Selasa, 20 Maret 2018

Keterampilan Berbahasa


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, menulis memiliki hubungan yang sangat erat meskipun masing – masing memiliki ciri tertentu. Karena ada hubungan yang sangat erat ini, pembelajaran dalam satu jenis keterampilan sering meningkatkan keterampilan yang lain. Misalnya pembelajaran membaca, di samping meningkatkan keterampilan membaca dapat juga meningkatkan keterampilan menulis. Contoh lain belajar menemukan ide – ide pokok dalam menyimak juga meningkatkan kemampuan menemukan ide – ide pokok dalam membaca, karena kegiatan berpikir baik dalam memahami bahasa lisan maupun bahasa tertulis pada dasarnya sama.
Dalam proses komunikasi, semua aspek keterampilan berbahasa, baik lisan maupun tertulis penting. Pengalaman merupakan dasar bagi semua makna yang disampaikan dan yang dipahami dalam bahasa tertentu. Anak yang memiliki pengalaman berbahasa yang cukup luas akan dapat mengungkapkan maksudnya dan memahami maksud orang lain dengan mudah.
Kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis semua bergantung pada kekayaan kosa kata yang diperlukan untuk berkomunikasi yang dimiliki oleh seseorang. Selain itu kemampuan berbahasa juga memerlukan kemampuan menggunakan kaidah bahasa.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa itu Keterampilan Berbahasa?
1.2.2 Apakah kaitannya Hubunngan antara Berbicara dan Menyimak?
1.2.3 Apakah kaitannya Hubungan antara Menyimak dan Membaca?
1.2.4Apakah kaitannya Hubungan antara Berbicara dan Membaca?
1.2.3 Apakah kaitannya Hubungan antara Ekspresi Lisan dan Ekspresi Tulis?.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini:
1.3.1 Dapat mengetahui pengertian tentang Keterampilan Berbahasa;
1.3.2 Dapat mengetahui tentang Hubunngan antara Berbicara dan Menyimak;
1.3.3 Dapat mengetahui tentang Hubungan antara Menyimak dan Membaca;
1.3.4 Dapat mengetahui tentang Pembentukan Kesantunan Berbahasa;
1.3.5 Dapat mengetahui tentang Hubungan antara Ekspresi Lisan dan Ekspresi Tulis.



















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa (atau language arts, language skills) dalam kurikulum di sekolah biasanya mencakup empat segi, yaitu:
1) Keterampilan menyimak/mendengarkan (listening skill);
2) Kemampuan berbicara (speaking skills);
3) Keterampilan membaca (reading skills);
4) Keterampilan menulis (writing skill).
Setiap kaitan tersebut erat sekali berhubungan dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, kita biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula, pada masa kecil, kita belajar menyimak/mendengarkan bahasa, kemudian berbicara; sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum kita memasuki sekolah, sedangkan membaca dan menulis kita pelajari di sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan, catur – tunggal (Dawson (et al) 1963 : 27). Setiap keterampilan tersebut erat kaitannya dengan proses berfikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas jalan pikirannya.
2.2 Hubunngan antara Berbicara dan Menyimak
Terdapat hubunngan erat dari hal-hal berikut ini:
a. Ujaran (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi ) oleh kareena itu, contoh atau model yang disimak serta direkam oleh anak sangat penting dalam penguasaan kecakapan dalam berbicara.
b. Kata-kata yang akan dipakai serta dipelajari oleh anak biasanya ditentukan oleh perangsang (stimulin) yang mereka temui (misalnya kehidupan desa><kota) dan kata-kata yang paling banyak memberi bantuan atau pelayanan atau menyampaikan ide-ide mereka.
c. Ujaran anak mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan dalam masyarakat tempatnya hidup; misalnya: ucapan, intonasi, kosa kata, dan pola-pola kalimat..
d. Anak yang lebih muda lebihdapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang dan rumit daripada kalimat-kalimat yang dapat diucapkannya.
e. Meningkatkan keterampilan menyimak berarti membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang.
f. Bunyi atau suara merupakan suatu faktor penting dalampeningkatan pemakaian kata-kata anak. Oleh karena itu, anak akan tertolong kalau mereka mendengarkan/menyimak ujaran-ujaran yang baik dari guru,rekaman- rekaman yang bermutu dan cerita-cerita yang bernilai tinggi.
g. Berbicara dengan menggunakan bantuan alat-alat peraga (visual aids)akan menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak. Umumnya, anak mempergunakan bahasa yang didengarnya. (Dawson (et al) 1963 : 29).
2.3 Hubungan antara Menyimak dan Membaca
Keterampilan menyimak merupakan dasar atau faktor penting bagi suksesnya seseorang dalam belajar membaca secara efektif. Penelitian yang dilakukan oleh para ahli telah memperlihatkan beberapa hubungan penting antara membaca dan menyimak antara lain:
a. Pengajaran serta petunjuk-petunjuk dalam membaca diberikan oleh guru melalui bahasa lisan, dan kemampuan anak untuk menyimak dengan pemahaman penting sekali.
b. Menyimak merupakan cara atau mode utama bagi pelajaran lisan (verbalized learning) selama tahun-tahun permulaan di sekolah. Perlu di catat misalnya anak yang cacat dalam membaca haruslah meneruskan pelajarannya di kelas yang lebih tinggi dengan lebih banyak melalui menyimak daripada membaca.
c. Walaupun menyimak pemahaman (listeening komprehension) lebih unggul daripada membaca pemahaman (reading komprehension). Anak- anak sering gagal untuk memahaminya dan tetap menyimpan/memakai/ menguasai sejumlah fakta yang mereka dengar. Oleh karena itu, para pelajar membutuhkan bimbingan dalam belajar menyimak lebih efektif dan lebih teratur lagi agar hasil pengajaran itu baik.
d. Kosa kata atau pembendaharaan kata menyimak yang sangat terbatas mempunyai kaitan dengan kesukaran-kesukaran dalam belajar membaca secara baik.
e. Bagi para pelajar yang lebih besar atau tinggi kelasnya, korelasi antara kosa kata baca dan kosa kata simaksangat tinggi, mungkin 80% atau lebih.
f. Pembeda-pembedaan atau diskriminasi pendengaran yang jelek tiapkali dihubungkan dengan membaca yang tidak efektif dan mungkin merupakan suatu faktor pendukung atau faktor tambahan dalam ketidakmampuan dalam membaca (poor reading).
g. Menyimak turut membantu anak untuk menangkap ide utama yang diajukan oleh pembicara; bagi pelajar yang lebih tinggi kelasnya, membaca lebih unggul dari pada menyimak suatu yang mendadak dan pemahaman informasi yang terperinci.
Selagi keterampilan-keterampilan menyimak dan membaca erat berhubungan, peningkatan yang pada satu turut pula menimbulkan peningkatan pada yang lain. Keduanya merupakan proses yang saling mengisi. Membaca hendaklah disertai dengan diskusi (sebelum, selama, dan sesudah membaca) kalau kita ingin meningkatkan serta memperkaya kosa kata, pemahaman umum, serta pemilikan ide-ide para pelajar yang kita asuh. (Dawson (et al) 1963 : 29-30).
2.4 Hubungan antara Berbicara dan Membaca
Sejumlah proyek penelitian telah memperlihatkan adanya hubungan yang erat diantara perkembangan kecakapan bahwa kemampuan umum bahasa lisan turut melengkapi suatu latar belakang pengalaman yang menguntungkan serta keterampilan-keterampilan bagi pengajaran membaca. Kemampuan-kemampuan ini mencakup ujaran yang jelas dan lancar, kosa kata yang luas dan beraneka ragam, penggunaan kalimat-kalimat lengkap/sempurna kalau diperlukan, pembeda-bedaan pendengaran yang tepat, dan kemampuan mengikuti perkembangan urutan suatu cerita atau menghubungkan suatu kejadian dalam urutan yang wajar.
Hubungan-hubungan antara bidang lisan dan membaca telah dapat diketahui dalam beberapa telaah penelitian, antara lain:
a. Performansi atau penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan bahasa lisan.
b. Pola-pola pelajaran ujaran orang yang tuna aksara atau buta huruf mungkin mengganggu pelajaran membaca pada anak - anak.
c. Kalau pada tahun-tahun permulaan sekolah ujaran membentuk suatu pelajaran bagi pelajaran membaca, membaca bagi anak-anak kelas yang lebih tinggi turut membantu meningkatkan bahasa lisan mereka, misalnya: kesadaran linguistik mereka terhadap istilah-istilah baru, struktur kalimat yang baik dan efektif serta penggunaan kata-kata yang tepat.
d. Kosa kata khusus mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan secara langsung. Andai kata muncul kata-kata baru dalam buku bacaan/buku pegangan murid, guru hendaknya mendiskusikannya dengan murid sehingga mereka memahami maknanya sebelum mereka mulai membacanya. (Dawson (et al) 1963 : 30).
2.5 Hubungan antara Ekspresi Lisan dan Ekspresi Tulis
Wajar bila komunikasi lisan dan komunikasi tulis erat sekali berhubungan karena keduanya mempunyai banyak persamaan antara lain:
a. Seorang anak belajar berbicara sebelum dia dapat menulis dan kosa kata, pola –pola kalimat, serta organisasi yang memberi ciri kepada ujarannya merupakan dasar bagi ekspresi tulis berikutnya.
b. Seorang anak telah dapat menulis dengan lancar biasanya dapat pula menuliskan pengalaman-pengalaman pertamanya serta tepat tanpa diskusi lisan pendahuluan, tetapi dia masih perlu membicarakan ide-ide yang rumit yang dia peroleh dari tangan kedua. Bila seorang anak harus menulis suatu uraian, menjelaskan suatu proses atau pun melaporkan suatu kejadian sejarah (yang secara pribadi belum pernah dialaminya), dia mengambil pelajaran dari suatu diskusi kelompok pendahuluan. Dengan demikian, dia dapat mempercerah pikirannya, mengisi kekosongan-kekosongan, memperbaiki impresi atau kesan-kesan yang salah, serta mengatur ide-idenya sebelum dia mulaimenulis sesuatu.
c) Perbedaan - perbedaan pun terdapat pula antara komunikasi lisan dan komunikasi tulis. Ekspresi lisan cenderung ke arah kurang berstruktur, lebih sering berubah-ubah, tidak tetap, tetapi biasanya lebih kacau serta membingungkan dari pada komunikasi tulis. Kebanyakan, pidato pembicaraan bersifat informal dan tiap kali kalimat - kalimat orang berpidato berbicara itu tidak ada hubungannya satu sama lain. Si pembicara memikirkan suatu ide- idenya sambil berbicara dan tiap kali dia lupabagaimana terjadinya suatu kalimat lama sebelum dia menyelesaikannya. Karena adanya masalah-masalah seperti ini pada ekspresi lisan, pengajaran mengenai keterampilan berbicara dan menyimak perlu mendapat perhatian. Pengalaman telah menunjukan bahwa meningkatkan lisan para individuberarti turut pula meningkatkan daya pikir mereka. Membasmi kebiasaan-kebiasaan yang ceroboh, tidak teratur dalam ujaran, kalimat-kalimat yang tidak menentu ujung pangkalnya serta berulang-ulang, pikiran-pikiran yang tidak sempurna dan tidak konsekuen dalam ekspresilisan memang sangat perlu dan selalu harus dilakukan, agar kita dapat membimbing para individu ke arah kebiasaan berpikir yang tepat dan logis. Sebaliknya, komunikasi tulis cenderung lebih unggul, baik dalam isi pikiran maupun struktur kalimat, lebih formal dalam gaya bahasa dan jauh lebih teratur dalam pengertian ide-ide. Penulis biasanya telah memikirkan dalam-dalam setiap kalimat sebelum dia menulis naskahnya; dia sering memeriksa serta memperbaiki kalimat-kalimatnya beberapa kali sebelum dia menyelesaikan tulisannya.
d. Membuat catatan serta membuat bagan atau rangka ide-ide yang akan disampaikan dalam suatu pembicaraan akan menolong murid untuk menguraikan ide-ide tersebut kepada para pendengar. Para siswa harus belajar berbicara dari catatan-catatan, dan mereka membutuhkan banyak latihan bebicara dari catatan agar penyajian jangan terputus-putus dan tertegun-tegun. Biasanya, bagan atau rangka yang dipakai sebagai pedoman dalam berbicara sudahlah cukup memadai, kecuali dalam kasus laporan formal dan terperinci yang memerlukan penulisan naskah yang lengkap sebelumnya.








BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Demikianlah, dalam tinjauan umum ini, kita telah membicarakan sepintas kilas mengenai keterampilan berbahasa, yang dalam bahasa Inggris disebut language (art and) skill. Istilah “art” seni yang digunakan untuk melukiskan sesuatu yang bersifat personal, kreatif, dan original. Sebaliknya, kata “skill” keterampilan yang dipakai untuk menyatakan suatuyang bersifat mekanis, eksak, impersonal.
Menyimak dan membaca erat berhubungan karena keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Berbicara dan menulis erat berhubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan cara untuk mengekspresikan makna atau arti. Dalam penggunaannya, keempat keterampilan tersebut sering berhubungan satu sama lain. Seorang mahasiswa menulis catatan waktu dia menyimak atau membaca. Seorang pembicara menafsirkan responsi pendengaran terhadap suara sendiri. Dalam percakapan, jelas terlihat bahwa berbicara dan menyimak hampir-hampir merupakan proses yang sama (Anderson 1972 : 3).




DAFTAR PUSTAKA

Ø  Tarigan, Hendri G. 1979. Membaca sebagai Suatu keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Ø  Chaer, Abdul. 2003. Seputar Tata BahasaBukuBahasa Indonesia. Jakarta: RinekaCipta.
 


Tidak ada komentar:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda