ORGANISASI KURIKULUM
A.
Pendahuluan
Ada berbagai
pengorganisasian kurikulum, yang isinya mengupas bagaimana bentuk bidang studi
harus disajikan di depan kelas yang konsekuensinya akan diikuti oleh tindakan
bagaimana cara memilih bahan ajar dan cara menyajikan serta cara
mengevaluasinya. Pada garis besarnya, ada tiga pengorganisasian pokok, yaitu:
1. Separate subject
curriculum, kalau bidang studi secara terpisah
diajarkan dengan pembatasan bahan serta waktu yang telah ditentukan terlebih
dahulu. Misalnya, mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi, masing-masing
diajarkan oleh guru dengan jadwal yang telah ditetapkan.
2. Correlated curriculum,
kalau berbagai bidang studi yang sejenis dikelompokkan untuk membahas sesuatu
topik yang relevan. Misalnya kelompok mata pelajaran biologi, fisika, kimia
dijadikan suatu kelompok yaitu kelompok bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA).
3. Integrated curriculum, kalau
suatu topik atau pembahasan dibahas dengan berbagai pokok bahasan baik dari
bidang studi yang sejenis maupun dari bidang studi lain yang relevan.
1. Separated Subject
Curriculum
Pengorganisasian
separated subject curriculum telah
dilaksanakan sejak lama hingga sekarang masih banyak dipertahankan mulai dari
sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Setiap mata pelajaran disusun
secara terpisah satu sama lain dengan waktu yang dibatasi dan dipegang oleh
guru baik oleh bidang studi maupun oleh guru kelas.
Pada zaman
Romawi ada mata pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik yang terdapat
dalam The Seven Liberty Arts yang
terbagi menjadi dua kelompok, yang masing-masing kelompok berisikan tiga dan
empat mata pelajaran yang diajarkan secara terpisah, yaitu kelompok Trivum yang berisikan tiga mata
pelajaran: gramatikal, retorika, dan logika. Kelompok yang lain adalah kelompok
Quadrium yang berisikan empat mata
pelajaran, yaitu aritmatika, geometri, astronomi, dan musik.
Kemudian
tiap-tiap mata pelajaran tersebut berkembang menjadi beberapa anak cabang ilmu
pengetahuan. Sementara itu tiap-tiap mata pelajaran tadi menjadi induknya dan
berdiri sendiri atau bahkan menjadi prerequisite
(prasyarat) untuk mata pelajaran yang berkembang berikutnya. Contoh mata
pelajaran prerequisite dalam mata
pelajaran yang berkembang berikutnya dapat mempelajari writing (menulis), terlebih dahulu harus paham structure (tata bahasa), vocab
(kosakata), dan reading
(membaca). Vocab adalah prerequisite (prasyarat) dari reading, structure adalah prasyarat dari
writing. Contoh lain, ilmu pendidikan
berkembang menjadi pendidikan historis, pendidikan nasional, pendidikan sosial
dan seterusnya. Bidang psikologi berkembang dan psikologi umum beranak cabang
menjadi psikologi perkembangan, psikologi pendidikan, psikologi kepribadian,
psikologi dalam dan sebagainya.
1. Dilihat
dari segi tujuan
Keuntungannya:
·
Dapat mencapai
pengetahuan secara mendalam.
·
Dapat menstandarkan
pengetahuan peserta didik yang tersebar dibanyak tempat.
·
Dapat menyeragamkan
fasilitas yang disediakan.
·
Dan sebagainya.
Kekurangannya:
·
Pengetahuan yang
didapat kurang luas.
·
Sarana pendidikan jadi
kaku.
·
Kurikulum kurang
fleksibel.
·
Dan sebagainya.
2. Dilihat
dari sumber bahan
Keuntungannya:
·
Disediakan dari pusat.
·
Luas bahan terbatas.
·
GBPP dari pusat.
·
Bahan mudah diatur
secara sistematis.
·
Dan sebagainya.
Kekurangan:
·
Buku acuan kurang
diperhatikan.
·
Bahan disusun urutannya
oleh penulis buku, kadang-kadang kurang bersifat psikologis.
·
Dan sebagainya.
3. Dilihat
dari sudut metode mengajar
Keuntungannya:
·
Bentuk pengajaran
secara progresif linier.
·
Tidak banyak
menggunakan metode yang bervariasi.
Kekurangannya:
·
Metode yang digunakan
bersifat teacher centered.
·
Banyak metode yang
dilakukan bersifat tradisional.
·
Metode driil, ceramah,
dan hafalan kurang dapat membentuk perkembangan pribadi.
·
Kegiatan belajar
bersifat ekspositorik.
·
Dan sebagainya.
4. Dilihat
dari segi guru
Keuntungannya:
·
Persiapan bahan relatif
mudah.
·
Bahan sudah siap
dipakai.
·
Tidak perlu mengadakan bahan
banding.
·
Dan sebagainya.
Kekurangannya:
·
Kurang kreatif.
·
Kalau ketinggalan buku,
guru tidak dapat mengajar.
·
Dibatasi waktu
penyampaiannya.
·
Tunduk pada aturan yang
dibuat, artinya tidak boleh menyimpang dari kurikulum.
·
Dan sebagainya.
5. Dilihat
dari segi peserta didik
Keuntungannya:
·
Beban tugas tidak
terlalu banyak.
·
Dapat belajar secara
sistematis.
·
Dan sebagainya.
Kekurangannya:
·
Tidak membedakan
perbedaan individual.
·
Anak dianggap tong
kosong yang berisi kotak-kotak ilmu pengetahuan yang perlu diisi.
·
Tidak berinisiatif.
·
CBSA tidak berlaku.
·
Dan sebagainya.
Dalam organisasi
separated subject curriculum, yang
memisah-misahkan mata pelajaran sedemikian rupa sehingga setiap mata pelajaran
dapat berkembang menjadi berbagai anak cabang ilmu pengetahuan. Anak cabang
ilmu pengetahuan berkembang menjadi cucu cabang dan seterusnya yang pada
akhirnya peserta didik tidak mampu lagi untuk mempelajari semuanya. Untuk
mengatasi hal yang sedemikian maka berbagai mata pelajaran yang sejenis
dikelompokkan menjadi satu sehingga terjadilah kelompok-kelompok mata pelajaran
yang berorientasi pada kemampuan berbahasa, ilmu-ilmu sosial, ilmu-ilmu eksakta
yang masing-masing kelompok tersebut berkembang lebih lanjut menjadi
bidang-bidang pengetahuan yang lebih rinci lagi.
Untuk penyusunan
kurikulum selanjutnya para penyusun membagi-bagi kelompok mata pelajaran
tersebut menjadi bagian-bagian/jurusan-jurusan, program-program, sedang peserta
didik dipersilakan untuk memilih bagian-bagian/jurusan-jurusan/program-program
yang sesuai dengan minatnya. Sungguhpun demikian, penyelenggaraan dan
pelaksanaan mata pelajaran masih tetap terpisah-pisah sesuai dengan organisasi separated subject curriculum.
1.
Evaluasi dalam Organisasi Separated Subject Curriculum
Di Indonesia
kurikulum sekolah yang disusun dari pusat, yaitu kurikulum yang bahan dan
evaluasinya diatur oleh pusat. Kurikulum ini disebut kurikulum nasional atau
kurnas, sedang evaluasinya diadakan secara serentak untuk sekolah dilingkungan
Dinas Depdiknas dengan cara UN. Sedang kurikulum yang bahan dan cara
mengajarnya diatur oleh Dinas Depdiknas setempat disebut kurikulum muatan
local, evaluasinya dilakukan secara Ujian Sekolah.
Kelemahan dalam
evaluasi belajar pada separated subject
curriculum yang dilakukan hingga sekarang adalah cara menjumlah skors mata
pelajaran menjadi satu, yang kemudian jumlah tersebut diberi nama hasil
prestasi belajar. Penjumlahan skors untuk berbagai mata pelajaran tersebut
sebetulnya kurang dapat dipertanggung jawabkan, karena bobot untuk setiap mata
pelajaran yang berdiri sendiri itu berbeda-beda, misalnya:
a. Si
A mendapat nilai matematika = 10, menggambar dapat nilai = 4. Jumlah nilai =14,
rata-rata nilai =14 : 2 = 7
b. Si
B mendapat nilai matematika = 4, menggambar dapat nilai = 10. Jumlah nilai =
14, nilai rata-rata = 14 : 2 = 7
Dengan
demikian kepandaian A=B. Setujukah?
Dalam separated subject curriculum yang
tiap-tiap mata pelajaran berdiri sendiri tidaklah tepat untuk menjumlahkan
skors mata pelajaran matematika + IPS + IPA + bahasa + berbagai mata pelajaran
yang lain seperti yang tercantum pada ijasah-ijasah SD, SMP, dan SMA.
Penjumlahan yang
demikian dapat diibaratkan orang menjumlahkan 3 ekor gajah + 4 ekor sapi + 2
ekor tikus +10 ekor ayam = 19 ekor.
Setujukah Anda?
Tidak ! Mengapa? Karena walaupun semua berupa hewan tetapi jenis dan mutunya
berbeda-beda.
Penilaian di
perguruan tinggi, untuk menghindari nilai rata-rata dan bobot nilai yang
terdiri dari penjumlahan, dilakukan dengan cara mencari indeks prestasi,
rumusnya sebagai berikut:
Di mana : IP =
Indeks prestasi
n = nilai
j = jam (SKS)
Contoh:
Nama
|
Mata Pelajaran
|
Jumlah Jam
|
Nilai
|
A
|
Matematika
Menggambar
|
6
2
|
10
4
|
B
|
Matematika
Menggambar
|
6
2
|
4
10
|
IP.A =
IP.B =
Walaupun jumlah nilai
rata-tara A = B, tetapi menurut perhitungan dengan rumus IP, ternyata A lebih
pandai.
2. Pandangan Masyarakat terhadap Organisasi Separated Subject Curriculum
Banyak bahan
yang tertuang pada separated subject
curriculum tidak memerhatikan masalah kehidupan masyarakat. Hamper semua
bahan dititik beratkan pada masalah teori dan mengikuti apa yang menjadi
pemikiran penulis buku. Murid tekun mendengar kemudian mencatat, kemudian guru
memerintahkan supaya bahan tersebut dipelajari bahkan dihafal, kemudian guru
membuat berbagai pertanyaan atau mengajukan berbagai problem sesuai apa yang
dipelajari peserta didik. Kalau peserta didik bisa menjawab sesuai dengan yang
diajarkan maka peserta didik mendapat predikat anak pandai. Sedang di
masyarakat berbagai problemnya tidak terduga sebelumnya seperti yang ada di
kelas. Problem banyak yang datang tanpa direncanakan dan datang seketika dan
harus dipecahkan seketika pula.
Kriteria banyak
dimasyarakat, lain dengan criteria baik di sekolah. Oleh karenanya, pandai disekolah
belum tentu pandai di masyarakat, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu
banyak pemimpin-pemimpin kaliber dunia yang tidak berpendidikan dari perguruan
tinggi, tetapi ia digodog di sekolah
masyarakat dapat memimpin masyarakat dengan sukses.
3.
Rangkuman
Pengorganisasian
kurikulum dapat dilakukan secara vertical maupun horisontal. Secara vertikal memperhatikan
pengorganisasian bahan secara hierarkis antara bahan dari kelas bawah sampai
kelas atas agar dapat seimbang secara harmonis. Sedangkan secara horizontal memperhatikan
keterpaduan seluruh materi dalam keterkaitannya antara satu mata pelajaran dengan
mata pelajaran lainnya. Misalnya mata pelajaran sejarah dikaitkan dengan
geografi, sosiologi, antropologi dan sebagainya. Bentuk pengorganisasian tersebut
dapat dilaksanakan secara correlated atau
integrated yang akan dibahas pada
kegiatan belajar berikutnya.
Pengorganisasian
secara separated adalah
pengorganisasian yang sangat kuno, tetapi masih bertahan hingga sekarang. Hal
itu karena masih banyak keuntungannya di samping berbagai kelemahan yang ada.
B. Correlated
Curriculum
Correlated
berasal dari kata correlation yang dalam bahasa Indonesia berarti korelasi yaitu
adanya hubungan antara satu dengan yang lainnya. Sifat hubungan ada berbagai
macam. Ada yang bersifat timbal balik, sebab akibat, ada yang dihubungkan
dengan sengaja, tetapi ada juga hubungan yang secara kebetulan.
Dalam
pengorganisasian kurikulum secara separated
dirasa banyak kelemahannya, maka dicari pengorganisasian dengan cara lain
yaitu dengan cara digabungkan atau dikorelasikan dua atau lebih mata pelajaran
yang pokok bahasannya atau subpokok bahasannya mempunyai tujuan pembahasan yang
sama atau permasalahan yang sama. Pokok bahasan atau subpokok bahasan dapat
tuntas dan menyeluruh. Korelasi bidang studi tersebut dapat terjadi sebagai
berikut:
1.
Korelasi antarpokok bahasan dalam bidang studi yang sejenis.
2.
Korelasi antarpokok bahasan di luar bidang studi yang tidak sejenis.
Korelasi
antarpokok bahasan dalam bidang studi yang sejenis, misalnya:
a. Dalam
bidang studi bahasa, meliputi berbagai mata pelajaran: membaca, tata bahasa,
mengarang, bercerita, dan sebagainya.
b. Dalam
bidang studi ilmu pengetahuan alam , meliputi berbagai mata pelajaran: fisika,
kimia, biologi, dan sebagainya.
c. Dalam
bidang studi ilmu social, meliputi berbagai mata pelajaran: sejarah, ilmu bumi,
ekonomi, sosiologi, dan sebagainya.
d. Dalam
bidang studi matematika, meliputi berbagai mata pelajaran; aljabar, ilmu
hitung, ilmu ukur, dan sebaginya.
e. Dalam
bidang studi keterampilan, meliputi mata pelajaran: keterampilan batu, bambu, listrik,
dan sebagainya.
f. Dalam
bidang studi olahraga, meliputi berbagai mata pelajaran: atletik, senam, renang,
tinju, panahan dan sebagainya.
Korelasi antarpokok
bahasan di luar bidang studi yang tidak sejenis, Misalnya: Pembahasan pokok
bahasan “Candi Borobudur”. Untuk membahas Candi Borobudur perlu pembahasan
mengenai:
Ø Letak
candi : dibahas oleh ilmu tanah, ilmu bumi.
Ø Letak
dan siapa yang mendirikan: dibahas oleh mata pelajaran sosiologi, antropologi, sejarah.
Ø Pemilihan
batu untuk candi: dibahas oleh mata pelajaran ilmu alam.
Ø Bentuk
candi: dibahas oleh ilmu arsitek.
Ø Kedatangan
turis (luar/dalam negeri): dibahas oleh ilmu mata pelajaran ilmu pariwisata.
Ø Beli
souvenir: dibahas oleh mata pelajaran oleh ilmu dagang dan sebagainya.
Korelasi atau
yang disebut fusi (perpaduan), bentuknya
berupa broad fileds yang berarti
pembahasan sesuatu masalah dengan cara yang luas.
1. Tujuan
pengajaran : - untuk memecahkan masalah secara bulat, utuh dan luas.
2. Bahan
: - bahan dapat disusun secara
fleksibel,
-sumber bahan tidak terbatas,
-penyusunan pokok bahasan tidak terpancang
pada satu bidang
pengetahuan.
3.
Metode mengajar : -
pendekatannya student centered,
- CBSA dapat dilaksanakan secara wajar,
- tidak membosankan.
4. Evaluasi
: - yang dievaluasi tidak hanya evaluasi produk, tetapi juga evaluasi proses.
5.
Guru : - guru lebih
kreatif inisiatif dan tidak terpancang pada waktu
6.
Peserta didik : Peserta didik mempunyai pengetahuan
yang praktis dan luas minatnya
Kelemahan
correlated curriculum dapat ditinjau dari berbagaii sudut:
1.
Tujuan pengajaran : kadang-kadang karena kompleks
2.
Bahan : baha tidak sistematis. Luas bahan
tidak ditentukan batasannya. Sumber bahan tersebar
3.
Sarana/prasarana :
kadang-kadang tidak tersedia dan mahal
4.
Evalusai : ujian
dilakukan secara lokal, dalam raport tidak menggambarkan peserta didik itu
pandai atau tidak.
5.
Guru : guru kurang bisa
melaksanakan, karena di sekolah guru tidak dilatih correlated curriculum, pembagian tugas pada team teaching perlu penyesuaian, tidak semua guru sanggup
melaksanakan.
6.
Peserta didik : kurang
mempunyai pengetahuan yang dalam, kurang mempunyai pengetahuan yang seimbang
antara bidang studi-untuk bidang setiap bidang studi pengetahuan.
Ada berbagai pendapat dari berbagai ahli yang
mengelompokkan mata pelajaran yang berbeda-beda. Hebert Spencer (1860)
mengelompokkan mata pelajaran berdasarkan masalah kehidupan, yaitu:
1. Kelompok
self preservation, yaitu hal-hal yang
berhubungan dengan keselamatan diri.
2. Kelompok
securing necessities of life, yaitu
hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan.
3. Kelompok
rearing and descending of spring, yaitu
hal-hal yang berhubungan dengan pemeliharaan keturunan.
4. Kelompok
the leasure part of life, yaitu
hal-hal yang berhubungan dengan waktu terulang.
Ada
lagi yang disebut experince curriculum yang
bahannya berpusat pada pengalaman peserta didik. Dengan demikian, pengalaman
belajar yang dilaksanakan di sekolah sesuai dengan kodrat anak yang aktif.
Kurikulum demikian tersusun berupa berbagai pusat kegiatan peserta didik.
Killpartick (1918) membagi kegiatan tersebut sabagai berikut:
1. Proyek
permainan,
2. Proyek
darmawisata,
3. Proyek
cerita,
4. dan
proyek pekerjaan tangan.
Proyek
tersebut sangat cocok untuk peserta didik di sekolah dasar, karena sifatnya
peserta didik tersebut aktif dan selalu ingin bergerak dengan cara bermain.
Anak umur sekolah dasar selalu ingin tahu apa yang ada di luar lingkungannya,
yang dimulai dari lingkungan keluarga, tetangga dekat, kemuadian ke tetangga
jauh sampai ketempat-tempat “darmawisata”. Anak sekolah dasar semua potensi
kejiwaannya akan berkembang, ternasuk fantantasinya yang dapat dilakukan dengan
mata pelajaran bercerita atau dongeng. Serta untuk melatih psikomotoriknya anak
hendaknya diberi berbagai “pekerjaan tangan” yang sederhana. Dengan berbagai
keaktifan tersebut anak belajar di sekolah akan selalu gembira.
Pengelompokan
mata pelajaran yang sekedar hanya disajikan dalam wadah dan pada dasarnya masih
berdiri sendiri yang pernah pada berbagai kurikulum sekolah di Indonesia
tertera sebagai berikut:
C. Integrated Curriculum
Setelah dibicarakan dua jenis kurikulum yaitu separated subject curriculum dan correlated curriculum dengan berbagai
untung ruginya, selanjutnya ada pemikiran yang lain yaitu bahwa untuk membahas
suatu masalah, sebaiknya dilibatkan semua bidang studi yang mungkin secara
wajar dapat saling membahas. Misalnya, membahas “pohom enau”. Berbagai mata
pelajaran yang mungkin mempunyai andil untuk ikut memberi ulasan tetang pohom
enau sabagai beriku:
a. Memilih
tanah yang cocok untuk menanam, dibutuhkan pengetahuan tentang tanah.
b. Macam
pupuk yang cocok yang akan digunakan, dibutuhkan pengetahuan kimia.
c. Sari
dari batang enau yang akan dijadikan bahan makanan, dibutuhksn ahli gizi.
d. Ijuk,
lidi dan daun enau yang dapat dijadikan kerajinan tangan, dibutuhkan latihan
kterampilan.
e. Dan
sebagainya.
Ternyata
untuk membahas pohon enau akan melibatkan beberapa mata pelajaran yang lebur
menjadi satu,myang menyebabkan batas antara mata pelajaran menjadi kabur.
Pembahasan masalah yang demikian ini disebut pembahasan secara integral atau
menyeluruh yang menjadi sasaran integrated
curriculum (akan lebih tepat jika dilaksanakan pada orang-orang dewasa).
Kalau dengan separated subject curriculum,
peserta didik mempelajari bahan pelajaran diajarkan secara terpisah-pisah,
sedangkan dalam correlated curriculum
peserta didik mempelajari bahan pelajaran yang lain, yang pada pelaksanaannya
ternyata masih juga mementingkan peran mata pelajaran yang bersankutan. Sebagai
bahan banding pada integrated curriculum akan
diberikan berbagai ciri yang sebagian sama dengan ciri-ciri cirrelated curriculum.
Kalau
dilihat dari sudut bahan di antaranya sebagai berikut :
a. Bahan
disajikan secara menyeluruh.
b. Sumber
bahan tidak hanya terbatas pada satu sumber, bahkan mementingkan sumber dari
pengalaman, baik dari pihak guru maupun dari pihak peserta didik.
c. Bahan
langsung berhubungan dengan masalah yang diperlukan oleh peserta didik di
masyarakat.
d. Bahan
ditentukan secara demokratis antara guru dengan peserta didiknya.
e. Bahan
dapat diambil dari hal-hal yang dianggap aktual memerhatikan situasi dan
kondisi sekitar.
f. Dansebagainya
Kalau
dilihat dari sudut huru, pelaksanaannya diharapkan guru mampu:
1. Manajer,tugasnya
yaitu:
a. Sebagai
organisator, guru hendaknya dapat membuat program yang direncanakan, mengatur
berbagai kegiatan antarpserta didik
b. Sebagai
motivator, guru hendaknya mampu memberi semangat belajar dan bekerja pada
peserta didiknya.
c. Sebagai
koordinator, guru hendaknya mampu mengatur agar tugas yang diberikan tidak
tumpang tindih atau overlap antarkelompok.
d. Sebagai
konduktor, guru hendaknya pemimpin yang tegas tidak membingungkan bagi yang
melaksanakan.
2. Administrator,
tugasnya yaitu:
a. Sebagai
dokumentator, guru hendaknya mencatat segala kegiatan yang dilaksanakan,
menyimpan secara sistematis semua file yang diperlukan.
3. Supervisor,
tugasnya yaitu:
a. Sebagai
konselor, guru hendaknya dapat meberi bimbingan dan arahan yang positif,
b. Sebagai
korektor, guru hendaknya dapat menunjukkan tugas yang baik untuk dilaksanakan
dan mana tugas yang harus dihindari,
c. Sebagai
evaluator, guru hendaknya dapat menilai baik buruk dari segi proses maupun segi
produk.
4. Instruktur,tugasnya
yaitu:
a. Sebagai
fasilitator, guru hendaknya menjadikan dari nomor satu dimuka kelas, dapat
menimbulkan situasi yangkondusif sehingga peserta didik dapat aktif dan
inisiatif sendiri.
b. Sebagai
moderator, hendaknya guru sebagai perantara dalam hal memutuskan sesuatu yang
akan diambil oleh peserta didik.
c. Sebagai
komunikator, guru hendaknya mampu mengadakan hubungan yang harmonis baik dengan
pihak-pihak didalam sekolah maupun pihak di luar sekolah dan dalam hal-hal yang
berhubungan dengan tugas pembelajaran maupun tugas lain yang relevan.
5. Invator, tugasnya
yaitu:
a. Sebagai
dinamisator, sekolah hendaknya sebagai laboratorium hidup bagi masyarakat
sekitar. Artinya, penemuan-penemuan baru yang dipimpin oleh guru hendaknya
dapat disebarluaskan di luar lingkungan sekolah.
Kalau
dilihat dari sudut peserta didik, dampaknya akan berupa sebagai berikut: kalau
dalam pelaksanaan integrated curriculum ini, guru berfungsi seperti disebut
tadi maka peserta didik diharapkan dalam belajar akan bersikap:
a. Learn to know,yaitu
belajar dengan menentukan berbagai cara untuk lebih mengetahui segala sesuatu
sehingga akan terjadi how to learn yang berlangsung terus menerus.
b. Learn to do,
yaitu belajar untuk berbuat sebagaimana mestinya, terutama dalam hal pemecahan
berbagai masalah dalam lapangan hidup yang berguna bagi dirinya sendiri.
c. Learn to live together
atau live with other, yaitu belajar untuk
menyesuaikan diri, adaptasi dengan sekitar sehingga yang bersangkutan dapat
bekerja sama dengan pihak lain bersifat toleren.
d. Lear to be,belajar
yang dapat mengembangkan segala aspek pribadinya, atau potensi yang melekat
pada dirinya sehingga menjadi manusia yang bulat dan utuh.
Di
samping itu, kalau pelaksanaannya benar, akan mempunyai dampak pula pada
peserta didik, diantaranya:
a. Mendorong
peserta didik untuk lebih mandiri, kreatif dan punya percaya diri.
b. Karena
dalam kegiatan dituntut laporan baik dari lisan maupun tulisan akan berdampak
pada pe
c. Berkembangan
pikir dan kemampuan berbahasa.
d. Menghargai
perbedaan individual.
e.
Peserta didik punya
pengalaman yang luas dan fungsional.
Kalau dilihat dari sudut metode, menurut Barbara
Mathews (1993) disarankan menggunakan metode:
a. Inquiry
learning
Karena peserta
didik dengan suatu masaah yang harus dicari jawabanya sendiri, maka kegiatan
diskusi Tanya jawab, pengumpulan data yang kemudian diadakan analisis bersama
untuk mencari jawabannya.
b. Problem
solving
Sesuai dengan
pelaksanaan metode inquiry tentu mencari berbagai penyebab terjadinya
permasalahan, kemudian di diagnosis baru dicari cara pemecahannya.
c. Investigating
Untuk memecahkan
masalah yang dihadapi, perlu adanya suatu penelitian yang cermat mengenai
berbagai komponen atau aspek yang tidak beres.
d. Brain
storming
Sejenis pertemuan
informal yang dimulaii dari berbagai pernyataan pendapat dari peserta
pertemuan. Semua pendapat ditampung dan tidak perlu di beri komentar.
e. Cooperating
learning
Berbagai masalah
yang timbul dipecahkan secara tim dan dibahas secara demokratis. Tim terdiri
dari para anggota yang seminat dan sekeahlian.
Kalau
dilihat dari pelaksanaan evalusai, di antaranya yaitu:
a. Yang
dievalusai adalah mengenai berbagai kelemahan atau kekurangan baik dalam
prosesnya maupun hasil nyatanya (produknya).
b. Begaimana
keefektifan pencapaian hasil?
c. Penilaian
dalam kelas, yang dinilai mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kerja sama,
sifat toleran anggotanya.
d. Penilaian
dalam kelompok yang dinilai dalam hal mutu laporan tertulis atau lisan, dapat
tidaknya anggota bekerja sam dengan kelompok.
e. Penilaian
kerja sama antargrup dan hasil nyata dari grup.
f. Penilaian
individual atas dasar pengamatan guru dalam hal kekreatifannya, toleransinya,
sumbangannya terhadap profesi maupun produknya.
g. Hasil
nyata kelas dipamerkan untuk umum, kalau perlu disebarluaskan ke masyarakat.
Berbagai
kesulitan dalam pelaksanaan integrated
curriculum di antaranya yaitu:
a. Guru
kurang siap untuk melaksanakan integral
curriculum.
b. Selama
ujian(terutama ujian negara) masih dilaksanakan dengan cara subject matter, intergrated curicullum tidak
dilaksanakan.
c. Di
sekolah negeri harus mengikuti berbagai peraturan yang seragam terutama pada
kurikulum.
d. Kadang-kadang
terhambat karena terbatasnya sarana prasarana yang diperlukan, misalkan:
laboratorium, kebun percobaan dan berbagai peralatan lain yang dibutuhkan.
e. Pelaksanaan
mengajar secara tim masih belum bisa .
f. Dan
sebagainya.
Integrated
curriculum dilaksanakan dalam bentuk unit yang
merupakan satu kesatuan atau satu kebulatan. Pelaksanaan pengajaran secara unit
ini disebut metode proyek.
D.
Fase-fase Pelaksanaan Pelajaran Unit
Ada
tiga tahap pelaksanaan unit, yaitu : tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan
tahap akhir.
1. Tahap
Persiapan
a. Guru
dan peserta didik bermusyawarah untuk menentukan suatu topik pembahasan, dengan
kriteria sebagai berikut:
-
Sesuai dengan minat,
kemampuan dan latar belakang masalah.
-
Masalah tersebut
dipertimbangkan layak untuk dibahas.
-
Berbagai sumber
pendukung media.
-
Waktu, situasi dan
kondisi memungkinkan.
-
Dan sebagainya.
b. Bahan
yang telah ditentukan dibuat program-program untuk diselesaikan.
c. Tiap-tiap
program dibuatkan lembar pedoman petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis.
d. Peserta
didik dikelompokkan sebanyak program yang ada.
e. Disusun
kepengurusan kecil dengan pengawasan dari pihak guru, agar dapat melaksanakan
tugas ada koordinasi.
f. Kelompok
membagi tugas secara individu.
2. Tahap
pelaksanaan
a. Tiap-tiap
kelompok ditentukan tempat kerjanya masing-masing berdasarkan penggunaan sarana
dan prasarana yang diperlukan sesuai dengan jadwal yangtelah ditentukan.
b. Guru
mengadakan koodinasi antara kelompok.
c. Tiap
kelompok atau individu bekerja sesaui dengan tugas yang diberikan.
d. Tiap
kelompok mengumpulkan berbagai masalah ditentukan, kalau perlu dikonsultasikan
kapada guru atau narasumber yang relevan.
e. Peserta
didik berdiskusi dan bermusyawarah untuk menyimpulkan pemecahan masalah yang
dihadapi.
f. Tiap-tiap
kelompok membuat laporan tertulis.
g. Tiap-tiap
kelompok menyerahkan laporan tersebut dan dipresentasikan.
h. Dibentuk
tim perumus untuk menyimpulakn lanhkah-langkah pelaksanaan kegiatan yang
efisien.
i.
Kemudian dipraktikkan
di lapangan.
j.
Guru memonitor
kelemahan dan dicari pemecahannya.
k. Hasil
berbagai kelemahan dan dicari cara pemecahannya.
l.
Hasil konkretnya
dilaporkan.
m.
Hasil dipamerkan kalau
perlu dimasyarakatkan.
3. Tahap
Akhir Penilaian
Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam proses penilaian proposal:
a. Proses
dalam langkah persiapan hingga langkah terakhir terus dimonitor.
b. Seberapa
jauh keefektifan pelaksanaan, terutama dalam penggunaan sarana/prasarana,
tenaga, waktu dan biaya yang dikeluarkan.
c. Hasil
laporan tertulis.
d. Pelaksanaan
diskusi musyawarah dan sebagainya.
e. Berbagai
kegiatan kelompok dan individual.
f. Adakah
perubahan dari peserta didik utnuk lebih meningkat.
g. Kuantitas
dan kualitas produk yang dihasilkan.
h. Seberapa
jauh penguasaan bahan pelajaran terhadap pelaksanaan pelajaran unit tersebut.
i.
Bagaimana kesan
orangtua dan masyarakat terhadap pelaksanaan pengajaran unit tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar