Selasa, 20 Maret 2018

Unsur-unsur dalam kalimat


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
     Kalimat merupakan primadona dalam kajian bahasa. Hal ini disebabkan antara lain karena dengan perantaraan kalimatlah seorang guru atau dosen dapat menyampaikan maksud secara lengkap dan jelas.Satuan bentuk bahasa yang sudah kita kenal sebelum sampai pada ttaran kalimat adalah kata (mis.tidak ) dan frasa atau kelompok kata (mis. tidak tahu). Kata dan frasa tidak dapat mengungkapkan suatu maksud secara lengkap dan jelas, kecuali jika kata dan frasa itu sedang berperan dalam kalimat minor atau merupakan jawaban sebuah pernyataan. Untuk dapat berkalimat dengan baik perlu kita pahami terlebih dahulu sturuktur dasar suatu kalimat.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja unsur-unsur dalam kalimat?
2.      Bagaimana  susunan pola kalimat dasar?
3.      Apa saja yang menjadi pembagian dalam  jenis kalimat?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa saja yang menjadi unsur-unsur dalam kalimat.
2.      Untuk mengetahui susunan pola kalimat dasar.
3.      Untuk mengetahui pembagian jenis kalimat.









BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Hakikat Kalimat
Dalam pandangan gramatikal yang menganggap tatabahasa sebagai sub sistem yang hirarkis, kalimat hanyalah merupakan salah satu satuan yang tetap terikat pada satuan yang lebih besar, atau dapat berdiri sendiri. Ada kemungkinan,  secara relative dalam satuan yang lebih besar kalimat itu berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, secara actual dan potensial terdiri dari kalusa. Dalam kaitanya dengan satuan–satuan sintaksis (kata, frase, kalusa),  kalimat dapat dipandang sebagai suatu kontruksi yang disusun dari konstituen dasar, yang biasa berupa klausa, disertai intonasi final, dan bila diperlukan dilengkapi dengan konjungsi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua hal penting berkenaan dengan konsep kalimat. Dua hal itu adalah konstituan dasar dan intonasi final. Konstituen dasar itu biasanya berupa: klausa, kalau pada sebuah klausa diberi intonaso final maka terbentuk lah sebuah kalimat.
Selain klausa, frase atau kata dapat pula menjadi konstituen dasar. Hanya saja status kalimatnya akan berbeda, jika disbandingkan dengan kalimat yang konstituen dasarnya berupa klausa. Pelangsungan satuan sintaksis  kata atau frase menjadi kalimat, adalah sangat dimungkinkan. Hal ini karena proses gramatikalisasi satuan sintaksis menjadi kalimat tidak selamanya mengikuti hirarki atau tataran bahasa secara wajar atau normal. Ada kalanya terjadi penyimpangan, misalnya pelompatan tingkat.
Dalam peristiwa pelompatan tingkat ini, bisa saja sebuah kata langsung menjadi kalimat. Demikian pula halnya bisa saja sebuah frase langsung menjadi kalimat.
Perhatikan contoh–contoh konstruksi berikut
(590) Dini membaca komik di kamar
(591) Dini membaca komik dikamar, sedangkan Dani membaca novel baru di kebun.
(592) Ketika Dini membaca di kamar, Doni minum di beranda.
(593) Novel baru! (sebagai jawaban terhadap kalimat tanya: apa yang dibaca Dani)
(594) Dini! (sebagai jawaban atas kalimat tanya: siapa yang membaca komik).

Kontruksi (590), (591), (592), (593), (594), adalah kalimat–kalimat. Akan tetapi kalau diteliti lebih jauh konstituen dasarnya sungguh berbeda. Konstituen dasar kalimat (590) adalah sebuah klausa terikat, kalimat (591) berapa dua buah klausa bebas, kalimat (592) berupa: sebuah klausa terikat dan sebuah kata bebas, kalimat, (593) sebuah frase sedangkan kalimat (594) konstituen dasarnya berupa kata dan tetapi pelompatan tingkat untuk (593) dan (594)

2.2 Kalimat dan Klausa
Sebagian diantara kita (penutur bahasa Indonesia), sering maragukan akan perbedaan antara kalimat dan klausa. Di atas sudah dijelaskan hubungan antara klausa dan kalimat. Dalam hubungan kalimat dan klausa merupakan suatu konstituen dasar. Dan telah dijelaskan pula bahwa klausa adalah suatu satuan gramtikal yang secara actual dan potensial dapat menjadi kalimat. Dalam pertuturan kedalam sebuah klausa dapat diberikan intonasi final, sehingga terbentuk lah sebuah kalimat.
Mengenai intonasi final ini, yang member ciri kalimat ada tiga buah, yaitu intonasi deklaratif, yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda titik, intonasi interogatif, yang adalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda tanya, dan intonasi seru yang ditandai dengan tanda seru.
Klausa merupakan konstituen dasar yang terlengkap bagi sebuah kalimat. Oleh karena itu klausa dipandang sebagai suatu kontruksi inti suatu kalimat. Di dalam klausa terdapat unsur – unsure seperti subjek, predikat, objek dan sebagainya, sebagai mana telah dijelaskan pada bahasan mengenai klausa. Secara lengkap unsur – unsure klausa tersebut menjadi kalimat, hanya dengan memberikan intonasi final pada klausa tersebut.
Di dalam kalimat terdapat unsur – unsure seperti tema –tema dan fokus serta latar. Ciri – ciri tersebut terdapat dalam klausa dan kalimat mana pun.

Untuk memperjelas hal yang terakhir, perhatikan contoh – contoh berikut:
(595) Orang itu anaknya lima
(596) Orang itu lima anaknya

Kedua contoh diatas merupakan kalimat, tetapi hanya satu jenis klausa, yaitu dengan struktur
Subjek                            anak orang itu
Predikat                          lima
Demikian pula dengan kontruksi (595) berikut, yaitu (595)pendapatnya terus bertambah jumlahnya.
Kontruksi (595) adalah sebuah kalimat dengan sebuah klausa yang berstrukutur.
Subjek                            jumlah pendapatannya
Predikat                          terus bertambah
Dari contoh yang terakhir dapat ditambahkan bahwa –nya pada jumlahnya merupakan suatu keharusan dalam pengungkapan kalimat yang konkret yang memberikan status remake pada jumlah.
Dari uraian singkat ini dapat disimpulkan bahwa semua, ciri – ciri yang ada dalam klausa terdapat juga dalam kalimat. Bedanya adalah bahwa klausa merupakan konetituen dasar, dan sekaligus kontruksi inti sebuah kalimat yang tidak ditandai oleh intonasi final, sedangkan kalimat ditandai oleh adanya intonasi final.

2.3 Jenis Klausa
Untuk dapat mengklasifikasikan kalimat, kita dapat menggunakan berbagai kriteria atau tinjauan. Kriteria – kriteria itu biasanya menggambarkan beberapa dikotomi pembagian.
1. Berdasarkan jenis klausanya, kalimat dibedakan atas kalimat tunggal kalimat bersusun dan kalimat majemuk.
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terjadi dari suatu klausa bebasa dan juga yang menyebutkan sebagai kalimat sederhana, atau kalimat simpleks, atau kalimat ekaklausa. Semua  penyebutan itu pada dasarnya sama saja.
Contoh
(596) Dia datang dari Jakarta
(597) Dunia meratapi musibah ini
(598) Saya sedang menulis surat dikamar
(599) Kakekku masih gagah
(600) Mereka bergembira sepanjang hari
(601) Ayah dan Ibu menyambut hari lebaran

Kalimat (596), (597). (598), (599), (600), dan (601) merupakan kalimat – kalimat tunggal. Kalimat (596) terdiri dari unsur S, P, K
            S                             dia
            P                             datang
            K                            dari Jakarta
Kalimat (597) terdiri dari unsur S, P, O
            S                             dunia
            P                             meratapi
            O                            musibah ini
Kalimat (598) terdiri dari unsur S, P, O, K
            S                             saya
            P                             sedang menulis
            O                            surat
            K                            di kamar
Kalimat (599) terdiri dari unsur S, P
            S                             kakekku
            P                             masih gagah
Kalimat (600) terdiri dari unsur S, P, K
            S                             mereka
            P                             bergembira
            K                            sepanjang hari
Kalimat (601) terdiri dari unsur S, P, O
            S                             ayah danibu
            P                             menyambut
            O                            hari lebaran
Kalimat bersusun adalah kalimat yang terjadi dari satu klausa bebas dan sekurang – kurangnya satu klausa terikat. Untuk sebutan kalimat bersusun ada beberapa, misalnya kalimat majemuk bertingkat, atau kalimat majemuk subordinatif.
Disebut kalimat bersusun karena dapat dianggap adanya lapisan atau susunanya itu bagian utama (atasan) dan bagia bawahan. Disebut juga bertingkat karena bagian – bagiannya mempelihatkan tingkatan yang tidak sama, ada bagian induk, dan bagian anaknya. Atau dipandang sebagai subordinasi, artinya bagian yang satu tergantung dari bagian yang lain. Dengan demikian akan dijumpai sebutan klausa utama dan klausa bawahan, atau ada induk kalimat dan anak kalimat. Tanpak lah hubungan antara bagian – bagian yang membentuk kalimat bersusun ini tidak setara. Atau klausa – klausa yang membentuk kalimat bersusun itu memperlihatkan hubungan yang tidak setara. Untuk menggabungkan klausa – klausa yang tak setara itu, digunakan konjungsi subordinatif, seperti kalau ,ketika, meskipun, atau karena. Akan tetapi kerap kali hubungan itu berlangsung secara implisit.
Contoh
(602) dia tidak mecuci mobil karena hari hujan
(603) kalau Dini pergi, Doni pun akan pergi
(604) Dini membaca komik, ketika Doni tidur.
(605) meskipun dilarang oleh Doni, Dini akan pergi juga.
(606) karena banyak yang tidak datang, rapat dibatalkan.

Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal[1][5]. Dengan kata lain kalimat majemuk adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan dua predikat. Kalimat majemuk dibagi menjadi dua bagian yaitu: 
1.      Kalimat majemuk setara/koordinatif yaitu gabungan dua pokok pikiran atau lebih yang kedudukannya setara[2][6].Struktur kalimat yang di dalamnya terdapat, sekurang-kurangnya, dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal.Konjungtor yang menghubungkan klausa dalam kalimat majemuk setara jumlahnya cukup banyak.Konjungtor itu menunjuk beberapa jenis hubungan dan menjalankan beberapa fungsi. Berikut tabel penghubung klausa dalam kalimat majemuk setara:                        
Jenis Hubungan
Fungsi
Kata Penghubung
1.Penghubung
menyatakan penjumlahan atau gabungan kejadian, kegiatan, peristiwa, dan proses
dan,serta,baik,maupun
2.Pertentangan
mbahwa hal yang dinyatakan dalam klausa pertama bertentangan dengan klausa kedua
tetapi, sedangkan, bukannya, melainkan
3.Pemilihan
menyatakan pilihan di antara dua kemungkinan
Atau
4.Perurutan
menyatakan kejadian yang berurutan
lalu,kemudian

Contoh kalimat majemuk setara/koordinatif :
1.      Anto gemar menulis sedangkan Anita gemar menari.
2.      Engkau tinggal di sini, atau ikut dengan saya.
3.      Sinta cantik,tetapi sombong.
4.      Ia memarkirkan mobil di lantai 3, lalu naik lift ke lantai 7.

2.      Kalimat majemuk bertingkat/kompleks/subordinatif yaitu kalimat tunggal yang salah satu jabatannya diperluas membentuk kalimat baru.Dalam kalimat majemuk bertingkat kita mengenal
a.       Induk kalimat (jabatan kalimat yang bersifat tetap atau tidak mengalami perubahan)
b.      Anak kalimat (jabatan kalimat yang diperluas membentuk kalimat baru.Anak kalimat ditandai   pemakaian kata penghubung dan bila mendahului induk kalimat dipisah dengan tanda baca koma).
Berikut tabel jenis hubungan antarklausa,konjungtor,dan fungsinya dalam kalimat majemuk bertingkat.


Jenis Hubungan
Kata Penghubung
a.waktu
sejak,sedari,sewaktu,
sementara,seraya,setelah,sambil,sehabis,sebelum,ketika,tatkala,hingga,sampai
b.syarat
jika(lau),seandainya,
an-daikata,andaikan,asalkan,kalau,apabila,bilaman,manakala
c.tujuan
agar,supaya,untuk,biar
d.konsesif
walau(pun),meski(pun),sekalipun,biar(pun),kendati(pun),sungguh(pun)
e.pembandingan
seperti,bagaikan,laksa-na,sebagaimana,dari-pada,alih-alih,ibarat
f.penyebaban
sebab,karena,oleh karena
g.pengakibatan
sehingga,sampai-sampai,maka
h.cara/alat
dengan,tanpa
i.kemiripan
seolah-olah,akan
j.kenyataan
Padahal
k.penjelasan
Bahwa
l.hasil
Makanya

Contoh kalimat majemuk bertingkat/kompleks/subordinatif :
1.     Agar koperasi unit desa (KUD) berkembang,perlu dipikirkan penciptaan kader-kader yang  tangguh.
2.      Ketika memberikan keterangan,saksi itu meneteskan air mata.
3.      Pembangunan rumah susun itu memerlukan penelitian sebab beberapa unit rumah susun belum berpenghuni.










BAB III
PENUTUP


3.1  Kesimpulan
          Dari pembahasan tenteng kalimat maka diperoleh beberapa kesimpulan , yaitu :
Kalimat merupakan bagian ujaran/tulisan yang mempunyai struktur minimal subjek (S), predikat (P) dan intonasi finalnya menunjukkan bagian ujaran/tulisan itu sudah lengkap dengan makna (bernada berita, tanya, atau perintah).
Kalimat dapat dibeda-bedakan menjadi beberapa jenis menurut (a) jumlah klausa pembentuknya,(b) fungsi isinya,(c) kelengkapan unsurnya, (d) susunan subjek dan predikatnya,dan (e) sifat hubungan aktor-aksi.



DAFTAR PUSTAKA


Dendy Sugono,Berbahasa Indonesia Dengan Benar,(Jakarta: Gramedia Press 1999),hlm.141
Achmad HP. 2002. Sintaksis. jakarta: Manasco Offset


Tidak ada komentar:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda