Di Balik Jilbab Panjangmu
Judul Cerpen Di Balik Jilbab
Panjangmu
Lolos moderasi pada : 10 March 2017
Hampir 2 tahun aku mengenyam
pendidikan Sekolah Menengah Atas di kotaku ini. Sekarang aku duduk di bangku
kelas XI-IPA, tentunya selama ini aku memiliki banyak pengetahuan dan
pengalaman. Teman-teman biasa memanggilku Luna, tepatnya Luna Dwi Mahayani. Aku
memiliki 2 orang sahabat yang sangat menyayangi dan peduli denganku, mereka tak
lain ialah Mia dan Safa. Tanpa mereka mungkin setiap hari aku akan meneteskan
air mata.
Bel berbunyi menandakan jam
pelajaran telah usai, aku memutuskan untuk tetap di kelas walau perutku melilit
karena lapar. “Lun, kamu enggak ke kantin?.” Tanya Mia. “Enggak, aku di sini
aja lagi males, kalian duluan aja.” Jawabku tenang seraya mengisyaratkan untuk
pergi. “Ya udah, aku turun duluan ya.” Ucapnya pergi. Aku membalasnya dengan
senyuman.
Setelah hampir 10 menit, sesekali
kutengok pintu ruangan tetapi mereka tak kunjung datang dan membuatku merasa
kesepian. Sejenak, dan aku memutuskan untuk menyusul mereka di kantin. Ketika
aku melangkahkan kakiku untuk ke luar aku berpapasan dengan seorang siswi
berjilbab panjang dengan raut wajahnya yang cantik, dan beberapa snack di
tangannya. Selama ini aku tidak pernah menjumpainya apalagi mengenalnya.
Mungkin karena siswanya yang terbilang ratusan hingga membuatku tak kenal satu
sama lain. “Dia siapa?” Ucapku dalam hati. Aku berniat untuk mengejar
langkahnya, tapi apa daya langkahnya begitu cepat membuatku hilang pandangan.
Dari jauh aku hanya mendengar seseorang yang bercakap-cakap dalam ruangan,
entah siapa. Tetapi saat itu aku tidak menghiraukannya dan memilih untuk pergi.
Jam istirahat telah usai, aku dan
kedua sahabatku memasuki kelas dan menanti datangnya guru favoritku tak lain
ialah Pak Anto guru Matematika. Dan saat itu aku memilih untuk ngobrol dengan
Safa, sementara Mia memilih untuk keluar ruangan. “Safa, kamu tahu nggak, siswi
yang pakai jilbab panjang itu, dia cantik banget.” Ucapku kagum. “Oh.. iya
tahulah, dia itu Nita. Tak cuma itu dia juga pandai.” Jawabnya tenang. “Oh ya…
cantik ya orangnya, sholihah Fa, auratnya tertutup semua.” Balasku. “Memang sih
cantik, tertutup semua auratnya, tetapi asal kamu tahu, dia berstatus pacaran.”
Ucapnya membuatku tersentak kaget. “Pacaran? mana mungkin Fa, dia sholihah
lihat auratnya aja tertutup semua, jilbabnya menjulur panjang, jangan bercanda
donk.” Jawabku tak percaya berharap ucapannya itu tidak benar. “Jangan tertipu
dengan penampilan seseorang.” Ucap Safa seraya menoleh ke arahkku. “Lalu… tapi
dia itu seorang muslimah Fa.” Ucapku meyakinkan Safa. “Memang dia muslimah,
lalu kenapa?” Jawabnya singkat. “Apa Seorang muslimah berpacaran?” Tanyaku
serius. “Menurutmu.” Tanyanya balik. Aku tidak menjawabnya, hanya memikirkan
satu jawaban yaitu TIDAK.
Aku segera bangkit dari dudukku dan
memutuskan untuk melihatnya, Aku menoleh kesana kemari tapi aku tak kunjung
menemukannya. Mataku tertuju pada salah satu ruangan yang terbuka, di sana aku
melihat siswa maupun siswi. Ada yang membaca, menulis, ngobrol, dan di sana
pula aku melihatnya, meski hanya kulihat dari jilbabnya aku mengenalinya. “Dia
itu kan?” Ucapku terkejut ketika aku melihatnya duduk berdampingan dengan
seorang lelaki, tak lain adalah kekasihnya. Aku melihatnya tak percaya dan aku
berusaha memperjelas pandanganku. Ketika aku membuka mata aku melihatnya begitu
jelas, menyuapi kekasihnya, ketawa bareng dan lelaki itu mencubit pipinya yang
halus itu dengan manja, aku menatapnya dan mereka terlihat semakin romantis.
“Apa ini namanya seorang muslimah?” Ucapku lirih.
Detik berganti menit dan menit berganti
jam. Pelajaran hari ini telah usai, Pak Anto mengakhiri pembelajarannya dan
bangkit untuk keluar ruangan. “Pak Anto, tunggu.” Panggilku. “Bolehkah saya
bertanya.” Tanyaku. “Iya, tanya apa Luna,” Jawab pak anto. “Apakah seorang
muslimah itu harus berjilbab panjang dan haruskah menjalin hubungan
berpacaran.” Ucapku jelas. “Tidak!!!” Jawabnya tegas. “Kenapa pak.” Balasku.
“Luna, seorang muslimah itu adalah seorang wanita yang menutup auratnya dari
ujung rambut hingga ujung kaki, selain wajah dan telapak tangan. Seperti yang
kamu katakan berjilbab panjang. Tetapi seorang muslimah tidak akan pernah
berpacaran, karena kamu tahu pacaran itu hukumnya haram. Jadi, percuma jika
kita berjilbab panjang tertutup aurat kita, tetapi di balik itu kita menjalin
hubungan dengan yang bukan mahrom kita.” Jelasnya tenang seraya berusaha
membuatku mengerti akan maksudnya.
“Betapa hinanya mereka. Ternyata di
balik itu mengandung sejuta kemaksiatan.” Ucapku dalam hati. “Mereka yang
berjilbab tetapi berpacaran sama halnya dengan maksiat, dan Luna… Memang di
hadapan kita akan terlihat sangat memesona, cantik, anggun, sholihah tetapi di
hadapan allah mereka sangat hina, karena mereka mengotori sejatinya seorang
muslimah.” Jelas Pak Anto.
Sekarang aku tahu, seorang muslimah
sejati pasti akan menjauhkan dirinya dari sentuhan lelaki yang bukan mahromnya
serta akan menutup segala auratnya.
SELESAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar