FRASE
Pengantar
Pemahaman
akan frase sebagai salah satu satuan sintaksis, memberikan dasar yang lebih
mendalam tentang pemahaman seluk-beluk kalimat. Sebagai suatu konstruksi yang
terdiri atas dua kata atau lebih memiliki ciri tertentu baik struktur internalnya
maupun jenisnya sangat penting untuk dikenali lebih mendalam.
Dengan
mempelajari frase diharapkan diperoleh pemahaman yang memadai tentang konsep
frase, dan jenis frase.
1. Hakikat Frase
Pada
bagian pertama studi sintaksis telah dijelaskan bahwa satuan-satuan sintaksis
terdiri atas kata, frase, klausa, dan kalimat. Satuan-satuan sintaksis tersebut
bertugas sebagai pengisi fungsi-fungsi sintaksis, yaitu fungsi Subjek,
Predikat, Objek dan Keterangan. Untuk lebih mendalami hakikat, konsep atau pengertian
frase, dapat dicermati contoh berikut:
“Seorang dokter sedang memeriksa pasien
itu di kamar”.
Ujaran
di atas, merupakan sebuah kalimat yang terdiri dari sebuah klausa.
Fungsi-fungsi
sintaksis ujaran di atas adalah:
Subjek : seorang dokter
Predikat : sedang memeriksa
Objek : pasien itu
Keterangan : di kamar
Keempat
fungsi di atas, yaitu S, P, O dan K masing-masing diisi oleh satuan sintaksis
yang terdiri atas dua kata, yaitu:
-
Seorang dokter
-
Sedang memeriksa
-
Pasien itu
-
Di kamar
Seorang dokter, menduduki fungsi S, sedang
memeriksa, menduduki fungsi P, pasien itu, menduduki fungsi O, dan di
kamar, menduduki fungsi K.
Satuan-satuan sintaksis di
atas, tampaklah terdiri dari dua kata, dan mengisi fungsi-fungsi tertentu,
serta tidak melampaui fungsi yang lain. Demikianlah satuan sintaksis, yang
terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi (yang
ditempatinya) merupakan satuan gramatikal yang disebut frase. Jika diperhatikan
lebih lanjut, konstruksi frase itu tidak memiliki unsur predikat. Oleh karena
itu frase dapat pula dikatakan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan
dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikat.
Dari
uraian singkat di atas dapatlah disimpulkan hakikat tentang frase, yaitu:
1) Frase merupakan satuan
gramatikal yang merupakan gabungan dua kata atau lebih.
2) Frase merupakan satuan
yang mengisi salah satu fungsi.
3) Frase merupakan satuan
yang tidak melebihi batas fungsi.
4) Frase merupakan gabungan
kata yang bersifat nonpredikat.
2. Jenis
Frase
Sebagai suatu konstruksi frase
dibentuk oleh konstituennya. Hubungan antara konstituen dengan konstituen yang
lain memperlihatkan kesejajaran dan tidak kesejajaran. Sebagai suatu satuan
sintaksis, frase berposisi mengisi fungsi-fungsi sintaksis. Demikian pula
halnya kita dapat melihat kategori, kelas kata yang membentuk frase.
Dengan demikian frase
dapat dikelompokkan atas unsur-unsur pembentuknya, distribusinya dalam kalimat,
serta kelas kata unsur pembentuknya.
2.1
Penjenisan Frase Berdasarkan Unsur Pembentuknya
Berdasarkan unsur
pembentuknya frase dibedakan atas frase yang unsurnya berupa kata, dan
frase yang unsurnya frase, dan frase merupakan gabungan keduanya.
a. Frase yang unsurnya berupa
kata
Salah satu ciri frase
sebagaimana sudah dijelaskan bahwa frase merupakan satuan gramatikal yang
berupa gabungan dua kata atau lebih. Hal ini mengisyaratkan bahwa terdapat
frase yang unsur-unsur pembentuknya atau konstituennya berupa kata dan ada pula
gabungan dari gabungan kata.
Perhatikan contoh berikut:
(1) gedung itu
(2) sekolah itu
(3) perpustakaan itu
(4) bangunan itu
(5) rumah itu
(6) kantor itu
(7) perumahan itu
(8) pasar itu
(9) gedung sekolah
(10) gedung perpustakaan
(11) bangunan rumah
(12) bangunan kantor
(13) bangunan perumahan
(14) bangunan pasar
Contoh
frase (1) sampai dengan (4) tersebut dengan mudah kita kenali sebagai satuan
gramatik yang unsur-unsur pembentuknya atau konstituennya berupa kata.
Konstruksi (1) konstituennya adalah gedung dan itu, konstituennya
(2) adalah sekolah dan itu, konstituennya (3) adalah perpustakaan
dan itu. Demikian juga konstruksi (4), (5), (6), (7) dan (8)
berturut-turut konstituennya adalah bangunan, rumah, kantor, perumahan,
pasar dan kata itu yang merupakan salah satu konstituen konstruksi
(4), (5), (6), (7) dan (8).
Untuk
konstruksi (9) dan (10) konstituennya adalah gedung dan sekolah
serta perpustakaan, sedang konstituen untuk konstruksi (11), (12), (13)
dan (14), adalah bangunan dan berturut-turut rumah, kantor,
perumahan, dan pasar.
Konstruksi
dan konstituen pembentukan frase (1) sampai dengan (14) secara diagram
digambarkan sebagai berikut:
frase
|
konstituen
|
|
kata
|
kata
|
|
(1)
gedung itu
(2)
sekolah itu
(3)
perpustakaan itu
(4)
bangunan itu
(5)
rumah itu
(6)
kantor itu
(7)
perumahan itu
(8)
pasar itu
(9)
gedung sekolah
(10)
gedung perpustakaan
(11)
bangunan rumah
(12)
bangunan kantor
(13)
bangunan perumahan
(14)
bangunan pasar
|
gedung
sekolah
perpustakaan
bangunan
rumah
kantor
perumahan
Pasar
gedung
gedung
bangunan
bangunan
bangunan
bangunan
|
itu
itu
itu
itu
itu
itu
itu
itu
sekolah
perpustakaan
rumah
kantor
perumahan
pasar
|
Dari
diagram di atas tampaklah dengan jelas konstituen atau unsur yang membentuk
frase tersebut adalah kata.
b. Frase yang unsurnya berupa
frase
Sebagai suatu satuan
gramatikal frase dapat pula disusun oleh satuan yang lebih besar dari kata.
Secara hirarki memang kata adalah satuan gramatikal setingkat di bawah frase.
Sebagaimana diketahui proses gramatikal tidak selamanya berlangsung normal.
Artinya kadang terjadi penyimpangan, apakah itu pelompatan, pelapisan maupun
penurunan tingkat.
Dalam hal pelapisan
misalnya proses gramatikal terjadi pada tataran yang sama. Pada contoh (15),
(16), (17), (18), (19) dan (20) berikut, memperlihatkan proses gramatikalisasi
pelapisan kata menjadi kata.
(15) lari dalam pelarian
(16) ladang dalam perladangan
(17) kebun dalam berkebun
(18) lepas dalam terlepas
(19) rumah dalam perumahan
(20) ambil dalam diambil
Hal
yang sama , yaitu proses gramatikal pelapisan terdapat juga pada tataran frase.
Contoh (21), (22), (23), (24), (25), (26), (27), (28), (29), dan (30) berikut
ini memperlihatkan gramatikal frase menjadi frase.
(21) baju baru dan anak itu
dalam baju baru anak itu
(22) rumah sewa dan ayah
Ali dalam rumah sewa ayah Ali
(23) kamar belajar dan siswa
SMU dalam kamar belajar siswa SMU
(24) Perpustakaan sekolah dan sekolah
itu dalam perpustakaan sekolah itu
(25) Jembatan layang dan kota
itu dalam jembatan layang kota itu
(26) jalan tembus dan kampung
itu dalam jalan tembus kampung itu
(27) Sawah ladang dan penduduk
itu dalam sawah ladang penduduk itu
(28) Dokter baru dan puskesmas
itu dalam dokter baru puskesmas itu
(29) Peralatan baru dan sekolah
Ani dalam peralatan baru sekolah Ani
(30) Sepeda baru dan anak
itu dalam sepeda baru anak itu
Frase
baju baru anak itu pada frase (21), unsurnya atau konstituennya berupa frase
semua, yaitu baju baru dan anak itu selanjutnya frase baju
baru terdiri dari unsur yaitu berupa kata semua, yaitu kata baju dan
baru, dan frase anak itu terdiri dari dua unsur yang berupa kata sama, ialah
anak dan itu.
Diagram
proses gramatikalisasinya sebagai berikut:
Baju
baru anak itu
Baju
baru anak
itu
Baju baru anak itu
Pada
(22) frase rumah sewa ayah Ali, unsurnya adalah frase rumah sewa
dan ayah Ali. Jadi kedua unsurnya berupa frase. Selanjutnya frase rumah
sewa,terdiri dari dua unsur yang berupa kata , yaitu rumah dan sewa,
sedangkan frase ayah Ali, dibentuk oleh dua unsur kata yaitu ayah dan
Ali.
Proses gramatikal frase (21)
digambarkan sebagai berikut:
(22)
Rumah
sewa ayah Ali
Rumah
sewa ayah
Ali
Rumah sewa ayah Ali
Frase
(23) kamar belajar siswa SMU dibentuk oleh dua unsur yang semua berupa
frase yaitu kamar belajar dan siswa SMU. Selanjutnya frase kamar
belajar, terdiri dari dua unsur yang berupa kata , yaitu kamar dan belajar,
sedangkan frase siswa SMU, dibentuk oleh dua unsur kata yaitu siswa dan
SMU. Proses gramatikal frase (23) digambarkan sebagai berikut:
(23) kamar
belajar siswa SMU
Kamar
belajar siswa SMU
Kamar belajar siswa SMU
Frase
(24) yaitu perpustakaan sekolah . Sekolah itu, terdiri dari
konstituen frase yaitu perpustakaan sekolah dan sekolah itu. Tiap-tiap
frase dibentuk oleh dua kata, yaitu frase perpustakaan sekolah, oleh kata,
yaitu perpustakaan dan sekolah, sedangkan frase sekolah itu,
dibentuk oleh dua unsur kata yaitu sekolah dan itu. Proses
gramatikalisasi frase (24) di gambarkan sebagai berikut:
(24) perpustakaan
sekolah itu
Perpustakaan
sekolah sekolah
itu
Perpustakaan sekolah sekolah itu
Frase
(25) yaitu jembatan layang kota itu, terdiri dari konstituen frase yaitu
jembatan layang dan kota itu. Tiap-tiap frase dibentuk oleh dua
kata, yaitu frase jembatan layang, oleh kata, yaitu jembatan dan layang,
sedangkan frase kota itu, dibentuk oleh dua unsur kata yaitu kota dan
itu. Proses gramatikal frase (25) digambarkan sebagai berikut:
(25) jembatan
layang kota itu
Jembatan
layang kota itu
Jembatan layang kota itu
Frase
(26) yaitu jalan tembus kampung itu terdiri dari konstituen frase yaitu jalan
tembus dan kampung itu. Tiap-tiap frase dibentuk oleh dua
kata, yaitu frase jalan tembus, oleh kata, yaitu jalan dan tembus,
sedangkan frase kampung itu, dibentuk oleh dua unsur kata yaitu kampung
dan itu. Proses gramatikal frase (26)
digambarkan sebagai berikut:
(26) jalan
tembus kampung itu
Jalan
tembus kampung
itu
Jalan tembus kampung itu
Frase
(27) yaitu sawah ladang penduduk itu, terdiri dari konstituen frase
yaitu sawah ladang dan penduduk itu. Tiap-tiap frase dibentuk
oleh dua kata, yaitu frase sawah ladang, oleh kata, yaitu sawah
dan ladang, sedangkan frase penduduk itu, dibentuk oleh dua unsur
kata yaitu penduduk dan itu. Proses gramatikal frase (27)
digambarkan sebagai berikut:
Sawah
ladang penduduk itu
Sawah
ladang penduduk
itu
Sawah ladang penduduk itu
Frase
(28) yaitu dokter baru puskesmas itu, terdiri dari konstituen frase
yaitu dokter baru dan puskesmas itu. Tiap-tiap frase dibentuk
oleh dua kata, yaitu frase dokter baru, oleh kata, yaitu dokter
dan baru, sedangkan frase puskesmas itu, dibentuk oleh dua unsur
kata yaitu puskesmas dan itu.
Proses gramatikal frase (28)
digambarkan sebagai berikut:
(28) dokter
baru puskesmas itu
Dokter
baru puskesmas
itu
Dokter baru puskesmas itu
Frase
(29) yaitu peralatan baru sekolah Ani, terdiri dari konstituen frase
yaitu peralatan baru dan sekolah Ani. Tiap-tiap frase dibentuk
oleh dua kata, yaitu frase peralatan baru, oleh kata, yaitu peralatan
dan baru, sedangkan frase sekolah Ani, dibentuk oleh dua
unsur kata yaitu sekolah dan Ani. Proses gramatikal frase (29)
digambarkan sebagai berikut:
(29) peralatan
baru sekolah Ani
Peralatan
baru sekolah Ani
Peralatan baru sekolah Ani
Frase
(30) yaitu sepeda baru anak itu, terdiri dari konstituen frase yaitu sepeda
baru dan anak itu. Tiap-tiap frase dibentuk oleh dua kata, yaitu
frase sepeda baru, oleh kata, yaitu sepeda dan baru,
sedangkan frase anak itu, dibentuk oleh dua unsur kata yaitu anak
dan itu. Proses gramatikal frase (30) digambarkan sebagai berikut:
(30) sepeda
baru anak itu
Sepeda
baru anak
itu
Sepeda baru anak itu
Di
atas telah dijelaskan bahwa frase dibentuk oleh kata atau farse sebagai unsur.
Di dalam kenyataan ujaran terdapat pula frase yang unsur pembentuknya terdiri
dari gabungan kata dan frase, seperti ternyata pada contoh (31), (32), (33),
(34) dan (35) berikut ini:
(31) gedung sekolah itu
(32) gedung perpustakaan itu
(33) yang sedang menulis
(34) di tanah lapang
(35) koran kemarin pagi
Untuk
dapat menentukan unsur-unsur yang membentuk tiap frase tersebut di atas, harus
diperhatikan adalah prinsip hirarki dalam bahasa, untuk frase (31) misalnya
yang terdiri dari tiga kata, ialah gedung, sekolah, dan itu. Kata itu mungkin
berkaitan dengan gedung, hingga frase itu terdiri dari dua unsur, yaitu frase gedung
sekolah dan kata itu, atau mungkin juga kata itu berkaitan
dengan kata sekolah, sehingga frase gedung sekolah itu terdiri dari unsur, ialah
kata gedung dan frase sekolah itu. Jadi diagramnya mungkin dua
macam:
(31) a.
gedung sekolah itu
Gedung
sekolah itu
Gedung sekolah
b.
gedung sekolah itu
gedung sekolah itu
sekolah itu
Demikian
juga halnya dengan frase (32) yaitu gedung perpustakaan itu terdiri dari
tiga kata yaitu gedung, perpustakaan dan kata itu. Kata itu
mungkin juga berkaitan dengan kata gedung, atau mungkin juga dengan kata
perpustakaan. Jadi diagramnya mungkin dua macam:
(32) a.
gedung perpustakaan itu
Gedung
perpustakaan itu
b.
gedung perpustakaan itu
gedung
perpustakaan itu
perpustakaaan itu
Akan
halnya frase (33) yaitu yang sedang menulis, berbeda dengan frase (31)
dan (32) yang memiliki dua kemungkinan, konstruksi frase (33) hanya memiliki
satu kemungkinan konstruksi. Hal ini disebebkan kata yang hanya memiliki
kemungkinan berkaitan dengan menulis, dan bukan dengan sedang, sehingga
diagramnya pun berbeda dengan (32).
(33) yang
sedang menulis
Yang sedang menulis
Sedang menulis
Demikianlah
pula halnya dengan frase (34) yaitu di tanah lapang, terdiri dari tiga
kata yaitu di, tanah dan kata lapang. Kata di hanya
berkaitan dengan kata tanah, dan tidak dengan kata lapang. Oleh
karena itu diagramnya pun hanya satu kemungkinan:
(34) di
tanah lapang
di tanah lapang
tanah lapang
Untuk
frase (35), yaitu frase Koran kemarin pagi, kata pagi mungkin
berkaitan dengan kata koran, sehingga menjadi Koran pagi, dan
mungkin juga berkaitan dengan kata kemarin, sehingga menjadi kemarin
pagi.
Diagram proses gramatikalisasi frase
seperti berikut ini.
(35) a.
Koran kemarin pagi
Koran
kemarin pagi
Koran kemarin
b.
Koran kemarin pagi
Koran kemarin pagi
Kemarin pagi
2.2 Penjenisan Frase Berdasarkan
Distribusinya dalam Kalimat
Berdasarkan
distribusinya dalam kalimat frase dibedakan atas frase endosentris dan frase
eksosentris.
a. Frase endosentris
frase
endosentris adalah farse yang keseluruhan komponennya mempunyai perilaku
sintaksis yang sama dengan salah satu komponennya. Atau frase yang mempunyai
distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu
dari unsurnya tersebut. Salah satu komponen atau unsurnya itu dapat
menggantikan kedudukan keseluruhannya. Kesamaan distribusi itu diperlihatkan
oleh contoh (36), (37), (38), (39) dan (40) berikut ini.
(36) ia tidak memiliki rumah
pekarangan
(37) suami isteri pergi ke
tanah suci
(38) dua tiga hari lagi kapal
itu tiba
(39) pembinaan dan pengembangan bahasa
perlu digiatkan
(40) mereka sudah datang sebelum
pukul 18.00
Frase
rumah pekarangan dalam (36) memiliki distribusi yang sama dengan rumah
pada (36a) atau dengan distribusi pekarangan pada (36b).
(36) ia tidak memiliki rumah
pekarangan
(36a) ia tidak memiliki rumah
(36b) ia tidak memiliki pekarangan
Demikian
halnya frase suami isteri pada (37) memiliki distribusi yang sama dengan
suami pada (37a) dan isteri pada (37b).
(37) suami isteri ke tanah
suci
(37a) suami ke tanah suci
(37b) isteri ke tanah suci
Akan
halnya frase dua tiga pada (38) memiliki distribusi yang sama dengan dua
pada (38a) dan tiga pada (38b).
(38) dua tiga hari lagi kapal
itu tiba
(38a) dua hari lagi kapal itu
tiba
(38b) tiga hari lagi kapal itu
tiba
Pada
(39) frase pembinaan dan pengembangan memiliki distribusi yang
sama dengan pembinaan pada (39a) dan pengembangan pada (39b).
(39) pembinaan dan pengembangan
bahasa perlu digiatkan
(39a) pembinaan bahasa perlu
digiatkan
(39b) pengembangan bahasa
perlu digiatkan
Pada
(40) frase sudah datang pada (40) memiliki distribusi yang sama dengan datang
pada (40a).
(40a) mereka datang sebelum
pukul 18.00
b. Frase eksosentris
Frase
eksosentris adalah frase yang sebagian atau seluruh komponennya tidak memiliki
perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhan komponen-komponennya. Atau
dapat juga dikatakan frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan
semua unsurnya.
Ketidaksamaannya dapat dilihat dari
jajaran (41), (42), (43), (44) dan (45) berikut ini.
(41) dia membaca di perpustakaan
(42) ia datang dari Solo
(43) demi hidup ia berjuang
(44) ibu pergi ke pasar
(45) mereka duduk-duduk di samping
rumah
Frase
di perpustakaan pada (41) yang
terdiri dari di dan perpustakaan secara utuh dapat mengisi fungsi
keterangan pada (41). Akan tetapi baik komponen di dan perpustakaan
tidak dapat menggantikan keseluruhan komponen sebagai pengisi fungsi
keterangan, sebab konstruksi (41a) dan (41b) tidak berterima.
(41) dia membaca di perpustakaan
(41a) dia membaca di*
(41b) dia membaca perpustakaan*
Jadi
frase di perpustakaan tidak digantikan oleh di atau perpustakaan
secara terpisah.
Frase
dari Solo pada (42) yang terdiri
dari dari dan Solo secara bersama-sama mengisi fungsi keterangan.
Akan tetapi baik komponen dari dan Solo secara sendiri-sendiri
tidak dapat menggantikan keseluruhan distribusi frase dari dan Solo pada (42). Hal ini
seperti diperlihatkan oleh konstruksi (42a) dan (42b) yang tidak terima.
(42) dia datang dari Solo
(42a) dia datang dari*
(42b) dia datang Solo*
Frase
demi hidup pada (43) yang terdiri dari demi dan hidup secara
keseluruhan komponennya dapat mengisi fungsi keterangan. Akan tetapi secara
sendiri-sendiri seperti tampak pada konstruksi (43a) dan (43b) tidak dapat
menggantikan frase demi hidup.
(43) demi hidup ia berjuang
(43a) demi ia berjuang*
(43b) hidup ia berjuang*
Frase
ke pasar pada (44) yang terdiri dari ke dan pasar secara keseluruhan
komponennya dapat mengisi fungsi keterangan. Akan tetapi secara sendiri-sendiri
seperti tampak pada konstruksi (44a) dan (44b) tidak dapat menggantikan frase ke
pasar.
(44) ibu pergi ke pasar
(44a) ibu pergi ke*
(44b) ibu pasar*
Frase
di samping rumah pada (45) yang terdiri dari gabungan unsur kata dan frase yaitu
unsur katanya adalah samping dan rumah secara keseluruhan komponennya dapat
mengisi fungsi keterangan. Akan tetapi unsur-unsurnya tidak dapat menggantikan
fungsi keterangan pada (45), seperti tampak pada konstruksi (45a) dan (45b).
(45) mereka duduk-duduk di samping
rumah
(45a) mereka duduk-duduk di*
(45b) mereka duduk-duduk samping
rumah*
2.3 Penjenisan Frase Berdasarkan
Kelas Katanya
Telah
dijelaskan bahwa frase dibentuk oleh satuan atau unsur yang berupa kata dan ada
pula yang berupa frase, atau gabungan antara kata dan frase. Unsur-unsur itu,
misalnya kata mengisi frase yang memiliki distribusi tertentu dalam kalimat,
baik sebagai frase endosentris maupun frase eksosentris. Jika dicermati lebih
mendalam ternyata terdapat persamaan distribusi frase dengan kelas kata yang
menjadi unsur frase tersebut. Berdasarkan itu frase dapat digolong-golongkan
menurut kelas katanya menjadi empat golongan, yaitu frase golongan N atau frase
nominal, frase golongan V atau frase verbal, frase golongan A atau frase ajektival,
frase golongan Bil atau frase bilangan, dan frase golongan Ket atau frase
keterangan. Di samping empat frase tersebut terdapat frase yang tidak memiliki
distribusi yang sama dengan kategori kelas katanya, yaitu frase depan atau
frase preposisional.
a. Frase Nominal
frase
nominal adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nominal,
atau frase yang induknya adalah kelas nominal. Persamaan distribusi itu
diperlihatkan oleh konstruksi (46), (46a), (47), (47a), (48), (48a), (49),
(49a) dan (50), (50a).
(46) mahasiswa lama sedang
ujian
(46a) mahasiswa yang sedang
ujian
(47) ia membeli baju baru
(47a) ia membeli baju
(48) kakak saya sedang pergi
(48a) kakak sedang pergi
(49) dua kertas kerja perlu
diperbanyak
(49a) kertas kerja perlu diperbanyak
(50) ia membeli sepasang cincin
emas
(50a) ia membeli cincin
Frase
mahasiswa lama pada (46), adalah frase nominal, karena memiliki
distribusi yang sama dengan kelas nominal, yaitu mahasiswa, seperti
terdapat pada (46a).
Frase
baju baru pada (47), adalah frase nominal, karena memiliki distribusi
yang sama dengan kelas nominal, yaitu baju, seperti terdapat pada (47a).
Frase
kakak saya pada (48), adalah frase nominal, karena memiliki distribusi
yang sama dengan kelas nominal, yaitu kakak, seperti terdapat pada
(48a).
Frase
dua kertas kerja pada (49), adalah frase nominal, karena memiliki
distribusi yang sama dengan kelas nominal, yaitu kertas kerja, seperti
terdapat pada (49a).
Frase
cincin emas pada (50), adalah frase nominal, karena memiliki distribusi
yang sama dengan nominal, yaitu cincin, seperti terdapat pada (50a).
b. Frase Verbal
frase
verbal adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata verbal.
Persamaan distribusi itu diperlihatkan oleh deretan (51), (51a), (52), (52a),
(53), (53a), (54), (54a) dan (55), (55a).
(51) ia akan pergi ke
Sukabumi
(51a) ia pergi ke Sukabumi
(52) tamu itu sudah datang sejak
pagi
(52a) tamu itu datang sejak
pagi
(53) Tuti dapat menyanyi
dengan baik
(53a) Tuti menyanyi dengan
baik
(54) mereka makan dan minum
di warung itu
(54a) mereka makan minum di
warung itu
(55) ia sering berlari setiap
pagi
(55a) ia berlari setiap pagi
Frase
akan pergi pada (51), adalah frase verbal, karena memiliki
distribusi yang sama dengan kata verbal, yaitu pergi, seperti terdapat
pada (51a).
Frase
sudah datang pada (52), adalah frase verbal, karena memiliki distribusi
yang sama dengan kata verbal, yaitu datang, seperti terdapat pada (52a).
Frase
dapat menyanyi pada (53), adalah frase verbal, karena memiliki distribusi
yang sama dengan kata verbal, yaitu menyanyi, seperti terdapat pada
(53a).
Frase
makan dan minum pada (54), adalah frase verbal, karena memiliki
distribusi yang sama dengan kata verbal, yaitu makan minum seperti
terdapat pada (54a).
Frase
sering berlari pada (55), adalah frase verbal, karena memiliki
distribusi yang sama dengan kata verbal, yaitu berlari, terdapat pada
(55a).
c. Frase Ajektival
Frase
Ajektival adalah frase yang distribusinya sama dengan kata ajektival. Persamaan
distribusi itu diperlihatkan oleh contoh (56), (56a), (57), (57a), (58), (58a),
(59), (59a), dan (60), (60a).
(56) minuman teh ini kurang manis
(56a) minuman teh ini manis
(57) negeri ini sekarang aman tentram
(57a) negeri ini sekarang aman
(58) warna bajumu biru langit
(58a) warna baju biru
(59) anak itu sedikit manja
(59a) anak itu manja
(60) ia seorang kuat iman
(60a) ia seorang kuat
Frase
kurang manis adalah frase ajektival pada (56), karena memiliki
distribusi yang sama dengan kata ajektival, yaitu manis, seperti terdapat
pada konstruksi (56a).
Frase
aman tentram adalah frase ajektival pada (57), karena memiliki
distribusi yang sama dengan kata ajektival, yaitu aman, seperti terdapat
pada konstruksi (57a).
Frase
biru langit adalah frase ajektival pada (58), karena memiliki distribusi
yang sama dengan kata ajektival, yaitu biru, seperti terdapat pada
kontruksi (58a).
Frase
sedikit mania adalah frase ajektival pada (59), karena memiliki
distribusi yang sama dengan kata ajektival, yaitu mania, seperti
terdapat pada konstruksi (59a).
Frase
kuat iman adalah frase ajektival pada (60), karena memiliki distribusi
yang sama dengan kata ajektival, yaitu kuat, seperti terdapat pada
konstruksi (60a).
d. Frase Bilangan
Frase
bilangan adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan.
Kesamaan distribusi itu seperti yang tampak pada konstruksi (61), (61a), (62),
(62a), (63), (63a), (64), (64a), dan (65), (65a).
(61) dua buah mobil itu telah
terjual
(61a) dua mobil itu telah
terjual
(62) lima botol minuman keras
telah disita
(62a) lima minuman keras telah
disita
(63) ia membeli lima helai
kain
(63a) ia membeli lima kain
(64) tiga ekor gajah telah
dilatih
(64a) tiga gajah telah dilatih
(65) lima kwintal karung beras
terjual
(65a) lima karung beras
terjual
Kata
dua, tiga, dan lima. Dalam contoh-contoh di atas, adalah kata bilangan,
sedangkan kata-kata buah, botol, helai, ekor, kwintal dan karung disebut kata satuan.
Jadi frase bilangan selalu diikuti kata satuan.
Frase
dua buah pada (61), adalah frase bilangan karena memiliki distribusi
yang sama dengan kata bilangan, yaitu dua, seperti yang terdapat pada contoh
(61a).
Frase
lima botol pada (62), adalah frase bilangan karena memiliki distribusi
yang sama dengan kata bilangan, yaitu lima, seperti yang terdapat pada
contoh (62a).
Frase
lima helai pada (63), adalah frase bilangan karena memiliki distribusi
yang sama dengan kata bilangan, yaitu lima, seperti yang terdapat pada
contoh (63a).
Frase
tiga ekor pada (64), adalah frase bilangan karena memiliki distribusi
yang sama dengan kata bilangan, yaitu tiga, seperti yang terdapat pada
contoh (64a).
Frase
lima kwintal pada (65), adalah frase bilangan karena memiliki distribusi
yang sama dengan kata bilangan, yaitu lima, seperti yang terdapat pada
contoh (65a).
e. Frase Keterangan
Frase
keterangan adalah frase yang distribusinya sama dengan kata keterangan, yaitu
kata yang memiliki kecenderungan fungsi keterangan (Ket). Persamaan distribusi
tersebut seperti tampak pada contoh (66), (66a), (67), (67a), (68), (68a),
(69), (69a), dan (70), (70a).
(66) sekarang ini Doni baru
mandi
(66a) sekarang Doni baru mandi
(67) tadi pagi ibu membeli
roti
(67a) tadi ibu membeli roti
(68) mereka akan tiba besok pagi
(68a) mereka akan tiba besok
(69) nanti malam acara tivi
sangat menarik
(69a) nanti acara tivi sangat
menarik
(70) kemarin pagi ayah
menerima surat
(70a) kemarin ayah menerima
surat
Frase
sekarang ini pada (66), adalah frase keterangan karena memiliki
distribusi yang sama dengan keterangan, yaitu sekarang, seperti yang
terdapat pada contoh (66a).
Frase
tadi pagi pada (67), adalah frase keterangan karena memiliki distribusi
yang sama dengan keterangan, yaitu tadi, seperti yang terdapat pada
contoh (67a).
Frase
besok pagi pada (68), adalah frase keterangan karena memiliki distribusi
yang sama dengan keterangan, yaitu besok, seperti yang terdapat pada
contoh (68a).
Frase
nanti malam pada (69), adalah frase keterangan karena memiliki distribusi
yang sama dengan keterangan, yaitu nanti, seperti yang terdapat pada
contoh (69a).
Frase
kemarin pagi pada (70), adalah frase keterangan karena memiliki
distribusi yang sama dengan keterangan, yaitu kemarin, seperti yang
terdapat pada contoh (70a).
1. Frase Depan
Frase
depan adalah sebagai penanda, diikuti oleh kata/frase nominal ajektival,
verbal, bilangan, atau keterangan sebagai petandanya. Frase depan atau frase
preposional ini seluruh komponennya tidak berperilaku sintaksis sama dengan
komponen-komponen, baik dengan preposisinya maupun sumbunya. Perhatikan contoh
(71), (72), (73), (74), dan (75).
(71) dengan tangkas ia
menangkap bola itu
(72) di sekeliling kebun ditanami
cabe
(73) dari antara tiga puluh siswa,
Ani anak terpandai
(74) nasehat itu meresap ke dalam
hati
(75) ia bergeser ke sebelah kanan
Frase
dengan tangkas pada (71) terdiri dari preposisi dengan sebagai
penanda dan diikuti ajektiva tangkas sebagai petanda.
Frase
di sekeliling kebun pada (72) terdiri dari preposisi di sekeliling
sebagai penanda dan diikutu nomina kebun sebagai petanda.
Frase
di antara tiga puluh siswa (73) terdiri dari frase tiga puluh
sebagai penanda dan siswa sebagai petanda.
Frase
ke dalam hati pada (74) terdiri dari frase depan yang dibentuk oleh ke
dalam sebagai petanda dan hati sebagai nomina.
Frase
ke sekolah pada (75) terdiri dari preposisi di sekeliling sebagai
penanda dan diikuti nomina sekolah sebagai petanda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar