GAYA BAHASA BERDASARKAN STRUKTUR KALIMAT
Struktur
sebuah kalimat dapat dijadikan landasan untuk menciptakan gaya bahasa. Yang
dimaksud dengan struktur kalimat di sini adalah kalimat bagaimana tempat sebuah unsur kalimat yang dipentingkan
dalam kalimat tersebut. Ada kalimat yang bersifat periodik, bila bagian yang terpenting atau gagasan yang mendapat
penekanan ditempatkan pada akhir kalimat. Ada kalimat yang bersifat kendur, yaitu bila bagian kalimat yang
mendapat penekanan ditempatkan pada awal kalimat. Bagian-bagian yang kurang
penting atau semakin kurang penting dideretkan sesudah bagian yang dipentingkan
tadi. Dan jenis yang ketiga adalah kalimat
berimbang, yaitu kalimat yang mengandung dua bagian kalimat atau lebih yang
kedudukannya sama tinggi atau sederajat.
Berdasarkan ketiga macam struktur
kalimat sebagai yang dikemukakan di atas, maka dapat diperoleh gaya-gaya bahasa
sebagai berikut:
a. Klimaks
gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat periodic. Klimaks
adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap
kali semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya.
__ Kami mendoakan agar pada suatu waktu __ kapan
saja waktunya__ mereka dapat berdiri sendiri, bukan supaya mereka tidak bisa
tunduk di bawah pengaruh kita, mengabdi dan berbakti kepada kita, tetapi karena
justru inilah keadilan sosial yang selama ini kita perjuangkan.
__ Dalam dunia perguruan tinggi yang dicengkam rasa
takut dan rasa rendah diri, tidak dapat diharapkan pembaharuan, kebanggaan akan
hasil-hasil pemikiran yang obyektif atau keberanian untuk mengungkapkan
pendapat secara bebas.
__ Di samping itu, sastrawan mempunyai waktu yang
cukup panjang untuk memilih, merenungkan bahkan menciptakan cara-cara baru dan
bentuk-bentuk tertentu dalam penyampaian maksudnya, mereka juga mempunyai
kebebasan yang luas untuk menyimpang dari tulisan biasa.
__ Kesengsaraan membuahkan kesabaran, kesabaran
pengalaman, dan pengalaman harapan.
Klimaks
disebut juga gradasi. Istilah ini
dipakai sebagai istilah umum yang sebenarnya merujuk kepada tingkat atau
gagasan tertinggi. Bila klimaks itu terbentuk dari beberapa gagasan yang
berturut-turut semakin tinggi kepentingannya, maka ia disebut anabasis.
b. Antiklimaks
Antiklimaks
dihasilkan oleh kalimat yang berstruktur mengendur. Antiklimaks sebagai gaya
bahasa merupakan suatu acuan yang gagasan-gagasannya diurutkan dari yang
terpenting berturut-turut ke gagasan yang kurang penting. Antiklimaks sering
kurang efektif karena gagasan yang penting ditempatkan pada awal kalimat,
sehingga pembaca atau pendengar tidak lagi memberi perhatian pada bagian-bagian
berikutnya dalam kalimat itu.
__Kita hanya dapat merasakan betapa besarnya
perubahan dari bahasa Melayu ke bahasa Indonesia, apabila kita mengikuti
pertukaran pikiran, polemic, dan pertentangan yang berlaku sekitar bahasa
Indonesia dalam empat puluh tahun ini antara pihak guru sekolah lama dengan
angkatan penulis baru sekitar tahun tiga puluhan, antara pihak guru dengan
pihak kaum jurnalis yang masih terdengar gemanya dalam Kongres Bahasa Indonesia
dalam tahun 1954.
__ Ketua pengadilan negeri itu adalah seorang yang
kaya, pendiam, dan tidak terkenal namanya (mengandung
ironi).
__ Pembangunan lima tahun telah dilancarkan serentak
di Ibu kota Negara, ibu kota – ibu kota propinsi, kabupaten, kecamatan, dan
semua desa di seluruh Indonesia.
Antiklimaks sebagai dinyatakan dalam
kalimat terakhir masih efektif karena hanya mencakup soal tata tingkat. Tata
tingkat ini biasa terjadi karena hubungan organisatoris, hubungan usia atau
besar kecilnya sesuatu barang. Tetapi bila yang dikemukakan adalah persoalan
atau gagasan yang abstrak, sebaiknya jangan mempergunakan gaya antiklimaks.
Seperti halnya dengan gaya klimaks,
antiklimaks dapat dipakai sebagai suatu istilah umum yang masih mengenal
spesifikasi lebih lanjut. Dekrementum adalah
antiklimaks yang berwujud menambah ide yang kurang penting pada suatu ide yang
penting seperti pada contoh pertama di atas. Dan bila antiklimaks itu mengurutkan
sejumlah ide yang semakin kurang penting, maka ia disebut katabasis seperti diperlihatkan pada contoh kedua dan ketiga.
Sebaiknya, bila dari suatu ide yang sangat penting tiba-tiba menukik ke suatu
ide yang sama sekali tidak penting, maka antiklimaks itu disebut batos, misalnya:
Engkaulah raja yang maha kuasa di daerah ini,
seorang hamba yang pengecut dari tuanmu yang pemurah.
c. Paralelisme
Paralelisme
adalah semacam gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian
kata-kata atau frasa-frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk
gramatikal yang sama. Kesejajaran tersebut dapat pula berbentuk anak kalimat
yang bergantung pada sebuah induk kalimat yang sama. Gaya ini lahir dari
struktur kalimat yang berimbang.
__
Tidak pernah dikemukakan, usahakan
dirasakan:
Bahwa bahasa itu lain daripada alat lain dalam
pergaulan, mempunyai makna yang tak kurang, bahkan yang barangkali lebih
penting pula, oleh karena dalam bahasa itu manusia dapat mencurahkan suka dan
dukanya, cinta dan hasrat jiwanya,
Bahwa bahasa itu mengandung arti yang tiada
terkira-kira besarnya, oleh karena segala perasaan manusia dapat, malahan harus
terbayang di dalamnya.
__ Sangatlah ironis kedengaran bahwa ia menderita
kelaparan dalam sebuah daerah yang subur dan kaya, serta mati terbunuh dalam
sebuah negeri yang sudah ratusan tahun hidup dalam ketentraman dan kedamaian.
__ Bukan saja perbuatan itu harus dikutuk, tetapi
juga harus dikutuk, tetapi juga harus diberantas. (Tidak
baik: Bukan saja perbuatan itu harus
dikutuk, tetapi kita juga harus memberantasnya.)
__ Baik golongan yang tinggi maupun golongan yang
rendah, harus diadili kalau bersalah. (Tidak
baik: Baik golongan yang tinggi maupun
mereka yang rendah kedudukannya, harus diadili kalau bersalah.)
Perlu kiranya diingatkan bahwa bentuk
paralelisme adalah sebuah bentuk yang baik untuk menonjolkan kata atau kelompok
kata yang sama fungsinya. Namun bila terlalu banyak digunakan, maka
kalimat-kalimat akan menjadi kaku dan mati.
d. Antitesis
Antitesis
adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan,
dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang berlawanan. Gaya ini
timbul dari kalimat berimbang. Perhatikan contoh berikut:
__ Mereka sudah kehilangan banyak dari harta
bendanya, tetapi mereka juga telah banyak memperoleh keuntungan daripadanya.
__ Kaya-miskin, tua-muda, besar-kecil, semuanya
mempunyai kewajiban terhadap keamanan bangsa dan Negara.
__ Hingga kini kusimpan engkau mesra dalam lubuk
hatiku, tetapi mulai kini engkau kuenyahkan jauh-jauh bagai musuh yang kejam.
__ Ia sering menolak, tapi sekali pun tak pernah
melukai hati.
Sebagai tampak dari contoh-contoh
diatas, gaya bahasa antithesis ini mempergunakan juga unsure-unsur paralelisme
dan keseimbangan kalimat.
e. Repetisi
Repetisi
adalah perulangan bunyi, suku kata, kata
atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah
konteks yang sesuai. Dalam bagian ini, hanya akan dibicarakan repetisi yang
berbentuk kata atau frasa atau klausa. Karena nilainya dianggap tinggi, maka
dalam oratori timbullah bermacam-macam variasi repetisi. Repetisi, seperti
halnya dengan paralelisme dan antithesis, lahir dari kalimat yang berimbang.
__
Anggota-anggota masyarakat dalam
lingkungan suatu kebudayaan tahu akan
adat-istirahat, kebiasaan dan undang-undang, tahu bagaimana ia mesti berkelakuan dalam lingkungan masyarakat dan
kebudayaan, dan ia tahu juga
menafsirkan kelakuan sesamanya dalam masyarakat dan kebudayaan itu, sehingga ia
dapat mereaksi terhadapnya dengan cara yang selayaknya.
__ Atau maukah kau pergi bersama serangga-serangga tanah, pergi bersama kecoak-kecoak, pergi
bersama mereka yang menyusupi tanah,
menyusupi alam?
Karena nilainya dalam oratori dianggap
tinggi, maka para orator menciptakan bermacam-macam repetisi yang pada
prinsipnya didasarkan pada tempat kata yang diulang dalam baris, klausa, atau
kalimat. Yang penting diantaranya adalah:
1) Epizeuksis: repetisi
yang bersifat langsung, artinya kata yang dipentingkan diulang beberapa kali
berturut-turut. Misalnya: Kita harus
bekerja, bekerja, sekali lagi bekerja untuk mengejar semua ketinggalan kita.
2) Tautotes: repetisi
atas sebuah kata berulang-ulang dalam sebuah konstruksi. Misalnya: Kau menuding aku, aku menuding kau, kau dan
aku menjadi seteru.
3) Anafora: repetisi
yang berwujud perulangan kata pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya.
Misalnya:
__
Bahasa
yang baku pertama-tama berperan
sebagai pemersatu dalam pembentukan suatu masyarakat bahasa-bahasa yang
bermacam-macam dialeknya. Bahasa yang
baku akan mengurangi perbedaan variasi dialek Indonesia secara geografis,
yang tumbuh karena kekuatan bawah-sadar pemakai bahasa Indonesia, yang bahasa
pertamanya suatu bahasa Nusantara. Bahasa
yang baku itu akan mengakibatkan selingan bentuk yang sekecil-kecilnya.
__ Tapi berdosakan
aku, kalau aku bawakan air selalu menyiramnya, hingga pohonku berdaun
rimbun, tempat aku mencari lindung? Berdosakan
aku bersandar ke batang yang kuat berakar melihat tamasya yang molek
berdandan menyambut fajar kata Ilahi? Berdosakah
aku kalau burungku kecil hinggap di dahan rampak menyanyi sunyi melega hati?
4) Epistrofa: adalah
repetisi yang berwujud perulangan kata atau frasa pada akhir baris atau kalimat
berurutan. Misalnya:
__ Bumi yang kaudiami, laut yang kaulayari adalah
puisi
Udara
yang kauhirupi, air yang kauteguki adalah puisi
Kebun
yang kautanami, bukit yang kaugunduli adalah puisi
Gubuk
yang kauratapi , gedung yang kautinggali adalah puisi
5)
Simploke ( symploche) : adalah
repetisi pada awal dan akhir beberapa baris atau kalimat berturut-turut.
Misalnya :
__ Kamu bilang hidup ini brengsek.
Aku bilang biarin
Kamu
bilang hidup ini nggak punya arti. Aku bilang biarin
Kamu
bilang aku nggak punya kepribadian. Aku bilang biarin
Kamu
bilang aku nggak punya pengertian. Aku bilang biarin
6) Mesodiplosis: adalah
repetisi di tengah baris-baris atau beberapa kalimat berurutan. Misalnya:
__ Pegawai kecil jangan mencuri kertas karbon
Babu-babu
jangan mencuri tulang-tulang ayam goring
Para
pembesar jangan mencuri bensin
7)
Epanalepsis: pengulangan yang
berwujud kata terakhir dari baris, klausa atau kalimat, mengulang kata pertama.
Misalnya:
__
Kita gunakan pikiran dan perasaan kita.
Kami cintai
perdamaian karena Tuhan kami.
Berceritalah padaku, ya malam, berceritalah.
Kuberikan
setulusnya, apa yang harus kuberikan.
8) Anadiplosis: kata
atau frasa terakhir dari suatu klausa atau kalimat menjadi kata atau frasa
pertama dari klausa atau kalimat berikutnya. Misalnya:
__ Dalam laut ada tiram, dalam tiram ada mutiara
Dalam
mutiara: ah tak ada apa
Dalam
baju ada aku, dalam aku ada hati
Dalam
hati: ah taka pa jua yang ada
Dalam
syair ada kata, dalam kata ada makna
Dalam makna: Mudah-mudahan ada Kau!
Istilah anadiplosis sering dipakai secara timbale balik dengan istilah epanadiplosis dan epanastrofa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar