Selasa, 20 Maret 2018

Hubungan antara sastra dan perkembangan kosakata


BAB I
PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang
Mungkin timbul pertanyaan di hati kita: Apa hubungan antara sastra dan perkembangan kosakata ? Haruslah kita sadari benar-benar bahwa membaca sastra dan pembangunan serta peningkatan kosakata. Hendaknya berjalan serentak. Yang satu bergantung pada yang lain; keduanya saling menunjang. Membaca barangkali merupakan salah satu faktor terpenting dalam menunjang pembangunan dan peningkatan kosakata yang ekstensif.
Memang hampir tidak ada orang yang membaca khusus sastra untuk membangun kosakata. Tapi harus disadari bahwa kita perlu kosakata yang memadai buat menikmati sastra sertamempelajari sesuatu dari dalamnya.perkenalan dengan sastra sudah jelas akan memperluas pengertian para siswabagi dunia dan pada hakekat manusia. Sang guru dapat juga secara tepat guna mempergunakan sastra untuk meunjukkan kepada para siswa untuk betapa pentingnya kata-kata, makannya yang beraneka macam, dan pentingnya majas atau gaya bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan memahami gagasan-gagasan.
Tidak jarang terjadi bahwa kesenangan membaca para siswa pudar karena kemiskinan kosakata yang dimilikinya. Setiap siswa mungkin saja memperoleh kesenangan dari bunyi bait sesuatu puisi karena dia merasakan ritme atau mendengar rimanya, namun penikmatan dan pemahamannya akan meningkat dan bertambah apabila dia juga dapat menemukan maksud dan tujuan sang penyair dalam menggunakan metafora, daya bayang, alegori sebagai suatu bagian terpadu dari pengubahan puisi tersebut.
Faktor yang paling penting tentang pembangunan dan peningkatan kosakata adalah pengalaman yang kaya. Kosakata kita merupakan gambaran dari pengalaman kita. Tetapi sebagai gambaran terhadap pengalaman-pengalaman tangan kita. Tetapi sebagai tambahan para siswa pun dituntut aneka ragam pengalaman tak langsung yang diperoleh dari orang lain melalui kegiatan-kegiatan menyimak, mengamati, dan membaca. Justru sastralah yang dapat menyajikan berbagai ragam pengalaman seperti itu. (Dale [et al]; 1971: 224).
Dalam membaca sastra, tidak jarang para siswa merasakan dan membayangkan bahwa dialah yang merupakan tokoh cerita. Oleh karena itu dia sangat asyik membaca karya-karya sastra itu. Dia ingin menikmati serta mengalami isi dan jalan cerita. Dia menambah karya sastranya dari karya satra itu. Penambahan pengalaman secara implisit turut pula memperkaya kosakatanya, dan sebaliknya.

1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa hubungan antara sastra dan perkembangan kosakata ?
1.2.2 Seberapa pentingkah Asosiasi dalam Sastra?
1.2.3 Bagaimana Kosakata dalam Istilah Sastra?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui dan memahami bahwa membaca sastra dan pengayaan kosakata hendaknya berjalan serentak;
1.3.2 Mengetahui bahwa umumnya, sastra anak-anak mencerminkan kehidupan; menyajikan kata-kata konteks natural;
1.3.3 Mengetahui bahwa aspek penting dari telaah kata dalam kaitannya dengan perkembangan bahasa umumn adalah asal usul kata atau sejarah kata;
1.3.4 Mengetahui bahwa perlunya perhatian dalam telaah kata; dan
1.3.5 mengetahui bahwa menandai atau menggarisbawahi kata-kata dalam buku pribadi sama sekali tak salah, malah berguna.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sastra dan Kosakata Anak-anak
Pada jaman dulu sastra anak-anak terutama sekali berisikan masalah-masalah keagamaan, tapi masa kini telah meliputi berbagai ragam pokok permasalahan. Satra anak-anak (dalam bahasa inggris) telah mencakup buku-buku standar seperti:
Cerita-cerita induk angsa oleh Charles Parraul.
Cerita-cerita dari shakespeare oleh Charles dan Mary Lamb.
Cerita-cerita dongeng Grimm dikumpulkan oleh Jacob Grimm.
Petualangan tom Sauyer oleh Mark Twain.
Daftar buku yang ditulis khusus buat anak-anak khusus buat anak-anak kian hari kian bertambah. Setiap penerbit besar di Indonesia telah turut memikirkan hal-hal seperti itu. Sebagai contoh kita lihat daftar buku Penerbit Angkasa 1984. Terlepas dari nilai sastra yang dikandung oleh setiap buku, maka pada tahun1984 telah diterbitkan kurang ± 50 buah buku bacaan anak-anak; antara lain:
(1) Minah Dan Imran Anak Yang Saleh oleh Samsudi
(2) Si Gembala Keledai oleh A.M. Almatsier
(3) Berburu oleh Wilson Nadeak
(4) Ibu Yang Bijaksana oleh Aske BA.
(5) Anak-Anak Pantai oleh Adhy Asmara dr.
Dengan membaca buku-buku tersebut maka para siswa tingkat SD dan SMP memperoleh pengalaman yang menyenangkan dan juga keterampilan-keterampilan kosakata. Para siswa belajar “membaca” gambar-gambar, mempertimbangkan kata-kata, dan berfikir secara kritis. Mereka memperoleh beberapa pengertian mengenai sifat dan hakikat manusia.
Para guru yang mengajarkan sastra anak-anak dengan penuh perasaan dan cekatan dapat menanamkan para siswa pada kata-kata dan kenikmatan dalam membaca, yang akan tetap menjadi milik mereka sampai sekolah tingkat atas bahkan sampai perguruan tinggi kelak.
Membaca sastra dengan berencana dapat menolong para remaja kearah dengan berencana dapat menolong para remaja kearah pengertian yang lebih baik terhadap teman-teman sekelas mereka tanpa menghiraukan perbedaan-perbedaan suku danlatar belakang mereka. Melalui membaca sastra anak-anak dapat belajar betapa pentingnya menghargai nilai-nilai seseorang dalam menghadapi beraneka ragam rintangan dalam kehidupan.
Pada umumnya, sastra anak-anak mencerminkan kehidupan. Sastra itu menyajikan kata-kata yang diucapkan atau dipergunakan beraneka ragam tokoh dalam beraneka ragam situasi, dan yang paling penting adalah bahwa sastra menyajikan kata-kata bukan dalam konteks buatan tetapi dalam konteks alamiah, bukan dalam konteks artifisial tetapi dalam konteks natural.
Demikian para guru sekolah dasar dapat memanfaatkan berbagai cara untuk memahami penggunaan kosakata yang efektif dari buku-buku sastra. Guru dapat mencatat frase-frase yang dipergunakan oleh tokoh-tokoh tertentu. Sebagai contoh, kita terangkan dibawah ini beberapa penggunaan kata-kata imajinatif dari cerita pendek karya Urib Jalal Abduh:
            Karene tergiur oleh cerita
            Kami memang bisa menikmati impian itu
            Membuang jauh-jauh yang bernama harga diri
            Prinsip kami adalah hidup untuk makan
            Kami sampah masyarakat
            Tidak memiliki gairah hidup
(Sinar Harapan Minggu, 15 Juli 1984)
Atau dari sajak karya Acep Zamzam Noor, berikut ini:
            Telanjang berbeban sunyi
Senyum yang bermain di ujung firmanmu
            Memintal rindu
Meniti hari-hari usia
Aku tersalib kata-kata
(S.H.M, 15 Juli 1984).
Salah satu aspek penting dari aspek telaah kata dalam kaitannya dengan perkembangan bahasa umum adalah asal-usul atau perkembangan kata-kata. Sejarah kata kerap kali memberi daya tarik membaca siswa pada usia muda. Barang kali cara yang paling produktif untuk memahami telaah asal-usul kata para siswa sekolah dasar, sebagai satu tehnik pembangunan kosakata dan keadaan krisis mengenai hal yang dibaca, adalah melalui telaah sastra anak-anak.
Guru kelas 5 dan kelas 6 Sekolah Dasar dapat membacakan dengan jelas di muka kelas beberapa sajak karya para pujangga kita dan kemudian menyuruh anak-anak menganalisis kosakatanya. Misalnya sajak Sanusi Pane berikut ini:
Teratai
            Kepada Ki Hadjar Dewantara
            Dalam kebun di tanahairku
            Tumbuh sekuntum bunga teratai
            Tidak terlihat orang yang lalu
            Tersembunyi kembang indah permai
            Akar tumbuh di hati dunia
            Daun bersemi laksmi mengarang
            Biarpun ia diabaikan orang
            Seroja kembang gemilang mulia
Teruslah, O Teratai Bahagia
Berserilah di kebun Indonesia
Biar sedikit penjaga taman
            Biar engkau tidak terlihat
Biar egkau tidak diminat
            Engkaupun turut menjaga jaman.
                                                                                    (Sanusi Pane)


Dari sajak di atas anak-anak disuruh menerangkan makna kata-kata:
            Tanah air                     Gemilang
            Sekuntum                    Mulia
            Kembang                     Berseri
            Indah permai               Tanaman
            Di hati dunia               Tidak diminati
            Bersemi                       Turut
            Laksmi                                    Menjaga
            Diabaikan                    Jaman

Apabila anak-anak mendapat kesulitan maka tang guru memberi bimbingan. Sebaiknya kata-kata di atas dipakai pula dalam kalimat buatan anak-anak sendiri agar makna kata itu bertambah mantap bagi mereka.
Walaupun tujuan pokok pembacaan sajak itu bukanlah bagian telaah kata tetapi bagian penikmatan dan makna, namun kata-kata kunci atau kata-kata penting dalam puisi-puisi tertentu dapat dipilih sebagai bahan diskusi, baik mengenai makna ataupun mengenai asal-usulnya.
Sang guru dapat pula mempergunakan cerita-cerita sastra sebagai titik tolak telaah asal-usul kata. Cerita-cerita yang singkat dan asli dapat dipergunakan oleh anak-anak sebagai bahan latihan dalam penciptaan kata-kata baru atau menyajikan asal usul yang aneh dari kata-kata yang telah umum dipakai masyarakat. Disamping itu guru dapat menerangkan bahwa banyak kata Indonesia yang berasal dari bahasa asing; misalnya :
Belanda      : buku, sekolah, kantor
Arab           : ilmu, kitab, hakim
Portugis      : lemari, kemeja,  gereja
Sansekerta  : putra, pahala, bahasa
Cina            : taoge, taoco, taoke, ;dan lain-lain
Kamus yang baik biasanya member petunjuk akan hal ini.


Harus pula kita sadari benar-benar bahwa bidang asal-usul kata ini cukup luas untuk dikaitkan dengan setiap bidang studi. Dalam hubungannya dengan sastra anak-anak, maka sejumlah telaah kata dapat dilakukan secara spontan, apabila sang guru telah membuat persiapan yang baik untuk itu.
Akan tetapi ada dua hal penting yang perlu diperhatikan demi berhasilnya telaah sejarah kata dikelas-kelas rendah, yaitu:
(i)        Anak-anak haruslah diikut sertakan atau berperan serta secara pribadi, menerima kesan, menganjurkan, member sumbangan, mengadakan experiment atau percobaan mengenai sejarah atau asal-usul kata (yang sesuai dengan tingkatan mereka), dan dengan cara demikian dapat melihat hubungan sejarah kata dengan kehidupan mereka sehari-hari. Tujuan ini akan tercapai kalau guru mendorong anak-anak mempergunakan kata-kata kunci yang ditelaah dalam diskusi dan konversasi (misalnya AMD adalah singkatan dari Abri Masuk Desa; dan ABRI adalah singkatan dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia).
(ii)      Sang guru haruslah bertindak sebagai seorang ahli mengenai kata-kata, maknanya dan asal-usulnya dalam kaitannya dengan perkembangan bahasa secara umum. Dengan demikian guru haruslah menjadi seorang yang “sadar kata,” kata-kata “baru” yang akan didiskusikan. Sang guru haruslah mempunyai pengetahuan siap Yng memadai mengenai informasi latar belakang yang secukupnya untuk membangkitkan minat anak didiknya terhadap prosa atau puisi yang turut memperkaya pengetahuan mereka mengenai makna dan asal-usul kata-kata (Dale [et al] ; 1971 : 247).
Dalam pembicaraan di muka telah kita utarakan bahwa pertumbuhan kosakata dapat dicapai dengan pengalaman-pengalaman yang kaya, dengan konversasi atau percakapan, dengan banyak membaca beraneka ragam karya sastra, dan dengan studi yang bersistem atau telaah yang sistematis. Salah satu bagian dari telaah yang sistematis ini hendaknya diarahkan kepada cara-cara pengembangan suatu sistem pengarsipan untuk mengingat dan mendapatkan kembali kata-kata.
Dewasa ini banyak siswa membeli buku-buku bacaan sastra, atau menjadi anggota sesuatau perpustakaan ataupun kelompok penggemar buku sastra. Untuk menolong para siswa menjadi orang yang lebih “sadar kata”, maka sang guru haruslah mendorong mereka untuk menggaris bawahi kata-kata baru atau kata-kata yang belum biasa yang mereka temui pada saat mereka membaca buku-buku tersebut. Kepada anak-anak harus ditanamkan kesadaran bahwa “buku pribadi yang penuh tanda-tanda atau coret-coret bukanlah buku yang jelek”. Justru tanda-tanda atau coretan-coretan itu membuat buku itu jauh lebih bermanfaat.
Dalam menggarisbawahi kata-kata baru atau kata-kata asing dalam bacaan, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, antara lain :
(i)     Kalau kata itu merupakan kata kunci (Key word), maka kata tersebut dapat ditemui berkali-kali. Para siswa hendaknya waspada akan hal itu dan tidak meloncatinya atau tidak mengabaikannya begitu saja.
(ii)   Para calon siswa menjadi sadar akan kata-kata yang diberi tanda dan cara mengejanya.
(iii) Para siswa menjadi merasa kurang enak kalau dia meloncati sesuatu kata sulit tanpa mencoba dengan cepat menduga atau mengira-ngira maknanya.
(iv) Para siswa mengadakan suatu keputusan apakah suatu kata tertentu perlu dipelajari atau tidak.
(v)   Para siswa akan menyadari betapa banyaknya kata penting yang belum diketahuinya.
(vi) Para siswa akan menyadari bahwa telaah kata merupakan suatu hal yang menarik dan sangat berharga ; lebih merupakan suatu tantangan tinimbang suatu tugas. (Dale [et al] ; 1971 : 248).
Betapa pentingnya menandai sesuatu buku tidak perlu diragukan lagi. Bagi para pembaca yang ingin mempelajari serta mengetahui hal itu secara lebih terperinci, kami anjurkan membaca karya Mortimer J. Adler yang berjudul “Haw to Mark a Book”. (Bagaiman cara Menandai buku) yang dimuat dalam The Saturday Review of Literature. Rangkuman artikel ini dimuat juga dalam karya Henry Guntur Tarigan “Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa” yang diterbitkan oleh Penerbit Angkasa Bandung. (Tarigan ; 1938 : 47-53).
Para siswa tentu saja dapat meningkatkan keterampilan kosakata mereka secara efektif dengan cara banyak membaca majalah, termasuk majalah sekolah. Banyak majalah yang berisi permainan-permainan telaah kata yang menarik dan kuis-kuis yang menarik serta menantang. Kata-kata dapat diambil dari artikel-artikel bagi maksud-maksud yang berkaitan dengan batasan, memperhatikan konstruksi kata dan ejaannya, serta menentukan penggunaannya dalam konteks artikel tersebut.
Salah satu cara untuk memperluas cakrawala baca para siswa adalah dengan jalan memperkaya kosakata mereka. Guru dan para siswa dapat membaca sekilas koran-koran dan majalah-majalah mutakhir untuk mendapatkan batasan-batasan atau penjelasan-penjelasan mengenai kata-kata baru atau kata-kata asing yang sering dipakai sekarang ini dalam masalah-masalah dalam negeri, ilmiah, serta dalam hubungan-hubungan nasional dan internasioanal.
Dari guntingan Koran, misalnya, para siswa dapat mempelajari bahwa beberapa ilmuan percaya astronaut Apollo 11 telah menemukan biotite (sejenis mika) di bulan. Biotite adalah sebuah istilah berdasarkan nama Jean Biot, seorang mineralogy Prancis. Begitu juga para siswa dapat mengetahui bahwa Satelit Palapa mendapat nama berdasarkan “Sumpah Majapahit Gajah Mada (1331), diucapkan di paseban istana Ratu Tribhuana (1329 – 1350) “tanamukti palapa” (tak akan menikmati Tantrisme) sebelum menaklukkan dan mempersatukan daerah-daerah Nusantara” (Shadily [ed] ; 1984 : 2522).
Dari artikel majalah, para siswa dapat memperoleh penjelasan bahwa sinar laser dapat mengirim tanda atau sinyal ke bumi dari bulan. Guru dapat membaca dari suatu artikel yang menjelaskan bahwa laser adalah sebuah akronim yang dibentuk dari kata-kata Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation. Begitu pula para siswa dapat memperoleh keterangan atau penjelasan singkat bahwa “Nama Arjuna diambil dari kata jun yang berarti jambangan. Benda ini merupakan simbol ‘jiwa yang jernih’. Arjuna memang berjiwa jernih dan bersih. Banyak wanita yang tergila-gila padanya. Kejernihan jiwa Arjuna terpantul pada wajah dan tubuhnya. Arjuna mencintai semua keindahan. Perasaannya senantiasa halus dan hangat. Karena kehalusannya Arjuna jadi sulit mengatakan ‘tidak’. Ini yang mengesankan Arjuna lemah. Padahal maksud Arjuna tidak mau menyakiti orang lain.”(Ning ; 1984 : 45).
Para siswa mungkin aja ingin mencatat kata-kata di atas beserta batasan-batasannya dalam buku catatan mereka. Ini upaya yang sangat baik.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa Koran merupakan bagian satra kita masa kini, menyajikan bahan-bahan berharga bagi pertumbuhan kosakata dan keterampilan membaca. Setiap hari setiap Koran mencetak beribu-ribu kata, ada yang mudah dan ada pula yang sukar dipahami. Koran-koran ditanah air kita ini turut bertanggung jawab terhadap kebanyakan kata-kata baru yang muncul dalam bahasa kebangsaan kita, bahasa Indonesia. Reporter-reporter atau wartawan-wartawan surat kabar kerap kali menciptakan kata-kata karena mereka membutuhkan kata-kata yang singkat, padat, menuju sasaran, lugas, hidup, jelas seperti keadaan yang sebenarnya.
Para siswa dapat memperkaya kosakata mereka dengan memperhatikan cara para wartawan mempergunakan kata-kata. Kata-kata dalam surat kabar terutama pada kepala berita, kerap kali mengandung cita rasa yang berbeda dari yang terdapat dalam buku-buku. Karena kepala berita harus sesuai dengan ruangan yang tertentu dan mengisahkan cerita dengan sekilas saja, maka para penulis kepala berita mempergunakan kata-kata dan frase-frase yang singkat dan bersemangat.
Contoh :
Icuk gunduli Morten F. Hansen 15-9, 15-4
Ratna Pradipta pecahkan rekornas renang
Terpujilah wahai engkau ibu-bapak guru (Sinar Harapan 16-7-48).
Partai Komunis Tolak Duduk Dalam Kabinet Fabius
Analisis Buntut Ujian Sipenmaru
Pers Mengubah Bangsa (Sinar Harapan,20-7-48).
2.2 Asosiasi dalam Sastra
Dalam mempelajari kosakata peranan asosiasi sangat penting. Guru dapat menjelaskan serta menunjukkan bahwa nama orang tertentu membawa pula nama pasangannya ke dalam ingatan kita. Demikianlah, kita jarang sekali melihat nama Romeo tanpa menginget Juliet, dan sebaliknya. Dengan perkataan lain nama Romeo berasosiasi dengan Juliet.
Tergantung pada latar belakang dan minat para siswa, sang guru dapat menyajikan satu atau dua tokoh sastra yang berhubungan erat dan menyuruh para siswa mencari pasangan eratnya. Pasangan-pasangan berikut ini terdapat dalam sastra Indonesia.
Tujuan utama pelajaran atau latihan berikut ini adalah untuk menolong para sisa mengingat sebuah kata dengan mengasosiasikan sebuah kata dengan yang lain.
Jawaban :
            Daminah                      (1)  Kalilah dan_________________
            Mariah                         (ii)  Tuti dan_____________________
            Samsulbahri                 (iii) Siti Nurbaya dan_____________
            Hanafi                         (iv) Corrie dan __________________
            Max Havellaar             (v)  Multatuli dan________________
             Saleh                          (vi)  Zubaidah dan_______________
            Terkembang                (vii) Layar______________________
            Asuhan                        (viii) Salah _____________________
            Nurbaya                      (ix) Siti_________________________
            Setia                            (x)  Percobaan____________________

Jawaban :
            Rindu                          (xi) Buah_____________________  
            Sunyi                           (xii) Nyanyi__________________
            Mega                           (xiii) Tebaran____________________
            Permenungan              (xiv) Percikan________________
            Mega                           (xv) Puspa___________________
            Kelana                         (xvi) Madah____________________
            Debu                           (xvi) Deru Campur Debu___________
            Takdir                          (xviii) Tiga Menguak_____________
            Jelita                            (xix) Priangan si_________________
            Arkidam                      (xx)Djante__________________________
            Bumi                           (xxi)Antara Langit dan_______________
            Mira                             (xxii)Awal dan______________________
            Merpati                        (xxiii)Jinak-jinak______________________
            Daerahnya                   (xxiv)Tifa Penyair dan_____________
            Dunia                          (xxv)Dua_____________________
            Kapal                           (xxvi)Pada sebuah________________

Butir-butir latihan ini dapat ditambahai oleh sang guru sesuai tingkatan para siswa.

2.3 Kosakata Istilah Sastra
Penilaian terhadap sastra, baik yang dibuat oleh para siswa ataupun yang diadakan oleh para kritikus profesional, akan dapat lebih dipahami kalau para siswa telah terbiasa dengan kosakata teknis kritik dan analisis sastra.
Butir-butir latihan berikut ini yang berisikan beberapa istilah sastra agaknya dapat dipergunakan sebagain  sarana diagnostic dan pengajaran sastra di sekolah.
Latihan :
Pilihlah salah satu dari ketiga kemungkinan jawaban pada setiap soal. Bubuhilah tanda X pada jawaban yang anda pilih.
(i)        Sanjak adalah 
a)  _______   Prosa
b)  _______   Persamaan bunyi
c)  ___X___  Karangan pendek dengan bentuk tertentu (seperti  syair).


(ii)      Sastra adalah                                   
a)        X        Karya kesenian yang diwujudkan dengan bahasa (seperti prosa dan puisi yang indah-indah).
b) ________  cerita perjalanan
c) ________  artikel surat kabar.
(iii)    Fabel adalah                        
a) ________  cerita perjalanan
b) ________  cerita pahlawan
c)          X      cerita pendek berupa dongeng,  menggambarkan watak dan budi manusia yang diibaratkan pada binatang.
(iv)    Alur adalah                          
a)         X       struktur gerak dalam suatu fiksi atau dalam.
b) _______    awal cerita
c) _______    akhir cerita
(v)      Tema adalah                        
a) _______    ringkasan cerita
b)         X      gagasan utama atau pikiran pokok suatu cerita
c) _______    judul cerita
(vi)    Majas adalah                        
a) _______    persamaan bunyi
b) _______    prosa
c)         X       Kiasan, figurative language
(vii)  Perumpamaan adalah majas
a) _______    pertentangan
b)         X       perbandingan
c) _______    pertautan
(viii)         Personafikasi adalah majas          
a)   X         yang meletakkan sifat –sifat insane    kepada barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak            
b) _______            penokohan, karakterisasai
c) _______            penggunaan dialog.
(ix)             Epik adalah                                  
a) _______            sanjak bebas
b) _______            talibun
c)     X       sanjak yang panjang, menceritakan    perbuatan pahlawan
(x)               Elegi adalah                                 
a)     X       sanjak pendek dan sedih
b) ________          sanjak gembira
c) ________          sanjak bebas
(xi)             Onomatope adalah                       
a) ________          sonata
b) ________          sanjak bebas
c)     X       kata tiruan bunyi
(xii)           Aliterasi adalah                            
a) ________          kata-kata yang sama bunyinya
b)     X       kata-kata yang sama pada awal kata
c) ________          kata-kata yang tak mengandung persamaan bunyi
(xiii)         Drama adalah                              
a)     X       hidup yang disajikan dalam gerak
b) _______            pertujukan seni
c) _______            sendratari
(xiv)         Komedi adalah                             
a) _______            drama yang berakhir dengan duka
b)     X       drama yang berakhir dengan suka
c) _______            drama percintaan sejati
(xv)           Tragedi adalah                             
a)     X       drama yang berakhir dengan duka
b) _______            drama yang berakhir dengan suka
c) _______            drama percecokan suami istri.
Catatan:
Butir-butir latihan ini dapat ditambahi oleh guru sesuai dengan tingkatan para siswa.
Oksimoron. Salah satu saran kesastraan yang sering dipergunakan oleh para penulis untuk memperoleh suatu efek adalah penggunaan majas oksimoron
Kata oksimoron berasal dari bahasa Yunani dan diturunkan dari kata-katanOxys “tajam” dan moros “bodoh; tolol” moron adalah kata yang ada hubungannya dengan moros itu. Jadi suatu penggabungan kata-kata yang berlawanan makna seperti kegagalan dengan berhasil, kekayaan dengan menyusahkan menghasilkan majas oksimoron.
Contoh:
Kaum pesimis yang penuh harapan
tepuk tangan yang menyedihkan
harta yang mencelakakan
musibah yang menguntungkan
kebodohan yang menyelamatkan
kepandaian orong tolol
sarjana goblok
kepahitan yang mengandung hikmah
kesepian yang mengguntur
wanita jantan
pria betina
tertawa masam
kegagalan yang bijaksana
cinta yang mengandung benci
kekuatan yang melemahkan
perusakan yang menyenangkan
penyamaran terbuka
ketenangan tergesa-gesa




BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dengan membaca buku-buku tersebut maka para siswa tingkat SD dan SMP memperoleh pengalaman yang menyenangkan dan juga keterampilan-keterampilan kosakata. Para siswa belajar “membaca” gambar-gambar, mempertimbangkan kata-kata, dan berfikir secara kritis.
Salah satu aspek penting dari aspek telaah kata dalam kaitannya dengan perkembangan bahasa umum adalah asal-usul atau perkembangan kata-kata.
Dalam mempelajari kosakata peranan asosiasi sangat penting. Guru dapat menjelaskan serta menunjukkan bahwa nama orang tertentu membawa pula nama pasangannya ke dalam ingatan kita.
Penilaian terhadap sastra, baik yang dibuat oleh para siswa ataupun yang diadakan oleh para kritikus profesional, akan dapat lebih dipahami kalau para siswa telah terbiasa dengan kosakata teknis kritik dan analisis sastra.




DAFTAR PUSTAKA

Poerdamarwinta; W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN. Balai Pustaka.
Tarigan, Henry Guntur. 1995. Pengajaran Semantik. Bandung: Penerbit Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1994. Pengajaran Kosakata. Bandung: Penerbit Angkasa.

Tidak ada komentar:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda