BAB
I
PENDAHULUAN
1.2 Latar
Belakang
Mungkin timbul pertanyaan di hati
kita: Apa hubungan antara sastra dan perkembangan kosakata ? Haruslah kita
sadari benar-benar bahwa membaca sastra dan pembangunan serta peningkatan
kosakata. Hendaknya berjalan serentak. Yang satu bergantung pada yang lain;
keduanya saling menunjang. Membaca barangkali merupakan salah satu faktor
terpenting dalam menunjang pembangunan dan peningkatan kosakata yang ekstensif.
Memang hampir tidak ada orang yang
membaca khusus sastra untuk membangun kosakata. Tapi harus disadari bahwa kita
perlu kosakata yang memadai buat menikmati sastra sertamempelajari sesuatu dari
dalamnya.perkenalan dengan sastra sudah jelas akan memperluas pengertian para
siswabagi dunia dan pada hakekat manusia. Sang guru dapat juga secara tepat
guna mempergunakan sastra untuk meunjukkan kepada para siswa untuk betapa
pentingnya kata-kata, makannya yang beraneka macam, dan pentingnya majas atau
gaya bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan memahami gagasan-gagasan.
Tidak jarang terjadi bahwa
kesenangan membaca para siswa pudar karena kemiskinan kosakata yang
dimilikinya. Setiap siswa mungkin saja memperoleh kesenangan dari bunyi bait
sesuatu puisi karena dia merasakan ritme atau mendengar rimanya, namun penikmatan
dan pemahamannya akan meningkat dan bertambah apabila dia juga dapat menemukan
maksud dan tujuan sang penyair dalam menggunakan metafora, daya bayang, alegori
sebagai suatu bagian terpadu dari pengubahan puisi tersebut.
Faktor yang paling penting tentang
pembangunan dan peningkatan kosakata adalah pengalaman yang kaya. Kosakata kita
merupakan gambaran dari pengalaman kita. Tetapi sebagai gambaran terhadap
pengalaman-pengalaman tangan kita. Tetapi sebagai tambahan para siswa pun
dituntut aneka ragam pengalaman tak langsung yang diperoleh dari orang lain
melalui kegiatan-kegiatan menyimak, mengamati, dan membaca. Justru sastralah
yang dapat menyajikan berbagai ragam pengalaman seperti itu. (Dale [et al];
1971: 224).
Dalam membaca sastra, tidak jarang
para siswa merasakan dan membayangkan bahwa dialah yang merupakan tokoh cerita.
Oleh karena itu dia sangat asyik membaca karya-karya sastra itu. Dia ingin
menikmati serta mengalami isi dan jalan cerita. Dia menambah karya sastranya
dari karya satra itu. Penambahan pengalaman secara implisit turut pula
memperkaya kosakatanya, dan sebaliknya.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1 Apa hubungan antara sastra dan perkembangan kosakata ?
1.2.2 Seberapa pentingkah Asosiasi dalam Sastra?
1.2.3 Bagaimana Kosakata dalam Istilah Sastra?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui dan memahami bahwa
membaca sastra dan pengayaan kosakata hendaknya berjalan serentak;
1.3.2 Mengetahui bahwa umumnya,
sastra anak-anak mencerminkan kehidupan; menyajikan kata-kata konteks natural;
1.3.3 Mengetahui bahwa aspek penting
dari telaah kata dalam kaitannya dengan perkembangan bahasa umumn adalah asal
usul kata atau sejarah kata;
1.3.4 Mengetahui bahwa perlunya
perhatian dalam telaah kata; dan
1.3.5 mengetahui bahwa menandai atau
menggarisbawahi kata-kata dalam buku pribadi sama sekali tak salah, malah
berguna.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Sastra dan
Kosakata Anak-anak
Pada jaman dulu sastra anak-anak
terutama sekali berisikan masalah-masalah keagamaan, tapi masa kini telah
meliputi berbagai ragam pokok permasalahan. Satra anak-anak (dalam bahasa
inggris) telah mencakup buku-buku standar seperti:
Cerita-cerita induk angsa oleh Charles Parraul.
Cerita-cerita dari shakespeare oleh Charles dan Mary Lamb.
Cerita-cerita dongeng Grimm dikumpulkan oleh Jacob Grimm.
Petualangan tom Sauyer oleh Mark Twain.
Daftar buku yang ditulis khusus buat
anak-anak khusus buat anak-anak kian hari kian bertambah. Setiap penerbit besar
di Indonesia telah turut memikirkan hal-hal seperti itu. Sebagai contoh kita
lihat daftar buku Penerbit Angkasa 1984. Terlepas dari nilai sastra yang
dikandung oleh setiap buku, maka pada tahun1984 telah diterbitkan kurang ± 50
buah buku bacaan anak-anak; antara lain:
(1) Minah Dan Imran Anak Yang Saleh
oleh Samsudi
(2) Si Gembala Keledai oleh A.M.
Almatsier
(3) Berburu oleh Wilson Nadeak
(4) Ibu Yang Bijaksana oleh Aske BA.
(5) Anak-Anak Pantai oleh Adhy
Asmara dr.
Dengan membaca buku-buku tersebut
maka para siswa tingkat SD dan SMP memperoleh pengalaman yang menyenangkan dan
juga keterampilan-keterampilan kosakata. Para siswa belajar “membaca”
gambar-gambar, mempertimbangkan kata-kata, dan berfikir secara kritis. Mereka
memperoleh beberapa pengertian mengenai sifat dan hakikat manusia.
Para guru yang mengajarkan sastra
anak-anak dengan penuh perasaan dan cekatan dapat menanamkan para siswa pada
kata-kata dan kenikmatan dalam membaca, yang akan tetap menjadi milik mereka
sampai sekolah tingkat atas bahkan sampai perguruan tinggi kelak.
Membaca sastra dengan berencana
dapat menolong para remaja kearah dengan berencana dapat menolong para remaja
kearah pengertian yang lebih baik terhadap teman-teman sekelas mereka tanpa
menghiraukan perbedaan-perbedaan suku danlatar belakang mereka. Melalui membaca
sastra anak-anak dapat belajar betapa pentingnya menghargai nilai-nilai
seseorang dalam menghadapi beraneka ragam rintangan dalam kehidupan.
Pada umumnya, sastra anak-anak
mencerminkan kehidupan. Sastra itu menyajikan kata-kata yang diucapkan atau dipergunakan
beraneka ragam tokoh dalam beraneka ragam situasi, dan yang paling penting
adalah bahwa sastra menyajikan kata-kata bukan dalam konteks buatan tetapi
dalam konteks alamiah, bukan dalam konteks artifisial tetapi dalam
konteks natural.
Demikian para guru sekolah dasar
dapat memanfaatkan berbagai cara untuk memahami penggunaan kosakata yang
efektif dari buku-buku sastra. Guru dapat mencatat frase-frase yang
dipergunakan oleh tokoh-tokoh tertentu. Sebagai contoh, kita terangkan dibawah
ini beberapa penggunaan kata-kata imajinatif dari cerita pendek karya Urib
Jalal Abduh:
Karene tergiur oleh cerita
Kami memang bisa menikmati impian
itu
Membuang jauh-jauh yang bernama
harga diri
Prinsip kami adalah hidup untuk
makan
Kami sampah masyarakat
Tidak memiliki gairah hidup
(Sinar Harapan Minggu, 15 Juli 1984)
Atau dari sajak karya Acep Zamzam
Noor, berikut ini:
Telanjang berbeban sunyi
Senyum yang bermain di ujung firmanmu
Memintal rindu
Meniti hari-hari usia
Aku tersalib kata-kata
(S.H.M, 15 Juli 1984).
Salah satu
aspek penting dari aspek telaah kata dalam kaitannya dengan perkembangan bahasa
umum adalah asal-usul atau perkembangan kata-kata. Sejarah kata kerap kali
memberi daya tarik membaca siswa pada usia muda. Barang kali cara yang paling
produktif untuk memahami telaah asal-usul kata para siswa sekolah dasar,
sebagai satu tehnik pembangunan kosakata dan keadaan krisis mengenai hal yang
dibaca, adalah melalui telaah sastra anak-anak.
Guru kelas 5
dan kelas 6 Sekolah Dasar dapat membacakan dengan jelas di muka kelas beberapa
sajak karya para pujangga kita dan kemudian menyuruh anak-anak menganalisis
kosakatanya. Misalnya sajak Sanusi Pane berikut ini:
Teratai
Kepada Ki Hadjar Dewantara
Dalam kebun di tanahairku
Tumbuh sekuntum bunga teratai
Tidak terlihat orang yang lalu
Tersembunyi kembang indah permai
Akar tumbuh di hati dunia
Daun bersemi laksmi mengarang
Biarpun ia diabaikan orang
Seroja kembang gemilang mulia
Teruslah, O Teratai Bahagia
Berserilah di kebun Indonesia
Biar sedikit penjaga taman
Biar engkau tidak terlihat
Biar egkau tidak diminat
Engkaupun
turut menjaga jaman.
(Sanusi
Pane)
Dari sajak di atas anak-anak disuruh
menerangkan makna kata-kata:
Tanah air Gemilang
Sekuntum Mulia
Kembang Berseri
Indah permai Tanaman
Di hati dunia Tidak diminati
Bersemi Turut
Laksmi Menjaga
Diabaikan Jaman
Apabila
anak-anak mendapat kesulitan maka tang guru memberi bimbingan. Sebaiknya
kata-kata di atas dipakai pula dalam kalimat buatan anak-anak sendiri agar makna
kata itu bertambah mantap bagi mereka.
Walaupun tujuan
pokok pembacaan sajak itu bukanlah bagian telaah kata tetapi bagian penikmatan
dan makna, namun kata-kata kunci atau kata-kata penting dalam puisi-puisi
tertentu dapat dipilih sebagai bahan diskusi, baik mengenai makna ataupun
mengenai asal-usulnya.
Sang guru dapat
pula mempergunakan cerita-cerita sastra sebagai titik tolak telaah asal-usul
kata. Cerita-cerita yang singkat dan asli dapat dipergunakan oleh anak-anak
sebagai bahan latihan dalam penciptaan kata-kata baru atau menyajikan asal usul
yang aneh dari kata-kata yang telah umum dipakai masyarakat. Disamping itu guru
dapat menerangkan bahwa banyak kata Indonesia yang berasal dari bahasa asing;
misalnya :
Belanda : buku, sekolah, kantor
Arab :
ilmu, kitab, hakim
Portugis : lemari, kemeja, gereja
Sansekerta : putra, pahala, bahasa
Cina :
taoge, taoco, taoke, ;dan lain-lain
Kamus yang baik biasanya member
petunjuk akan hal ini.
Harus pula kita sadari benar-benar
bahwa bidang asal-usul kata ini cukup luas untuk dikaitkan dengan setiap bidang
studi. Dalam hubungannya dengan sastra anak-anak, maka sejumlah telaah kata
dapat dilakukan secara spontan, apabila sang guru telah membuat persiapan yang
baik untuk itu.
Akan tetapi ada dua hal penting yang
perlu diperhatikan demi berhasilnya telaah sejarah kata dikelas-kelas rendah,
yaitu:
(i)
Anak-anak
haruslah diikut sertakan atau berperan serta secara pribadi, menerima kesan,
menganjurkan, member sumbangan, mengadakan experiment atau percobaan mengenai sejarah
atau asal-usul kata (yang sesuai dengan tingkatan mereka), dan dengan cara
demikian dapat melihat hubungan sejarah kata dengan kehidupan mereka
sehari-hari. Tujuan ini akan tercapai kalau guru mendorong anak-anak
mempergunakan kata-kata kunci yang ditelaah dalam diskusi dan konversasi
(misalnya AMD adalah singkatan dari Abri Masuk Desa; dan ABRI adalah singkatan
dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia).
(ii)
Sang
guru haruslah bertindak sebagai seorang ahli mengenai kata-kata, maknanya dan
asal-usulnya dalam kaitannya dengan perkembangan bahasa secara umum. Dengan
demikian guru haruslah menjadi seorang yang “sadar kata,” kata-kata “baru” yang
akan didiskusikan. Sang guru haruslah mempunyai pengetahuan siap Yng memadai
mengenai informasi latar belakang yang secukupnya untuk membangkitkan minat
anak didiknya terhadap prosa atau puisi yang turut memperkaya pengetahuan
mereka mengenai makna dan asal-usul kata-kata (Dale [et al] ; 1971 : 247).
Dalam
pembicaraan di muka telah kita utarakan bahwa pertumbuhan kosakata dapat
dicapai dengan pengalaman-pengalaman yang kaya, dengan konversasi atau
percakapan, dengan banyak membaca beraneka ragam karya sastra, dan dengan studi
yang bersistem atau telaah yang sistematis. Salah satu bagian dari telaah yang
sistematis ini hendaknya diarahkan kepada cara-cara pengembangan suatu sistem
pengarsipan untuk mengingat dan mendapatkan kembali kata-kata.
Dewasa ini banyak siswa membeli
buku-buku bacaan sastra, atau menjadi anggota sesuatau perpustakaan ataupun
kelompok penggemar buku sastra. Untuk menolong para siswa menjadi orang yang
lebih “sadar kata”, maka sang guru haruslah mendorong mereka untuk menggaris
bawahi kata-kata baru atau kata-kata yang belum biasa yang mereka temui pada
saat mereka membaca buku-buku tersebut. Kepada anak-anak harus ditanamkan
kesadaran bahwa “buku pribadi yang penuh tanda-tanda atau coret-coret bukanlah
buku yang jelek”. Justru tanda-tanda atau coretan-coretan itu membuat buku itu
jauh lebih bermanfaat.
Dalam
menggarisbawahi kata-kata baru atau kata-kata asing dalam bacaan, ada beberapa
hal yang harus dipertimbangkan, antara lain :
(i)
Kalau
kata itu merupakan kata kunci (Key word), maka kata tersebut dapat
ditemui berkali-kali. Para siswa hendaknya waspada akan hal itu dan tidak
meloncatinya atau tidak mengabaikannya begitu saja.
(ii)
Para
calon siswa menjadi sadar akan kata-kata yang diberi tanda dan cara mengejanya.
(iii)
Para
siswa menjadi merasa kurang enak kalau dia meloncati sesuatu kata sulit tanpa
mencoba dengan cepat menduga atau mengira-ngira maknanya.
(iv)
Para
siswa mengadakan suatu keputusan apakah suatu kata tertentu perlu dipelajari
atau tidak.
(v)
Para
siswa akan menyadari betapa banyaknya kata penting yang belum diketahuinya.
(vi)
Para
siswa akan menyadari bahwa telaah kata merupakan suatu hal yang menarik dan sangat
berharga ; lebih merupakan suatu tantangan tinimbang suatu tugas. (Dale [et al]
; 1971 : 248).
Betapa pentingnya menandai sesuatu buku tidak perlu diragukan lagi.
Bagi para pembaca yang ingin mempelajari serta mengetahui hal itu secara lebih
terperinci, kami anjurkan membaca karya Mortimer J. Adler yang berjudul “Haw
to Mark a Book”. (Bagaiman cara Menandai buku) yang dimuat dalam The
Saturday Review of Literature. Rangkuman artikel ini dimuat juga dalam
karya Henry Guntur Tarigan “Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa”
yang diterbitkan oleh Penerbit Angkasa Bandung. (Tarigan ; 1938 : 47-53).
Para siswa tentu saja dapat meningkatkan keterampilan kosakata
mereka secara efektif dengan cara banyak membaca majalah, termasuk majalah
sekolah. Banyak majalah yang berisi permainan-permainan telaah kata yang
menarik dan kuis-kuis yang menarik serta menantang. Kata-kata dapat diambil
dari artikel-artikel bagi maksud-maksud yang berkaitan dengan batasan,
memperhatikan konstruksi kata dan ejaannya, serta menentukan penggunaannya
dalam konteks artikel tersebut.
Salah satu cara untuk memperluas cakrawala baca para siswa adalah
dengan jalan memperkaya kosakata mereka. Guru dan para siswa dapat membaca
sekilas koran-koran dan majalah-majalah mutakhir untuk mendapatkan
batasan-batasan atau penjelasan-penjelasan mengenai kata-kata baru atau
kata-kata asing yang sering dipakai sekarang ini dalam masalah-masalah dalam
negeri, ilmiah, serta dalam hubungan-hubungan nasional dan internasioanal.
Dari guntingan Koran, misalnya, para siswa dapat mempelajari bahwa
beberapa ilmuan percaya astronaut Apollo 11 telah menemukan biotite (sejenis
mika) di bulan. Biotite adalah sebuah istilah berdasarkan nama Jean
Biot, seorang mineralogy Prancis. Begitu juga para siswa dapat mengetahui bahwa
Satelit Palapa mendapat nama berdasarkan “Sumpah Majapahit Gajah Mada
(1331), diucapkan di paseban istana Ratu Tribhuana (1329 – 1350) “tanamukti
palapa” (tak akan menikmati Tantrisme) sebelum menaklukkan dan
mempersatukan daerah-daerah Nusantara” (Shadily [ed] ; 1984 : 2522).
Dari artikel majalah, para siswa dapat memperoleh penjelasan bahwa
sinar laser dapat mengirim tanda atau sinyal ke bumi dari bulan. Guru dapat membaca dari suatu artikel yang menjelaskan
bahwa laser adalah sebuah akronim yang dibentuk dari kata-kata Light
Amplification by Stimulated Emission of Radiation. Begitu pula para siswa
dapat memperoleh keterangan atau penjelasan singkat bahwa “Nama Arjuna diambil
dari kata jun yang berarti jambangan. Benda ini merupakan simbol ‘jiwa
yang jernih’. Arjuna memang berjiwa jernih dan bersih. Banyak wanita yang
tergila-gila padanya. Kejernihan jiwa Arjuna terpantul pada wajah dan tubuhnya.
Arjuna mencintai semua keindahan. Perasaannya senantiasa halus dan hangat. Karena
kehalusannya Arjuna jadi sulit mengatakan ‘tidak’. Ini yang mengesankan Arjuna
lemah. Padahal maksud Arjuna tidak mau menyakiti orang lain.”(Ning ; 1984 :
45).
Para siswa mungkin aja ingin mencatat kata-kata di atas beserta
batasan-batasannya dalam buku catatan mereka. Ini upaya yang sangat baik.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa Koran merupakan bagian satra kita
masa kini, menyajikan bahan-bahan berharga bagi pertumbuhan kosakata dan
keterampilan membaca. Setiap hari setiap Koran mencetak beribu-ribu kata, ada
yang mudah dan ada pula yang sukar dipahami. Koran-koran ditanah air kita ini
turut bertanggung jawab terhadap kebanyakan kata-kata baru yang muncul dalam
bahasa kebangsaan kita, bahasa Indonesia. Reporter-reporter atau
wartawan-wartawan surat kabar kerap kali menciptakan kata-kata karena mereka
membutuhkan kata-kata yang singkat, padat, menuju sasaran, lugas, hidup, jelas
seperti keadaan yang sebenarnya.
Para siswa dapat memperkaya kosakata mereka dengan memperhatikan
cara para wartawan mempergunakan kata-kata. Kata-kata dalam surat kabar
terutama pada kepala berita, kerap kali mengandung cita rasa yang berbeda dari
yang terdapat dalam buku-buku. Karena kepala berita harus sesuai dengan ruangan
yang tertentu dan mengisahkan cerita dengan sekilas saja, maka para penulis
kepala berita mempergunakan kata-kata dan frase-frase yang singkat dan
bersemangat.
Contoh :
Icuk gunduli Morten F. Hansen 15-9,
15-4
Ratna Pradipta pecahkan rekornas
renang
Terpujilah wahai engkau ibu-bapak guru (Sinar Harapan 16-7-48).
Partai Komunis Tolak Duduk Dalam Kabinet Fabius
Analisis Buntut Ujian Sipenmaru
Pers Mengubah Bangsa (Sinar Harapan,20-7-48).
2.2
Asosiasi dalam Sastra
Dalam mempelajari kosakata peranan
asosiasi sangat penting. Guru dapat menjelaskan serta menunjukkan bahwa nama
orang tertentu membawa pula nama pasangannya ke dalam ingatan kita.
Demikianlah, kita jarang sekali melihat nama Romeo tanpa menginget Juliet,
dan sebaliknya. Dengan perkataan lain nama Romeo berasosiasi dengan Juliet.
Tergantung pada latar belakang dan
minat para siswa, sang guru dapat menyajikan satu atau dua tokoh sastra yang
berhubungan erat dan menyuruh para siswa mencari pasangan eratnya.
Pasangan-pasangan berikut ini terdapat dalam sastra Indonesia.
Tujuan utama pelajaran atau latihan
berikut ini adalah untuk menolong para sisa mengingat sebuah kata dengan
mengasosiasikan sebuah kata dengan yang lain.
Jawaban :
Daminah (1) Kalilah
dan_________________
Mariah (ii)
Tuti dan_____________________
Samsulbahri (iii) Siti Nurbaya dan_____________
Hanafi (iv) Corrie dan __________________
Max Havellaar (v) Multatuli
dan________________
Saleh (vi) Zubaidah dan_______________
Terkembang (vii) Layar______________________
Asuhan (viii) Salah _____________________
Nurbaya (ix) Siti_________________________
Setia (x)
Percobaan____________________
Jawaban :
Rindu (xi) Buah_____________________
Sunyi (xii) Nyanyi__________________
Mega (xiii)
Tebaran____________________
Permenungan (xiv) Percikan________________
Mega (xv)
Puspa___________________
Kelana (xvi) Madah____________________
Debu (xvi)
Deru Campur Debu___________
Takdir (xviii) Tiga Menguak_____________
Jelita (xix) Priangan si_________________
Arkidam (xx)Djante__________________________
Bumi (xxi)Antara
Langit dan_______________
Mira (xxii)Awal
dan______________________
Merpati (xxiii)Jinak-jinak______________________
Daerahnya (xxiv)Tifa Penyair dan_____________
Dunia (xxv)Dua_____________________
Kapal (xxvi)Pada sebuah________________
Butir-butir latihan ini dapat
ditambahai oleh sang guru sesuai tingkatan para siswa.
2.3
Kosakata Istilah Sastra
Penilaian terhadap sastra, baik yang
dibuat oleh para siswa ataupun yang diadakan oleh para kritikus profesional,
akan dapat lebih dipahami kalau para siswa telah terbiasa dengan kosakata
teknis kritik dan analisis sastra.
Butir-butir latihan berikut ini yang
berisikan beberapa istilah sastra agaknya dapat dipergunakan sebagain sarana diagnostic dan pengajaran sastra di
sekolah.
Latihan :
Pilihlah salah satu dari ketiga
kemungkinan jawaban pada setiap soal. Bubuhilah tanda X pada jawaban yang anda
pilih.
(i)
Sanjak adalah
a) _______ Prosa
b) _______ Persamaan bunyi
c) ___X___ Karangan pendek dengan bentuk tertentu
(seperti syair).
(ii)
Sastra adalah
a) X Karya kesenian yang diwujudkan dengan
bahasa (seperti prosa dan puisi yang indah-indah).
b) ________ cerita perjalanan
c) ________ artikel surat
kabar.
(iii)
Fabel
adalah
a) ________ cerita perjalanan
b) ________ cerita pahlawan
c) X cerita
pendek berupa dongeng, menggambarkan
watak dan budi manusia yang diibaratkan pada binatang.
(iv)
Alur adalah
a) X struktur gerak dalam suatu fiksi atau
dalam.
b) _______ awal cerita
c) _______ akhir cerita
(v)
Tema adalah
a) _______ ringkasan cerita
b) X gagasan utama atau pikiran pokok suatu
cerita
c) _______ judul cerita
(vi)
Majas
adalah
a) _______ persamaan bunyi
b) _______ prosa
c) X Kiasan, figurative language
(vii) Perumpamaan
adalah majas
a) _______ pertentangan
b) X perbandingan
c) _______ pertautan
(viii)
Personafikasi adalah majas
a) X yang meletakkan sifat –sifat insane kepada barang yang tidak bernyawa dan ide
yang abstrak
b) _______ penokohan,
karakterisasai
c) _______ penggunaan
dialog.
(ix)
Epik adalah
a) _______ sanjak
bebas
b) _______ talibun
c) X sanjak yang panjang, menceritakan perbuatan pahlawan
(x)
Elegi adalah
a) X sanjak pendek dan sedih
b) ________ sanjak
gembira
c) ________ sanjak
bebas
(xi)
Onomatope adalah
a) ________ sonata
b) ________ sanjak
bebas
c) X kata tiruan bunyi
(xii)
Aliterasi
adalah
a) ________ kata-kata
yang sama bunyinya
b) X kata-kata yang sama pada awal kata
c) ________ kata-kata
yang tak mengandung persamaan bunyi
(xiii)
Drama adalah
a) X hidup yang disajikan dalam gerak
b) _______ pertujukan
seni
c) _______ sendratari
(xiv)
Komedi adalah
a) _______ drama
yang berakhir dengan duka
b) X drama yang berakhir dengan suka
c) _______ drama
percintaan sejati
(xv)
Tragedi adalah
a) X drama yang berakhir dengan duka
b) _______ drama
yang berakhir dengan suka
c) _______ drama
percecokan suami istri.
Catatan:
Butir-butir latihan ini dapat
ditambahi oleh guru sesuai dengan tingkatan para siswa.
Oksimoron. Salah
satu saran kesastraan yang sering dipergunakan oleh para penulis untuk
memperoleh suatu efek adalah penggunaan majas oksimoron
Kata oksimoron
berasal dari bahasa Yunani dan diturunkan dari kata-katanOxys “tajam” dan moros
“bodoh; tolol” moron adalah kata yang ada hubungannya dengan moros itu. Jadi
suatu penggabungan kata-kata yang berlawanan makna seperti kegagalan dengan
berhasil, kekayaan dengan menyusahkan menghasilkan majas oksimoron.
Contoh:
Kaum pesimis yang penuh harapan
tepuk tangan yang menyedihkan
harta yang mencelakakan
musibah yang menguntungkan
kebodohan yang menyelamatkan
kepandaian orong tolol
sarjana goblok
kepahitan yang mengandung hikmah
kesepian yang mengguntur
wanita jantan
pria betina
tertawa masam
kegagalan yang bijaksana
cinta yang mengandung benci
kekuatan yang melemahkan
perusakan yang menyenangkan
penyamaran terbuka
ketenangan tergesa-gesa
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan membaca buku-buku tersebut maka para siswa tingkat SD dan
SMP memperoleh pengalaman yang menyenangkan dan juga keterampilan-keterampilan
kosakata. Para siswa belajar “membaca” gambar-gambar, mempertimbangkan
kata-kata, dan berfikir secara kritis.
Salah satu aspek penting dari aspek telaah kata dalam kaitannya
dengan perkembangan bahasa umum adalah asal-usul atau perkembangan kata-kata.
Dalam mempelajari kosakata peranan asosiasi sangat penting. Guru
dapat menjelaskan serta menunjukkan bahwa nama orang tertentu membawa pula nama
pasangannya ke dalam ingatan kita.
Penilaian terhadap sastra, baik yang
dibuat oleh para siswa ataupun yang diadakan oleh para kritikus profesional,
akan dapat lebih dipahami kalau para siswa telah terbiasa dengan kosakata
teknis kritik dan analisis sastra.
DAFTAR PUSTAKA
Poerdamarwinta;
W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN. Balai Pustaka.
Tarigan, Henry
Guntur. 1995. Pengajaran Semantik. Bandung: Penerbit Angkasa.
Tarigan, Henry
Guntur. 1994. Pengajaran Kosakata. Bandung: Penerbit Angkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar