BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dalam kehidupan ini setiap individu
memiliki pemikiran dan pemahaman yang berbeda. Supaya tidak terjadi kesalah
pahaman dalam memahami suatu maka setiap orang membutuhkan definisi yang
menjelaskan suatu istilah. Seperti halnya seorang ilmuwan yang dituntut untuk
mampu membuat suatu definisi dari setiap konsep dan mampu bernalar dengan baik.
Meskipun disadari, definisi belum mampu menampilkan sesuatu dengan sempurna
sesuai dengan pengertian yang dikandungnya.
Definisi merupakan unsur atau bagian
dari ilmu pengetahuan yang merumuskan dengan singkat dan tepat mengenai objek
atau masalah. Definisi sangat penting bagi seseorang yang menginginkan untuk
sanggup berfikir dengan baik, membuat definisi terlebih dahulu bukanlah hal
yang memperpanjang persoalan tetapi justru membuktikan pendidikan seseorang
bahwa ia tahu kerangka masalahnya.
Dalam makalah ini akan dibahas lebih
lanjut mengenai apa itu definisi, unsur-unsur definisi, patokan membuat
definisi.
1.2 Rumusan
Materi
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan materi yang kami
bahas adalah:
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan definisi?
1.2.2 Apa saja macam-macam definisi?
1.2.3 Bagaimana patokan-patokan dalam membuat definisi?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan makalah ini adalah:
1.3.1 Dapat mengetahui pengertian dari definisi?
1.3.2 Dapat mengetahui macam-macam definisi?
1.3.3 Dapat mengetahui cara membuat
patokan-patokan dalam membuat definisi?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Definisi
Kata definisi berasal dari bahasa Latin Definitio. Kata
dasar Definitio adalah Finish yang berarti batas. Definisi
secara sederhana dengan demikian dapat diartikan sebagai batasan atau pembatas
yang bertugas menentukan batas sebuah konsep (pengertian) secara tepat, jelas,
dan singkat.
Definisi adalah pengetahuan yang
kita butuhkan. dalam kehidupan ilmiah maupun kehidupan sehari–hari banyak
berurusan dengan definisi. sebuah definisi yang baik sudah tentu harus
mencerminkan rumusan yang jelas, singkat, dan lengkap: mencakup semua unsur
mengenai semua soal yang hendak didefinisikan. Definisi pun bertugas membatasi
suatu pengertian yang jelas, singkat, dan padat naka definisi itu mau tak mau
harus mampu membedakan sebuah pengertian dari pengertian sebelumnya. Dalam
setiap definisi, ada dua hal yang harus kita perhatikan, yakni tentang apa yang
hendak didefinisikan (definiendum) dan uraian yang menjelaskan apa yang
didefinisikan itu yang biasa disebut definien. Sebuah definiendum terdiri
dari satu atau dua kata, sedangkan definiens terdiri dari beberapa
kata yang membentuk sebuah kalimat.
Contoh: Segitiga adalah tiga buah
garis lurus yang membentuk sebuah bidang datar dan tiga buah sudut. Segitiga
disini adalah definiendum, dan tiga buah garis lurus yang membentuk
sebuah bidang datar dan tiga buah sudut adalah definiensnya.
Definisinya pada dasarnya bertujuan
menjelaskan pengertia secara jelas, tepat dan lengkap. Ada beberapa kata yang
tidak dapat kita beri definisi. Pertama adalah kata yang tidak dapat kita temukan
generanya, maksudnya tidak bias kita masukkan ke dalam kelompok nama umum apa.
Kedua adalah kata yang tidak dapat ditemukan differentiannya. Kenyataan mental
yang sederhana seperti: marah, benci, senang, kesal, senang dan sebagainya,
tidak mungkin kita beri definisi, demikian pula penangkapan indera atas obyek
yang sedehana seperti kuning, hijua, halus, kasar, wangi dan sebagainya.
Mendefinisi adalah menyebut
sekelompok kerakteristik suatu kata sehingga kita dapat mengetahui
pengertiannya serta dapat membedakan kata lain yang menujuk objek yang lain
pula. karakteristik itu tidak lain adalah genera (jenis) dan differentia (sifat
pembeda). Jadi mendefinisi suatu kata adalah menganalisis jenis dan sifat
pembeda yang dikandungnya.
Term khusus dan nama unik juga term
yang prkatis tidak bias diberi definisi, karena memiliki sifat kesendirian,
yang tidak terbatas, sehingga tidak mudah ditemukan sifat pembedanya.
2.2 Macam-macam
Definisi
Secara garis besar definisi dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yakni definisi nominal dan definisi real (Ihromi,
1987). Definisi nominal merupakan definisi yang dirumuskan menurut katanya, dan
berusaha menjelaskan definiendum dengan cara menguraikan menurut
katanya. Ia kurang akurat dibandingkan dengan definisi real yang biasanya
digunakan secara ilmiah.
2.2.1 Definisi nominal
Definisi nominal adalah menjelaskan
sebuah kata dengan kata lain yang lebih umum dimengerti jadi sekedar
menjelaskan kata sebagai tanda bukan menjelaskan hal yang ditandai misalnya:
Nirwana adalah surga definisi nominalis terutama dipakai pada permulaan suatu
pembicaraan, diskusi, perdebatan, dengan maksud menunjukkan apa yang menjadi
pokok pembicaraan, diskusi maupun perdebatan. Definisi terdiri dari beberapa
jenis.
A. Definisi Stipulatif
Definisi ini digunakan bila kita
bermaksud memperkenalkan sebuah kata atau term baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Semua definisi stipulatif tidak selalu mencerminkan persamaan antara definiendum dan definiensnya.
Oleh karena itu, tidak mungkin kita menyatakan bahwa definisi stipiulatif
bersifat benar atau salah dan memberikan nama dengan kesepakatan.
Contoh: kata atau term “sarjana”
dalam masyarakat Jawa kuno diartikan seseorang yang memiliki keahlian yang luar
biasa. Padahal kata itu tidak demikian halnya. Sarjana sekaranga diartikan
sebagai seseorang yang telah menyelesaikan salah satu jenjang pendidikan di
perguiruan tinggi, tanpa mempersoalkan lagi apakah benar orang itu memiliki
keahlian yang luar biasa atau tidak. Ia dengan kata lain tetap seorang sarjana.
B. Definisi Etimologis
Definisi yang berusaha menjelaskandefiniendum dengan
cara menelusuri asal usul katanya. Pengertian “lokomotif” misalnya bisa
didefinisikan dari kata “movere” yang berarti yang menggerakkan atau
didefinisikan sebagai suatu benda yang dapat bergerak dari suatu tempat ke tempat
lain.
C. Definisi Lesikal
Definisi yang beruaha
menjelaskan definiendum dengan cara mengacu pada kamus tertentu. Jadi,
definisi lesikal ini tidak dimaksudkan untuk mendefinisikan sebuah kata atau
term baru yang belum dikenal melainkan sekedar untuk melaporkan arti dari
kata atau term baru tersebut sebagaimana telah dijelaskan dalam kamus. Definisi
lesikal ini belum cukup untuk memberikan penjelasan yang bersifat ilmiah.
D. Definisi yang bersifat Sinonim
Dalam definisi yang menggunakan
sinonim ini, definiendum berusaha dijelaskan dengan menggunakan
sinonim atau paduan kata yang sesuai. Mengingat keterbatasan kosa kata
seseorang, maka perlu kiranya dalam sebuah uraian kita memberikan sinonim
bagi kata–kata yang tampaknya kurang dikenal secara umum.
Contoh: bila kita menggunakan kata
“prediksi” sebagai salah satu kata yang tidak lazim digunakan dalam bahasa
Indonesia, sebaiknya kita cantumkan sinonimnya, yaitu “ramalan” atau “perkiraan”.
E. Definisi Sematis
Definisi sematis yaitu penjelasan
tanda dengan suatu arti yang telah dikenal, misalnya tanda.
=> berarti:
jika.............maka............
<=> berarti: bila dan hanya bila
F. Definisi Denotatif
Definisi denotatif yaitu penjelasan
term dengan cara menunjukkan atau memberikan contoh suatu benda yang termasuk
dalam cakupan term, misalnya: tanaman adalah seperti jagung, padi, kedelai, dan
sebangsanya.
Definisi seperti ini ada 2 macam yaitu:
a. Definisi Ostentik, yaitu
memberikan batasan sesuatu dengan memberikan contoh, misalnya definisi apakah
itu batu kerikil, dengan mengambil batu kerikil dan kemudian berkata “inilah
batu kerikil”.
b. Definisi Enumeratif, yaitu:
memberikan batasan suatu term dengan memberikan perincian satu demi satu secara
lengkap mengenai hal-hal yang termasuk dalam cakupan term tersebut. Misalnya:
provinsi di Indonesia adalah Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa
Barat, dan seterusnya sampai terakhir Timor-Timor.
Setelah kita ketahui berbagai
definisi nominal di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi nominal memang cukup
banyak membantu tetapi bantuan tersebut masih bersifat sementara, dan tidak
bersifat ilmiah. Oleh karena itu, masih perlu untuk menyusun definisi lain yang
bias mengungkakan unsur hakikat tersebut, yakni definisi real.
2.2.2 Definisi Real
Definisi real dianggap mampu
mengeungkapkan hal atau benda yang didefinisikan sevara nyata. Dalam definisi
real disajikan unsur–unsur atau ciri–ciri realitas yang didefinisikan secara
hakikat. Dalam membuat definisi real selalu melalui dua langkah. Pertama, menyatakan
ciri atau unsur yang merupakan realitas tertentu dengan realitas lainnya dalam
jenis terdekat. Kedua, menyatakan unsur atau ciri yang membedakan realitas
tertentu dengan realitas lainnya. Dalam definisi real terdapat beberapa
definisi, yaitu definisi hakiki, definisi diskriptif, definisi yang
menunjukkan (tujuan) dan definisi yang menjelaskan sebab musabab (Ihromi,
1987).
A. Definisi Hakiki dan Definisi Esensial
Bermaksud menunjukkan esensi realitas
yang didefinisikannya. Esensi sebuah realitas merupakan pengertian yang abstrak
sifatnya, yang didalamnya terkandung unsur–unsur pokok yang sangat diperlukan
untuk memahami golongan atau spesies yang lainnya. Definisi hakikat ini tersusun
dari jenis yang terdekat (genus proximum) dan perbedaan
sepesifik (diferentia specipice). Yang dimaksud dengan genus adalah setiap
pengertian yang menyatakan hanya sebagian dari keseluruhan hakikat realitas. Artinya,
pengertian tersebut belum menyatakan hakikat realitas secara utuh.
Contoh: “binatang” bertulang
belakang merupakan sebagian hakikat kera. Adapun yang dimaksud dengan spesies
(golongan) adalah setiap pengertian yang dapat dikenakan kepada bawahan genus,
sedangkan perbedaan spesifik adalah sebuah pengertian yang berfungsi membedakan
golongan (spesies) dari jenis (genus). Definisi hakikat atau definsi esensial itu
menjelaskan definiendum secara jelas.
B. Definisi deskriptif
Definisi ini berusaha menggambarkan
sifat–sifat yang melekat pada realitas yang didefinisikan. Misalnya, “bunga
bangkai” didefinisikan sebagi bunga yang mengeluarkan bau yang kurang sedap,
berukuran garis tengah antara sekian sentimeter sampai sekian sentimeter,
tumbuh di hutan yang berketinggian sekian meter dari pemukaan laut.
C. Definisi maksud (tujuan)
Definisi ini di buat dengan sasaran
agar dapat dipakai untuk menjelaskan mengapa sebuah benda atau realitas
diciptakan. Misalnya: “computer” didefinisikan sebagai alat yang dipakai untuk
menyimpan, mengalah, dan memproses data. Jadi, benda yang bernama computer
merupakan benda yang diciptakan dengan maksud dan tujuan tertentu .
D. Definisi Sebab Musabab.
Definisi ini sebenarnya sama dengan
definisi maksud atau tujuan. Dalam definisi sebab musaba (terjadi sebuah
realitas) ditentukan apa atau faktor – faktor apa yang menjadi penyebab
penunjang, serta mengapa realitas tersebut terjadi.
Contoh: seorang ahli ekonomi ingin
menjelaskan secara sedehana kepada masyarakat yang berpendidikan rendah tentang
apa yang dimaksud dengan “inflasi”. Sudah tentu ia tidak mungkin memberikan
definisi inflasi berdasarkan ilmu ekonomi yang canggih. Oleh karena itu, ia
mendefinisikan inflasi dengan terlebih dahulu menelusuri faktor–faktor utama
yang menyebabkan terjadinya inflasi itu disertai dengan faktor–faktor penunjang
belangsungnya inflasi tersebut.
2.3 PATOKAN
MEMBUAT DEFINISI
Agar membuat definisi terhindar dari
kekeliruan perlu kita perhatikan petokan berikut:
a. Definisi tidak boleh lebih luas atau lebih sempit dari konotasi
kaya yang didefinisikan.
Definisi yang terlalu luas misalnya:
Ø Merpati adalah burung yang dapat terbang cepat.
(Banyak burung
yang dapat terbang cepat bukan merpati).
Definisi
yang terlalu sempit misalnya:
Ø Kursi adalah tempat duduk yang dibuat dari kayu bersandara, dan
berkaki.
(Banyak juga
kursi yang dibuat dari kayu).
b. Definisi tidak boleh menggunakan kata yang didefinisikan .
Definisi yang melanggar patokan ini disebut definisi sirkuler,
berputar atau tautologi, atau tahsilulhasil seperti:
a.
Wajib adalah
perbuatan yang harus dikerjakan oleh setiap orang.
b.
Bila kita
mendefinisikan “Ilmu Biologi” adalah Ilmu yang mempelajari tentang Biologi,
maka definisinya tidak akan bermanfaat untuk orang yang sama sekali tidak
mengetahui apa itu biologi.
c. Definisi
tidak boleh memakai penjelasan yang justru membingungkan.
Definisi ini disebut definisi obscurum per
obscurius artinya menjelaskan sesuatu dengan keterangan yang justru lebih
tidak jelas. Definisi ini menggunakan bahasa plastik seperti
Ø Sejarah adalah samudera pengalaman yang selalu bergelombang tiada
putus – putusnya .
d. Definisi tidak boleh menggunakan bentuk negatif:
Ø Benar adalah sesuatu yang tidak salah.
Hanya keadaan yang tidak mungkin dihindari bentuk negatif
diperbolehkan, seperti:
Ø Orang buta adalah orang yang indera penglihatannya tidak berfungsi.
e. Definisi
harus dapat dibolak-balikan dengan definiendumnya
Luas
definiendum harus sama dengan luas definiensnya.
Ø Persegi adalah bidang datar, yang dibatasi oleh empat garis lurus
yang sama panjang.
Dapat dibalik menjadi,
Ø Bidang dater yang dibatasi oleh empat garis lurus yang sama panjang
adalah persegi.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Definisi adalah perumusan yang
singkat, padat, jelas dan tepat yang mampu menerangkan apa sebenarnya
pengertian dari suatu hal itu sehingga dapat dimengerti dan dibedakan dengan
jelas dari semua hal lain.
Secara garis besar definisi
dibedakan menjadi 3 yaitu (1) Definisi Nominalis (menurut kata atau nama), (2)
Definisi Realis (berdasarkan kenyataan),
Patokan-patokan yang harus
diperhatikan dalam membuat definisi antaralain adalah (1) Definisi tidak boleh
terlalu luas atau terlalu sempit dari konotasi kata yang didefinisikan, (2)
Definisi tidak boleh menggunakan kata yang didefinisikan, (3) Definisi tidak
boleh memakai penjelasan yang membingungkan, (4) Definisi tidak boleh
menggunakan kata bentuk negatif.
DAFTAR PUSTAKA
Tria,
Miar. “Definisi Logika”. 15 Maret 2012. http://miartria.blogspot.co.id/ 2012/03/logika-2.html.
Gabriella, Gaby. “Mendeskripsikan Hakikat Definisi dan
Macam-macamnya”. 12 Januari 2001. http://gnomepath.blogspot.co.id/2016/01/definisi-dalam-logika.html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar