BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, menulis
memiliki hubungan yang sangat erat meskipun masing – masing memiliki ciri
tertentu. Karena ada hubungan yang sangat erat ini, pembelajaran dalam satu
jenis keterampilan sering meningkatkan keterampilan yang lain. Misalnya
pembelajaran membaca, di samping meningkatkan keterampilan membaca dapat juga
meningkatkan keterampilan menulis. Contoh lain belajar menemukan ide – ide
pokok dalam menyimak juga meningkatkan kemampuan menemukan ide – ide pokok
dalam membaca, karena kegiatan berpikir baik dalam memahami bahasa lisan maupun
bahasa tertulis pada dasarnya sama.
Dalam proses
komunikasi, semua aspek keterampilan berbahasa, baik lisan maupun tertulis
penting. Pengalaman merupakan dasar bagi semua makna yang disampaikan dan yang
dipahami dalam bahasa tertentu. Anak yang memiliki pengalaman berbahasa yang
cukup luas akan dapat mengungkapkan maksudnya dan memahami maksud orang lain
dengan mudah.
Kemampuan
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis semua bergantung pada kekayaan kosa
kata yang diperlukan untuk berkomunikasi yang dimiliki oleh seseorang. Selain
itu kemampuan berbahasa juga memerlukan kemampuan menggunakan kaidah bahasa.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa itu Keterampilan Berbahasa?
1.2.2 Apakah kaitannya Hubunngan antara Berbicara dan Menyimak?
1.2.3 Apakah kaitannya Hubungan antara Menyimak dan Membaca?
1.2.4Apakah kaitannya Hubungan antara Berbicara dan Membaca?
1.2.3 Apakah kaitannya Hubungan antara Ekspresi Lisan dan Ekspresi
Tulis?.
1.3
Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan pembuatan makalah ini:
1.3.1 Dapat mengetahui pengertian tentang Keterampilan Berbahasa;
1.3.2 Dapat mengetahui tentang Hubunngan antara Berbicara dan
Menyimak;
1.3.3 Dapat mengetahui tentang Hubungan antara Menyimak dan Membaca;
1.3.4 Dapat mengetahui tentang Pembentukan Kesantunan Berbahasa;
1.3.5 Dapat
mengetahui tentang Hubungan antara Ekspresi Lisan dan Ekspresi Tulis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Keterampilan Berbahasa
Keterampilan
berbahasa (atau language arts, language skills) dalam kurikulum di sekolah
biasanya mencakup empat segi, yaitu:
1) Keterampilan menyimak/mendengarkan (listening skill);
2) Kemampuan berbicara (speaking skills);
3) Keterampilan membaca (reading skills);
4) Keterampilan menulis (writing skill).
Setiap kaitan
tersebut erat sekali berhubungan dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara
yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, kita biasanya
melalui suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula, pada masa kecil, kita
belajar menyimak/mendengarkan bahasa, kemudian berbicara; sesudah itu kita
belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum kita
memasuki sekolah, sedangkan membaca dan menulis kita pelajari di sekolah.
Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan, catur –
tunggal (Dawson (et al) 1963 : 27). Setiap keterampilan tersebut erat kaitannya
dengan proses berfikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan
pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas jalan
pikirannya.
2.2 Hubunngan antara Berbicara dan Menyimak
Terdapat hubunngan erat dari hal-hal berikut ini:
a. Ujaran
(speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi ) oleh
kareena itu, contoh atau model yang disimak serta direkam oleh anak sangat
penting dalam penguasaan kecakapan dalam berbicara.
b. Kata-kata
yang akan dipakai serta dipelajari oleh anak biasanya ditentukan oleh
perangsang (stimulin) yang mereka temui (misalnya kehidupan desa><kota)
dan kata-kata yang paling banyak memberi bantuan atau pelayanan atau
menyampaikan ide-ide mereka.
c. Ujaran anak
mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan dalam masyarakat tempatnya hidup;
misalnya: ucapan, intonasi, kosa kata, dan pola-pola kalimat..
d. Anak yang
lebih muda lebihdapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang dan
rumit daripada kalimat-kalimat yang dapat diucapkannya.
e. Meningkatkan
keterampilan menyimak berarti membantu meningkatkan kualitas berbicara
seseorang.
f. Bunyi atau
suara merupakan suatu faktor penting dalampeningkatan pemakaian kata-kata anak.
Oleh karena itu, anak akan tertolong kalau mereka mendengarkan/menyimak
ujaran-ujaran yang baik dari guru,rekaman- rekaman yang bermutu dan
cerita-cerita yang bernilai tinggi.
g. Berbicara
dengan menggunakan bantuan alat-alat peraga (visual aids)akan menghasilkan
penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak. Umumnya, anak
mempergunakan bahasa yang didengarnya. (Dawson (et al) 1963 : 29).
2.3 Hubungan antara Menyimak dan Membaca
Keterampilan
menyimak merupakan dasar atau faktor penting bagi suksesnya seseorang dalam
belajar membaca secara efektif. Penelitian yang dilakukan oleh para ahli telah
memperlihatkan beberapa hubungan penting antara membaca dan menyimak antara
lain:
a. Pengajaran
serta petunjuk-petunjuk dalam membaca diberikan oleh guru melalui bahasa lisan,
dan kemampuan anak untuk menyimak dengan pemahaman penting sekali.
b. Menyimak
merupakan cara atau mode utama bagi pelajaran lisan (verbalized learning)
selama tahun-tahun permulaan di sekolah. Perlu di catat misalnya anak yang
cacat dalam membaca haruslah meneruskan pelajarannya di kelas yang lebih tinggi
dengan lebih banyak melalui menyimak daripada membaca.
c. Walaupun
menyimak pemahaman (listeening komprehension) lebih unggul daripada membaca
pemahaman (reading komprehension). Anak- anak sering gagal untuk memahaminya
dan tetap menyimpan/memakai/ menguasai sejumlah fakta yang mereka dengar. Oleh
karena itu, para pelajar membutuhkan bimbingan dalam belajar menyimak lebih
efektif dan lebih teratur lagi agar hasil pengajaran itu baik.
d. Kosa kata
atau pembendaharaan kata menyimak yang sangat terbatas mempunyai kaitan dengan
kesukaran-kesukaran dalam belajar membaca secara baik.
e. Bagi para
pelajar yang lebih besar atau tinggi kelasnya, korelasi antara kosa kata baca
dan kosa kata simaksangat tinggi, mungkin 80% atau lebih.
f. Pembeda-pembedaan
atau diskriminasi pendengaran yang jelek tiapkali dihubungkan dengan membaca
yang tidak efektif dan mungkin merupakan suatu faktor pendukung atau faktor
tambahan dalam ketidakmampuan dalam membaca (poor reading).
g. Menyimak
turut membantu anak untuk menangkap ide utama yang diajukan oleh pembicara;
bagi pelajar yang lebih tinggi kelasnya, membaca lebih unggul dari pada
menyimak suatu yang mendadak dan pemahaman informasi yang terperinci.
Selagi
keterampilan-keterampilan menyimak dan membaca erat berhubungan, peningkatan
yang pada satu turut pula menimbulkan peningkatan pada yang lain. Keduanya
merupakan proses yang saling mengisi. Membaca hendaklah disertai dengan diskusi
(sebelum, selama, dan sesudah membaca) kalau kita ingin meningkatkan serta
memperkaya kosa kata, pemahaman umum, serta pemilikan ide-ide para pelajar yang
kita asuh. (Dawson (et al) 1963 : 29-30).
2.4 Hubungan antara Berbicara dan Membaca
Sejumlah proyek
penelitian telah memperlihatkan adanya hubungan yang erat diantara perkembangan
kecakapan bahwa kemampuan umum bahasa lisan turut melengkapi suatu latar
belakang pengalaman yang menguntungkan serta keterampilan-keterampilan bagi
pengajaran membaca. Kemampuan-kemampuan ini mencakup ujaran yang jelas dan
lancar, kosa kata yang luas dan beraneka ragam, penggunaan kalimat-kalimat
lengkap/sempurna kalau diperlukan, pembeda-bedaan pendengaran yang tepat, dan
kemampuan mengikuti perkembangan urutan suatu cerita atau menghubungkan suatu
kejadian dalam urutan yang wajar.
Hubungan-hubungan
antara bidang lisan dan membaca telah dapat diketahui dalam beberapa telaah
penelitian, antara lain:
a. Performansi
atau penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan bahasa lisan.
b. Pola-pola
pelajaran ujaran orang yang tuna aksara atau buta huruf mungkin mengganggu
pelajaran membaca pada anak - anak.
c. Kalau pada tahun-tahun
permulaan sekolah ujaran membentuk suatu pelajaran bagi pelajaran membaca,
membaca bagi anak-anak kelas yang lebih tinggi turut membantu meningkatkan
bahasa lisan mereka, misalnya: kesadaran linguistik mereka terhadap
istilah-istilah baru, struktur kalimat yang baik dan efektif serta penggunaan
kata-kata yang tepat.
d. Kosa kata
khusus mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan secara langsung. Andai kata
muncul kata-kata baru dalam buku bacaan/buku pegangan murid, guru hendaknya
mendiskusikannya dengan murid sehingga mereka memahami maknanya sebelum mereka
mulai membacanya. (Dawson (et al) 1963 : 30).
2.5 Hubungan antara Ekspresi Lisan dan Ekspresi Tulis
Wajar bila
komunikasi lisan dan komunikasi tulis erat sekali berhubungan karena keduanya mempunyai
banyak persamaan antara lain:
a. Seorang anak
belajar berbicara sebelum dia dapat menulis dan kosa kata, pola –pola kalimat,
serta organisasi yang memberi ciri kepada ujarannya merupakan dasar bagi
ekspresi tulis berikutnya.
b. Seorang anak
telah dapat menulis dengan lancar biasanya dapat pula menuliskan
pengalaman-pengalaman pertamanya serta tepat tanpa diskusi lisan pendahuluan,
tetapi dia masih perlu membicarakan ide-ide yang rumit yang dia peroleh dari
tangan kedua. Bila seorang anak harus menulis suatu uraian, menjelaskan suatu
proses atau pun melaporkan suatu kejadian sejarah (yang secara pribadi belum
pernah dialaminya), dia mengambil pelajaran dari suatu diskusi kelompok
pendahuluan. Dengan demikian, dia dapat mempercerah pikirannya, mengisi
kekosongan-kekosongan, memperbaiki impresi atau kesan-kesan yang salah, serta
mengatur ide-idenya sebelum dia mulaimenulis sesuatu.
c) Perbedaan - perbedaan
pun terdapat pula antara komunikasi lisan dan komunikasi tulis. Ekspresi lisan
cenderung ke arah kurang berstruktur, lebih sering berubah-ubah, tidak tetap,
tetapi biasanya lebih kacau serta membingungkan dari pada komunikasi tulis.
Kebanyakan, pidato pembicaraan bersifat informal dan tiap kali kalimat - kalimat
orang berpidato berbicara itu tidak ada hubungannya satu sama lain. Si
pembicara memikirkan suatu ide- idenya sambil berbicara dan tiap kali dia lupabagaimana
terjadinya suatu kalimat lama sebelum dia menyelesaikannya. Karena adanya
masalah-masalah seperti ini pada ekspresi lisan, pengajaran mengenai
keterampilan berbicara dan menyimak perlu mendapat perhatian. Pengalaman telah
menunjukan bahwa meningkatkan lisan para individuberarti turut pula
meningkatkan daya pikir mereka. Membasmi kebiasaan-kebiasaan yang ceroboh,
tidak teratur dalam ujaran, kalimat-kalimat yang tidak menentu ujung pangkalnya
serta berulang-ulang, pikiran-pikiran yang tidak sempurna dan tidak konsekuen
dalam ekspresilisan memang sangat perlu dan selalu harus dilakukan, agar kita
dapat membimbing para individu ke arah kebiasaan berpikir yang tepat dan logis.
Sebaliknya, komunikasi tulis cenderung lebih unggul, baik dalam isi pikiran
maupun struktur kalimat, lebih formal dalam gaya bahasa dan jauh lebih teratur
dalam pengertian ide-ide. Penulis biasanya telah memikirkan dalam-dalam setiap
kalimat sebelum dia menulis naskahnya; dia sering memeriksa serta memperbaiki
kalimat-kalimatnya beberapa kali sebelum dia menyelesaikan tulisannya.
d. Membuat
catatan serta membuat bagan atau rangka ide-ide yang akan disampaikan dalam
suatu pembicaraan akan menolong murid untuk menguraikan ide-ide tersebut kepada
para pendengar. Para siswa harus belajar berbicara dari catatan-catatan, dan
mereka membutuhkan banyak latihan bebicara dari catatan agar penyajian jangan
terputus-putus dan tertegun-tegun. Biasanya, bagan atau rangka yang dipakai
sebagai pedoman dalam berbicara sudahlah cukup memadai, kecuali dalam kasus
laporan formal dan terperinci yang memerlukan penulisan naskah yang lengkap
sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Demikianlah,
dalam tinjauan umum ini, kita telah membicarakan sepintas kilas mengenai
keterampilan berbahasa, yang dalam bahasa Inggris disebut language (art and)
skill. Istilah “art” seni yang digunakan untuk melukiskan sesuatu yang bersifat
personal, kreatif, dan original. Sebaliknya, kata “skill” keterampilan yang
dipakai untuk menyatakan suatuyang bersifat mekanis, eksak, impersonal.
Menyimak dan
membaca erat berhubungan karena keduanya merupakan alat untuk menerima
komunikasi. Berbicara dan menulis erat berhubungan dalam hal bahwa keduanya
merupakan cara untuk mengekspresikan makna atau arti. Dalam penggunaannya,
keempat keterampilan tersebut sering berhubungan satu sama lain. Seorang
mahasiswa menulis catatan waktu dia menyimak atau membaca. Seorang pembicara
menafsirkan responsi pendengaran terhadap suara sendiri. Dalam percakapan,
jelas terlihat bahwa berbicara dan menyimak hampir-hampir merupakan proses yang
sama (Anderson 1972 : 3).
DAFTAR PUSTAKA
Ø Tarigan, Hendri G. 1979. Membaca sebagai
Suatu keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Ø Chaer, Abdul. 2003. Seputar Tata BahasaBukuBahasa Indonesia.
Jakarta: RinekaCipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar