulmonik mengenai
kegiatan paru-paru dalam produksi bunyi.
Puncak
kenyaringan bangian dari
silabel (suku kata) yang saling menonjol karena bernada paling tinggi atau
beretkanan paling keras.
R
Realisasi fonem pengungkapan yang sebenarnya dari suatu fonem.Misalnya
fonem /o/ pada kata took direalisasikan sebagai bunyi [o], dan pada kata tokoh
direalisasikan sebagi bunyi [ﬤ].
Renda I (grave) cirri pembeda bunyi yang ditandai oleh artikulasi labial,velar, dan vocal belakang.
Rendah II (low) dihasilkan dengan lidah terletak rendah dimulut,seperti
vokal [a].
Resonan bunyi malaran yang bersuara.
Resonansi getaran yang terjadi serempak dengan gerak tekanan udara
yang disebabkan oleh getaran lain.
Retrofleks bunyi yang terjadi
karena penyempitan ruang antara ujung lidah
yang berkeluk (ditarik) ke belakang.
Retrofleksi artikulasi bunyi bahasa yang disertai oleh ujung lidah
yang melengkung kearah palatum
Rongga aktif rongga yang langsung berperan dalam produksi suatubunyi
Rongga esophagus perut dan kerongkongan yang kadang – kadang dipakai
sebagai saluran suara.
Rongga faring ruang diantara akar lidah dan dinding belakang leher
Rongga hidung rongga saluran suara yang mencangkup hidung dan faring
hidung
Rongga mulut
mulut sebagai bagian saluran sura
Rongga paru – paru paru – paru dang tenggorokan sebagai bagian dari saluran
suara.
Rongga pasif rongga yang tidak secara langsung berperan dalam
menghasilkan bunyi
Rongga supraglotal rongga diatas glottis yang mencangkup faring,rongga
mulut, rongga hidung.
Rongga risonansi rongga yang berlaku sebagai resonator, yakni rongga
hidung,rongga mulut, rongga hidung.
Ruang resonansi rongga yang berlaku sebagai resonator,yakni rongga
hidung,rongga faring, dan rongga mulut.
S
Schwa bunyi vokal tengah sedang [ᵊ]
Segmen bunyi segmen bunyi satuan yang diabstraksikan dari suatu kontinum wicara,
seperti fond an fonem.
Segmental berkaitan
dengan segmen.
Segmentasi analisis sebuah
kontinum wicara atas fond an fonem.
Selaan (interrupted) cirri pembeda
konsonan yang dihasilkan dengan aliran udara sedikit banyak terhenti.
Semi vokal bunyi bahasa
yang mempunyai cirri vokal dan konsonan, mempunyai sedikit geseran, dan tidak
muncul sebagai inti silabel, seperti bnyi [w] dan [y].
Sempit x tak sempit oposisi cirri
pembeda yang secara akustis ditandai oleh berkurang tidaknya komponen-komponen
frekuensi seperti yang dihasilkan oleh bentuk mulut bundar lawan tidak bundar.
Sendi peralihan bermakna dari satu segmen
fonologis kesegmen fonologis yang lain atau dari segmen ke kesenyapan
Sendi buka sendi yang
terjadi pada akhir kata dan membatasinya dengan kata lain. Misalnya antara
kedua unsur ban tuan ‘ban anda’ yang berbeda dari kata bantuan ‘sokongan’
Sendi tutup sendi yang
terdapat dalam urutan bunyi-bunyi yang tak putus dari sebuah kata.
Sengau →nasal
Sentralisasi proses
mengarahnya sebuah vokal ke vokal pusat.
Sentuhan (tap) bunyi bahasa
yang dihasilkan oleh satu sentuhan cepat antara articulator dan titik
artikulasi
Sibilan bunyi frikatif
yang dihasilkan dengan memaksa udara lewat lubang berbentuk alur antara lidah
dan dinding mulut, seperti bunyi [s], [z], dan [j].
Silabis dapat berdiri
sendiri sebagai suku kata.
Sineresis pelafalan gugus
vokal sebagai diftong dalam suku tunggal, seperti pelafalan [paus] dalam ikan
paus.
Sinkope hilangnya bunyi
atau huruf dari tengah-tengah kata, seperti baharu menjadi baru.
Sistem bunyi uraian mengenai
semua fonem dan alofon sertaa hubungan-hubungannya dalam suatu bahasa.
Sistem vokal inventarisasi fonem vokal suatu bahasa yang menunjukan hubungan
kontras antara vokal-vokal itu.
Sonan 1.bunyi bersuara 2.konsonan silabis
atau semi vokal.
Sonoran bunyi nasal dan
likuida yang dapat membentuk suku kat sendiri.
Sonoritas kenyaingan
bunyi, seperti bunyi vokal mempunyai sonoritas yang lebih tinggi dari pada
bunyi konsonan di dalam satu silabel.
Speektograf alat dalam
penyelidikan akustik wicara yang dapat menyimpan 2,4 detik rekaman. Hasil
rekamannya disebut speektogram.
Spektrum grafik yang
menunjukan amplitude relative komponen frekuensi dari glombang bunyi.
Spiran → frikatif
Striktur jarak antara
lidah dengan palatum dan velum dalam memproduksi bunyi vokal.
Struktur fonemis keseluruhan
inventarisasi fonem; hubungan antara fonem-fonem, beserta deskripsi alofon.
Suara bunyi yang dihasilkan karena
bergetarnya pita suara.
Suku terbuka suku kata atau
silabel yang berakhir dengan bunyi konsonan, seperti tim pada kata timba.
Suku tertutup suku kata atau
silabel yang brakhir dengan bunyi konsonan, seperti tim pada kata timba.
Swara bakti vokal pendek
yang disisipkan dalam proses anatiksis;→ anaptiksis
T
Tajam x tajam cirri pembeda
yang secara akustik ditandai oleh tinggi rendahnya intensitas frekuensii,
secara artikulatoris bunyi yang dihasilkan dengan luas sempitnya rongga laring.
Tak bundar bunyi yang
dihasilkan tanpa pembundaran bentuk bibir.
Tegang cirri pembeda yang ditandai dengan
penegangan otot dalam artikulator. Misanya bunyi [e] adalah tegang; bunyi [ᴐ]
adalah kendur.
Tekanan (stress) kekuatan yang
lebih besar dalam artikulasi pada salah satu bagian ujaran yang membuatnya
lebih menonjol daripada bagian ujaran yang lain.
Tempat artikulasi bagian dari
artikulator pasif yang disentuh atau didekati oleh articulator aktif.
Timbre cirri kualitas bunyi vokal.
Tirus cirri pembeda yang menyatakan bahwa
artikulasi terjadi didaerah alveolar; vokal depan dan konsonan adalah tirus.
Titik artikulasi →tempat
artikulator
Titi nada keseluruhan
tinggi rendah nada yang dimungkinkan dalam suatu bahasa.
Transkripsi fonemis transkripsi
yang menggunakan satu lambang untuk satu fonem tanpa melihat perbedaan
fonetisnya.
Transkripsi fonetis trankripsi yang
berusaha menggambarkan semua bunyi secara sangat teliti dan akurat.
Transkripsi ortografis transkripsi
yang sesuai dengan kaidah-kaidah ejaan suatu bahasa (dalam bahasa Indonesia
menurut EYD).
Transliterasi penggantian
huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain, seperti dari huruf
arab kelatin.
Trema tanda diakritis berupa titik dua
diatas sebuah huruf (“). Dalam ejaan van
ophuysen kata saat ditulis saἅt, kata menggulai ditulis menggulaἵ.
Tril bunyi getar atau geletar [r].
U
Umlaut perubahan vokal dalam suku kata
menjadi lebih tinggi karena pengaruh vokal atau semivokal yang mengikutinya.
Unsur suprasegmental unsure didalam wicara yang menyertai bunyi-bunyi bahasa, seperti
tekanan, nada, durasi, jeda, dan sebagainya.
Uvular bunyi yang terjadi karena
penyempitan antara uvula dan belakang lidah.
V
Varian anggota dari satuan bunyi. Misalnya
fonem /e/ mempunyai dua varian yaitu [e] dan [ᶟ].
Velar bunyi yang terjadi karena
penyempitan antara belakang lidah dan langit-langit lembut(velum).
Velarisasi proses
pengangkatan dorsum kearah velum.
Velum bagian belakang langit-langit
lembut.
Vibran bunyi bahasa yang di artikulasikan
dengan getaran yang berkesinambungan antara alat ucap yang bergerak dan yang
tak bergerak. Misalnya bunyi [v] dengan bibir bawah bergerak dan gigi atas
tidak bergerak.
Vokal bunyi bahasa yang dihasilkan dengan
getaran pita suara, dan penyempitan dalam saluran suara diatas glottis.
Vokal bawah vokal yang
dihasilkan dengan lidah dibagian bawah mulut, seperti [a].
Vokal belakang vokal yang
dihasilkan dengan lidah ditarik ke arah belakang rongga mulut, seperti vocal
[u] dan [o].
Vokal bundar vokal yang
dihasilkan dengan bentuk mulut membundar.
Vokal depan vokal yang
dihasilkan dengan menggerakan baagian lidah kearah depan seperti vocal [e].
Vokal cardinal satu seri vokal
dengan cirri-ciri artikulasi tertentu, biasa digunakan sebagai dasar
perbandingan vokal-vokal sebuah bahasa.
Vokal panjang vokal yang di
artikulasikan dengan cirri tegang.
Vokal pendek vokal yang di
artikulasikan dengan cirri kendur.
Vokal tak bundar vokal yang
dihasilkan dengan bibir melebar.
Vokal tengah vokal yang
dihasilkan dengan lidah dalam posisi tidak tinggi dan tidak rendah.
Vokal tinggi vokal yang di
hasilkan dengan lidah terletak tinggi didalam rongga mulut, seperti [i], [u].
vokoid bunyi vokal dalam kajian fonetik;
bunyi vokal sebelum ditetapkan statusnya sebagai fonem.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar