Selasa, 20 Maret 2018

ORGANISASI KURIKULUM


ORGANISASI KURIKULUM

A. Pendahuluan
Ada berbagai pengorganisasian kurikulum, yang isinya mengupas bagaimana bentuk bidang studi harus disajikan di depan kelas yang konsekuensinya akan diikuti oleh tindakan bagaimana cara memilih bahan ajar dan cara menyajikan serta cara mengevaluasinya. Pada garis besarnya, ada tiga pengorganisasian pokok, yaitu:
1.      Separate subject curriculum, kalau bidang studi secara terpisah diajarkan dengan pembatasan bahan serta waktu yang telah ditentukan terlebih dahulu. Misalnya, mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi, masing-masing diajarkan oleh guru dengan jadwal yang telah ditetapkan.
2.      Correlated curriculum, kalau berbagai bidang studi yang sejenis dikelompokkan untuk membahas sesuatu topik yang relevan. Misalnya kelompok mata pelajaran biologi, fisika, kimia dijadikan suatu kelompok yaitu kelompok bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
3.      Integrated curriculum, kalau suatu topik atau pembahasan dibahas dengan berbagai pokok bahasan baik dari bidang studi yang sejenis maupun dari bidang studi lain yang relevan.

1. Separated Subject Curriculum
Pengorganisasian separated subject curriculum telah dilaksanakan sejak lama hingga sekarang masih banyak dipertahankan mulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Setiap mata pelajaran disusun secara terpisah satu sama lain dengan waktu yang dibatasi dan dipegang oleh guru baik oleh bidang studi maupun oleh guru kelas.

Pada zaman Romawi ada mata pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik yang terdapat dalam The Seven Liberty Arts yang terbagi menjadi dua kelompok, yang masing-masing kelompok berisikan tiga dan empat mata pelajaran yang diajarkan secara terpisah, yaitu kelompok Trivum yang berisikan tiga mata pelajaran: gramatikal, retorika, dan logika. Kelompok yang lain adalah kelompok Quadrium yang berisikan empat mata pelajaran, yaitu aritmatika, geometri, astronomi, dan musik.

Kemudian tiap-tiap mata pelajaran tersebut berkembang menjadi beberapa anak cabang ilmu pengetahuan. Sementara itu tiap-tiap mata pelajaran tadi menjadi induknya dan berdiri sendiri atau bahkan menjadi prerequisite (prasyarat) untuk mata pelajaran yang berkembang berikutnya. Contoh mata pelajaran prerequisite dalam mata pelajaran yang berkembang berikutnya dapat mempelajari writing (menulis), terlebih dahulu harus paham structure (tata bahasa), vocab (kosakata), dan reading (membaca). Vocab adalah prerequisite (prasyarat) dari reading, structure adalah prasyarat dari writing. Contoh lain, ilmu pendidikan berkembang menjadi pendidikan historis, pendidikan nasional, pendidikan sosial dan seterusnya. Bidang psikologi berkembang dan psikologi umum beranak cabang menjadi psikologi perkembangan, psikologi pendidikan, psikologi kepribadian, psikologi dalam dan sebagainya.
1.      Dilihat dari segi tujuan
Keuntungannya:
·         Dapat mencapai pengetahuan secara mendalam.
·         Dapat menstandarkan pengetahuan peserta didik yang tersebar dibanyak tempat.
·         Dapat menyeragamkan fasilitas yang disediakan.
·         Dan sebagainya.
Kekurangannya:
·         Pengetahuan yang didapat kurang luas.
·         Sarana pendidikan jadi kaku.
·         Kurikulum kurang fleksibel.
·         Dan sebagainya.
2.      Dilihat dari sumber bahan
Keuntungannya:
·         Disediakan dari pusat.
·         Luas bahan terbatas.
·         GBPP dari pusat.
·         Bahan mudah diatur secara sistematis.
·         Dan sebagainya.
Kekurangan:
·         Buku acuan kurang diperhatikan.
·         Bahan disusun urutannya oleh penulis buku, kadang-kadang kurang bersifat psikologis.
·         Dan sebagainya.
3.      Dilihat dari sudut metode mengajar
Keuntungannya:
·         Bentuk pengajaran secara progresif linier.
·         Tidak banyak menggunakan metode yang bervariasi.
Kekurangannya:
·         Metode yang digunakan bersifat teacher centered.
·         Banyak metode yang dilakukan bersifat tradisional.
·         Metode driil, ceramah, dan hafalan kurang dapat membentuk perkembangan pribadi.
·         Kegiatan belajar bersifat ekspositorik.
·         Dan sebagainya.
4.      Dilihat dari segi guru
Keuntungannya:
·         Persiapan bahan relatif mudah.
·         Bahan sudah siap dipakai.
·         Tidak perlu mengadakan bahan banding.
·         Dan sebagainya.
Kekurangannya:
·         Kurang kreatif.
·         Kalau ketinggalan buku, guru tidak dapat mengajar.
·         Dibatasi waktu penyampaiannya.
·         Tunduk pada aturan yang dibuat, artinya tidak boleh menyimpang dari kurikulum.
·         Dan sebagainya.
5.      Dilihat dari segi peserta didik
Keuntungannya:
·         Beban tugas tidak terlalu banyak.
·         Dapat belajar secara sistematis.
·         Dan sebagainya.
Kekurangannya:
·         Tidak membedakan perbedaan individual.
·         Anak dianggap tong kosong yang berisi kotak-kotak ilmu pengetahuan yang perlu diisi.
·         Tidak berinisiatif.
·         CBSA tidak berlaku.
·         Dan sebagainya.
Dalam organisasi separated subject curriculum, yang memisah-misahkan mata pelajaran sedemikian rupa sehingga setiap mata pelajaran dapat berkembang menjadi berbagai anak cabang ilmu pengetahuan. Anak cabang ilmu pengetahuan berkembang menjadi cucu cabang dan seterusnya yang pada akhirnya peserta didik tidak mampu lagi untuk mempelajari semuanya. Untuk mengatasi hal yang sedemikian maka berbagai mata pelajaran yang sejenis dikelompokkan menjadi satu sehingga terjadilah kelompok-kelompok mata pelajaran yang berorientasi pada kemampuan berbahasa, ilmu-ilmu sosial, ilmu-ilmu eksakta yang masing-masing kelompok tersebut berkembang lebih lanjut menjadi bidang-bidang pengetahuan yang lebih rinci lagi.

Untuk penyusunan kurikulum selanjutnya para penyusun membagi-bagi kelompok mata pelajaran tersebut menjadi bagian-bagian/jurusan-jurusan, program-program, sedang peserta didik dipersilakan untuk memilih bagian-bagian/jurusan-jurusan/program-program yang sesuai dengan minatnya. Sungguhpun demikian, penyelenggaraan dan pelaksanaan mata pelajaran masih tetap terpisah-pisah sesuai dengan organisasi separated subject curriculum.

1. Evaluasi dalam Organisasi Separated Subject Curriculum
Di Indonesia kurikulum sekolah yang disusun dari pusat, yaitu kurikulum yang bahan dan evaluasinya diatur oleh pusat. Kurikulum ini disebut kurikulum nasional atau kurnas, sedang evaluasinya diadakan secara serentak untuk sekolah dilingkungan Dinas Depdiknas dengan cara UN. Sedang kurikulum yang bahan dan cara mengajarnya diatur oleh Dinas Depdiknas setempat disebut kurikulum muatan local, evaluasinya dilakukan secara Ujian Sekolah.

Kelemahan dalam evaluasi belajar pada separated subject curriculum yang dilakukan hingga sekarang adalah cara menjumlah skors mata pelajaran menjadi satu, yang kemudian jumlah tersebut diberi nama hasil prestasi belajar. Penjumlahan skors untuk berbagai mata pelajaran tersebut sebetulnya kurang dapat dipertanggung jawabkan, karena bobot untuk setiap mata pelajaran yang berdiri sendiri itu berbeda-beda, misalnya:
a.       Si A mendapat nilai matematika = 10, menggambar dapat nilai = 4. Jumlah nilai =14, rata-rata nilai =14 : 2 = 7
b.      Si B mendapat nilai matematika = 4, menggambar dapat nilai = 10. Jumlah nilai = 14, nilai rata-rata = 14 : 2 = 7
Dengan demikian kepandaian A=B. Setujukah?

Dalam separated subject curriculum yang tiap-tiap mata pelajaran berdiri sendiri tidaklah tepat untuk menjumlahkan skors mata pelajaran matematika + IPS + IPA + bahasa + berbagai mata pelajaran yang lain seperti yang tercantum pada ijasah-ijasah SD, SMP, dan SMA.
Penjumlahan yang demikian dapat diibaratkan orang menjumlahkan 3 ekor gajah + 4 ekor sapi + 2 ekor tikus +10 ekor ayam = 19 ekor.
Setujukah Anda? Tidak ! Mengapa? Karena walaupun semua berupa hewan tetapi jenis dan mutunya berbeda-beda.
Penilaian di perguruan tinggi, untuk menghindari nilai rata-rata dan bobot nilai yang terdiri dari penjumlahan, dilakukan dengan cara mencari indeks prestasi, rumusnya sebagai berikut:
Di mana : IP = Indeks prestasi
                        n = nilai
                        j = jam (SKS)
Contoh:
Nama
Mata Pelajaran
Jumlah Jam
Nilai
A
Matematika
Menggambar
6
2
10
4
B
Matematika
Menggambar
6
2
4
10

IP.A =
IP.B =
Walaupun jumlah nilai rata-tara A = B, tetapi menurut perhitungan dengan rumus IP, ternyata A lebih pandai.
2. Pandangan Masyarakat terhadap Organisasi Separated Subject   Curriculum
Banyak bahan yang tertuang pada separated subject curriculum tidak memerhatikan masalah kehidupan masyarakat. Hamper semua bahan dititik beratkan pada masalah teori dan mengikuti apa yang menjadi pemikiran penulis buku. Murid tekun mendengar kemudian mencatat, kemudian guru memerintahkan supaya bahan tersebut dipelajari bahkan dihafal, kemudian guru membuat berbagai pertanyaan atau mengajukan berbagai problem sesuai apa yang dipelajari peserta didik. Kalau peserta didik bisa menjawab sesuai dengan yang diajarkan maka peserta didik mendapat predikat anak pandai. Sedang di masyarakat berbagai problemnya tidak terduga sebelumnya seperti yang ada di kelas. Problem banyak yang datang tanpa direncanakan dan datang seketika dan harus dipecahkan seketika pula.
Kriteria banyak dimasyarakat, lain dengan criteria baik di sekolah. Oleh karenanya, pandai disekolah belum tentu pandai di masyarakat, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu banyak pemimpin-pemimpin kaliber dunia yang tidak berpendidikan dari perguruan tinggi, tetapi ia digodog di sekolah masyarakat dapat memimpin masyarakat dengan sukses.

3. Rangkuman
Pengorganisasian kurikulum dapat dilakukan secara vertical maupun horisontal.  Secara vertikal memperhatikan pengorganisasian bahan secara hierarkis antara bahan dari kelas bawah sampai kelas atas agar dapat seimbang secara harmonis. Sedangkan secara horizontal memperhatikan keterpaduan seluruh materi dalam keterkaitannya antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Misalnya mata pelajaran sejarah dikaitkan dengan geografi, sosiologi, antropologi dan sebagainya. Bentuk pengorganisasian tersebut dapat dilaksanakan secara correlated atau integrated yang akan dibahas pada kegiatan belajar berikutnya.
Pengorganisasian secara separated adalah pengorganisasian yang sangat kuno, tetapi masih bertahan hingga sekarang. Hal itu karena masih banyak keuntungannya di samping berbagai kelemahan yang ada.

B. Correlated Curriculum
Correlated berasal dari kata correlation yang dalam bahasa Indonesia berarti korelasi yaitu adanya hubungan antara satu dengan yang lainnya. Sifat hubungan ada berbagai macam. Ada yang bersifat timbal balik, sebab akibat, ada yang dihubungkan dengan sengaja, tetapi ada juga hubungan yang secara kebetulan.
Dalam pengorganisasian kurikulum secara separated dirasa banyak kelemahannya, maka dicari pengorganisasian dengan cara lain yaitu dengan cara digabungkan atau dikorelasikan dua atau lebih mata pelajaran yang pokok bahasannya atau subpokok bahasannya mempunyai tujuan pembahasan yang sama atau permasalahan yang sama. Pokok bahasan atau subpokok bahasan dapat tuntas dan menyeluruh. Korelasi bidang studi tersebut dapat terjadi sebagai berikut:
1. Korelasi antarpokok bahasan dalam bidang studi yang sejenis.
2. Korelasi antarpokok bahasan di luar bidang studi yang tidak sejenis.

Korelasi antarpokok bahasan dalam bidang studi yang sejenis, misalnya:
a.       Dalam bidang studi bahasa, meliputi berbagai mata pelajaran: membaca, tata bahasa, mengarang, bercerita, dan sebagainya.
b.      Dalam bidang studi ilmu pengetahuan alam , meliputi berbagai mata pelajaran: fisika, kimia, biologi, dan sebagainya.
c.       Dalam bidang studi ilmu social, meliputi berbagai mata pelajaran: sejarah, ilmu bumi, ekonomi, sosiologi, dan sebagainya.
d.      Dalam bidang studi matematika, meliputi berbagai mata pelajaran; aljabar, ilmu hitung, ilmu ukur, dan sebaginya.
e.       Dalam bidang studi keterampilan, meliputi mata pelajaran: keterampilan batu, bambu, listrik, dan sebagainya.
f.       Dalam bidang studi olahraga, meliputi berbagai mata pelajaran: atletik, senam, renang, tinju, panahan dan sebagainya.
Korelasi antarpokok bahasan di luar bidang studi yang tidak sejenis, Misalnya: Pembahasan pokok bahasan “Candi Borobudur”. Untuk membahas Candi Borobudur perlu pembahasan mengenai:
Ø  Letak candi : dibahas oleh ilmu tanah, ilmu bumi.
Ø  Letak dan siapa yang mendirikan: dibahas oleh mata pelajaran sosiologi, antropologi, sejarah.
Ø  Pemilihan batu untuk candi: dibahas oleh mata pelajaran ilmu alam.
Ø  Bentuk candi: dibahas oleh ilmu arsitek.
Ø  Kedatangan turis (luar/dalam negeri): dibahas oleh ilmu mata pelajaran ilmu pariwisata.
Ø  Beli souvenir: dibahas oleh mata pelajaran oleh ilmu dagang dan sebagainya.
Korelasi atau yang disebut fusi (perpaduan), bentuknya berupa broad fileds yang berarti pembahasan sesuatu masalah dengan cara yang luas.
1.      Tujuan pengajaran : - untuk memecahkan masalah secara bulat, utuh dan luas.
2.      Bahan       : - bahan dapat disusun secara fleksibel,
                           -sumber bahan tidak terbatas,
                           -penyusunan pokok bahasan tidak terpancang pada satu     bidang
                            pengetahuan.
3.      Metode mengajar : - pendekatannya student centered,
                            - CBSA dapat dilaksanakan secara wajar,
                            - tidak membosankan.
4.      Evaluasi : - yang dievaluasi tidak hanya evaluasi produk, tetapi juga evaluasi proses.
5.      Guru : - guru lebih kreatif inisiatif dan tidak terpancang pada waktu
6.      Peserta didik        : Peserta didik mempunyai pengetahuan yang praktis dan luas minatnya

Kelemahan correlated curriculum dapat ditinjau dari berbagaii sudut:
1.      Tujuan pengajaran : kadang-kadang karena kompleks
2.      Bahan        : baha tidak sistematis. Luas bahan tidak ditentukan batasannya. Sumber bahan tersebar
3.      Sarana/prasarana : kadang-kadang tidak tersedia dan mahal
4.      Evalusai : ujian dilakukan secara lokal, dalam raport tidak menggambarkan peserta didik itu pandai atau tidak.
5.      Guru : guru kurang bisa melaksanakan, karena di sekolah guru tidak dilatih correlated curriculum, pembagian tugas pada team teaching perlu penyesuaian, tidak semua guru sanggup melaksanakan.
6.      Peserta didik : kurang mempunyai pengetahuan yang dalam, kurang mempunyai pengetahuan yang seimbang antara bidang studi-untuk bidang setiap bidang studi pengetahuan.
Ada berbagai pendapat dari berbagai ahli yang mengelompokkan mata pelajaran yang berbeda-beda. Hebert Spencer (1860) mengelompokkan mata pelajaran berdasarkan masalah kehidupan, yaitu: 
1.      Kelompok self preservation, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan keselamatan diri.
2.      Kelompok securing necessities of life, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan.
3.      Kelompok rearing and descending of spring, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan pemeliharaan keturunan.
4.      Kelompok the leasure part of life, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan waktu terulang.
Ada lagi yang disebut experince curriculum yang bahannya berpusat pada pengalaman peserta didik. Dengan demikian, pengalaman belajar yang dilaksanakan di sekolah sesuai dengan kodrat anak yang aktif. Kurikulum demikian tersusun berupa berbagai pusat kegiatan peserta didik. Killpartick (1918) membagi kegiatan tersebut sabagai berikut:
1.      Proyek permainan,
2.      Proyek darmawisata,
3.      Proyek cerita,
4.      dan proyek pekerjaan tangan.
Proyek tersebut sangat cocok untuk peserta didik di sekolah dasar, karena sifatnya peserta didik tersebut aktif dan selalu ingin bergerak dengan cara bermain. Anak umur sekolah dasar selalu ingin tahu apa yang ada di luar lingkungannya, yang dimulai dari lingkungan keluarga, tetangga dekat, kemuadian ke tetangga jauh sampai ketempat-tempat “darmawisata”. Anak sekolah dasar semua potensi kejiwaannya akan berkembang, ternasuk fantantasinya yang dapat dilakukan dengan mata pelajaran bercerita atau dongeng. Serta untuk melatih psikomotoriknya anak hendaknya diberi berbagai “pekerjaan tangan” yang sederhana. Dengan berbagai keaktifan tersebut anak belajar di sekolah akan selalu gembira.
Pengelompokan mata pelajaran yang sekedar hanya disajikan dalam wadah dan pada dasarnya masih berdiri sendiri yang pernah pada berbagai kurikulum sekolah di Indonesia tertera sebagai berikut:

C. Integrated Curriculum
Setelah dibicarakan dua jenis kurikulum yaitu separated subject curriculum dan correlated curriculum dengan berbagai untung ruginya, selanjutnya ada pemikiran yang lain yaitu bahwa untuk membahas suatu masalah, sebaiknya dilibatkan semua bidang studi yang mungkin secara wajar dapat saling membahas. Misalnya, membahas “pohom enau”. Berbagai mata pelajaran yang mungkin mempunyai andil untuk ikut memberi ulasan tetang pohom enau sabagai beriku:
a.       Memilih tanah yang cocok untuk menanam, dibutuhkan pengetahuan tentang tanah.
b.      Macam pupuk yang cocok yang akan digunakan, dibutuhkan pengetahuan kimia.
c.       Sari dari batang enau yang akan dijadikan bahan makanan, dibutuhksn ahli gizi.
d.      Ijuk, lidi dan daun enau yang dapat dijadikan kerajinan tangan, dibutuhkan latihan kterampilan.
e.       Dan sebagainya.
Ternyata untuk membahas pohon enau akan melibatkan beberapa mata pelajaran yang lebur menjadi satu,myang menyebabkan batas antara mata pelajaran menjadi kabur. Pembahasan masalah yang demikian ini disebut pembahasan secara integral atau menyeluruh yang menjadi sasaran integrated curriculum (akan lebih tepat jika dilaksanakan pada orang-orang dewasa). Kalau dengan separated subject curriculum, peserta didik mempelajari bahan pelajaran diajarkan secara terpisah-pisah, sedangkan dalam correlated curriculum peserta didik mempelajari bahan pelajaran yang lain, yang pada pelaksanaannya ternyata masih juga mementingkan peran mata pelajaran yang bersankutan. Sebagai bahan banding pada integrated curriculum akan diberikan berbagai ciri yang sebagian sama dengan ciri-ciri cirrelated curriculum.

Kalau dilihat dari sudut bahan di antaranya sebagai berikut :
a.       Bahan disajikan secara menyeluruh.
b.      Sumber bahan tidak hanya terbatas pada satu sumber, bahkan mementingkan sumber dari pengalaman, baik dari pihak guru maupun dari pihak peserta didik.
c.       Bahan langsung berhubungan dengan masalah yang diperlukan oleh peserta didik di masyarakat.
d.      Bahan ditentukan secara demokratis antara guru dengan peserta didiknya.
e.       Bahan dapat diambil dari hal-hal yang dianggap aktual memerhatikan situasi dan kondisi sekitar.
f.       Dansebagainya

Kalau dilihat dari sudut huru, pelaksanaannya diharapkan guru mampu:
1.      Manajer,tugasnya yaitu:
a.       Sebagai organisator, guru hendaknya dapat membuat program yang direncanakan, mengatur berbagai kegiatan antarpserta didik
b.      Sebagai motivator, guru hendaknya mampu memberi semangat belajar dan bekerja pada peserta didiknya.
c.       Sebagai koordinator, guru hendaknya mampu mengatur agar tugas yang diberikan tidak tumpang tindih atau overlap antarkelompok.
d.      Sebagai konduktor, guru hendaknya pemimpin yang tegas tidak membingungkan bagi yang melaksanakan.
2.      Administrator, tugasnya yaitu:
a.       Sebagai dokumentator, guru hendaknya mencatat segala kegiatan yang dilaksanakan, menyimpan secara sistematis semua file yang diperlukan.
3.      Supervisor, tugasnya yaitu:
a.       Sebagai konselor, guru hendaknya dapat meberi bimbingan dan arahan yang positif,
b.      Sebagai korektor, guru hendaknya dapat menunjukkan tugas yang baik untuk dilaksanakan dan mana tugas yang harus dihindari,
c.       Sebagai evaluator, guru hendaknya dapat menilai baik buruk dari segi proses maupun segi produk.
4.      Instruktur,tugasnya yaitu:
a.       Sebagai fasilitator, guru hendaknya menjadikan dari nomor satu dimuka kelas, dapat menimbulkan situasi yangkondusif sehingga peserta didik dapat aktif dan inisiatif sendiri.
b.      Sebagai moderator, hendaknya guru sebagai perantara dalam hal memutuskan sesuatu yang akan diambil oleh peserta didik.
c.       Sebagai komunikator, guru hendaknya mampu mengadakan hubungan yang harmonis baik dengan pihak-pihak didalam sekolah maupun pihak di luar sekolah dan dalam hal-hal yang berhubungan dengan tugas pembelajaran maupun tugas lain yang relevan.
5.      Invator, tugasnya yaitu:
a.       Sebagai dinamisator, sekolah hendaknya sebagai laboratorium hidup bagi masyarakat sekitar. Artinya, penemuan-penemuan baru yang dipimpin oleh guru hendaknya dapat disebarluaskan di luar lingkungan sekolah.

Kalau dilihat dari sudut peserta didik, dampaknya akan berupa sebagai berikut: kalau dalam pelaksanaan integrated curriculum ini, guru berfungsi seperti disebut tadi maka peserta didik diharapkan dalam belajar akan bersikap:
a.       Learn to know,yaitu belajar dengan menentukan berbagai cara untuk lebih mengetahui segala sesuatu sehingga akan terjadi how to learn yang berlangsung terus menerus.
b.      Learn to do, yaitu belajar untuk berbuat sebagaimana mestinya, terutama dalam hal pemecahan berbagai masalah dalam lapangan hidup yang berguna bagi dirinya sendiri.
c.       Learn to live together atau live with other, yaitu belajar untuk menyesuaikan diri, adaptasi dengan sekitar sehingga yang bersangkutan dapat bekerja sama dengan pihak lain bersifat toleren.
d.      Lear to be,belajar yang dapat mengembangkan segala aspek pribadinya, atau potensi yang melekat pada dirinya sehingga menjadi manusia yang bulat dan utuh.
Di samping itu, kalau pelaksanaannya benar, akan mempunyai dampak pula pada peserta didik, diantaranya:
a.       Mendorong peserta didik untuk lebih mandiri, kreatif dan punya percaya diri.
b.      Karena dalam kegiatan dituntut laporan baik dari lisan maupun tulisan akan berdampak pada pe
c.       Berkembangan pikir dan kemampuan berbahasa.
d.      Menghargai perbedaan individual.
e.       Peserta didik punya pengalaman yang luas dan fungsional.
Kalau dilihat dari sudut metode, menurut Barbara Mathews (1993) disarankan menggunakan metode:
a.       Inquiry learning
Karena peserta didik dengan suatu masaah yang harus dicari jawabanya sendiri, maka kegiatan diskusi Tanya jawab, pengumpulan data yang kemudian diadakan analisis bersama untuk mencari jawabannya.
b.      Problem solving
Sesuai dengan pelaksanaan metode inquiry tentu mencari berbagai penyebab terjadinya permasalahan, kemudian di diagnosis baru dicari cara pemecahannya.

c.       Investigating
Untuk memecahkan masalah yang dihadapi, perlu adanya suatu penelitian yang cermat mengenai berbagai komponen atau aspek yang tidak beres. 
d.      Brain storming
Sejenis pertemuan informal yang dimulaii dari berbagai pernyataan pendapat dari peserta pertemuan. Semua pendapat ditampung dan tidak perlu di beri komentar.
e.       Cooperating learning
Berbagai masalah yang timbul dipecahkan secara tim dan dibahas secara demokratis. Tim terdiri dari para anggota yang seminat dan sekeahlian.
Kalau dilihat dari pelaksanaan evalusai, di antaranya yaitu:
a.       Yang dievalusai adalah mengenai berbagai kelemahan atau kekurangan baik dalam prosesnya maupun hasil nyatanya (produknya).
b.      Begaimana keefektifan pencapaian hasil?
c.       Penilaian dalam kelas, yang dinilai mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kerja sama, sifat toleran anggotanya.
d.      Penilaian dalam kelompok yang dinilai dalam hal mutu laporan tertulis atau lisan, dapat tidaknya anggota bekerja sam dengan kelompok.
e.       Penilaian kerja sama antargrup dan hasil nyata dari grup.
f.       Penilaian individual atas dasar pengamatan guru dalam hal kekreatifannya, toleransinya, sumbangannya terhadap profesi maupun produknya.
g.      Hasil nyata kelas dipamerkan untuk umum, kalau perlu disebarluaskan ke masyarakat.

Berbagai kesulitan dalam pelaksanaan integrated curriculum di antaranya yaitu:
a.       Guru kurang siap untuk melaksanakan integral curriculum.
b.      Selama ujian(terutama ujian negara) masih dilaksanakan dengan cara subject matter, intergrated curicullum tidak dilaksanakan.
c.       Di sekolah negeri harus mengikuti berbagai peraturan yang seragam terutama pada kurikulum.
d.      Kadang-kadang terhambat karena terbatasnya sarana prasarana yang diperlukan, misalkan: laboratorium, kebun percobaan dan berbagai peralatan lain yang dibutuhkan.
e.       Pelaksanaan mengajar secara tim masih belum bisa .
f.       Dan sebagainya.
Integrated curriculum dilaksanakan dalam bentuk unit yang merupakan satu kesatuan atau satu kebulatan. Pelaksanaan pengajaran secara unit ini disebut metode proyek.

D. Fase-fase Pelaksanaan Pelajaran Unit
Ada tiga tahap pelaksanaan unit, yaitu : tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir.
1.      Tahap Persiapan
a.       Guru dan peserta didik bermusyawarah untuk menentukan suatu topik pembahasan, dengan kriteria sebagai berikut:
-          Sesuai dengan minat, kemampuan dan latar belakang masalah.
-          Masalah tersebut dipertimbangkan layak untuk dibahas.
-          Berbagai sumber pendukung media.
-          Waktu, situasi dan kondisi memungkinkan.
-          Dan sebagainya.
b.      Bahan yang telah ditentukan dibuat program-program untuk diselesaikan.
c.       Tiap-tiap program dibuatkan lembar pedoman petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis.
d.      Peserta didik dikelompokkan sebanyak program yang ada.
e.       Disusun kepengurusan kecil dengan pengawasan dari pihak guru, agar dapat melaksanakan tugas ada koordinasi.
f.       Kelompok membagi tugas secara individu.

2.      Tahap pelaksanaan
a.       Tiap-tiap kelompok ditentukan tempat kerjanya masing-masing berdasarkan penggunaan sarana dan prasarana yang diperlukan sesuai dengan jadwal yangtelah ditentukan.
b.      Guru mengadakan koodinasi antara kelompok.
c.       Tiap kelompok atau individu bekerja sesaui dengan tugas yang diberikan.
d.      Tiap kelompok mengumpulkan berbagai masalah ditentukan, kalau perlu dikonsultasikan kapada guru atau narasumber yang relevan.
e.       Peserta didik berdiskusi dan bermusyawarah untuk menyimpulkan pemecahan masalah yang dihadapi.
f.       Tiap-tiap kelompok membuat laporan tertulis.
g.      Tiap-tiap kelompok menyerahkan laporan tersebut dan dipresentasikan.
h.      Dibentuk tim perumus untuk menyimpulakn lanhkah-langkah pelaksanaan kegiatan yang efisien.
i.        Kemudian dipraktikkan di lapangan.
j.        Guru memonitor kelemahan dan dicari pemecahannya.
k.      Hasil berbagai kelemahan dan dicari cara pemecahannya.
l.        Hasil konkretnya dilaporkan.
m.    Hasil dipamerkan kalau perlu dimasyarakatkan.

3.      Tahap Akhir Penilaian
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses penilaian proposal:
a.       Proses dalam langkah persiapan hingga langkah terakhir terus dimonitor.
b.      Seberapa jauh keefektifan pelaksanaan, terutama dalam penggunaan sarana/prasarana, tenaga, waktu dan biaya yang dikeluarkan.
c.       Hasil laporan tertulis.
d.      Pelaksanaan diskusi musyawarah dan sebagainya.
e.       Berbagai kegiatan kelompok dan individual.
f.       Adakah perubahan dari peserta didik utnuk lebih meningkat.
g.      Kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan.
h.      Seberapa jauh penguasaan bahan pelajaran terhadap pelaksanaan pelajaran unit tersebut.
i.        Bagaimana kesan orangtua dan masyarakat terhadap pelaksanaan pengajaran unit tersebut.










Tidak ada komentar:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda