Selasa, 20 Maret 2018

Kata tugas


BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kata tugas
2.1.1. Batasan dan Ciri
            Dalam bab-bab yang terdahulu kita telah membicarakan empat kelas kata dalam bahasa Indonesia, yakni verba, nomina, adjektiva, dan adverbial. Di samping keempat kelas kata itu, masih ada kelas kata lain yang mempunyai ciri khusus. Jenis khusus itu dinamakan kata tugas. Kata seperti dan, ke, karena, dan dari, termasuk dalam kelas kata tugas.
            Berbeda dengan kata dalam keempat kelas kata yang telah dibicarakan, kata tugas hanya mempunyai arti gramatikal, tetapi tidak memiliki arti leksikal. Ini berarti bahwa arti suatu kata tugas ditentukan bukan olehkata itu secara lepas, tetapi oleh kaitannya dengan kata lain dalam frasa atau kalimat. Jika untuk nomina seperti buku kita dapat memberikan arti berdasarkan kodrat kata itu sendiri-benda yang terdiri atas kumpulan kertas yang bertulisan, dan sebagainya-, untuk kata tugas kita tidak dapat berbuat yang sama. Kata tugas seperti dan atau kebaru akan mempunyai arti apabila dirangkai dengan kata lain untuk menjadi, misalnya, ayah,dan  ibu pergi kepasar.
            Ciri lain dari kata tugas adalah bahwa hampir semua kata tugas tidak dapat mengalami perubahan bentuk. Jika dari verba datang kita dapat mengubahnya menjadi mendatangi, mendatangkan, kedatangan, dari kata tugas seperti dan dan dari kita tidak dapat menurunkan kata lain. Beberapa perkecualian adalah untuk beberapa kata tugas seperti sebab, sampai, dan oleh yang dapat berubah menjadi kata lain: menyebabkan, menyampaikan, memperoleh.
            Seperti halnya dalam bahasa-bahasa lain, kata tugas dalam bahasa Indonesia tidak mudah terpengaruh oleh unsure asing. Dalam kelompok utama kita mudah menerima kata asing sebagai kata baru atau kata pengganti kata yang telah ada. Dengan masuknya benda yang dapat melakukan berbagai kegiatan dan perhitungan, kita menerima pula kata yang megiringinya, yakni computer. Kita juga mengenal kata klasisfikasi disamping kata kita sendiri pengelompokan. Dalam hal kata tugas, hal itu jarang terjadi. Dengan kata lain, kata tugas adalah kelas kata yang tertutup.
            Dengan cirri-ciri di atas dapatlah disimpulkan bahwa kata tugas adalah kata atau gabungan kata yang tugasnya semata-mata memungkinkan kata lain berperanan dalam kalimat.
2.1.2. Klasifikasi Kata Tugas
            Berdasarkan peranannya dalam frasa atau kalimat, kata tugas dibagi menjadi lima kelompok: (1) preposisi, (2) konjungsi, (3) interjeksi, (4) artikel, dan (5) artikel.
1)      Preposisi
Preposisi atau kata depan adalah kata tugas yang bertugas sebagai unsure pembentuk frasa preposisional. Preposisi terletak dibagian awal frasa dan unsure yang mengikutinya dapat berupa nomina, adjektiva, atau verba. Dengan demikian, dari nomina pasar dan verba mengail dapat kita bentuk frasa preposisional ke pasar dengan mengail. Frasa preposisional seperti itu bersifat eksosentrik. Jika ditinjau dari segi bentuknya, preposisi dapat menomorfemis atau polimorfemis.
                                i.            Preposisi Monomorfemis
Preposisi monomorfemis adalah preposisi yang terdiri hanya atas satu morfem dank arena itu tidak dapat diperkecil lagi bentuknya. Berikut adalah preposisi dalam bahasa Indonesia beserta beberapa fungsinya.
Bagi
Untuk                  memandai hubungan peruntukan
Buat
Guna
Dari menandai hubungan asal, arah dari suatu tempat , atau milik menandai hubungan kesertaan atau cara menandai hubungan tempat berada.
Dengan
Di
                              ii.            Preposisi Polimorfemis
Preposisi polimorfemis terdiri atas dua macam: (1) yang dibentuk dengan memakai afiks dan (2) yang dibentuk dengan menggabungkan dua kata atau lebih. Conoh untuk (1) adalah selama dan bagaikan, sedangkan untuk (2) adalah selain dari dan sampai dengan/ke.
a.      Preposisi Polimorfemis dengan Afiks
Preposisi polimorfemis yang berafiks dibentuk dengan menempelkan afiks pada dasar. Dasar itu dapat merupakan morfem bebas (sama, serta) atau morfem terikat (jelang, kita)
b.      Preposisi Polimorfemis Berupa Gabungan Kata
Preposisi polimorfemis yang terdiri atas morfem bebas dapat berupa (a) gabungan preposisi dan preposisi, atau (b) gabungan proposisi dan yang bukan preposisi.
2)      Konjungsi
Konjungsi atau kata sambung adalah kata tugas yang menghubungkan dua klausa atau lebih. Kata seperti dan, kalau, dan atau adalah kata konjungsi. Perhatika contoh berikut.
(58) Farida sedang membaca dan adiknya sedang bermain catur.
(59) Saya mau pergi kalau pekerjaan rumah saya selesai.
(60) Engkau berangkat sekarang atau engkau ketinggalan kereta.
Dari contoh diatas tampak bahwa yang dihubungkan oleh konjungsi adalah klausa. Meskipun demikin, kita ketahui pula bahwa ada konjungsi yang juga dapat menghubungkan dua kata atau frasa. Konjung seperti dan atau mati. Jika sekarang kita kembali kepada kelompok preoposisi adapula yang dapat bertindak sebagai konjungsi. Preposisi seperti sebab, Karena, dan  sejak dapat menghubungkan kata maupun klausa. Pada contoh dibawah ini kita temukan preposisi yang dapat pula bertindak sebagai konjungsi.
(61) a. Dia tidak kuliah karena  kematian ayahnya.
b. Dia tidak kuliah karena ayahnya meninggal.
(61) a. Dia sudah dapat membaca sejak bulan Agustus
b. Dia sudah dapat membaca sejak dia berumur lim tahun.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa ada kata yang mempunyai keanggotaan ganda, yakni sebagai preposisi maupun sebagai konjungsi. Jika kata itu dipakai sebagai pembentuk  frasa, maka statusnya berubah menjadi konjungsi.
Dilihat dari perilaku sintaktiknya, konjungsi konjungsi dibagi menjadi lima kelompok: (1)konjungsi koordinatif, (2) konjungsi sbordinatif, (3) konjungsi korelatif, (4) konjungsi antarkalimat, dan (5) komjungsi antarpargraf.
                                i.            Konjungsi Koordinatif
Konjungsi kooedinatif adalah konjungsi yang menhubungkan dua unsure atau lebih dan dua unsure itu memiliki status sintaksis yang sama. Anggota dari kelompok itu adalah
Dan           menandai hubungan penambahan,
Atau           menandai hubungan pemilihan,
tetapi          menandai hubungan perlawanan.
Konjungsi koordinatif agak berbeda dengan konjungsi lain karena konjungsi itu, disamping menghubungkan klausa, juga dapat menghubungkan kata. Meskipun demikian, frasa yang dihasilkan bukanlah frasa preposional. Perhatikan contoh yang berikut.
(63) Dia menangis dan istrinya pun tersedu-sedu.
(63) Dia mencari saya dan adik saya.
(64) Aku akan datang ke rumahmu atau kamu yang datang kerumahku.
(65) Saya atau kamu yang akan menemput ibu.
(66) Dia menangis, tetapi istrinya hanya terdiam saja.
(67) Sebenarnya Kartini pandai tetapi malas.
(68) Yang kita cari adalah hotel yang sederhana, tetapi bersih.
Jika salah satu atau kedua-duanya akan dinyatakan , maka orang akan sering memakai dua konjungsi secara bersamaan, yakni dan/atau garis miring di antara kedua kata itu.
(70) para dekan dan/atau  pembantu dekan pertama diminta hadir.
(71) kami mengundang Ketua dan/atau Sekretaris.
                              ii.            Konjungsi subordinatif
Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih dan klausa itu tidak memiliki status sintaksis yang sama. Salah satu dari klausa itu merupakan anak kalimat dari kalimat induknya. Jika dilihat dari perilaku sintaksis dan semantisnya, konjungsi subordinatif dapat dibagi menjadi sepuluh kelompok kecil. Pembagian ini mempunyai dampak sintaksis apabila kita nanti membicarakan soal klausa dan kalimat pada Bab X. Berikut adalah kelompok-kelompok konjungsi subordinatif.
1.      Konjungsi Subordinatif Waktu  : sesudah,setelah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika,tatkala, sewaktu, sementara,sambil, seraya, selagi, selama, sehingga, sampai.
2.      Konjungsi Subordinatif Syarat   : jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala
3.      Konjungsi Subordinatif              : andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya
Pengadaian
4.      Konjungsi Subordinatif Tujuan  : agar, supaya, agar supaya, biar
5.      Konjungsi Subordinatif              : biarpun, meski(pun), sekalipun, walau(pun),
Konsesif                                                  sungguhpun, kendati(pun)
6.      Konjungsi Subordinatif              : seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, s
Pemiripan                                    sebagai, laksana
7.      Konjungsi Subordinatif              : sebab, karena, oleh karena
Penyebabab
8.      Konjungsi Subordinatif              : (se)hingga, sampai(-sampai), maka(nya)
Pengakibatan
9.      Konjungsi Subordinatif              : bahwa
Penjelasan

10.  Konjungsi Subordinatif              : dengan
Cara
Seperti halnya dengan kelompok konjungsi koordinatif, dalam kelompok subordinatif ada pula anggota yang termasuk dalam kelompok preposisi. Kita seperti sebelum dan karena dapat diikuti dengan klausa tetapi dapat pula diikuti dengan kata. Dalam hal yang pertama kata-kata itu bertindak sebagai konjungsi, dalam hal yang kedua sebagai preposisi. Bandingkan kalimat dia berangkat adalah contoh kelompok masing-masing.
(72) Pak Buchori sudah meninggal ketika dokter datang.
(73) Saya akan naik haji jika tanah saya laku.
(74) Saya pasti akan memaafkannya seandainya dia mau mengakui kesalahannya.
(75) Narto harus belajar giat agar naik kelas.
(76)Pembangunan tetap berjalan terus imeskipun dana makin menyempit.
Dari uraian dan contoh di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan karena banyak orang yang belum menyadarinya. Pertama, pada umumnya klausa yang didahului oleh konjungsi dapat berdiri ditengah atau depan kalimat. Karena itu, jika klausa anak itu berada ditengah kalimat tentu saja tulisan konjungsinya memakai huruf kecil seperti pada contoh-contoh di atas. Kedua, jika subjek klausa anak sama dengan subjek kalimat induknya, maka subjek klausa anak itu dapat dihilangkan.



                            iii.            Konjungsi Korelatif
Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, frasa atau klausa; dan kedua unsure itu memiliki situs sintaksis yang sama. Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh salah satu kta, frasa, atau klausa yang dihubungkan. Berikut adalah contohnya.
Baik.... maupun … (maupun)
Tidak hanya …, tetapi (…) juga…
Demikian (rupa) … sehingga …
Apa (kah) … atau …
Entah … entah …
Jangankan …, … pun …
                Perhatikan contoh-contoh di bawah ini.
a)      Baik pak Anwar maupun istrinya tidak suka merokok.
b)      Tidak hanya kita harus setuju, tetapi kita juga harus patuh.
c)      Tidak hanya dia tetapi saya juga ikut.
d)     Mobil itu larinya demikian cepatnya sehingga sangat sukar untuk dipotrt.
e)      Kita harus mengerjakannya demikian rupa sehingga  hasilnya benar-benar baik.
f)       Apa(Kah) anda setuju atau tidak, dia tetap akan mengusulkan gagasannya.
g)      Jangankan orang lain, orang tuanya sendiri pun tidak mengusulkan gagasan.    
                            iv.            Konjungsi antar kalimat
Berbeda dengan konjuksi diatas, kunjungsi antarkalimat menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lain . krena itu konjungsi macam itu selalu memulai suatu kalimat yang baru dan tentu saja huruf pertamanya ditulis dengan huruf capital. Berikut adalah contoh konjungsi antarkalimat.

a.       Biarpun demukian/begitu sekalipun demikian/begitu sungguhpun demikian/begiti walaupun demikian/begitu
b.      Meskipun demikian/begitu kemudian sesudah itusetelah itu selanjutnya
c.       Tambahan pula, lagi pula, selain itu
d.      Sebaliknya
e.       Sesungguhnya, bahwasannya
f.       Malah(an), bahkan
g.      (akan) tetapi, namun
h.      Kecuali itu
i.        Dengan demikian
j.        Oleh karena itu, oleh sebab itusebelum itu

Anggota subkelompok (a) menyatakan kesediaanuntuk melakukan sesuatu yang berbeda ataupun bertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat  sebelumnya. Subkelompok (b) menyatakan kelanjutan dari peristiwa atau keadaan kalimat sebelumnya. Subkelompok pada (c) menyatakan adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain diluar dari yang telah di nyatakan sebelumnya. Sebliknya padahal (d) mengacu kekebalikan dari yang dinyatakan sebelumna . sesungguhnya pada (e) menyatakan keadaan yang sebenarnya . malah (an) dan bahkan pada (f) menguatkan keadaan yang dinyatakan sebelumnya, dan anggota kelompok (g) menyatakaan pertentangan dengan keadaan sebelumnya. Kecuali itu pada (h) menyatakan keeksklusifan dari hal yang dinyatakan sebelumnya. Dengan demikian pada (i) menyatakan konsekuensinya. Oleh karena / sebab itupada (j) menyatakan akibat. Sebelum itu pada (k) menyatakan kejadian yang mendahulu hal yang dinyatakan sebelumnya . berikut ini ada lah contoh pemakain beberapa konjungsi diatas

a.     Kami tidak sependapat dengan dia. Kami tdak akan menghalanginya
b.    Kami tidak sependapat dengan dia . biarpun begitu, kami tidak akan menghalanginya.
Dari contoh diatas jelas lah bahwa konjungsi antar kalimat menghubungka dua kalimat yang utuh. Karena dua kalimat itu teroisah, maka subjek dari kalimat kedua tetap dipertahankan meskipun subyeknya sama dengan kalimat sebelumnya.
                              v.            Konjungsi antar paragraf
Jika konungsi antar kalimat menghubungkan dua kalimat dan memulai suatu kalimat baru, konjungsi antar paraagraf pada pada umumnya memulai suatu paragraf. Hubungannya dengan pragraf sebelumnya berdasarkan yang terkndung pada paragraf sebelumnya.
Konjungsi pada kelompok (a) berikut ini masih sering dipakai, sedangkan yang ada pada kelompok (b) umumnya terdapat pada naskah sastra lama.
a.       Adapun
Akan hal
Mengenai
Dalam pada itu
b.      Al kisah
Arkian
Sebermula
Syahdan
Contoh konjungsi itu masing-masing terlihat dalam kalimat berikut ini.
a.       Adapun terbongkarnya rahasia bahwa dibawah pohon itu tersimpan harta karun. Bermula dari cerita pak kisah pernah menjadi pembantu raja dan turut menanam harta tersebut beberapa puluh tahun yang lalu
b.      Akan hal lamarannya menjjadi salah seorang guru disekolah dasar inpres raya ini telah kami bicarakan dalam rapat guru minggu yang lalu; dalam waktu dekat kita akan mengetahui hasilnya; diterima atau ditolak
Dari uraian mengenai pelbagai konjungsi diatas dapat kita simoulkan hal yang berikut.
1.      Konjungsi koordinatif menggabungkan kata atau klausa yang setara kalimat yang dibentuk dengan car itu dinamakan kalimat majemuk setara .
2.      Konjungsi subordinatif membentuk anak kalimat. Dengan pergabungan klausa itu dengan klausa induk menghasilkan kalimat majemuk bertingkat
3.      Konjungsi koleratif dapat membentuk frasa atau kalimat. Unsure frasa yang dibentuk dengan konjungsi itu memilik status sintaktis yang sama.apabila konjungsi itu membentuk kalimat, maka kalimatnya agak rumit daan berfariasi ada kalanya terbentuk kalimat majemuk setara , ada pula yang bertingkat. Bahkan, dapat terbentuk pula kalimat yang mempunyai dua subjek dengan satu predikat.
4.      Konjungsi antar kalimat merangkaikan dua kalimat, tetapi masing-masing merupakan kalimat sendiri-sendiri. Konjuksi antar paragraph menghubungkan paragraf tempat konjungsi itu dipakai paragraf sebelumnya. Walaupun demikian, ada konjungsi tertentu (adapun dan oleh karena itu) yang dapat dipakai sebgai konjungsi antar kalmat ataupun antar paragraf
3)       interjeksi
Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati manusia untuk memperkuat rasa hati , sedih, heran, dan jijik, orang memakai kata tertentu disamping kalimat mengandung makna pokok yang dimaksud uuntuk betapa cantiknya seorang teman yang memakai pakaian baru , misalnya, kita tidak hanya berkata “cantik sekali kau mala mini” . tetapi kita awali dengan kata seruaduh yang mengungkapkan perasaan kita dengan demikian, kalimat aduh, cantik sekli kau malam ini “ tidak hanya menyatakan fakta . tetapi juga rasa hati pembicara.
       Di samping  interjeksi yang asli, dalam bahasa Indonesia ada pula interjeksi yang berasal dari bhasa asing, kedua duanya bisa dipakai dipermulaan dan diikuti oleh tanda koma . pada umunya innterjeksi mengacu ke sikap yang (a) negative  , (b) positif , (C) mengambarkan keheranan . dan (d) netral atau bercampur, bergantung pada makna kalimat yang mengiringinya. Berikut in adalah contoh-contohnya .
a.       Bernada negatif
Cih
Cis
Bah
Ih
Idih
Berengsek
b.      Bernada positip
Aduhai
Amboi
asyik
Alhamdulillah
Insya allah
Syukur
c.       Bernada keheranan
Ai
Lo
Astafirullah
Masyaallah
d.      Bernada netral atau campuran
Ayo        nah
Hai        ah
Halo      eh
He          oh
Wahai     ya
Astaga   aduh
Wah      hem

Contoh dari beberapa kelompok di atas :
a)      Bernada negatif :
·         Cih, tidak tahu mengemis belas kasihan orang.
·         Cis, muak aku melihat rupamu lagi.
·         Bah, pergi kau dari rumah ini.
b)      Bernada
·         Aduhai, indahnya pemandangan danau ini.
·         Amboi, akhirnya sampai juga kita dengan selamat.
·         Asyik, nikmatnya kita duduk-duduk di pantai seperti ini.
c)      Bernada
·         Ai, kurusnya kamu sekarang ini.
·         Lo, kamu kan teman saya di SMP dulu?
·         Astagfirullah, seluruh keluarganya ditembak perampok.
d)     Bernada
·         Ayo, kita pergi sekarang.
·         Hai, kamu kamu datang?
·         He, di mana Bu Hartini tinggal sekarang?
  Pada contoh kelompok (d) bahwa interjeksi ah, hai, astaga, dan wah dapat dipakai di berbagai situasi perlu kita perhatikan bahwa banyak dari interjeksi itu dipakai dalam bahasa lisan atau bahasa tulis yang berbentuk percakapan. Karena itu interjeksi seperti ini lebih bersifat tidak formal.
Interjeksi seperti brengsek, asyik, duilah, ih, dan idih termasuk dalam kategori itu. Pada bahsa tulis yang bukan merupakan percakapan, khususnya yang bersifat formal, interjeksi jarang dipakai.
4)       Artikel
Artikel adalah kata tugas yang membatasi makna jumlah nomina. Dalam bahasa Indonesia ada tiga kelompok artikel;
A.    Artikel yang Mengacu ke Makna Tunggal
Artikel yang menyatakan jumlah tuggal pada umumnya mengacu ke konsep atau hal yang lama atau unik. Berikut ini adalah contoh-contohnya.
a)      Sang : untuk manusia atau benda unik dengan maksud untuk meninggikan martabat. Sering pula dipakai sebagai gurauan atau sindiran.
Contoh ;  “Sang juara, Elly Pical, dapat merobohkan petinju Australia”.
b)      Sri     : untuk manusia yang memiliki martabat tinggi dalam keagamaan dan kerajaan.
Contoh ; “kedatangan Sri Baginda dan Sri Ratu disambut dengan meriah”.
c)      Hang : untuk manusia laki-laki yang dihormati, tetapi pemakaianya terbatas pada hal dan cerita kesusastraan lama.
Contoh ; “Segera Hang Tuah pergi merantau”.
d)     Dang :  untuk manusia wanita yang dihormati, tetapi pemakaiannya terbatas pada hal, dan cerita kesusastraan lama.
Contoh ; “Dang Merdu adalah tokoh terkenal dalam hikayat sastra Melayu.
B.     Artikel yang Mengacu ke Makna Kelompok: Para
Artikel yang mengacu ke makna kelompok adalah para, karena artikel ini mengisyaratkan ketaktunggalan, maka nomina yang diiringinya tidak menyatakan dalam bentuk kata ulang.
Jadi, untuk menyatakan kelompok “guru” sebagai kesatuan bentuk yang dipakai adalah “Para guru” dan bukan “Para guru-guru”.
Para dipakai untuk menegaskan makna kekelompokan bagi manusia yang memiliki kesamaan sifat tertentu, khususnya yang berkaitan dengan pekerjaan dan kedudukan. Dengan demikian, kita dapati bentuk seperti “para guru, para petani, para ilmuwan.” Akan tetapi,, bentuk seperti “para anak, para orang, dan para manusia”, tidak kita temukan  dalam bahasa kita. Ada pula kata lain seperti “Kaum” dan “Umat” yang juga menyatakan kekelompokan, tetapi kedua kata itu termasuk nomina, bukan artikel. Dengan demikian, kita temukan klausa seperti “Kita adalah umet/kaum yang beragama.
C.     Artikel yang Bermakna Netral : Si
Disamping artikel yang menyatakan makna ketunggalan dan kekelompokan, ada pula artikel yang sifatnya netral. Artikel : “Si ” dapat mengacu kepada makna tungal atau generic, bergantung pada konteks kalimatnya. Frasa “Si Miskin” dalam kalimat “tak sampai hatiku melihat si miskin mengambil makanan dari tumpukan sampah itu” mengacu pada satu orang yang kebetulan miskin. Akan tetapi dalam kalimat “Di mana pun di dunia ini si miskinlah yang selalu menderita” frasa “si miskin” mengacu ke pengertian generic, yaitu kaum miskin di dunia ini.
Artikel si, di pakai untuk mengiringi nama orang, membentuk nomina dari adjektiva atau verba, dan dalam bahasa yang tak formal untuk mengiringi pronomina dia.
Berikut contohnya :
e)      Si amat akan meminang si Halimah minggu depan.
f)       Aduh, cantiknya si hitam manis itu.
g)      Si terdakwa Jessica tidak dapat menjawab pertanyaan hakim.
h)      Mengapa si dia tidak kamu ajak datang?
Dari uraian mengenai artikel di atas, berikut rangkkumannya :
Artikel :
a)       Tunggal   : sang, sri, hang, dang
b)      kelompok : para
c)      Netral/Generik : si

D.    Partikel : -Kah, -Lah, -Pun, -Tah
Kelompok kata tugas yang terakhir sebenarnya berupa klitika, karena selalu dilekatkan pada kata yang mendahuluinya. Ada empat partikel, yakni –kah, -lah, -pun, dan –tah.
1.      Partikel –Kah membentuk kalimat tanya.
Contoh :
(155) Diakah yang akan datang?
         (Bandingkan : Dia yang akan datang.)
(156) Hari inikah pekerjaan itu harus selesai?
         (Bandingkan : Hari ini pekerjaan itu harus selesai.)

2.      Jika dalam kalimat tanya sudah ada kata tanya seperti apa, di mana bagaimana, maka, -kah bersifat manasuka. Pemakaian –kah menjadikan kalimatnya lebih formal dan sedikit lebih halus.
Contoh :
(157) apakah ayahmu sudah datang?
(158) Bagaimanakah penyelesaiaan soal ini jadinya?
(159) Ke manakah anak-anak pergi?

3.      Dalam kalimat tidak ada kata tanya, maka –kah akan memperjelas bahwa kalimat itu adalah kalimat tanya. Kadang-kadang urutan katanya dibalik. Tanpa –kah, arti kalimatnya brgantung pada cara kita mengucapkannya dapat berupa kalimat berita atau kalimat tanya.
Contoh :
(160) Dia akan datangkah nanti malam?
(161) Haruskah aku yang mulai dahulu?
(162) Tidak dapatkah dia mengurus soal sekecil itu?
                   8.5.2 Partikel –Lah
             Parkel –lah dipakai dalam kalimat perintah atau berita. Berikut adalah kaidah pemakaiannya.
1.      Dalam kalimat perintah, -lah dipakai untuk sedikit menghaluskan nada perintahnya
(163) Pergilah sekarang, sebelum hujan turun.
(164) Bawalah mobil ini ke bengkel besok pagi.
(165) Kalau anda mau, ambillah satu atau dua buah.

2.      Dalam kalimat berita, -lah dipakai untuk memberikan tegasan yang sedikit keras.
Contoh :
(166) Dari ceritamu, jelaslah kamu yang salah.
(167) Ambil berapa sajalah yang saudara perlukan.
(168) Cara seperti itu tidaklah pantas.
            8.5.3 Partikel –Pun
      Partikel –pun hanya dipakai dalam kalimat berita. Kaidah pemakaiannya adalah sebagai berikut.
1.      –Pun dipakai untuk mengeraskan arti kata yang diiringinya. Dalam tulisan, -pun dipisahkan dari kata di depannya.
Contoh :
(169) Mereka pun akhirnya setuju dengan usul kami.
(170) Yang tidak perlu pun dibelinya juga.
Perlu diperhatikan bawaa partikel –pun pada konjungsi ditulis serangkai : jadi, ejaanya walaupun, meskipun, kendatipun, ataupun, sekalipun, biarpun, dan sungguhpun.
2.      Dengan arti yang sama seperti di atas, -pun sering pula dipakai bersama –lah.
Contoh:
(170) Tidak lama kemudian huajn pun turunlah dengan derasnya.
(171) Para anggota yang menolak pun mulailah berpikir-pikir lagi.
            8.5.4 Partikel –Tah
       Partikel –tah dipakai dalam kalimat tanya, tetapi si penanya sebenarnya tidak mengharapkan jawaban. Ia seolah-olah hanya bertanya-tanya pada diri sendiri tentang hal yang dikemukakannya. Partikel –tah itu banyak dipakai dalam sastra lama, tetapi tidak banyak dipakai lagi sekarang.
            Contoh :
            (173) Apatah artinya hidup ini tanda engkau?
            (174) siapatah gerangan orangnya yang mau menolongku.



DAFTAR PUSTAKA

Departemen pendidikan dan kebudayaan. 1992. Tata Bahasa Baku Indonesia. Bandung: Perum Balai Pustaka.
 


Tidak ada komentar:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda