B.
APAKAH RETORIKA DAPAT DIPELAJARI?
Sebuah
pepatah bahasa latin berbunyi: “Poeta nascitur, orator fit.” Artinya, “seorang
penyair dilahirkan, tetapi seorang ahli pidato dibina”. Sejak dua ribu tahun
terbukti bahwa banyak orang menjadi ahli pidato, karena mereka mempelajari
teknik berbicara dan tekun melakukan latihan berbicara. Mereka pernah berani
memulai berbicara di depan orang banyak, sesudah itu mempelajari teknik
berbicara, lalu membuat latihan secara tekun sampai menguasai teknik berbicara
dan berpidato. Dua contoh dalam sejarah:
1.
Demosthenes (384-322)
Demosthenes
menceritakan bahwa sejak lahir dia memiliki kekurangan dalam berbicara. Untuk
mengatasi kesulitan ini, dia pergi ke pantai laut, menaruh kerikil dalam
mulutnya, dan berusaha berbicara dengan ucapan yang jelas dan dengan suara yang
sekuat mungkin untuk bisa mengatasi gemuruh hempasan ombak, dan usaha ini
berhasil. Demosthenes akhirnya
menjadi seorang ahli pidato termasyhur dalam Kerajaan Yunani Kuno.
2.
Winston Churchill (1874-1965)
Untuk
dapat berpidato di depan Parlemen Inggris, Winston
Churchill. Mempersiapkan diri secara intensif. Berhari-hari dia mencoba dan
membuat latihan membaca dan berpidato. Beberapa bagian penting dari pidatonya
malah dihafalkan. Usaha yang tekun ini akhirnya menjadikan Winston Churchill seorang ahli pidato terkenal dalam abad ini.
Orang-orang yang bersifat introvert
dapat mengalami kesulitan untuk mengungkapkan diri lewat bahasa. Demikian juga
dalam mempelajari ilmu retorika. Sebaiknya, mempelajari retorika lebih mudah
bagi mereka yang bersifat ekstrovert. Tetapi kepada setiap orang dianugerahkan
kemampuan yang cukup untuk bisa berkomunikasi. Justru keberhasilan dalam proses
komunikasi dan dan menguasai teknik dan seni berbicara tergantung dari usaha
untuk mengembangkan kemampuan itu dan berusaha secara optimal untuk melatih
diri. Oleh karena itu seni berbicara dapat dikuasai, retorika dapat dipelajari!
BAB
VI PENGGUNAAN RETORIKA
Kegiatan
bertutur tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Bertutur merupakan
kebutuhan manusia. Kegiatan dan bentuk bertutur banyak ragamnya. Ada canda,
obrolan, basa-basi, tegur sapa, khotbah, kampanye, diskusi, seminar,
konferensi, dan lain-lain. Boleh dikatakan retorika menjadi bagian yang tidak
dapat dipisahkan dengan kehidupan masyarakat. Hingga kini retorika digunakan
dalam bidang atau lingkungan yang amat luas, seperti bidang: politik,
perdagangan, seni, pendidikan, dan lain-lain. Berikut ini akan dipaparkan
penggunaan retorika dalam berbagai bidang atau lingkungan tersebut.
6.1
PENGGUNAAN RETORIKA DALAM BIDANG POLITIK
Bidang
politik adalah bidang kegiatan yang pertama-tama memanfaatkan retorika secara
terencana. Bahkan kehadiran retorika itu sendiri justru didorong oleh kebutuhan
politik. Sebab, sebagaimana kita ketahui bahwa retorika lahir di tengah-tengah
rakyat Sisilia, yakni di kota Sirakusa yang sedang bergolak menentang
pemerintah yang sedang berkuasa, yang dianggap oleh rakyatnya sebagai
pemerintah tiranis. Rakyat Sisilia menginginkan pemerintahan yang demokratis.
Untuk mencapai tujuan itu, rakyat dan para tokoh yang berpihak kepada rakyat
sadar bahwa jika dilakukan perlawanan dengan kekerasan, belum tentu akan
berhasil. Apalagi pemerintahan militer yang berkuasa saat itu amat tangguh.
Untuk menghindari kegagalan, maka ditempuhlah jalan berunding. Melalui
perundingan rakyat mencoba meyakinkan penguasa bahwa, pemerintahan yang
demikratis yang diinginkan oleh seluruh rakyat adalah system pemerintahan yang
lebih baik dari pada pemerintahan yang sedang berlaku saat itu. Untuk itu, maka
dipersiapkanlah wakil-wakil rakyat yang memiliki kecakapan retorik, yakni
kecakapan berpidato untuk meyakinkan pemerintah. Inti tuntutan rakyat adalah
terjadinya perubahan system pemerintahan tanpa pertumpahan darah.
Tokoh retorika yang terkenal pada saat
itu adalah Corax. Ia bersama muridnya yang bernama Tissias membangun sekolah
retorika untuk mereka yang ditunjuk sebagai wakil rakyat. Di sekolah ini yang
terutama diajarkan adalah retorika dalam pengertian kecakapan berpidato untuk
meyakinkan pihak lain. Hasil pendidikan Corax dan Tissias menunjukkan hasil
yang menggembirakan. Wakil-wakil rakyat yang benar-benar ahli dalam berpidato
berhasil meyakinkan penguasa akan pemerintahan demokratis yang dituntutnya.
Dengan demikian, tanpa terjadi pertumpahan darah, maka beralihlah pemerintahan
tirani ke pemerintahan demokrasi seperti yang menjadi tuntutan rakyat Sisilia.
Dengan keberhasilan itu, maka istilah retorika menjadi popular di seluruh
Yunani, terutama di kota Athena. Sementara itu, ajaran-ajaran Corax dan Tissias
dibukukan dengan judul Techne. Inilah
buku retorika pertama yang berisi tentang kecakapan berpidato untuk tujuan
politik.
Pemanfaatan retorika sebagai alat
politik lebih menonjol lagi di kalangan filsuf yang dikenal dengan nama kaum Sofis.
Tokoh-tokoh kaum Sofis seperti Gorgias, Protagoras, Isocrates, dan lain-lain
berhasil dengan gemilang membuktikan bahwa retorika adalah sarana yang efektif
untuk memenangkan suatu kasus. Tidak perduli apakah kasus itu punya dasar
kebenaran atau tidak. Karena itu setiap kasus, bagaimanapun sifatnya, akan
menang asal disampaikan secara retoris. Beginilah pengertian retorika dari kaum
Sofis yang lebih banyak mengajarkan keahlian bersilat lidah, berdebat kusir,
atau berpokrol bambu.
Dalam perkembangan selanjutnya,
retorika dipersiapkan secara intensif dan terencana untuk kegiatan-kegiatan
politik. Setelah Yunani, Romawi menjadi tempat pengembangan retorika sebagai
alat politik. Di Romawi dikenal tokoh-tokoh retorika di bidang politik seperti
Cicero, Quintilianus dengan pengikut-pengikutnya ( Quintilians). Kedua tokoh
ini menyempurnakan retorika kaum Sofis dengan ajaran-ajaran Aristoteles
sehingga retorika dikenal sebagai ilmu pidato.
Setelah itu, bukan berarti retorika
tidak dimanfaatkan dalam bidang politik. Sampai sekarang pun retorika
dimanfaatkan dalam bidang politik. Propaganda-propaganda politik,
kampanye-kampanye menjelang pemilu dalam Negara yang menganut pemerintahan
demokrasi adalah bukti pemanfaatan retorika di bidang politik. Politik
memanfaatkan retorika untuk mempengaruhi rakyat dengan materi bahasa,
ulasan-ulasan, dan gaya bertutur yang meyakinkan dan mencekam perhatian.
Propaganda itu kadang-kadang berhasil mengubah pendirian rakyat kadang-kadang
tidak. Ini bergantung pada tingkat pendidikan dan kecerdasan rakyat yang ingin
dipengaruhi.
Dalam rangka melaksanakan misi
politiknya masing-masing, kita mengenal tokoh-tokoh yang pintar berpidato yang
digunakan oleh presidennya masing-masing. Zaman Nixon di Amerika digunakan
tokoh Kissinger, zaman Sukarno digunakan Dr. Ruslan Abdulgani, zaman Suharto
digunakan Harmoko.
6.2
PENGGUNAAN RETORIKA DALAM BIDANG EKONOMI
Bidang
ekonomi juga menggunakan retorika. Para usahawan terlibat dalam penggunaan
retorika dalam rangka mempromosikan barang-barang produksinya. Oleh karena itu,
retorika digunakan secara luas untuk iklan, advertensi, dan reklame.
Terlibatnya retorika dalam iklan, advertensi, dan reklame tampak mencolok di
Negara-negara yang persaingan barang produksinya sudah tinggi. Bahkan di
Negara-negara seperti itu, ada rumah produksi periklanan di mana usahawan dapat
memesan iklan atau advertensi sesuai kebutuhannya. Penyusun advertensi dalam
menampilkan tuturnya memanfaatkan hal-hal yang menjadi idaman-idaman orang,
khayalan, atau harapan-harapan orang. Penyusunan advertensi dengan bahasa yang
retoris berusaha mengeksploitasi kebutuhan manusia, khayalnya, harapan-harapan,
idealnya, dan ketidaksadarannya. Betapa besarpengaruh bahasa advertensi itu,
sampai-sampai kemudian terasa bahwa barang-barang produksi yang dibuat manusia
berbalik membentuk “jiwa” manusia itu sendiri. Berkaitan dengan ini muncul
sinyalemen bahwa, usahawan dengan advertensinya sebenarnya tidak menjual
barang-barang yang di produksinya, melainkan mereka menjual harapan dan
janji-janji. Perhatikanlah bahasa advertensi berikut.
“Apalah artinya air minum sehat, bila
menggunakan Water Dispenser yang tidak sehat. SANKEN Water Dispenser
benar-benar dirancang dengan berbagai kelebihan untuk menjaga air minum Anda
agar tetap segar, aman dan higenis bahkan untuk bayi Anda”
Advertensi di atas dibuat untuk
menggoda manusia dengan menonjolkan kelebihan-kelebihan suatu produksi, dalam
hal ini Water Dispenser. Dengan retorika itu, konsumen dipengaruhi untuk
menggunakannya. Pemilihan ungkapan “Apalah artinya air minum sehat, bila
menggunakan Water Dispenser yang tidak sehat” mengandung pelecehan terselubung
terhadap Dispenser-Dispenser lain yang bukan SANKEN. Sugesti ini memang sengaja
dibangun untuk mempengaruhi pendengar atau pembaca.
Jika pada media cetak, sugesti
konsumen hanya dibangkitkan dengan menggunakan kata-kata saja (retoris), tetapi
melalui media TV, sugesti konsumen itu bahkan dibangkitkan dengan menggunakan
kata-kata, tayangan gambar, dan suara (multimedia), sehingga retorika dalam
dunia dagang atau ekonomi benar-benar dapat “mendesak” konsumennya untuk
mencobanya. Penggunaan sarana multimedia ini juga menjadi bagian keseluruhan
retorika, sebab setiap upaya yang dilakukan secara sadar atau tidak sadar yang
bermaksud mempengaruhi orang lain termasuk fenomena retoris.
6.3
PENGGUNAAN RETORIKA DALAM SENI
Dunia
seni juga merupakan bidang kehidupan yang tidak lepas dari retorika. Apalagi
seni itu dimaksudkan untuk “mendidik” penontonnnya. Banyak hasil karya seni
mengandung pendidikan, misalnya wayang kulit, wayang orang, wayang golek,
wayang beber, ludruk, arja, tari topeng pajegan (Bali), ludruk, ketrung, dan
lain-lain. Pada kesenian tersebut terdapat tokoh-tokoh punakawan yang pintar
bertutur (member nasihat), seperti tokoh Cepot dan Udel (Sunda), Semar, Gareng,
Petruk, dan Bagong (Jawa), Sangut, Delem, Merdah Tualen, Kartala, Punte (Bali).
Tokoh-tokoh ini sering bertutur dengan menggunakan bahasa yang terpilih, ulasan
yang mampu mempengaruhi penonton dengan menampilkan gagasan-gagasan yang
mengandung nilai kehidupan. Dalam hubungan inilah sesungguhnya mereka telah
menggunakan retorika dengan baik. Dalam pewayangan ada dalang yang menggunakan
retorika untuk mempengaruhi penontonnya. Dalam pewayangan terdapat tokoh-tokoh
yang baik dan tokoh-tokoh yang buruk sebagai persona yang dipakai oleh dalang
untuk menampilkan tutur-tutur bijak yang memukau. Keberhasilan dalang dalam
mempengaruhi penontonnya, karena ia mampu menerapkan retorika dengan baik.
Kemampuan seperti itu diperoleh oleh dalang melalui latihan-latihan yang
sistematis.
Pemanfaatan retorika tidak hanya pada
karya seni klasik saja, pada seni modern retorika juga dimanfaatkan, misalnya
pada seni drama, teater, film. Pada ketiga kesenian ini bahasa dan gaya bahasa
di pilih benar, kemudian ditata dengan baik, selanjutnya ditampilkan di depan
penonton. Cara kerja memilih/menemukan, menata dan menampilkan benar-benar
merupakan langkah-langkah seperti dalam retorika.
6.4
PENGGUNAAN RETORIKA DALAM TULISAN
Para
kuli tinta seperti wartawan dan reporter adalah orang-orang yang terlibat dalam
penggunaan retorika. Entah mereka nanti akan menuliskolom, rubric, tajuk, atau
menulis reportase, semuanya memerlukan kemampuan menggunakan retorika. Intinya
adalah bagaimana mereka dapat mempersuasi atau menarik perhatian pembacanya.
Kadang-kadang ada penulis yang mempunyai niat menggebu-gebu untuk bisa menarik
perhatian pembacanya. Karena keinginan yang menggebu-gebu itu, tulisan mereka
sering terkesan tendensius.
Dalam bentuk lisan, deklamator (dalam
deklamasi), pendongeng, tukang cerita, pedagang obat juga menggunakan retorika.
Mereka mencoba “menyihir” pendengarnya dengan memilih, menata, dan menampilkan
tutur yang menawan. Dalam profesi ini, ada tindakan penemuan topic/gagasan,
menata dalam urutan yang menarik, dan menampilkannya dengan bahasa dan gaya
bertutur yang memikat. Tindakan atau langkah yang dikerjakan itu merupakan
unsur retorika. Oleh karena itu, semua profesi yang disebut di atas (deklamator,
pendongeng, tukang cerita, pedagang obat) adalah profesi yang menggunakan
retorika.
6.5
PENGGUNAAN RETORIKA DALAM PENDIDIKAN
Secara
umum pendidikan diartikan sebagai cara memberikan bimbingan yang sistematis
kepada anak didik untuk mengembangkan dirinya dengan member pengetahuan,
keterampilan, dan lain-lain yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Jadi
pendidikan hanyalah membantu memberikan bimbingan kepada anak didik sehingga
potensi yang dimiliki anak dapat berkembang secara wajar.
Untuk dapat mewujudkan tujuan
tersebut, maka para pendidik perlu membuat perencanaan, menyiapkan materi,
menata unit-unit materi, menentukan sarana, menetapkan metode, dan melaksanakan
kegiatan pengajara. Dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan yang dilakukan
itu, para pendidik selalu mengkaji persoalan-persoalan yang ada seputar anak
didik. Hal ini dilakukan agar bimbingan (pendidikan) yang diberikan dapat
memotivasi, menarik minat, dan mempersuasi anak didik untuk belajar. Dalam
melakukan kegiatan seperti inilah, para pendidik terlibat dalam penggunaan
retorika.
Pertanyaan-pertanyaan
berikut akan menjawab keterlinatan seorang pendidik dengan retorika.
1.
Materi pelajaran apakah yang diperlukan oleh anak didik?
2.
Bagaimanakah cara menyajikan agar memikat anak didik?
3.
Sarana apakah yang diperlukan untuk memberikan kejelasan uraian?
4.
Bagaimana menyuguhkan contoh, ulasan, ilustrasi, dukungan, dan lain-lain
agar anak terangsang ingin tahu?
5.
Bagaimana cara mempengaruhi dan mengatur siswa agar mereka aktif dan kreatif?
Contoh-contoh pertanyaan di atas
sesungguhnya tidak lain merupakan bentuk khusus dari persoalan yang umum dalam
retorika. Itulah sebabnya, mengapa dikatakan bahwa, para pendidik dalam tugas
menyiapkan bimbingan yang disebut pendidikan itu dikatakan terlibat dengan
retorika.
Penggunaan retorika secara praktis,
tampak lebih nyata lagi dalam proses belajar-mengajar di kelas. Dalam hubungan
ini, para guru menerapkan prinsip-prinsip pendidikan yang telah dipelajari
sebelumnya. Melalui aktivitas belajar-mengajar, guru memanfaatkan retorika
sebanyak-banyaknya berdasarkan jenis materi pelajaran yang diajarkan, kondisi
anak didik yang dihadapi, keadaan sekolah tempat mengajar, situasi sosial
politik yang sedang berlangsung, dan factor-faktor yang lain. Yang lebih nyata
lagi bahwa guru menggunakan retorika adalah ketika guru mengambil contoh yang
telah diketahui oleh anak, member ulasan, menggunakan bahasa yang sesuai dengan
tingkat perkembangan anak, menggunakan mimic (gerak-gerik, pandangan mata,
gerak tangan, dan lain-lain). Jadi untuk meyakinkan anak didik akan kebenaran
materi yang disajikan, para guru melakukan sejumlah upaya dan tindakan. Semua
upaya dan tindakan yang dilakukan itu dimaksudkan untuk meyakinkan. Itulah pada
hakikatnya retorika yang dimanfaatkan guru.
Dapat disimpulkan, keseluruhan proses
yang dilakukan guru di dalam kelas adalah tindak retorika. Jika tindak retorika
dimanfaatkan dalam proses ini, maka pengajaran bisa membosankan. Akibatnya,
pendidikan tidak akan berhasil. Oleh karena itulah, guru yang cakap akan
memanfaatkan retorika dalam pendidikan. Di satu pihak ia bisa disenangi oleh
murid, di pihak lain ia bisa menjadi pendidik yang berhasil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar