BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Kata tugas
2.1.1. Batasan dan Ciri
Dalam bab-bab yang
terdahulu kita telah membicarakan empat kelas kata dalam bahasa Indonesia,
yakni verba, nomina, adjektiva, dan adverbial. Di samping keempat kelas kata
itu, masih ada kelas kata lain yang mempunyai ciri khusus. Jenis khusus itu
dinamakan kata tugas. Kata seperti dan, ke, karena, dan dari,
termasuk dalam kelas kata tugas.
Berbeda dengan
kata dalam keempat kelas kata yang telah dibicarakan, kata tugas hanya
mempunyai arti gramatikal, tetapi tidak memiliki arti leksikal. Ini berarti
bahwa arti suatu kata tugas ditentukan bukan olehkata itu secara lepas, tetapi
oleh kaitannya dengan kata lain dalam frasa atau kalimat. Jika untuk nomina
seperti buku kita dapat memberikan arti berdasarkan kodrat kata itu
sendiri-benda yang terdiri atas kumpulan kertas yang bertulisan, dan
sebagainya-, untuk kata tugas kita tidak dapat berbuat yang sama. Kata tugas
seperti dan atau kebaru akan mempunyai arti apabila dirangkai
dengan kata lain untuk menjadi, misalnya, ayah,dan ibu pergi kepasar.
Ciri lain dari
kata tugas adalah bahwa hampir semua kata tugas tidak dapat mengalami perubahan
bentuk. Jika dari verba datang kita dapat mengubahnya menjadi mendatangi,
mendatangkan, kedatangan, dari kata tugas seperti dan dan dari kita
tidak dapat menurunkan kata lain. Beberapa perkecualian adalah untuk beberapa
kata tugas seperti sebab, sampai, dan oleh yang dapat berubah
menjadi kata lain: menyebabkan, menyampaikan, memperoleh.
Seperti halnya
dalam bahasa-bahasa lain, kata tugas dalam bahasa Indonesia tidak mudah
terpengaruh oleh unsure asing. Dalam kelompok utama kita mudah menerima kata
asing sebagai kata baru atau kata pengganti kata yang telah ada. Dengan
masuknya benda yang dapat melakukan berbagai kegiatan dan perhitungan, kita
menerima pula kata yang megiringinya, yakni computer. Kita juga mengenal
kata klasisfikasi disamping kata kita sendiri pengelompokan. Dalam hal
kata tugas, hal itu jarang terjadi. Dengan kata lain, kata tugas adalah kelas
kata yang tertutup.
Dengan cirri-ciri
di atas dapatlah disimpulkan bahwa kata tugas adalah kata atau gabungan kata
yang tugasnya semata-mata memungkinkan kata lain berperanan dalam kalimat.
2.1.2. Klasifikasi Kata Tugas
Berdasarkan
peranannya dalam frasa atau kalimat, kata tugas dibagi menjadi lima kelompok:
(1) preposisi, (2) konjungsi, (3) interjeksi, (4) artikel, dan (5) artikel.
1)
Preposisi
Preposisi atau kata depan adalah
kata tugas yang bertugas sebagai unsure pembentuk frasa preposisional.
Preposisi terletak dibagian awal frasa dan unsure yang mengikutinya dapat
berupa nomina, adjektiva, atau verba. Dengan demikian, dari nomina pasar dan
verba mengail dapat kita bentuk frasa preposisional ke pasar dengan mengail.
Frasa preposisional seperti itu bersifat eksosentrik. Jika ditinjau dari segi
bentuknya, preposisi dapat menomorfemis atau polimorfemis.
i.
Preposisi
Monomorfemis
Preposisi monomorfemis adalah
preposisi yang terdiri hanya atas satu morfem dank arena itu tidak dapat
diperkecil lagi bentuknya. Berikut adalah preposisi dalam bahasa Indonesia
beserta beberapa fungsinya.
Bagi
Untuk memandai hubungan peruntukan
Buat
Guna
Dari
menandai
hubungan asal, arah dari suatu tempat , atau milik menandai hubungan kesertaan
atau cara menandai hubungan tempat berada.
Dengan
Di
ii.
Preposisi
Polimorfemis
Preposisi polimorfemis terdiri atas
dua macam: (1) yang dibentuk dengan memakai afiks dan (2) yang dibentuk dengan
menggabungkan dua kata atau lebih. Conoh untuk (1) adalah selama dan bagaikan,
sedangkan untuk (2) adalah selain dari dan sampai dengan/ke.
a.
Preposisi
Polimorfemis dengan Afiks
Preposisi polimorfemis yang berafiks
dibentuk dengan menempelkan afiks pada dasar. Dasar itu dapat merupakan morfem
bebas (sama, serta) atau morfem terikat (jelang, kita)
b.
Preposisi
Polimorfemis Berupa Gabungan Kata
Preposisi polimorfemis yang terdiri
atas morfem bebas dapat berupa (a) gabungan preposisi dan preposisi, atau (b)
gabungan proposisi dan yang bukan preposisi.
2)
Konjungsi
Konjungsi atau kata sambung adalah
kata tugas yang menghubungkan dua klausa atau lebih. Kata seperti dan,
kalau, dan atau adalah kata konjungsi. Perhatika contoh berikut.
(58) Farida sedang membaca dan
adiknya sedang bermain catur.
(59) Saya mau pergi kalau pekerjaan
rumah saya selesai.
(60) Engkau berangkat sekarang atau
engkau ketinggalan kereta.
Dari contoh diatas tampak bahwa yang
dihubungkan oleh konjungsi adalah klausa. Meskipun demikin, kita ketahui pula
bahwa ada konjungsi yang juga dapat menghubungkan dua kata atau frasa. Konjung
seperti dan atau mati. Jika sekarang kita kembali kepada kelompok
preoposisi adapula yang dapat bertindak sebagai konjungsi. Preposisi seperti sebab,
Karena, dan sejak dapat
menghubungkan kata maupun klausa. Pada contoh dibawah ini kita temukan
preposisi yang dapat pula bertindak sebagai konjungsi.
(61) a. Dia tidak kuliah karena kematian ayahnya.
b. Dia tidak kuliah karena ayahnya
meninggal.
(61) a. Dia sudah dapat membaca sejak
bulan Agustus
b. Dia sudah dapat membaca sejak dia
berumur lim tahun.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa
ada kata yang mempunyai keanggotaan ganda, yakni sebagai preposisi maupun
sebagai konjungsi. Jika kata itu dipakai sebagai pembentuk frasa, maka statusnya berubah menjadi
konjungsi.
Dilihat dari perilaku sintaktiknya,
konjungsi konjungsi dibagi menjadi lima kelompok: (1)konjungsi koordinatif,
(2) konjungsi sbordinatif, (3) konjungsi korelatif, (4) konjungsi antarkalimat,
dan (5) komjungsi antarpargraf.
i.
Konjungsi
Koordinatif
Konjungsi kooedinatif adalah
konjungsi yang menhubungkan dua unsure atau lebih dan dua unsure itu memiliki
status sintaksis yang sama. Anggota dari kelompok itu adalah
Dan menandai hubungan penambahan,
Atau menandai hubungan pemilihan,
tetapi menandai hubungan perlawanan.
Konjungsi
koordinatif agak berbeda dengan konjungsi lain karena konjungsi itu, disamping
menghubungkan klausa, juga dapat menghubungkan kata. Meskipun demikian, frasa
yang dihasilkan bukanlah frasa preposional. Perhatikan contoh yang berikut.
(63) Dia
menangis dan istrinya pun tersedu-sedu.
(63) Dia
mencari saya dan adik saya.
(64) Aku akan
datang ke rumahmu atau kamu yang datang kerumahku.
(65) Saya atau
kamu yang akan menemput ibu.
(66) Dia
menangis, tetapi istrinya hanya terdiam saja.
(67) Sebenarnya
Kartini pandai tetapi malas.
(68) Yang kita
cari adalah hotel yang sederhana, tetapi bersih.
Jika salah satu
atau kedua-duanya akan dinyatakan , maka orang akan sering memakai dua
konjungsi secara bersamaan, yakni dan/atau garis miring di antara kedua
kata itu.
(70) para dekan
dan/atau pembantu dekan pertama
diminta hadir.
(71) kami
mengundang Ketua dan/atau Sekretaris.
ii.
Konjungsi
subordinatif
Konjungsi
subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih dan
klausa itu tidak memiliki status sintaksis yang sama. Salah satu dari klausa
itu merupakan anak kalimat dari kalimat induknya. Jika dilihat dari perilaku
sintaksis dan semantisnya, konjungsi subordinatif dapat dibagi menjadi sepuluh
kelompok kecil. Pembagian ini mempunyai dampak sintaksis apabila kita nanti
membicarakan soal klausa dan kalimat pada Bab X. Berikut adalah
kelompok-kelompok konjungsi subordinatif.
1.
Konjungsi
Subordinatif Waktu : sesudah,setelah,
sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika,tatkala, sewaktu, sementara,sambil,
seraya, selagi, selama, sehingga, sampai.
2.
Konjungsi
Subordinatif Syarat : jika, kalau,
jikalau, asal(kan), bila, manakala
3.
Konjungsi
Subordinatif : andaikan,
seandainya, umpamanya, sekiranya
Pengadaian
4.
Konjungsi
Subordinatif Tujuan : agar, supaya,
agar supaya, biar
5.
Konjungsi
Subordinatif : biarpun,
meski(pun), sekalipun, walau(pun),
Konsesif sungguhpun,
kendati(pun)
6.
Konjungsi
Subordinatif : seakan-akan,
seolah-olah, sebagaimana, seperti, s
Pemiripan sebagai,
laksana
7.
Konjungsi
Subordinatif : sebab,
karena, oleh karena
Penyebabab
8.
Konjungsi
Subordinatif : (se)hingga,
sampai(-sampai), maka(nya)
Pengakibatan
9.
Konjungsi
Subordinatif : bahwa
Penjelasan
10.
Konjungsi
Subordinatif : dengan
Cara
Seperti halnya
dengan kelompok konjungsi koordinatif, dalam kelompok subordinatif ada pula
anggota yang termasuk dalam kelompok preposisi. Kita seperti sebelum dan
karena dapat diikuti dengan klausa tetapi dapat pula diikuti dengan kata.
Dalam hal yang pertama kata-kata itu bertindak sebagai konjungsi, dalam hal
yang kedua sebagai preposisi. Bandingkan kalimat dia berangkat adalah
contoh kelompok masing-masing.
(72) Pak
Buchori sudah meninggal ketika dokter datang.
(73) Saya akan
naik haji jika tanah saya laku.
(74) Saya pasti akan memaafkannya seandainya dia mau
mengakui kesalahannya.
(75) Narto
harus belajar giat agar naik kelas.
(76)Pembangunan tetap berjalan terus imeskipun dana makin
menyempit.
Dari uraian dan
contoh di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan karena banyak orang
yang belum menyadarinya. Pertama, pada umumnya klausa yang didahului oleh
konjungsi dapat berdiri ditengah atau depan kalimat. Karena itu, jika klausa
anak itu berada ditengah kalimat tentu saja tulisan konjungsinya memakai huruf
kecil seperti pada contoh-contoh di atas. Kedua, jika subjek klausa anak sama
dengan subjek kalimat induknya, maka subjek klausa anak itu dapat dihilangkan.
iii.
Konjungsi
Korelatif
Konjungsi
korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, frasa atau klausa; dan
kedua unsure itu memiliki situs sintaksis yang sama. Konjungsi korelatif
terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh salah satu kta, frasa, atau klausa
yang dihubungkan. Berikut adalah contohnya.
Baik.... maupun
… (maupun)
Tidak hanya …,
tetapi (…) juga…
Demikian (rupa)
… sehingga …
Apa (kah) …
atau …
Entah … entah …
Jangankan …, …
pun …
Perhatikan contoh-contoh di bawah ini.
a)
Baik
pak Anwar maupun istrinya tidak suka merokok.
b)
Tidak
hanya kita harus setuju, tetapi kita juga harus patuh.
c)
Tidak
hanya dia tetapi saya juga ikut.
d)
Mobil
itu larinya demikian cepatnya sehingga sangat sukar untuk dipotrt.
e)
Kita
harus mengerjakannya demikian rupa sehingga
hasilnya benar-benar baik.
f)
Apa(Kah)
anda setuju atau tidak, dia tetap akan mengusulkan gagasannya.
g)
Jangankan
orang lain, orang tuanya sendiri pun tidak mengusulkan gagasan.
iv.
Konjungsi
antar kalimat
Berbeda
dengan konjuksi diatas, kunjungsi antarkalimat menghubungkan satu kalimat
dengan kalimat yang lain . krena itu konjungsi macam itu selalu memulai suatu
kalimat yang baru dan tentu saja huruf pertamanya ditulis dengan huruf capital.
Berikut adalah contoh konjungsi antarkalimat.
a.
Biarpun
demukian/begitu sekalipun demikian/begitu sungguhpun demikian/begiti walaupun
demikian/begitu
b.
Meskipun
demikian/begitu kemudian sesudah itusetelah itu selanjutnya
c.
Tambahan
pula, lagi pula, selain itu
d.
Sebaliknya
e.
Sesungguhnya,
bahwasannya
f.
Malah(an),
bahkan
g.
(akan)
tetapi, namun
h.
Kecuali
itu
i.
Dengan
demikian
j.
Oleh
karena itu, oleh sebab itusebelum itu
Anggota
subkelompok (a) menyatakan kesediaanuntuk melakukan sesuatu yang berbeda
ataupun bertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya. Subkelompok (b) menyatakan
kelanjutan dari peristiwa atau keadaan kalimat sebelumnya. Subkelompok pada (c)
menyatakan adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain diluar dari yang telah di
nyatakan sebelumnya. Sebliknya padahal (d) mengacu kekebalikan dari yang
dinyatakan sebelumna . sesungguhnya pada (e) menyatakan keadaan yang sebenarnya
. malah (an) dan bahkan pada (f) menguatkan keadaan yang dinyatakan sebelumnya,
dan anggota kelompok (g) menyatakaan pertentangan dengan keadaan sebelumnya.
Kecuali itu pada (h) menyatakan keeksklusifan dari hal yang dinyatakan
sebelumnya. Dengan demikian pada (i) menyatakan konsekuensinya. Oleh karena /
sebab itupada (j) menyatakan akibat. Sebelum itu pada (k) menyatakan kejadian
yang mendahulu hal yang dinyatakan sebelumnya . berikut ini ada lah contoh
pemakain beberapa konjungsi diatas
a.
Kami
tidak sependapat dengan dia. Kami tdak akan menghalanginya
b.
Kami
tidak sependapat dengan dia . biarpun begitu, kami tidak akan menghalanginya.
Dari contoh diatas jelas lah bahwa konjungsi antar kalimat
menghubungka dua kalimat yang utuh. Karena dua kalimat itu teroisah, maka
subjek dari kalimat kedua tetap dipertahankan meskipun subyeknya sama dengan
kalimat sebelumnya.
v.
Konjungsi
antar paragraf
Jika
konungsi antar kalimat menghubungkan dua kalimat dan memulai suatu kalimat
baru, konjungsi antar paraagraf pada pada umumnya memulai suatu paragraf.
Hubungannya dengan pragraf sebelumnya berdasarkan yang terkndung pada paragraf
sebelumnya.
Konjungsi
pada kelompok (a) berikut ini masih sering dipakai, sedangkan yang ada pada
kelompok (b) umumnya terdapat pada naskah sastra lama.
a.
Adapun
Akan hal
Mengenai
Dalam pada itu
b.
Al
kisah
Arkian
Sebermula
Syahdan
Contoh
konjungsi itu masing-masing terlihat dalam kalimat berikut ini.
a.
Adapun
terbongkarnya rahasia bahwa dibawah pohon itu tersimpan harta karun. Bermula
dari cerita pak kisah pernah menjadi pembantu raja dan turut menanam harta
tersebut beberapa puluh tahun yang lalu
b.
Akan
hal lamarannya menjjadi salah seorang guru disekolah dasar inpres raya ini
telah kami bicarakan dalam rapat guru minggu yang lalu; dalam waktu dekat kita
akan mengetahui hasilnya; diterima atau ditolak
Dari uraian
mengenai pelbagai konjungsi diatas dapat kita simoulkan hal yang berikut.
1.
Konjungsi
koordinatif menggabungkan kata atau klausa yang setara kalimat yang dibentuk
dengan car itu dinamakan kalimat majemuk setara .
2.
Konjungsi
subordinatif membentuk anak kalimat. Dengan pergabungan klausa itu dengan
klausa induk menghasilkan kalimat majemuk bertingkat
3.
Konjungsi
koleratif dapat membentuk frasa atau kalimat. Unsure frasa yang dibentuk dengan
konjungsi itu memilik status sintaktis yang sama.apabila konjungsi itu
membentuk kalimat, maka kalimatnya agak rumit daan berfariasi ada kalanya
terbentuk kalimat majemuk setara , ada pula yang bertingkat. Bahkan, dapat
terbentuk pula kalimat yang mempunyai dua subjek dengan satu predikat.
4.
Konjungsi
antar kalimat merangkaikan dua kalimat, tetapi masing-masing merupakan kalimat
sendiri-sendiri. Konjuksi antar paragraph menghubungkan paragraf tempat
konjungsi itu dipakai paragraf sebelumnya. Walaupun demikian, ada konjungsi
tertentu (adapun dan oleh karena itu) yang dapat dipakai sebgai konjungsi antar
kalmat ataupun antar paragraf
3)
interjeksi
Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa
hati manusia untuk memperkuat rasa hati , sedih, heran, dan jijik, orang
memakai kata tertentu disamping kalimat mengandung makna pokok yang dimaksud
uuntuk betapa cantiknya seorang teman yang memakai pakaian baru , misalnya,
kita tidak hanya berkata “cantik sekali kau mala mini” . tetapi kita awali
dengan kata seruaduh yang mengungkapkan perasaan kita dengan demikian, kalimat
aduh, cantik sekli kau malam ini “ tidak hanya menyatakan fakta . tetapi juga
rasa hati pembicara.
Di samping interjeksi yang asli, dalam bahasa Indonesia ada pula interjeksi yang berasal dari bhasa asing, kedua duanya bisa dipakai dipermulaan dan diikuti oleh tanda koma . pada umunya innterjeksi mengacu ke sikap yang (a) negative , (b) positif , (C) mengambarkan keheranan . dan (d) netral atau bercampur, bergantung pada makna kalimat yang mengiringinya. Berikut in adalah contoh-contohnya .
Di samping interjeksi yang asli, dalam bahasa Indonesia ada pula interjeksi yang berasal dari bhasa asing, kedua duanya bisa dipakai dipermulaan dan diikuti oleh tanda koma . pada umunya innterjeksi mengacu ke sikap yang (a) negative , (b) positif , (C) mengambarkan keheranan . dan (d) netral atau bercampur, bergantung pada makna kalimat yang mengiringinya. Berikut in adalah contoh-contohnya .
a.
Bernada
negatif
Cih
Cis
Bah
Ih
Idih
Berengsek
b.
Bernada
positip
Aduhai
Amboi
asyik
Alhamdulillah
Insya allah
Syukur
c.
Bernada
keheranan
Ai
Lo
Astafirullah
Masyaallah
d.
Bernada
netral atau campuran
Ayo nah
Hai ah
Halo eh
He oh
Wahai ya
Astaga aduh
Wah hem
Contoh dari
beberapa kelompok di atas :
a)
Bernada
negatif :
·
Cih,
tidak tahu mengemis belas kasihan orang.
·
Cis,
muak aku melihat rupamu lagi.
·
Bah,
pergi kau dari rumah ini.
b)
Bernada
·
Aduhai,
indahnya pemandangan danau ini.
·
Amboi,
akhirnya sampai juga kita dengan selamat.
·
Asyik,
nikmatnya kita duduk-duduk di pantai seperti ini.
c)
Bernada
·
Ai,
kurusnya kamu sekarang ini.
·
Lo,
kamu kan teman saya di SMP dulu?
·
Astagfirullah,
seluruh keluarganya ditembak perampok.
d)
Bernada
·
Ayo,
kita pergi sekarang.
·
Hai,
kamu kamu datang?
·
He,
di mana Bu Hartini tinggal sekarang?
Pada contoh kelompok (d)
bahwa interjeksi ah, hai, astaga, dan wah dapat dipakai di berbagai situasi
perlu kita perhatikan bahwa banyak dari interjeksi itu dipakai dalam bahasa
lisan atau bahasa tulis yang berbentuk percakapan. Karena itu interjeksi
seperti ini lebih bersifat tidak formal.
Interjeksi seperti brengsek, asyik, duilah, ih, dan idih termasuk
dalam kategori itu. Pada bahsa tulis yang bukan merupakan percakapan, khususnya
yang bersifat formal, interjeksi jarang dipakai.
4)
Artikel
Artikel adalah kata tugas yang membatasi makna jumlah nomina. Dalam
bahasa Indonesia ada tiga kelompok artikel;
A.
Artikel
yang Mengacu ke Makna Tunggal
Artikel yang menyatakan jumlah tuggal pada umumnya mengacu ke
konsep atau hal yang lama atau unik. Berikut ini adalah contoh-contohnya.
a)
Sang
: untuk manusia atau benda unik dengan maksud untuk meninggikan martabat.
Sering pula dipakai sebagai gurauan atau sindiran.
Contoh ; “Sang juara, Elly Pical, dapat merobohkan
petinju Australia”.
b)
Sri : untuk manusia yang memiliki martabat
tinggi dalam keagamaan dan kerajaan.
Contoh ;
“kedatangan Sri Baginda dan Sri Ratu disambut dengan meriah”.
c)
Hang
: untuk manusia laki-laki yang dihormati, tetapi pemakaianya terbatas pada hal
dan cerita kesusastraan lama.
Contoh ;
“Segera Hang Tuah pergi merantau”.
d)
Dang
: untuk manusia wanita yang dihormati,
tetapi pemakaiannya terbatas pada hal, dan cerita kesusastraan lama.
Contoh ; “Dang
Merdu adalah tokoh terkenal dalam hikayat sastra Melayu.
B.
Artikel
yang Mengacu ke Makna Kelompok: Para
Artikel yang mengacu ke makna kelompok adalah para, karena artikel
ini mengisyaratkan ketaktunggalan, maka nomina yang diiringinya tidak
menyatakan dalam bentuk kata ulang.
Jadi, untuk menyatakan kelompok “guru” sebagai kesatuan bentuk yang
dipakai adalah “Para guru” dan bukan “Para guru-guru”.
Para dipakai untuk menegaskan makna kekelompokan bagi manusia yang
memiliki kesamaan sifat tertentu, khususnya yang berkaitan dengan pekerjaan dan
kedudukan. Dengan demikian, kita dapati bentuk seperti “para guru, para petani,
para ilmuwan.” Akan tetapi,, bentuk seperti “para anak, para orang, dan para
manusia”, tidak kita temukan dalam
bahasa kita. Ada pula kata lain seperti “Kaum” dan “Umat” yang juga menyatakan
kekelompokan, tetapi kedua kata itu termasuk nomina, bukan artikel. Dengan
demikian, kita temukan klausa seperti “Kita adalah umet/kaum yang beragama.
C.
Artikel
yang Bermakna Netral : Si
Disamping artikel yang menyatakan makna ketunggalan dan
kekelompokan, ada pula artikel yang sifatnya netral. Artikel : “Si ” dapat
mengacu kepada makna tungal atau generic, bergantung pada konteks kalimatnya.
Frasa “Si Miskin” dalam kalimat “tak sampai hatiku melihat si miskin mengambil
makanan dari tumpukan sampah itu” mengacu pada satu orang yang kebetulan
miskin. Akan tetapi dalam kalimat “Di mana pun di dunia ini si miskinlah yang
selalu menderita” frasa “si miskin” mengacu ke pengertian generic, yaitu kaum
miskin di dunia ini.
Artikel si, di pakai untuk mengiringi nama orang, membentuk nomina
dari adjektiva atau verba, dan dalam bahasa yang tak formal untuk mengiringi
pronomina dia.
Berikut contohnya :
e)
Si
amat akan meminang si Halimah minggu depan.
f)
Aduh,
cantiknya si hitam manis itu.
g)
Si
terdakwa Jessica tidak dapat menjawab pertanyaan hakim.
h)
Mengapa
si dia tidak kamu ajak datang?
Dari uraian mengenai artikel di atas, berikut rangkkumannya :
Artikel :
a)
Tunggal
: sang, sri, hang, dang
b)
kelompok
: para
c)
Netral/Generik
: si
D.
Partikel
: -Kah, -Lah, -Pun, -Tah
Kelompok kata tugas
yang terakhir sebenarnya berupa klitika, karena selalu dilekatkan pada kata
yang mendahuluinya. Ada empat partikel, yakni –kah, -lah, -pun, dan –tah.
1.
Partikel
–Kah membentuk kalimat tanya.
Contoh
:
(155)
Diakah yang akan datang?
(Bandingkan : Dia yang akan datang.)
(156) Hari inikah pekerjaan itu harus selesai?
(Bandingkan : Hari ini pekerjaan itu harus
selesai.)
2.
Jika
dalam kalimat tanya sudah ada kata tanya seperti apa, di mana bagaimana, maka,
-kah bersifat manasuka. Pemakaian –kah menjadikan kalimatnya lebih formal dan
sedikit lebih halus.
Contoh :
(157) apakah ayahmu sudah datang?
(158) Bagaimanakah penyelesaiaan soal ini jadinya?
(159) Ke manakah anak-anak pergi?
3.
Dalam
kalimat tidak ada kata tanya, maka –kah akan memperjelas bahwa kalimat itu
adalah kalimat tanya. Kadang-kadang urutan katanya dibalik. Tanpa –kah, arti
kalimatnya brgantung pada cara kita mengucapkannya dapat berupa kalimat berita
atau kalimat tanya.
Contoh :
(160) Dia akan datangkah nanti malam?
(161) Haruskah aku yang mulai dahulu?
(162) Tidak dapatkah dia mengurus soal sekecil itu?
8.5.2 Partikel –Lah
Parkel –lah dipakai dalam kalimat perintah atau berita. Berikut
adalah kaidah pemakaiannya.
1.
Dalam
kalimat perintah, -lah dipakai untuk sedikit menghaluskan nada perintahnya
(163) Pergilah sekarang, sebelum hujan turun.
(164) Bawalah mobil ini ke bengkel besok pagi.
(165) Kalau anda mau, ambillah satu atau dua buah.
2.
Dalam
kalimat berita, -lah dipakai untuk memberikan tegasan yang sedikit keras.
Contoh :
(166) Dari ceritamu, jelaslah kamu yang salah.
(167) Ambil berapa sajalah yang saudara perlukan.
(168) Cara seperti itu tidaklah pantas.
8.5.3 Partikel –Pun
Partikel –pun hanya
dipakai dalam kalimat berita. Kaidah pemakaiannya adalah sebagai berikut.
1.
–Pun
dipakai untuk mengeraskan arti kata yang diiringinya. Dalam tulisan, -pun
dipisahkan dari kata di depannya.
Contoh :
(169) Mereka pun akhirnya setuju dengan usul kami.
(170) Yang tidak perlu pun dibelinya juga.
Perlu diperhatikan bawaa partikel –pun pada konjungsi ditulis
serangkai : jadi, ejaanya walaupun, meskipun, kendatipun, ataupun, sekalipun,
biarpun, dan sungguhpun.
2.
Dengan
arti yang sama seperti di atas, -pun sering pula dipakai bersama –lah.
Contoh:
(170) Tidak lama kemudian huajn pun turunlah dengan derasnya.
(171) Para anggota yang menolak pun mulailah berpikir-pikir lagi.
8.5.4 Partikel –Tah
Partikel –tah dipakai
dalam kalimat tanya, tetapi si penanya sebenarnya tidak mengharapkan jawaban.
Ia seolah-olah hanya bertanya-tanya pada diri sendiri tentang hal yang
dikemukakannya. Partikel –tah itu banyak dipakai dalam sastra lama, tetapi
tidak banyak dipakai lagi sekarang.
Contoh :
(173) Apatah artinya hidup ini tanda engkau?
(174) siapatah gerangan orangnya yang mau menolongku.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen pendidikan dan kebudayaan. 1992. Tata Bahasa Baku
Indonesia. Bandung: Perum Balai Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar