Bagian
Satu
Membaca Cepat Dan Efektif
A. Membaca Cepat Dan Efektif
Menurut
Ahmadslamet Harjusujana (1988), KEM
ialah kecepatan yang dicapai oleh pembaca berdasarkan rumus banyaknya jumlah
kata dibagi panjangnya waktu yang diperlukan. Sedangkan Tampubolon menyebutkan
bahwa KEM ialah kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan. Jadi
ada dua aspek yang diperhatikan dalam kecepatan efektif membaca, yaitu
kecepatan membaca dan pemahaman terhadap isi bacaan.
Langkah-langkah:
1.
Mempersiapkan tes KEM
Tes KEM mengukur kemampuan membaca
seseorang. Untuk itu dalam proses pemilihannya perlu mempertimbangkan hal-hal
berikut:
a. Aspek kesulitan wacana
Kesulitan sebuah wacana erat hubungannya dengan
keterbacaan wacana, yaitu sesuai tidaknya suatu bacaan bagi pembaca tertentu
dilihat dari segi kesukarannya (Tampubolon, 1987: 214).
b. Aspek isi wacana
Isi wacana berkaitan dengan meteri yang dibicarakan dalam
wacana.
c. Aspek panjang pendek wacana
Wacana yang digunakan dalam tes KEM hendaknya
tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek.
d. Faktor bentuk dan jenis wacana
Burhan Nurgiantoro (1987:230) mengemukakan
bahwa wacana yang digunakan dalam tes dapat berupa frasa narasi, puisi maupun
drama. Bentuk wacana tersebut bisa besifat faktual maupun imajinatif.
2.
Jenjang KEM
a. Tes KEM jenjang ingatan
Siswa diminta untuk menyebutkan fakta-fakta
atau konsep sederhana yang terdapat dalam wacana yang telah dibacanya.
b. Tes KEM jenjang pemahaman
Siswa memahami isi wacana meliputi antar hal, hubungan
sebab akibat, hubungan antar fakta-fakta atau konsep dan membedakan antar hal.
c. Tes KEM jenjang penerapan
Siswa memiliki kemampuan untuk menyeleksi
atau memilih suatu abstraksi tertentu secara tepat untuk selanjutnya diterapkan
dalam suatu situasi baru dan menerapkannya secara benar.
d. Tes KEM jenjeng analisis
Siswa dituntut untuk menganalisis suatu
bagian-bagian yang khusus, mengidentifikasi dan membedakan informasi tertentu
dalam wacana.
e. Tes KEM jenjang sintesis
Tes jenjang ini menuntut siswa peserta tes untuk membuat
generalisasi.
f. Tes KEM jenjang evaluasi
Menuntut siswa memberi penilaian terhadap sesuatu
berdasarkan dalil, hukum, prinsip, pengetahuan.
B. Upaya
Meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca
Menurut para pakar, beberapa faktor
internal berasal dari dalam diri pembaca yang turut mempengaruhi kecepatan
efektif membaca seseorang tersebut antara lain meliputi:
1.
Kepemilikan kompetensi kebahasaan pembaca.
2. Kepemilikan skema (informasi non
visual) dan keakraban pembaca topik yang terdapat dalam bacaan tersebut.
3. Dorongan motivasi dan tekat
pembaca untuk mengetahui isi bacaan yang tengah dibacanya.
4. Penggunaan strategi yang tepat
saat melakukan membaca.
5. Kondisi kesehatan, baik secara
fisik maupun psikis.
Sedangkan
faktor eksternalnya meliputi:
1. Tingkat kesulitan wacana dan organisasi tulisan.
2. Situasi dan kondisi lingkungan saat melakukan kegiatan
membaca.
Farr
dan Rosser sebagaimana dikutip oleh H. G. Tarigan (1986: 28) menyebutkan
setidaknya ada tiga faktor yang menurutnya sangat mempengaruhi kecepatan
efektif membaca seseorang yaitu:
1. Tingkat kesulitan bahan bacaan.
2. Keakraban
dan rasa ingin tahu terhadap pokok persoalan yang disajikan dalam bacaan.
3. Kebiasaan-kebiasaan membaca.
Sedangkan
Tampubolon secara lebih teknis mengemukakan empat faktor penentu kecepatan
efektif membaca tersebut yaitu:
1. Kompetensi kebahasaan
Penguasaan bahasa dalam keseluruhan, terutama
tata bahasa dan kosa kata, terutama berbagai arti dan nuansa serta ejaan dan
tanda-tanda baca, serta pengelompokan kata.
2. Kemampuan mata
Keterampilan mata melakukan gerakan-gerakan
membaca yang efisien. Gerakan-gerakan tersebut ialah
sikade, fiksasi, lompatan kembali, jangkauan penglihatan, dan jangkauan
pemahaman.
3. Penentuan informasi fokusa
Menentukan informasi lebih dulu yang
diperlukan sebelum memulai membaca pada umumnya dapat meningkatkan efesiensi
membaca.
4. Teknik-teknik dan metode-metode membaca
Teknik-teknik yang dimaksud misalnya, skimming dan
scanning, SQ3R dan sejenisnya.
C. Metode Pengembangan Kecepatan
Membaca
a. Metode kosakata
Metode kosakata yaitu metode mengembangkan
kecepatan membaca melalui pengembangan kosakata si pembaca.
b. Metode motivasi (minat)
Metode memotivasi para pembaca yang mengalami
hambatan dalam kecepatan membacanya dengan rangsangan bahan-bahan bacaan yang
menarik dapat menumbuhkan minat mereka membaca.
c. Metode bantuan alat
Metode untuk meningkatkan kecepatan dan kecermatan
membaca ialah lewat latihan dengan menggunakan bantuan alat.
d. Metode gerak mata
Lewat metode ini seseorang mampu meningkatkan kecepatan
membacanya dua hingga tiga kali lipat dari kecepatan semula.
D. Kecepatan Membaca Dan Mengukur Kemampuan Membaca
1. Kecepatan membaca
Baradja (1990:121) mengemukakan
bahwa seseorang pembaca yang baik, selain dengan membaca dengan cepat, ia juga harus tahu dimana ia harus membaca
dengan cepat ataupun lambat. Hal itu karena, suatu bacaan atau buku memerlukan
tingkat pemahaman yang berbeda saat
dibaca. Ada bacaan yang ringan dan bacaan yang berat.
Menurut Soedarso (2005:19), selain
unsur utama dalam membaca, ada juga keterampilan dasar membaca seperti gerakan
mata, membaca frasa, mengenal kata-kata kunci baik untuk fiksi maupun nonfiksi.
Mata bergerak dari satu titik fiksasi melompat ke titik fiksasi yang lain. Pembaca
yang efisien, dapat menangkap lebih banyak kata, yaitu seorang pembaca
diusahakan pada saat membaca jangan menghafal kata-kata yang dibacanya,
melainkan memahami maksud apa yang dibacanya.
2. Menangkap dan mengenali kata
Membaca merupakan proses menangkap
dan mengenali kata-kata dalam sebuah kalimat, paragraf, dan wacana.
3. Tujuan Membaca Cepat
Mendapatkan informasi
sebanyak-banyaknya dalam waktu yang relatif singkat.
4. Membentuk Kebiasaan Membaca
Efisien
Membentuk kebiasaan membaca yang
efisien memakan waktu yang relatif lama. Oleh karena itu, usaha-usaha
pembentukan hendaknya di mulai sedini
mungkin dalam kehidupan, yaitu
sejak masa kanak-kanak.
5. Cara Mengembangkan Kecepatan Membaca
Membiasakan diri untuk membaca
pada kelompok-kelompok kata, jika dalam penulisa bacaan itu dalam bentuk kolom-kolom
kecil (seperti surat kabar), arah gerak mata kita kebawah bukan ke samping
secara horizontal tapi ke bawah (vertical), arahkan pandangan bola mata itu ke
bawah lurus. Dengan mata bergerak ke bawah maka kita akan lebih cepat menyelesaikan bacaan dan lebih cepat memahami
isinya (Dalman, 2010: 28).
6. Hal-hal yang Menghambat Kecepatan Membaca
Hal-hal yang dapat menghambat
seseorang pembaca dalam membaca adalah sebagai berikut:
-
Menyuarakan apa yang di baca.
-
Membaca kata demi kata.
-
Membantu melihat/menelusuri baris-baris bacaan dengan
alat-alat tertentu (ujung pensil, ujung jari).
-
Mengerak gerakan
kaki atau angota tubuh yang lain.
-
Konsentrasi berpikir pecah dengan hal-hal yang luar
bacaan.
-
Bergumang-gumang atau bersenanung.
-
Kebiasaan berhenti lama di awal kalimat, paragraph,
sub-sub bab, bahkan di tengah tengah kalimat.
-
Kebiasaan mengulang-ulang unit-unit bacaan yang telah di
baca (Baca Nurhadi, 2004: 31)
Adapun hal-hal yang perlu di
pelajari untuk meningkatkan kecepatan membaca adalah sebagai berikut :
-
Memahami hakikat membaca;
-
Mengetahui kecepatan mengukur membaca;
-
Mampu mengukur tingkat pemahaman terhadap bacaan;
-
Mengetahui dan menerapkan metode dan teknik pengembangan
kecepatan membaca;
-
Mengetahui faktor-faktor secara tak sadar menghambat
kecepatan membaca, baik factor internal maupun factor eksternal;
-
Mengetahu bermacam-macam variasi kecepatan membaca sesuai
dengan variasi tujuan membaca;
-
Mampu memilih aspek tertentu saja yang di butuhkan dalamm
bacaan sesuai dengan tujuan membaca;
-
Menganggap kegiatan membaca sebagai kebutuhan;
-
Selalu membbaca pada berbagai jenis bacaan, dengan rasa
butuh yang sangat tinggi (desakan untuk membaca) (Baca Nurhadi, 2004: 32).
7. Standardisasi kecepatan membaca
Sebagai seorang pembaca aktif,
sebaiknya kita harus mengetahui kecepatan membaca kita.
Sebenarnya, berapakah KEM
(Kecepatan Efektif Membaca) yang harus kita miliki ? jawabannya antara lain
sangat dipengaruhi oleh jabatan yang kita sandang serta tingkat tingkat
pendidikan yang kita jalani. Meskipun demikian, formula berikut dapat dijadikan
sebagai sebuah tolak ukur minimalnya (Soedarso, 2005).
Jenjang pendidikan kecepatan membaca
SD/SLTP 200 kata per menit
SLTA 250 kata per menit
Mahasiswa 325
kata per menit
Mahasiswa Pascasarjana 400 kata per menit
Orang Dewasa (tidak sekolah) 200 kata per menit
Untuk jenjang SD, Chistine Nuttal
(1989) yang dikutip oleh Harras & Sulistianingsih (1997) merincinya sebagai
berikut:
Kelas I 60-80 kata per menit
Kelas II 90-100 kata per menit
Kelas III 120-140 kata per menit
Kelas IV 150-160
kata per menit
Kelas V 170-180 kata per menit
Kelas VI 190-250 kata per menit
Untuk mahasiswa kualifikasi KEM
tersebut antara lain sebagai berikut:
Kecepatan membaca kualifikasi
175-250 KPM rendah/kurang memadai
250-350 KPM sedang/memadai
400-500 KPM tinggi/efektif
Untuk menentukan KEM sebagaimana
diuraikan di atas, maka diperoleh ukuran KPM tersebut hendaklah diikuti oleh
pemahaman terhadap isi bacaan.
8. Mengukur Kemampuan Membaca
Kemampuan membaca adalah kecepatan
membaca dan pemahaman isi, maka dalam mengukur kemampuan membaca yang perlu
diperhatikan adalah dua aspek tersebut. Pada umumnya kecepatan membaca biukur
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Contoh: Andai kata yang anda baca
1600 kata dalam 3 menit dan 20 detik. Berapa kecepatan membaca anda ?
Jawab: 3 menit 20 detik = 200 detik
Jadi kecepatan
membaca Anda adalah 480 KPM (Soedarso, 2005:14).
Rumus yang dapat digunakan untuk
mengukur kemampuan membaca:
Keterangan :
KM : Kemampuan membaca
KPM : jumlah kata per menit
KB : jumlah kata per bacaan
SM :
jumlah sekon membaca
PI :
persentase pemahaman isi
Untuk mengukur waktu baca biasanya yang
dipergunakan ialah sekon.
Yang dimaksud dengan persentase
pemahaman isi ialah persentase jawaban yang benar atas pertanyaan-pertanyaan
yang tersedia (baca Tampubolon, 1990).
Contoh:
KM :kemampuan membaca
KPM : jumlah kata per menit
KB : 500
SM : 120 detik
PI : 70
Tamatan SLTA
diharapkan talah dapat membaca setidak-tidaknya dengan kecepatan 120
kata per menit dengan pemahaman isi 70%. Dengan kata lain tamatan SLTA
diharapkan telah memiliki setidak-tidaknya KM = 175 KPM (70% X250).
B. Membaca Intensif Dan Membaca Ekstensif
1) Membaca
Ekstensif
Membaca
ekstensif merupakan program membaca luas, maka implikasinya antara lain, pertama , bahan-bahan bacaan, baik teks maupun
ragamnya haruslah luas dan beraneka. kedua, waktu yang dipergunakan untuk
membaca pun harus sesingkat mungkin.
Menurut
broughton (1978) sebagaimana dikutip oleh H. G. Tarigan (1979: 31) membaca
ekstensif meliputi tiga jenis membaca:
a) Membaca Survey
Membaca dengan tujuan untuk mengetahui gamabaran umum
ihwal isi (content) serta ruang lingkup (scope) dari bahan bacaan yang hendak
kita baca.
b) Membaca
sekilas
Sejenis membaca yang membuat mata kita
bergerak dengan cepat melihat dan memperhatikan bahan tertulis untuk mencari
dan meperhatikan bahan tertulis untuk mencari dan mendapatkan informasi secara
cepat (Tarigan,1990:32).
Menurut Soedarso (1988:89) skimming anatara lain dapat diperlukan untuk
kepentingan:
Ø Mengenal topik
bacaan
Ø Mengetahui
pendapat orang lain (opini)
Ø Mendapatkan
bagian penting yang kita perlukan, tanpa membaca keseluruhan
Ø Mengetahui
organisasi tulisan
Ø Penyegaran
terhadap bahan yang pernah dibaca
c) Membaca
Dangkal
Merupakan kegiatan membaca untuk memperoleh
pemahaman yang dangkal atau tidak terlalu mendalam dari bahan bacaan yang kita
baca.
2) Membaca
Intensif
Menurut Brook sebagaimana dikutip oleh
H.G.Tarigan (1990:35) intensif reading merupakan studi seksama, telaah teliti
serta penanganan terperinci terhadap suatu tugas yang pendek yang kira-kira
hanya 2-4 halaman pada setiap harinya. Jenis membaca antara lain:
a. Membaca Teliti
Kegiatan membaca seksama yang bertujuan untuk
memahami secara detail gagasan-gagasan yang terdapat dalam teks bacaan tersebut
atau untuk melihat organisasi penulisan atau pendekatan yang digunakan oleh si
penulis. Penunjang proses membaca teliti yakni dengan menandai bagian-bagian
buku yang dianggap penting.
Ø Untuk menandai
pernyataan-pernyataan, definisi atau hal-hal lain yang dianggap peting, kita
dapat menggunakan tanda garis bawah, baik dengan menggunakan ballpoint, pena
atau dengan membuat blok dengan menggunakan stabillo berwarna terang.
Ø Untuk memberi
penekanan pada suatu pernyataan yang telah digaris bawahi, kita dapat membuat
garis-garis tegak lurus pada setiap pinggir halaman buku tersebut.
Ø Melingkari
kata-kata ataupun frasa-frasa yang dianggap penting.
b. Membaca
Pemahaman
Menurut H. G. Tarigan (1986: 56) merupakan
sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma
kesastraan. Resensi kritis, drama tulis serta pola-pola fiksi.
c. Membaca
Kritis
Menurut Albert
[et al ] sebagaimana dikutip oleh H.G.Tarigan (1986:89) membaca kritis adalah
sejenis kegiatan membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati,
mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan.
d. Membaca Ide
Mwenurut
H.G.Tarigan (1986:166) membaca ide adalah sejenis kegiatan membaca yang
bertujuan untuk mecari, memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat
dalam bacaan. Kemudian menurut Anderson (1972) sebagaiman dikutip oleh
H.G.Tarigan membaca ide adalah kegiatan membaca yang bertujuan untuk mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut dari suatu bacaan:
Ø Mengapa hal
itu merupakan judul atau topik yang baik
Ø Masalah apa
saja yang dikupas atau dibentangkan dalam bacaan tersebut
Ø Hal-hal apa
yang dipelajari dan dilakukan oleh sang tokoh
e. Membaca
Bahasa Asing
Membaca
bahasa asing bertujuan untuk memperbesar daya kata dan untuk mengembangkan
kosakata, sedangkan tataran yang lebih tinggi saja bertujuan untuk mencapai
kefasihan.
f. Membaca
Sastra
Membaca
sastra merupakan kegiatan membaca karya-karya sastra, baik dalam hubungannya
dengan kepentingan apresiasi maupun dalam hubungannya dengan kepentingan studi
atau kepentingan pengkajian.
Bagian
Dua
Membaca
Permulaan
A. Membaca Permulaan
1.
Pengertian
Membaca Permulaan
Membaca
Permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar
kelas awal.
Empat
aspek keterampilan berbahasa dalam dua kelompok kemampuan (Muchlisoh, 1992:
119) :
1.
Keterampilan yang bersifat menerima (reseptif)
yang meliputi ketrampilan membaca dan menyimak.
2.
Keterampilan yang bersifat mengungkap
(produktif) yang meliputi ketrampilan menulis dan berbicara.
Pada
tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki keterampilan kemampuan
membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh
keterampilan atau kemampuan membaca. Melalui tulisan itulah siswa dituntut
dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut, untuk memperoleh
kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan :
1.
Lambang-lambang tulis,
2.
Penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan
3.
Memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.
Membaca
Permulaan merupakan suatu proses keterampilan dan kognitif. Proses keterampilan
menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang fonem, sedangkan proses
kognitif menunjuk pada penggunaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal
untuk memahami makna suatu kata atau kalimat (Nuryati, 2007).
2.
Tujuan Membaca
Permulaan
Dalam
teori pendidikan klasik, mendidik anak-anak pra-sekolah dan kelas-kelas rendah
belum memberi pengetahuan intelektual. Yang harus dikembangkan adalah
kecerdasan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan pengendalian emosinya.
Pendidikan pra-sekolah sesungguhnya ditekankan pada bagaimana menumbuhkan
perasaan senang berimajinasi, menggunggah dan menggali hal-hal kecil di
sekitarnya.
Pembelajaran
bahasa yang utama ialah sebagai alat komunikasi. Seorang anak belajar bahasa
karena di desak oleh kebutuhan untuk berkomunikasi dengan orang-orang di
lingkungan sekitar. Oleh karena itu sejak dini anak-anak diarahkan agar mampu
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar untuk berkomunikasi dalam
berbagai situasi yaitu, mampu menyapa, mengajukan pertanyaan, menjawab,
menyebutkan pendapat dan perasaan melalui bahasa (Thahir, 1993:2 dalam http://digilib.unnes.ac.id).
3.
Metode yang
Digunakan dalam Pembelajaran Membaca
Dalam
Pembelajaran Permulaan ada beberapa metode yang digunakan antara lain:
1)
Metode Eja
Pembelajaran
Membaca Permulaan dengan metode ini memulai pengajarannya dengan mengenalkan
huruf-huruf secara alpabetis. Huruf-huruf tersebut dilafalkan anak sesuai
bunyinya menurut abjad.
Misalnya : b, a
– ba (dibaca be.a – ba)
d,u – du
(dibaca de.u – du)
ba-du
dilafalkan badu
2)
Metode Bunyi dan Abjad
Proses
Pembelajaran Membaca Permulaan dengan metode bunyi hampir sama dengan metode
eja, hanya saja perbedaannya terletak pada sistem pelafalan abjad atau huruf.
Misalnya :
huruf b
dilafalkan /beh/
d dilafalkan
/deh/
Dengan demikian
kata “nani” dieja menjadi :
En.a – na - En.i
– ni – dibaca – na-ni
3)
Metode Suku Kata dan Metode Kata
Prose
Pembelajaran Membaca Permulaan dengan metode ini diawali dengan pengenalan suku
kata seperti ba, bi, be, bu, bo, ca, ci, cu, ce, co, da, di, du, de, do, dan
seterusnya. Suku-suku kata tersebut kemudian dirangkaikan menjadi kata-kata
bermakna.
Contoh
perangkaian kata menjadi kalimat dimaksud seperti pada contoh dibawah ini :
ka-ki ku-da
ba-ca bu-ku
cu-ci ka-ki
(dan sebagainya).
Jika kita
simpulkan, langkah-langkah pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan
metode suku kata adalah:
a)
tahap pertama, pengenalan suku-suku kata
b)
Tahap kedua, perangkaian suku-suku kata menjadi
kata
c)
tahap ketiga, perangkaian kata menjadi kalimat
sederhana
d)
tahap keempat, pengintegrasian kegiatan
perangkaian dan pengupasan (kalimat kata-kata – suku kata – kata).
4)
Metode Global
Sebagai contoh,
dibawah ini merupakan bahan ajar untuk membaca dan menulis permulaan yang
menggunakan metode global.
a)
Memperkenalkan gambar dan kalimat
b)
Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata;
kata menjadi suku kata; suku kata menjadi huruf-huruf.
Misalnya
: ini mimi
ini
mimi
i-n-i
mi-mi
i-n-i
m-i-m-i
5)
Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik)
SAS merupakan
salah satu jenis metode yang biasa digunakan untuk proses pembelajaran membaca
dan menulis permulaan bagi siswa pemula. Dalam hal ini Momo (1979)
mengungkapkan beberapa cara, metode ini dibagi menjadi dua tahap, yakni: tanpa
buku dan menggunakan buku.
1)
Tahap tanpa buku, dengan cara :
1.
Merekam bahasa siswa, bahasa yang digunakan
oleh siswa dalam percakapan mereka, direkam untuk digunakan sebagai bahan
bacaan.
2.
Menampilkan gambar sambil bercerita.
Kalimat-kalimat
yang digunakan guru dalam bercerita itu digunakan sebagai pola dasar bahan
bacaan.
Contoh: guru
memperlihatkan gambar seorang anak yang sedang menulis sambil bercerita,
misalnya: ini Adi, Adi sedang duduk dikursi.
1.
Membaca gambar.
Contoh: guru
memperlihatkan gambar seorang ibu yang sedang memegang sapu, sambil mengucapkan
kalimat “ini ibu”.
2.
Membaca gambar dengan kartu kalimat.
Setelah siswa
dapat membaca gambar dengan lancar, guru menempatkan kartu kalimat gambar
dibawah. Dengan menggunakan media seperti itu untuk menguraikan dan
menggabungkan kembali akan lebih mudah.
3.
Membaca kalimat secara struktural (S).
Setelah siswa
dapat membaca tulisan dibawah gambar, sedikit demi sedikit gambar dikurangi
sehingga ahirnya mereka dapat membaca tanpa dibantu gambar.
Misalnya: Ini bola
Ini
bola Adi
4.
Proses Analitik (A).
Sesudah siswa
dapat membaca kalimat, mulailah menganalisis kalimat itu menjadi kat, kata
menjadi suku, suku menjadihuruf.
Misalnya: ini
bola
Ini
bola
I ni
bo la
I
n
i
b
o
l a
5.
Proses Sintetik (S).
Setelah siswa
mengenal huruf-huruf dalam kalimat yang digunakan, huruf-huruf itu dirangkai
lagi menjadi suku kata dan akta menjadi kalimat.
Misalnya : Ini
bola
I
ni
bo la
I
n
i
b
o
l a
2)
Tahap dengan buku, dengan cara :
1.
Membaca buku pelajaran
2.
Membaca majalah bergambar.
3.
Membaca bacaan yang disusun oleh guru dan sisw
4.
Membaca bacaan yang disusun oleh siswa secara
berkelompok.
5.
Membaca bacaan yang disusun siswa secara
individual.
Kelemahan
Metode SAS yaitu:
1.
Kurang Praktis
2.
Membutuhkan banyak waktu
3.
Membutuhkan alat peraga
4.
Faktor-faktor
Yang Menyebabkan Anak Mengalami Kesulitan Membaca Permulaan
Siswa
yang mengalami kesulitan belajar dalam hal membaca bacaan. Hal ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor:
1.
Faktor Internal
a)
Minat baca
b)
Motivasi
c)
Kepemilikan Kompetensi Membaca
2.
Faktor Eksternal
Faktor
eksternal ini meliputi unsur-unsur yang berasal dari lingkungan baca. Dalam hal
ini sekolah sebagai pusat kebudayaan harus menciptakan siswa yang gemar membaca
melalui perpustakaan sekolah.
5.
Kesulitan Yang
dihadapi Anak Dalam Membaca Permulaan
Kesulitan-kesulitan
tersebut antara lain :
1)
Kurang mengenali huruf
2)
Membaca kata demi kata
Hal
ini disebabkan oleh :
1.
gagal menguasai keterampilan pemecahan kode
(decoding).
2.
gagal memahami makna kata.
3.
kurang lancar membaca.
3)
Pemparafase yang salah
4)
Miskin pelafalan
5)
Penghilangan
6)
Pengulangan
7)
Pembalikan
8)
Penyisipan
9)
Penggantian
10)
Menggunakan gerak bibir, jari telunjuk dan
menggerakkan kepala
11)
Kesulitan konsonan
12)
Kesulitan vocal
13)
Kesulitan kluster, diftong dan digraph
14)
Kesulitan menganalisis struktur kata
15)
Tidak mengenali makna kata dalam kalimat dan
cara mengucapkannya
B.
Membaca Pemahaman atau membaca Lanjut
1.
Pengertian
Membaca Lanjut
Membaca lanjut merupakan proses membaca untuk memperoleh isi pesan
yang terkandung dalam tulisan. Kedua tingkatan tersebut bersifat kontinum,
artinya pada tingkatan membaca permulaan yang fokus kegiatannya penguasaan
sistem tulisan, telah dimulai pula pembelajaran membaca lanjut dengan pemahaman
walaupun terbatas. Demikian juga pada membaca lanjut menekankan pada pemahaman
isi bacaan, masih perlu perbaikan dan
penyempurnaan penguasaan teknik membaca permulaan (Syafi’ie, 1999: 16).
2.
Jenis jenis membaca tingkat lanjut
a.
Membaca pemahaman
kegiatan
membaca dengan tujuan utamanya untuk memahami isi pesan yang terdapat dalam
bacaan, membaca pemahaman lebih menekankan pada penguasaan isi bacaan
bukan pada indah, cepat atau lambatnya membaca.
b. Membaca
memindai
Merupakan
kegiatan membaca yang sangat cepa untuk memperoleh informasi tertentu dari
bacaannya, ketika seorang siswa membaca
dengan teknik memindai maka dia akan melampaui banyak kata.
c. Membaca
layap
Membaca yang
membuat mata kita bergerak cepat melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk
mengetahui isi umum atau bagian dalam suatu bacaan.
d.
Membaca intensif
Proses membaca
yang dilakukan secara seksama, cermat, dan teliti dalam penangan terperinci yang
dilakukan pada saat membaca karena kegiatan membaca intensif ini tidak semata– mata merupakan kegiatan
membaca saja tetapi lebih menekankan pada pemahaman isi bacaan dalam kegiatan
membaca intensif ini teks yang dibaca biasanya disajikan teks yang pendek
pendek.
e. Membaca
nyaring
Membaca nyaring
atau membaca bersuara keras merupakan kegiatan membaca yang dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan membaca dan menyimak
f.
Membaca dalam hati
Membaca dalam
hati memberi kesempatan pada siswa untuk memahami teks yang dibacanya secara
lebih mendalam dan untuk melatih siswa menangkap arti bacaan itu dalam waktu
singkat dan melatih kesanggupan siswa untuk memusatkan perhatian dan pemikiran
terhadap suatu soal, serta melatih siswa untuk dapat mengambil kesimpulan dari
apa yang dibacannya.
3.
Metode
Pendekatan Untuk Membaca Lanjutan
a. Teknik
Membaca
Ada beberapa
teknik membaca untuk dapat menemukan informasi fokus dengan efisien, di
antaranya: (Tampubolon dalam Farida Rahim, 2005)
a. Teknik
baca-layap skimming
Teknik
skimming merupakan keterampilan membaca yang diatur secara sistematis untuk
mendapatkan hasil yang efisien.
b. Teknik
baca tatap scanning
Teknik
scanning digunakan untuk menemukan kata tertentu dalam kamus atau mencari nomor
telepon.
c.
Teknik Baca-pilih (selecting)
dilakukan
dengan cara memilih bahan/bagian bacaan yang dianggap relevan dengan kebutuhan
pembacanya.
d. Teknik
Baca-lompat (skipping)
menemukan
bagian bacaan relevan dengan kebutuhan pembacanya, dilakukan dengan melompati
bagian-bagian yang tidak diperlukan.
Metode pendekatan pembelajaran yang digunakan
dalam membaca lanjutan:
1.
Pendekatan Komunikatif, yaitu membaca bacaan dan menyatakan pendapat/
perasaannya.
2.
Pendekatan Integratif yaitu membaca dialog antara dua orang atau lebih
secara perorangan, berpasangan atau kelompok.
3.
Pendekatan keterampilan proses yaitu membaca teks bacaan, menemukan gagasan
utama dan menjawab pertanyaan yang diajukan.
4.
Pendekatan tematis, yaitu membaca novel anak-anak dan membicarakan isinya.
Bagian
Tiga
Metode SKQ3R
A.
Pengertian Dan
Langkah-Langkah Metode SKQ3R
SQ3R merupakan suatu mtode membaca
yang baik untuk kepentingan membaca secara intensif dan rasional. Metode membaca
ini dianjurkan oleh seorang guru besar psikologi dari Ohio State Univercity,
yaitu Prof.Fancis P. Rabinson tahun 1941.Kegiatan membaca dengan menggunakan
metode SQ3R mencakup lima langkah :
1.
Survei
(penelaahan dan pendahuluan)
2.
Question
(bertanya)
3.
Read (baca)
4.
Recite
(mengutarakan kembali)
5.
Review
(mengulang kembali)
Begitulah gambaran singkat kegiatan
membaca yang menggunakan metode SQ3R. dengan demikian, yang dimaksud dengan
SQ3R adalah suatu metode membaca untuk menemukan ide-ide pokok dan pendukungnya
serta untuk membantu mengingat agar lebih tahan lama melalui lima langkah
kegiatan dalam SQ3R (survey, question, read, recite dan review).
Penjelasan dari lima langkah tersebut yakni :
1. Survei (penelaahan dan pendahuluan)
Caranya dengan membuka-buka buku
secara cepat dan keseluruhan yang langsung tampak. meliputi (1) bagian
pendahuluan: halaman judul, daftar isi, halaman ucapan terimakasih, daftar
tabel dan daftar gambar (jika ada daftar tabel, grafik dan gambar) atau barang
kali juga halaman yang berisi persetujuan dari yang berwenang menerbitkan buku
tersebut, dan abstraksi. (2) bagian isi buku, yang menggambarkan urutan dan
tata penyajian isi buku. (3) bagian akhir buku, yang berisi kesimpulan, saran
atau rekomendasi, daftar pustaka dan indeks.
2. Question (bertanya)
Pembaca telah merumuskan
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan bacaan pertanyaan-pertanyaan itu
dapat menuntun kita memahami bacaan, dan mengarahkan pikiran pada isi bacaan
yang akan dimasuki sehingga anda bersikap aktif. Pembaca tidak saja mengikuti
pada apa yang dikatakan pengarang. Pembaca boleh mengkritik dan mempertanyakan
apa yang dikatakan pengarang sambil nanti melihat buktinya.
3. Read
(baca)
Setelah
mensurvei dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan, selanjutnya mulai melakukan
membaca. Tidak perlu semua kalimat demi kalimat, melainkan membaca dapat dengan
dituntun pleh pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan.
4. Recite
(mengutarakan kembali)
Buatlah
catatan-catatan penting tentang bagian yang dibaca itu dengan kata-kata sendiri,
lakukan itu secara terus-menerus sampai selesai membaca. Catatan itu dapat
berupa kutipan, simpulan atau komentar. Catatan-catatan tersebut akan membantu
untuk mengingat apa yang sudah dibaca agar tidak sampai terjadi begitu selesai
membaca hilang pula apa yang telah dibaca.
5. Review
(mengulang kembali)
Setelah
selesai membaca buku secara keseluruhan, tinjau kembali hal-hal yang penting
yang telah dibaca. Temukan bagian-bagian yang peting yang perlu untuk diingat
kembali, terutama hal-hal yang telah diberi tanda atau garis bawahi.
Pengulangan kembali ini akan membantu daya ingat dan memperjelas pemahaman
terhadap bacaan.
B.
SQ3R Dalam
Membaca Untuk Studi
Membca untuk studi ialah membaca untuk memahami isi buku secara
keseluruhan, baik pikiran pokok maupun pikiran-pikiran penjelas sehingga
pemahaman yang komprehensif (mendalam dan utuh) tentang isi buku tercapai.
Untuk mencapai hal tersebut pembaca perlu melakukan persiapan tertentu dan
mengetahui metode yang efektif dan efisien. Salah satu diantara metode tersebut
adalah SQ3R.
Salah satu syarat penting untuk membaca studi ialah konsentrasi
atau memusatkan pikiran. Tanpa adanya konsentrasi, maka pemahaman yang
diharapkan pun tidak akan tercapai. Ada tiga kondisi yang harus dipersiapkan
agar dapat membaca dengan penuh konsentrasi, yaitu (a) kesehatan, ketenangan
jasmanidan rohani (b) kesegaran dan ketenangan tempat serta (c) keteraturan
waktu.
Langkah-lagkah selanjutnya dalam membaca untuk studi ialah
menentukan metode yang efektif dan efisien. Salah satu metode untuk kepentingan
membaca studi ialah SQ3R. Membaca dengan SQ3R harus kita lakuakan dengan
mengikuti langkah-langkah yang tersurat dalam singkatan SQ3R tersebut. Ada
beberapa keuntungan atau manfaat yang kita peroleh dengan menggunakan metode
tersebut.
1.
Dengan
mensurvei buku terlebih dahulu, kita akan mengenal organisasi tulisan dan
memperoleh kesan umum dari buku. hal ini akan mempercepat pemahaman terhadap
buku tersebut.
2.
Pertanyaan-pertanyaan
yang telah disusun tentang apa yang kit abaca akan membangkitkan keingintahuan
dan membantu kita untuk membaca dengan tujuan mencari jawaban-jawaban yang
penting,serta akhirnya akan meningkatkan pemahaman dan mempercepat penguasaan
seluruh isi buku.
3.
Dapat melakukan
kegiatan membaca secara lebih cepat karena dipandu oleh langkah-langkah sebelumnya,
yaitu mensurvei buku dan menyusun pertanyaan tentang bacaan.
4.
Catatan-catataan
tentang buku yang dibaca dapat membantu kita memahami secara cepat dan membantu
ingatan. Mencatan fakta-fakta serta ide-ide yang penting akan menanamkan kesan
yang mendalam pada ingatan itu.
5.
Melaui langkah
terakhir, yaitu review atau mengulangi, kita akan memperoleh penguasaan bulat ,
menyeluruh atas bahan yang kit abaca.
Usaha yang
efektif untuk memahami dam mengingat lebih lama dapat dilakukan dengan:
a)
Mengorganisasikan
bahan yang dibaca kaitannya yang sudah dipahami.
b)
Mengaitkan
fakta yang satu dengan yang lain, atau dengan menghubungkan pengalaman atau
konteks yang dihadapi.
C. Penerapan Metode SQ3R
Dengan peningkatan keterampilan membaca menggunakan metode pembelajaran
SQ3R, diharapkan siswa mampu memecahkan masalah, mengambil keputusan, berfikir
kritis, dan berfikir kreatif sehingga hasil belajar siswa dapat juga
ditingkatkan. Metode SQ3R ini diharapkan siswa dapat memahami dan
mengingat materi dalam jangka waktu yang lebih lama/bersifat permanen.
Penggunaan metode SQ3R dalam pembelajaran akan terasa lebih menarik
sehingga dapat meningkatkan motivasi untuk memahami suatu bacaan.
a.
Kemampuan membaca pemahaman
Menurut Sadler menyatakan, membaca tidak hanya sekedar memasangkan bunyi
dengan huruf atau belajar kata-kata, membaca melibatkan pemahaman, memahami apa
yang dibaca, apa makna yang diimplikasikan.
Berdasarkan pengertian tersebut, ada tiga hal atau tiga elemen dalam
membaca pemahama, yaitu:
1. Pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki tentang topik.
2. Menghubungkan pengetahuan dan pengalaman dengan teks yang akan dibaca.
3. Proses pemerolehan makna secara aktif sesuai dengan pandangan yang
dimiliki.
Usaha efektif untuk memahami dan mengingat lebih
lama dapat dilakukan dengan:
1. Mengorganisasikan bahan yang
dibacanya dalam kaitan yang mudah dipahami.
2. Mengaitkan fakta yang satu dengan fakta yang lain.
b. Pendekatan Membaca Pemahaman Dengan SQ3R
Membaca adalah kegiatan atau suatu aktivitas yang rumit atau kompleks,
karena bergantung pada keterampilan berbahasa pelajar, dan pada tingkat
penalarannya Di sisi lain, Suyatmi berpendapat bahwa membaca merupakan sekedar
kegiatan yang menyuarakan lambang-lambang tertulis saja tanpa mempersoalkan
apakah kalimat atau kata-kata yang dilisankan itu dipahami atau tidak.
Sejalan dengan dua pengertian di atas Yasir Burhan dalam Suyatmi membaca
adalah arti sesungguhnya ialah perbuatan yang dilaksanakan berdasarkan
kerjasama atas beberapa keterampilan, yaitu mengamati, memahami, dan
memikirkan.
Proses
Membaca Pemahaman dengan SQ3R
a. Survey
Survey atau prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum membacanya
secara lengkap, dilakukan untuk mengenal organisasi dan ikhtisar umum yang akan
dibaca dengan maksud untuk,
1)
Mempercepat menangkap arti,
2)
Mendapatkan abstrak,
3)
Mengetahui ide-ide yang penting,
4)
Melihat susunan (organisasi) bahan bacaan tersebut,
5)
Mendapatkan minat perhatian yang seksama terhadap bacaan,
6)
Memudahkan mengingat lebih banyak dan memahami lebih mudah.
b. Question
1. Ajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya tentang isi bacaan itu.
2. Dengan adanya berbagai pertanyaan itu, cara membaca kita menjadi lebih
aktif dan lebih mudah menangkap gagasan yang ada.
c. Read
1. Membaca adalah langkah ketiga, bukan langkah pertama atau satu-satunya
langkah untuk menguasai bacaan.
2. Pada tahap ini konsentrasikan pada penguasaan ide pokok serta detail yang
penting, yang mendukung ide pokok.
d. Recite
1. Setiap selesai membaca suatu bagian, berhentilah sejenak.
2. Cobalah menjawab pertanyaan-pertanyaan bagian itu dan menyebutkan
hal-hal penting dari bab itu.
3. Buatlah catatan seperlunya.
4. Jika masih kesulitan, ulangi membaca bab itu sekali lagi.
e. Review
1. Setelah selesai membaca, telusuri kembali judul, subjudul, dan bagian-bagian
penting lainnya.
2. Tahap ini selain membantu daya ingat dan memperjelas pemahaman juga
mendapatkan hal-hal penting dari bacaan tersebut.
D.
PENGERTIAN DAN KONSEP TEORI SKEMA
Istilah skema
sebenarnya bukan hal yamg baru bagi kita, kata ini sudah lama milik bangsa Indonesia
(merupakan kata serapan dari bahasa inggris “schema”. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia ( KBBI ) kata skema merupakan padanan dari kata bagan, rangka-rangka
atau rancangan. Ada beberapa sumber yang menjelaskan pengertian skema ini. Keterangannya
cukup legkap dikemukakan oleh “ Chaplin (1981) “ yang terdapat dalam dictionary of psikology, mengemukakan
empat macam keterangan tentang skema yaitu:
1.
Skema sebagai
suatu peta kognitif yang terdiri atas sejumlah ide yang tersusun rapi.
2.
Skema sebagai
kerangka referensi untuk merekam berbagai peristiwa atau data.
3.
Skema sebagai
suatu model.
4. Skema sebagai suatu kerangka
referensi yang terdiri atas respon-respon yang pernah diberikan yang kemudian
menjadi standart bagi respon-respon selanjutnya.
Dalam keterangan diatas juga
dijelaskan tentang makna skema sebagai berikut :
Skema adalah suatu pengertian yang
digeneralisasikan. Suatu rencana atau struktur seperti yang digunakan dalam
kalimat” skema adalah suatu proses membaca yang dimana setiap orang boleh
dikatakan tidak pernah sama “.
1.
Skema adalah
suatu konsep konseptual yang perlu untuk memahami sesuatu. Contoh : skema yang
dimiliki oleh si Adapat menolong pemahamannya dalam bidang bahasa.
2.
Skema adalah
suatu cerita yang melahirkan kenyataan yang
disampaikan dalam pikiran, tetapi tidak ditransformasikan lewat pikiran ( piaget
).
Dari sejumlah pengertian tentang
skema di atas, kita dapat menangkap pengertian yang sederhana tentang skema itu
yakni sebagai latar belakang atau asosiasi-asosiasi yang dapat bangkit atau
muncul kembali pada seseorang melihat atau membaca kata, frase,atau kalimat.
Sebagai contoh : saat kita mendengar kata “ pantai “ pikiran kita akan
mengasosiasikan pada segala sesuatu yang mendekati atau berhubungan dengan
pantai seperti pada gemuruh omak, atau diasosiasikan dengan berkemah ditepi
pantai dan seterusnya. Dengan kata lain skema seseorang dapat bergantung pada
pikiran atau pengalaman yang dimilikinya.
Dengan kemampuan membaca yang baik maka
diharapkan anak mencapai pendidikan yang memberi pengertian tentang membaca,
antara lain :
1.
Membaca adalah
suatu proses yang dilakukan atau dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh
pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa
tulis. ( tarigan,1986 )
2.
Membaca adalah
bringing meaning atau memetik serta memahami arti/makna yang terkandung di
dalam bahan tertulis ( Finociaro dan Bonomo , 1973 ).
3.
Membaca adalah
suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam tersurat, melihat pikiran yang
terkandung di dalam kata-kata yang tertulis
( Anderson, 1972 ).
4.
Membaca adalah
proses of identiflying, interpreting and evaluating idea in terms of the mental
content or total awareness of the reader ( Mc Ginnis , 1982 ).
Membaca dibagi menjadi dua yaitu
membaca permulaan dan membaca lanjut. Di dalam proses mebaca terdapat tiga
macam proses kegiatan yang berbeda yaitu :
1.
Proses bottom
up (bawah-atas) yaitu pembaca mulai dengan pemahaman huruf lalu mulai ke
pemahaman kalimat proses ini timbul karena adanya data masukan. Pembaca yang
memergunakan cara ini umumnya merupakan pembaca pemula. Dengan kata lain proses
ini terjadi apabila pembaca membaca sebuah teks atau yang baru dikenalnya atau
masih asing. Struktur dari bottom up ini yaitu meliputi pengkodean,
perangkaian, dan pengolahan. Dan kelemahan dari model membaca jenis ini yaitu
model ini sangat bergantung pada visual (melihat). Dan juga bergantung pada
bunyi.
2. Proses top-down (atas-bawah) yaitu pembaca mulai untuk
melakukan interpretasi terhadap teks yang dibacanya. Mereka telah meimiliki
latar belakang atau skema tentang teks tersebut. Proses ini memberikan
pertolongan kepada pembaca dalam upaya mengatasi keragu-raguan atau dalam
pemilihan interpretasi terhadap data yang masuk. Struktur
dari model membaca jenis ini yaitu meliputi pengolahan memori, perangkaian, dan
pengkodean. Dalam model membaca jenis ini kita bisa mengambil banyak keuntungan
di dalamnya, suatu missal kita menggunakan model top-down ini, kita bisa
mengambil banyka manfaat di dalamnya, yang meliputi : tidak bergantung pada
visual (melihat), bisa dikatakan sebagai proses mengira-ngira ataupun juga
menebak, tidak terpaku pada bunyi. Namun kita juga perlu proses kreatif yang
sangat besar untuk menebak akan bacaan yang kita baca, di butuhkan pula
pengalaman yang cukup tinggi karena dari model yang kita gunakan ini, sangat
berkaitan langsung dengan makna.
3.
Proses timbal
balik yaitu pembaca mengarahkan perhatiannya secara interaktif. Mereka membaca
dengan menggunakan pengetahuan yang lalu dan secara terus menerus menyusun
pengetahuannya itu agar dapat menguasai bagian-bagian yang terperinci sebagai
mana mestinya.
4.
Dari ketiga
proses di atas kita sebaiknya dapat melakukan membaca melalui proses
interaktif. Apabila seseorang pembaca hanya untuk menggantungkan diri pada
proses bawah-atas atau atas-bawah saja maka pembaca tersebut tergolong sebagai
pembaca yang cacat skemanya.
E.
Peranan Skema Dalam Membaca
Semakin banyak seseorang membaca
maka akan semakin meningkat pula kemampuan membacanya. Pernyataan ini didukung
pula oleh Yap ( 1978 ) dia memperoleh bukti bahwa tingkat keterampilan membaca
seseorang ditentukan 65% oleh banyaknya dia membaca.
a. Membaca Frase Mekanis
Pada waktu membaca sesungguhnya mata kita berhenti sejenak untuk
dapat menafsirkan kata-kata atau menghasilkan sesuatu. Pernyataan tersebut
didukung oleh Tampubolon ( 1987 ), yang menyatakan bahwa “ pada waktu membaca,
mata bergerak mengikuti baris-baris bacaan dengan gerakan terhenti-henti. Pada saat
berhenti (ini tidak disadari karena cepatnya), mata mengadakan fiksasi (
pemusatan penglihatan) dan pada waktu itulah informasi bacaan diserap “.
Berdasarkan pernyataan tersebut maka menurut pandangan mekanis, membaca tidak
lain merupakan rentetan hentian-hentian visual. Pada saat melakukan hentian
saat itu pula dengan segera mata melompat ke arah tulisan berikutnya dan
setelah itu terjadi lagi hentian, begitulah seterusnya.
b. Membaca Frase Konseptual
Membaca frase tahap ini lebih banyak memperhatiakan aspek-aspek
konseptual, yakni penalaran dan pemahaman yang terjadi selama membaca. Di dalam
membaca frase kita harus dapat menggunakan kapasitas melihat jauh sejumlah kata
untuk kepentingan pemahaman bacaan. Hal ini terjadi karena mereka menganggap
bahwa membaca frase lebih kompleks dari pada membaca kata. Jika kita melakukan
latihan membaca frase, maka kita akan dapat menerka frase berikutnya untuk
melengkapi kalimat.
c. Latihan Pada Tingkat Mekanis
Latihan ini dititik beratkan pada bagian mata. Mata dilatih untuk
dapat bergerak
dengan cepat. Tujuannya adalah
untuk menanamkan kebiasaan pada mata untuk bergerak dengan cepat dan irama yang
tetap. Ada beberapa latihan yang dapat digunakan yaitu :
1.
Sediakan
sejumlah kata yang akan ditulis tidak beraturan ,
misalnya :
angka 1-60
2.
Tariklah garis
penghubung angka-angka itu dengan pensil mengikuti urutan angka 1-60
3.
Catatlah waktu
yang dipergunakan dalam menyelesaikan latihan itu.
4.
Lakukan
kegiatan tersebut secara berulang.
d. Latihan Ayunan Visual
Dalam usaha untuk mengembangkan kepercayaan untuk kemampuan untuk
membuat ayunan-ayunan visual waktu membaca frase, ikutilah pola ini dengan
benar :
1.
Mata kita hanya
boleh berhenti sejenak pada setiap tanda
hitam (.)
2.
Ayunkan dengan
segera pandangan kita pada pandangan berikutnya
3.
Jangan
sekali-kali berhenti diantara dua tanda hitam (,)
4.
Pada saat
menggerakkan mata, kepala jangan ikut bergerak pula
5.
Ayunkan
pandangan mata secepat-cepatnya melewati setiap bagian diantara dua tanda hitam
dengan irama yang tetap
6.
Lakukan latihan
ini dua atau tiga kali untuk mengawali
setiap kegiatan membaca sebagai pemanasan.
e. Latihan Membaca dengan Ayunan Visual
Latihan ini menerapkan latihan ayunan visual pada bacaan. Sebelum
memulai untuk membaca dianjurkan untuk mengadakan pemanasan. Tujuan pemanasan
ini adalah untuk memperoleh irama, gerak mata yang benar. Setelah kita
merasakan gerakan mata yang licin dan tidak lagi kaku maka tiba saat nya kita
beralih pada usaha untuk memperoleh nakna bacaan. Mulailah mebaca dengan
menggerakkan semua keterampilan yang telah dipelajari.
Bagian
Empat
Membaca
Paragraf
A. Membaca
Paragraf
Paragraf adalah satuan pengembangan terkecil dari
suatu karangan mengandung suatu pikiran pokok. Adapun suatu paragraf umumnya
dua jenis, yaitu kalimat topik dan kalimat-kalimat jabaran (Dalman, 2012).
Pikiran pokok paragraf biasanya
terkandung dalam kalimat pertama atau kalimat terakhir dari
paragraf tersebut. Jika pikiran pokok di bagian pertama, maka penulis
menggunakan cara berpikir deduktif. Sebaliknya bila pokok pikiran terdapat pada
bagian terakhir kalimat, paragraf tersebut mempergunakan cara berpikir
induktif.
Pikiran pokok paragaraf dapat juga di temukan pada kalimat pertama
dan terakhir dari suatu paragraf. Jika terjadi, berarti kalimat terakhir
tersebut hanya berupa penekanan kembali (mungkin dengan sedikit modifikasi)
kalimat pertama paragraf tersebut. Paragraf seperti ini umumnya terdapat dalam
karangan yang bersifat naratif. Dalam hal ini, pikiran pokok paragraf ialah
kesimpulan yang di tarik dari isi kalimat-kalimat yang membentuk paragraf itu.
Untuk memjabarkan pikiran pokok
paragraf, pengarang mempergunakan berbagai cara, antara lain:
a.
Dengan
memberikan contoh atau ilustrasi.
b.
Definisi.
c.
Perbandingan.
d.
Pertentangan.
e.
Uraian
kronologis.
f.
Dan uraian
sebab-akibat.
Dalam membaca paragraf, yang terutama
yang harus di temukan ialah pikiran pokok. Pikiran pokok dimaksud adalah
informasi fokus, kecuali yang secara khusus dicari adalah pikiran jabaran.
Teknik membaca yang paling cepat di gunakan untuk menemukan kalimat topik ialah
baca-layap dan baca-tetap. Jika tidak terdapat kalimat topik, maka paragraf itu
biasanya adalah bersifat naratif, dan pikiran pokonya adalah kesimpulan dari
isi seluruh uraian.
B. Membaca
Artikel
Artikel merupakan salah satu
karangan ilmiah yang dapat berbentuk eksposisi dan argumentasi.
1. Struktur Artikel
Pada umumnya, suatu artikel terdiri
atas: judul, pendahuluan, batang tubuh, dan penutup (tampubolon, 1990). Judul
mengandung gambaran umum tentang pokok yang di bicarakan dalam artikel
bersangkutan. Pendahuluan biasanya berisi latar belakang pikiran pokok yang di
bahas dalam artikel. Latar belakang bermaksud dapat berupa perwujukan pada
suatu hal atau masalah yang dibicarakan orang lain sebelumnya, atau suatu
keadaan, peristiwa, atau isu yang timbul, atau hal-hal lain yang merupakan
sebab mengapa pengarang membicarakan pikiran pokok dalam artikel itu.
Batang tubuh artikel berisi uraian
tentang uraian pokok yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca.
Jika artikel bersangkutan berbentuk ekposisi, maka uraian itu terutama adalah
penjelasan-penjelasa informatif atau instruktif. Tetapi, jika artikel itu
berbentuk argumentasi, maka uraian tersebut terdiri atas fakta-fakta, analisis
fakta-fakta, dan kesimpulan pengarang.
Penutup, umumnya berisi rangkuman
dari apa-apa yang telah dikemukakan oleh pengarang. Di samping itu, penutup
kadang-kadang juga berisi kesimpulan umum dari uraian dari batang tubuh artikel
beserta implikasi atau prediksi (pandangan masadepan) berkenaan dengan
kesimpulan itu (soedarso, 2005 ).
2. Memahami Artikel
Dalam membaca artikel, kita harus
mampu menemukan pikiran pokok si pengarang. Untuk menemukan pikiran pokok suatu
artikel, langkah-langkah berikut dapat di ikuti:
a.
Bacalah judul
dan pendahuluan atau paragraf pendahuluan artikel bersangkutan dengan capat dan
teliti.
b.
Untuk
membuktikan benar atau tidaknya dugaan diatas, dengan tehnik baca-layap,
bacalah hanya kalimat-kalimat topik saja.
c.
Jika dugaan
anda benar, setelah membaca-layap paragraf-paragraf dan/ atau sub-judul batang
tubuh di maksud di atas, maka anda telah
mengetahui pikiran poko artikel bersangkutan..
d.
Jika artikel
bersangkutan mempunyai abstrak, sebagaimana dikemukakan pada butir 1-2 di atas,
maka pikiran pokok dapat juga anda ketahui dengan membaca abstrak tersebut
dengan cepat (baca Tampubolon, 1990).
3. Membaca Buku
Jenis buku dapat dikelompokan
menjadi dua jenis, yaitu buku fiksi dan nonfiksi. Dalam hal ini, berdasarkan
informasi yang terkandung di dalamnya, bagian-bagian sebuah buku dibagi atas
tiga bagian besar, yaitu:
1)
Bagian yang berisi
informasi permulaan atau bagian permulaan,
2)
Bagian yang
berisi informasi pokok atau bagian pokok,
3)
Bagian yang
berisi informasi pelengkap atau bagian pelengkap.
Bagian-bagian yang termasuk bagian permulaan dari sebuah buku
adalah:
1.
Kulit luar
(halam luar): berisi judul buku, nama pengarang, kadang-kadang nama penerbit
dan tanda edisi.
2.
Halaman judul
khusus: berisi judul buku saja.
3.
Halaman judul:
berisi judul buku, nama pengarang (kadang-kadang nama pekerjaan) , dan nama
serta alamat penerbit.
4.
Halaman tahun
penerbit: berisi tahun penerbitan buku, urutan penerbit atau cetakan, nama
penerbit, dan informasi lain-lain.
5.
Halaman
pernyataan terimakasih: berisi ucapan terimakasih kepada orang-orang yang
member bantuan dalam hubungan penulisan dan penerbitan buku.
6.
Halaman
pernyataan khusus: berisi pernyataan terimakasih atau dedikasi kepada
orang-orang tertentu yang di sayangi atau dikasihi (biasanya anggota keluarga).
7.
Halaman daftar
isi: berisi daftar isi beserta nomor halaman-halamannya.
8.
Halaman
pengantar: berisi informasi-informasi yang merupakan pengantar isi buku.
9.
Halaman
abstrak: pada buku-buku ilmiah, terutama hasil penelitian seperti disertai,
yang diterbitkan, biasanya ada halaman khusus yang berisi abstrak isi buku.
Yang termasuk bagian pelengkap buku umumnya adalah bagian-bagian
berikut:
1.
Penutup:
biasanya berisi kesimpulan, implikasi, saran, dan pandangan masa depan
berkaitan dengan pikiran pokok yang telah di bicarakan dalam batang tubuh buku.
2.
Daftar
istilah(glossary): berisi arti atau penjelasan istilah-istilah khusus yang
dipergunakan dalam pembicaraan tentan pikiran pokok buku.
3.
Lampiran
(apendix): berisi informasi-informasi tambahan yang dipergunakan oleh pengarang
dalam memperkuat pembahasan pikiran pokok.
4.
Kepustakaan:
berisi daftar literature (buku, majalah, makalah, artikel, dan lain-lain), yang
merupakan sumber informasi bagi pengarang dalam
mempersiapkan dan penulisan buku.
5.
Indeks: ada dua
jenis indeks, yaitu indeks pengarang dan indeks topik. Indeks pengarang berisi
petunjuk untuk mencari penjelasan tentang pengarang tentang yang terdapat dalam
bagian pokok buku. Indeks topik berisi petunjuk untuk mencari penjelasan
tentang sesuatu topik, konsep, istilah, dan lain-lain, yang terdapat dalam
bagian pokok buku.
Tampubolon (1990) mengatakan bahwa
dalam membaca buku perlu juga memperhatikan hal-hal berikut ini :
a. Tanda-Tanda Penting Dalam Buku
Pada waktu membaca buku, terutama buku teks, ada tanda-tanda
tipografi (cetakan) dan konteks tual yang perlu di perhatikan, karna
tanda-tanda ini akan memantapkan pengertian tentang isi buku dan mempercepat
penemuan butir-butir penting dalam bacaan.
b. Metode dan Teknik Membaca Buku
Untuk membaca sebuah buku, kita harus menggunakan metode dan teknik
membaca yang tepat untuk mendapatkan informasi yang di cari, pada umumnya ada
tiga, macam yaitu:
·
Isi umum buku,
·
Isi bab atau
seksi tertentu,,
·
Dan penjelasan
tertentu tentang sesuatu (istilah, definisi, dan lain-lain).
Isi umum sebuah buku ialah pikiran pokok dan pikiran-pikiran
jabaran secara umum. Untuk menemukan isi umum yang padat dimaksud itu biasanya
yang perlu di baca ialah pendahuluan tiap bab ( jika ada), rangkuman pada akhir
tiap bab (jika ada), atau judul tiap bab atau seksi dan kalimat topik paragraf
pertama (dan kedua bila perlu) dari tiap bab.
Teknik-teknik membaca yang dipergunakan untuk tujuan menentukan
informasi tertentu adalah teknik membaca lompat dan membaca layap.
c. Membaca untuk Studi
Membaca untuk studi berbeda dengan membaca untuk sekedar menemukan
informasi tertentu, walaupun membaca untuk menemukan informasi tertentu juga
perlu untuk studi. Membaca untuk studi ialah membaca untuk memehami buku secara
keseluruhan, baik pikiran pokok maupun pikiran-pikiran jabaran, sehingga
pemahaman yang komprehensif ( mendalam dan padat ) tentang isi buku.
d. Persiapan Membaca untuk Studi
Agar kita dapat membaca dengan punuh konsentrasi, setidaknya tiga
kondisi harus dipersiapkan : (a) kesehatan, kesegaran, dan ketahanan jasmani
dan rohani; (b) kesegaran dan ketenangan tempat; (c) keteraturan waktu. Persiapan
membaca ini perlu di persiapkan sebaik mungkin, karena ia senagat berpengaruh
pada konsentrasi kita dalam membaca.
e. Metode Membaca untuk Studi
Di antara metode yang di kenal dalam membaca untuk studi, dua yang
paling umum dipakai, yaitu metode catu dan metode surtabaku. Metode catu adalah
metode yang bisa di pakai dalam membaca artikel, bahan kuliah, dan bacaan
ilmiah lainnya, sedangkan metode surabaku ini sangat cocok untuk semua
pembaca yang akan memahami isi bacaan
yang di bacanya, metode ini sangat cocok bagi mahasiswa yang akan membuat tugas
mata perkuliahannya.
4. Membaca Novel
Dalam membaca nonfiksi informasi
fokkus ialah pikiran pokok dan jabarannya yang diuraikan pengarang secara
factual dan argumentative. Dalam membaca novel umumnya informasi fokus utama
ialah pesan yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca melalui
penarasian peristiwa-peristiwadan karakter-karakter yang yang terlibat pada
peristiwa itu.
Dalam membaca novel, pembaca perlu
memerhatikan aspek-aspek berikut : (a)
mengikuti dan memahami urutan serta hubungan peristiwa-peristiwa yangyang
terjadi yang umumnya berupa konflik-konflik; (b) mengenali dan memahami sidat
dan sikap karakter-karakter yang terlibat dalam peristiwa-peristiwa tersebut;
(c)mengenali dan memahami situasi dan kondisi tempat-tempat, waktu dan
orang-orang yang menjadi konteks peristiwa-peristiwa tersebut; dan (d) menentukan
pesan yang hendak disampaikan pengarang berdasarkan pengertian tersirat yang
terkandung dalam pemahaman aspek a, b, dan c.
5. Membaca Surat Kabar
Sebelum membaca surat kabar,
sebaiknya kita harus mengetahui dulu isi surat kabar tersebut. Secara umum, isi
utama surat kabar dapat di bagi atas jenis-jenis pokok berikut: (a) berita, (b)
opini, (c) iklan, (d) pemberitahuan, dan (e) fiksi.
Berita ialah laporan yang benar dan
pada waktunya tentang suatu peristiwa yang
terjadi dalam masyarakat, tentang
suatu pendapat atau pikiran baru, atau
tentang apa saja yang merupakan fakta dan yang menarik serta perlu bagi pembaca
umumnya. Cirri-ciri dasar berita ialah factual (berupa kenyataan-kenyataan
sebenarnya), objektif (tidak bercampur dengan pandangan pelapor sendiri),
menarik, dan perlu atau berguna bagi umum. Oleh sebab itu, berita yang terdapat dalam surat kabar
tersebut perlu kita baca.
Yang di maksud dengan opini ialah
pandangan (pendapat) surat kabar (redaksi) atau penulis tertentu tentang suatu
peristiwa, pikiran atau pandangan yang terjadi atau hidup dalam masyarakat.opini
yang termasuk kedalam surat kabar biasanya disajikan dalam bentuk karangan
khusus ((feature), surat pembaca, atau kolom (colomn). Opini adalah hasil
pengolahan (analisa) pikiran dari surat
kabar atau penulis bersangkutan.
Iklan adalah informasi yang bersifat
komersial. Iklan ini dapat kita baca di berbagai media cetak dan elektronik.
Sebenarnya dengan membaca iklan di surat kabar, kita dapat mencari berbagi
produk yang kita inginkan sebelum kita membelinya.
Pemberitahuan adalah informasi yang
berupa pengumuman tentang suatu peristiwa atau hal, seperti perkawinan, kematian,
lelang, dan lain-lain.
Fiksi dalam surat kabar biasanya
ialah cerpen, novel, atau cerita komik, yang umumnya disajikan secara
bersambung .
Bagian Lima
Membaca Literal dan Membaca Total
A. Pengertian
Membaca Literal
Salah satu tingkatan dari membaca pemahaman adalah membaca literal.
Tingkatan membaca ini adalah tingkat yang terendah dalam membaca pemahaman.
Membaca literal yaitu membaca yang terdiri atas huruf-huruf dan kalimat-kalimat
seperti membaca buku termasuk kitab suci dan sejenisnya.
Membaca pemahaman literal adalah membaca teks bacaan dan memahami
isi bacaan tentang apa yang disebutkan didalam teks tersebut (Burn, Roe dan
Ross (1996:34). Lebih lanjut dijelaskan bahwa membaca literal merupakan
kegiatan membaca sebatas mengenal dan menangkap arti (meaning) yang
tertera secara tersurat (eksplisit). Artinya, pembaca hanya berusaha
menangkap informasi yang terletak secara literal (reading the lines)
dalam bacaan dan tidak berusaha menangkap makna yang lebih dalam lagi, yakni
makna-makna tersiratnya, baik pada tataran antar baris (by the lines)
apalagi makna yang terletak di balik barisannya (beyond the lines).
B. Proses Membaca
Pada dasarnya proses membaca bertujuan untuk memperoleh informasi
yang kita butuhkan. Dalam hal ini, proses membaca dapat pula dikatakan sebagai
proses mendapat informasi atau pesan yang disampaikan oleh penulis dengan cara
memahami lambang / tanda / tulisan yang bermakna. Proses membaca terdiri atas:
1.
Membaca sebagai
proses psikologis
Membaca
sebagai proses psikologis adalah bahwasannya kesiapan dan kemampuan membaca
seseorang itu dipengaruhi serta berkaitan erat dengan faktor-faktor yang
bersifat psikis seperti motivasi, minat, latar belakang, sosial ekonomi, serta
tingkat pengembangan dirinya, seperti intelegensi dan usia mental (mental age).
2.
Membaca sebagai
proses sensoris
Membaca
sebagai proses sensoris, dimulai dan melihat (bagi mereka yang normal atau bagi
yang tunanetra), stimulus masuk lewat indra penglihatan mata pada tingkat
anak-anak menunjukan kemampuan yang
secara umum sekali disebut membaca.
3.
Membaca sebagai
proses perceptual
Proses
proseptual dalam membaca mempunyai kaitan yang erat dalam proses sensoris. Oleh
karena itu, Anda harus waspada untuk tidak mempertukarkannya. Vernon memberikan
penjelasan proses perceptual dalam membaca itu terdiri dari empat bagian, yaitu
:
a.
Kesadaran akan
rangsangan visual
b.
Kesadaran akan
persamaan pokok untuk mengadakan klasifikasi umum kata-kata
c.
Klasifikasi
lambang-lambang untuk kata-kata yang ada di dalam kelas.
d.
Identifikasi
kata-kata yang dilakukan dengan jalan menyebutnya
C. Model-model
Membaca Pemahaman Literal
Untuk membangun pemahaman literal, siswa diberikan panduan
pertanyaan arahan seperti yang dikemukakan oleh Burn, Roe dan Ross yaitu:
1.
Siapa, untuk
menyatakan orang / binatang atau tokoh di dalam wacana
2.
Apa, untuk
menanyakan barang, peristiwa
3.
Di mana, untuk
menanyakan tempat
4.
Kapan, untuk
menanyakan waktu
5.
Bagaimana,
untuk menanyakan proses jalannya suatu peristiwa alasan sesuatu
6.
Mengapa, untuk
menanyakan sesuatu sebagaimana disebutkan didalam bacaan.
D. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Menbaca Pemahaman Literal
Burn, Roe dan Ross mengemukakan bahwa guna meningkatkan kemampuan
membaca pemahaman, sekurang-kurangnya guru perlu membina lima faktor pendukung
pemahaman yaitu:
1.
Potensi Skemata
Pembaca
Setiap manusia memiliki potensi untuk berkembang, potensi itu ada
pada diri siswa itu sendiri yang tersimpan di dalam memorinya.
2.
Perspektif
Pembaca
Perspektif pembaca merupakan potensi yang sangat menentukan
pemahaman seseorang dalam membaca teks bacaan. Perspektif yang dimaksud adalah
pendapat, gagasan dan tujuan pembaca terhadap teks yang dibacanya. Seorang pembaca yang memiliki perspektif yang
baik terhadap apa yang dibacanya, maka ia akan mudah memahami isi bacaan
tersebut.
3.
Kemampuan
Berpikir
Untuk memahami isi bacaan diperlukan kognitif siswa kemampuan
berpikir yang dimaksud adalah kemampuan mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis mensintesis tentang apa yang dibacanya. Di sini, kemampuan
berpikir yang kritis dapat mempermudah seorang pembaca memahami isi bacaannya.
4.
Aspek Afektif
Aspek
afektif adalah aspek yang juga menentukan kemampuan seseorang memahami isi
bacaan dengan baik. Afektif adalah sikap seseorang terhadap teks yang dibacanya
dengan memiliki sikap yang positif atau dengan kemampuan membaca menanggapi isi
teks dengan baik.
E. Kemampuan Memahami Informasi Fokus terhadap Teks Bacaan melalui
Model Membaca Total
1.
Informasi fokus
Berbagai informasi penting yang di inginkan dapat diperoleh melalui
informasi fokus atau hal-hal terpenting yang tersebar dalam teks bacaan. Oleh
sebab itu, jika informasi fokus yang tersebar dalam teks bacaan tersebut dapat
diketahui atau ditentukan, efisiensi membaca akan lebih baik karena konsentrasi
perhatian dan pikiran dapat diarahkan informasi itu (Tampubolon, 1990:46-47).
Uraian tentang informasi fokus di atas sejalan dengan pendapat
Djamarah (2002:63) yang mengatakan informasi fokus merupakan hal yang tidak ada
dari pembicaraan masalah membaca. Bahkan informasi fokus inilah yang menjadi
persoalan mendasar dari kegiatan membaca seseorang. Hasil membaca yang optimal
akan banyak dibantu dengan mempergunakan informasi fokus.
2.
Model Membaca
Total (MMT)
Model membaca total dapat meningkatkan kemampuan siswa memahami
informasi fokus terhadap teks bacaan dan dapat memperbaiki proses pembelajaran
membaca menjadi menyenangkan. model membaca total adalah sebuah bentuk atau
pola pembelajaran membaca pemahaman yang didalam nya berisi tujuan, sumber
belajar, kegiatan, dan evalusi yang dapat di gunakan terhadap teks bacaan serta
total.
Membaca teks melalui medel membaca total di laksanakan dengan
teknik baca layap dan baca tepat membaca teks denngan teknik baca layap (skemming), yaitu
membaca dengan cepat untuk mengetahui isi umum suatu bacaan atau sebagainya.
Isi yang di maksud adalah informasi fokus, tetapi mungkin juga hanya sebagai dasar untuk menduga apakah
bacaan atau bagian bacaan itu berisi informasi fokus yang telah di tentukan
Untuk mendapatkan ide pokok dalam bacaan dengan cepat, kita harus
berpikir sama dengan pengarangnya. Hal ini, peneliti pun sependapat dengan
Soedarso (2005:65) yang menyarankan agar dalam membaca kita sebaiknya mengikuti
struktur dan gaya penulisan pengarangnya dengan ketentuan sebagai berikut:
a.
Hendaklah Anda
membaca dengan mendesak, dengan tujuan mendapatkan ide pokok, secara tepat.
Jangan Anda membaca kata demi kata, tetapi seraplah ide dan bergeraklah lebih
cepat, tetapi jangan kehilangan pengertian.
b.
Hendaklah Anda
membaca dengan cepat, dan cepatlah Anda mengerti idenya, serta teruskan Anda
membaca ke bagian lain.
c.
Anda harus
melecut diri untuk cepat mencari arti sentral. Hendaknya Anda kurangi kebiasaan
menekuni detail kecil. Cepatlah Anda bereaksi terhadap pokok suatu karangan
dengan cermat.
d.
Anda memang
harus melakukan membaca dengan cepat, tetapi Anda harus ingat terhadap kefleksibelan
sehingga cara membaca adakalanya diperlambat. Janganlah Anda terlalu cepat
membaca diluar hal yang normal, sehingga kehilangan pemahaman.
e.
Rasakan bahwa
Anda membaca lebih cepat dari pada biasanya. Yang tidak layak diperhatikan
hendaklah Anda pandang dengan cepat dan alihkan perhatian Anda ke pokok.
Janganlah Anda terlalu menghiraukan detail kecil.
f.
Cepat Anda
dapatkan buah pikiran pengarang, tetapi jangan Anda tergesa-gesa hingga
mengakibatkan ketegangan. Ketegangan dan ketergesaan tidak akan membantu
memahami dengan cepat.
g.
Anda perlu
berkonsentrasi dengan cepat dan tepat. Terlibat penuh pad aide, gagasan yang
tercetak, dan untuk sementara terlepas dari dunia luar
Pada dasarnya, masing-masing penulis
memiliki gaya tersendiri dalam meletakkan ide pokoknya dalam sebuah paragraf.
Lazimnya ide pokok berada:
a.
Diawal paragraf
b.
Ditengah
paragraf
c.
Diawal dan
akhir paragraf
d.
Ada kalanya di
seluruh paragraf
Untuk mengenali kalimat topik atau
kalimat kunci dalam sebuah paragraf, peneliti sependapat dengan Soedarso
(2005:67) yang menyarankan agar mengikuti petunjuk berikut:
a.
Anda cari kata
benda atau kata ganti yang dominan. Lalu Anda baca dan Tanya apa artinya? Lalu
Anda baca lanjutannya, yang akan berisi keterangan, artinya adalah atau
semacamnya
b.
Anda cari pernyataan
umum. Lalu Anda bertanya, apakah kalimat lainnya itu mendukung dalam
menjabarkan ide pokok itu?
c.
Jika ide
pokoknya sulit ditemukan dan dipahami atau merupakan suatu yang abstrak, ada
baiknya Anda baca detailnya atau kalimat jabarannya agak lambat untuk
mendapatkan pemahamannya lebih cermat. Jika ide pokoknya mudah dipahami,
detailnya barang kali dapat diabaikan saja atau dibaca dengan kecepatan tinggi.
3.
Pelibatan gaya
somatis, auditoris, visual dan intelektual dalam model membaca total (MMT)
Cara yang dilakukan untuk mendalami pemahaman terhadap isi bacaan
(informasi fokus) dengan melibatkan gaya somatis, auditoris, visual dan
intelektual (Dalman, 2007) adalah dengan cara:
a.
Siswa diminta
untuk membaca dengan gaya somatis, yaitu setelah selesai membaca teks, siswa
diminta untuk memperagakan hasil pemahamannya terhadap isi bacaan (informasi
fokus), khususnya ketika siswa menyampaikan hasil rangkuman isi bacaan didepan
kelas, dengan melibatkan bahasa tubuh, ketika sedang membaca kadang-kadang
siswa diminta sambil menggerakkan anggota tubuh.
b.
Siswa diminta
untuk membaca dengan gaya auditoris, yaitu membaca dengan keras atau dengan
bersuara apabila menemukan kata-kata dan kalimat-kalimat panjang yang sulit
sekali dicerna
c.
Siswa diminta
untuk membaca dengan gaya visual, yaitu membaca dengan membayangkan, siswa
harus berhenti sejenak untuk membayangkan begitu siswa selesai membaca sebuah
kalimat yang memberikan makna kepadanya dan membaca dengan memfokuskan diri
pada maksud kalimat-kalimat yang dibaca dan menghubungkannya dengan pengalaman
atau skemata yang dimiliki, melakukan tinjauan umum mengenai isi bacaan atau menggambarkan
peta, dan pikiran.
d.
Siswa diminta
untuk membaca dengan gaya intelektual, yaitu membaca dengan cara merenung.
Dalam hal ini, siswa diminta menghubungkan kembali hasil pemahamannya terhadap
isi bacaan dengan pengalaman atau skemata yang dimilikinya (Baca Hernowo,
2003:151-167).
Menurut Meier (2004) yang dinamakan
belajar dengan gaya SAVI itu, unsur-unsurnya yaitu:
a.
Somatis,
belajar dengan bergerak dan berbuat
b.
Auditoris,
belajar dengan berbicara dan mendengar
c.
Visual, belajar
dengan mengamati dan menggambarkan
d.
Intelektual,
belajar dengan memecahkan masalah dan merenung
4.
Menjawab
pertanyaan dengan teknik baca pilih dan baca lompat
Siswa membaca ulang
teks dengan teknik baca pilih, dan baca lompat. Membaca teks dengan cara baca
pilih (selecting), yaitu membaca dengan cara memilih bagian bacaan yang
dianggap relevan, atau berisi informasi fokus yang ditentukan, sedangkan
membaca dengan teknik baca lompat (skipping), yaitu membaca dengan cara
melampaui atau melompati bagian-bagian lain untuk menemukan bagian-bagian
bacaan yang relevan.
5.
Membuat
simpulan akhir isi bacaan
Untuk membuat
simpulan akhir isi bacaan dengan cara mengambil ide pokok isi bacaan dan
dihubungkan dengan pengalaman atau skemata yang dimiliki yang kemudian
dikembangkan dengan menggunakan bahasa sendiri agar menjadi sebuah simpulan
yang baik. Isi dari simpulan akhir isi bacaan dapat berupa pernyataan, imbauan,
ajakan, saran, dan lain-lain yang sesuai dengan ide pokok bacaan yang dibuat
dalam bentuk kalimat yang merupakan hasil solusi atau pemecahan masalah dari
pokok permasalahan yang terdapat dalam teks bacaan tersebut (Dalman,
2007).
F. Kemampuan membuat Rangkuman Isi Bacaan melalui Model Membaca
Total
Rangkuman
atau ikhtisar pada dasarnya sama dengan ringkasan hanya pada unsur-unsur
tertentu yang berbeda sehingga melahirkan ciri ciri yang berbeda di antara
keduanya yaitu
Ringkasan
|
Rangkuman
|
1. Pengertian
Pengungkapan kembali bentuk kecil dari
sebuah karangan.
|
1.Pengertian
Pengungkapan kembali inti dari sebuah
karangan.
|
2. Tujuan
Memproduksi kembali apa kata pengarang.
|
2.Tujuan
Memproduksi kembali secara klreatif apa
kata pengarang
|
3.Identitas
Mempertahankan urutan-urutan gagasan yang membangun
sosok (badan) karangan.
|
3.Identitas
Urutan-urutan gagasan yang di ungkapkan
kembali tidak mengambarkan urutan-urutan karangan seperti aslinya.
|
4.Teknik penyususnan
Penyususnan ringkasan terkait oleh
penataan, isi, dan sudut pandang pengarang bacaan.
|
4.Teknik penyususnan
Penyususnan rangkuman bebas mengungkapkan
apa yang menurutnya mewakili inti bacaan.
|
5.Pengaruh penyusunan
Bersifat objektif penyususn tidak berhak
mengubah susunan karangan atau sudut pandang pengarangnya.
|
5Ppengaruh penyusunan
Cenderung bersifat subjektif. Penyususn
bebas mengungkapkan apa yang menurutnya mewakili inti karangan.
|
6.Bahasa
Kalimatnya pendek-pendek dan senada
dengan kalimat pengarang aslinya.
|
6.Bahasa
Kalimatnya panjang-panjang, sekehendak
hati penyususnnya.
|
Untuk
membuat sebuah rangkuman isi bacaan melalui model membaca total dapat
menggunakan cara-cara berikut ini:
1.
Membaca naskah
asli seluruhnya melalui model membaca total (MMT) kalau waktu masih
memungkinkan boleh dibaca beberapa kali untuk mendapatkan informasi fokus atau
hal-hal terpenting yang terdapat dalam teks bacaan
2.
Mencatat
hal-hal penting atau gagasan utama, semua gagasan utama atau gagasan penting
dicatat atau digaris bawahi. Inilah yang nantinya menjadi sumber rangkuman atau
ikhtiar
3.
Membuat peta
pikiran berdasarkan kata-kata kunci yang terdapat dalam bacaan untuk
mempermudah membuat rangkuman isi bacaan
4.
Menyusun
catatan-catatan penting atau gagasan penting yang sudah digaris bawahi dan juga
hasil dari pemetaan pikiran tersebut menjadi sebuah rangkuman isi bacaan dan
mengubahnya dengan kalimat sendiri sehingga menarik untuk dibaca (Dalman,
2007).
G. Kelebihan dan Kelemahan Model Membaca Total
Model
membaca total ini memiliki kelebihan atau keunggulan, diantaranya:
1.
Siswa dapat meningkatkan
kemampuannya untuk memahami informasi fokus dalam teks bacaan
2.
Siswa dapat
membaca dengan cepat dan dapat memahami secara total isi bacaan atau memamahi
secara total makna-makna yang tersebar dalam teks bacaan, khususnya memahami
informasi fokus terhadap teks bacaan.
3.
Siswa dapat
menentukan dan memahami ide pokok setiap paragraf dalam teks bacaan dengan
cepat dan tepat
4.
Siswa dapat
berpikir secara kritis dan dapat pula mengembangkan ide pokok setiap paragraph
dan ide pokok d ari isi bacaan secara keseluruhan dengan cara menghubungkannya
dengan skemata atau pengalaman yang dimiliki dan dengan menggunakan bahasanya
sendiri yang dituangkannya ke dalam sebuah bentuk rangkuman isi bacaan yang
baik
Kelemahan atau kendala model ini sangat berkaitan dengan guru dan
siswa diantaranya:
1.
Pelaksanaan
pembelajaran membaca pemahaman melalui model membaca total tidak dapat berjalan
dengan baik jika guru dan siswa tidak maksimal memahami
penggunaan model baru tersebut.
2.
Guru akan
tampak kaku dalam menjelaskan dan menerapkan konsep model membaca total kepada
siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman karena masih baru, namun lama
kelamaan guru akan terbiasa
3.
Pembelajaran
membaca pemahaman melalui model membaca total tidak akan berhasil jika siswa
dan guru sendiri belum dapat memahami pengertian informasi fokus, kalimat
topik, kalimat jabaran, ide pokok dan ide jabaran
4.
Pembelajaran
membaca pemahaman melalui model membaca total tidak akan berhasil jika siswa
tidak dapat membaca teks untuk menentukan informasi fokus dengan cara baca
layap dan baca tatap dan membaca ulang teks untuk menjawab pertanyaan dengan
cara baca pilih dan baca lompat
H. Solusi terhadap Kelamahan atau Kendala dalam Penggunaan Model
Membaca Total
Berdasarkan
kendala-kendala yang ditemukan dalam penggunaan model membaca totak dalam
pembelajaran membaca pemahaman, dapat diperbaiki dengan cara sebagai berikut:
1.
Guru dan siswa
harus dapat memahami penggunaan model membaca total secara maksimal
2.
Siswa harus
berlatih secara sungguh-sungguh untuk membuat simpulan akhir isi bacaan dengan
baik, dengan cara memberikan komentar terhadap isi bacaan dalam bentuk kalimat
berupa saran, masukan, imbauan harapan dan pernyataan yang sesuai dengan ide
pokok bacaan
3.
Siswa harus
dapat membedakan antara kalimat topik dan kalimat jabaran, dan pikiran pokok
dan pikiran jabawan serta cara menentukannya agar siswa dapat menentukan
informasi fokus dengan tepat dan cepat.
4.
Siswa harus
dapat membedakan antara membuat rangkuman dan ringkasan agar siswa dapat
membuat rangkuman dari isi bacaan dengan baik
H. Implikasi Model Membaca Total
Permasalahan dan karakteristik dalam pembelajaran membaca total
seperti antara lain:
1.
Siswa kurqsang
bisa menentukan ide pokok sebuah paragraf dalam teks bacaan
2.
Siswa kurang
bisa menentukan ide pendukung sebuah paragraf dalam teks bacaan
3.
Siswa kurang
bisa menentukan hal-hal terpenting yang terdapat dalam teks bacaan
4.
Siswa kurang
bisa menentukan ide pokok secara keseluruhan dari isi bacaan
5.
Siswa kurang
bisa membedakan antara kalimat topik dan kalimat pendukung / penjelas
6.
Siswa kurang
bisa membuat rangkuman isi bacaan dengan baik
7.
Siswa kurang
bisa membuat simpulan akhir isi bacaan
8.
Siswa selalu
dituntut untuk membaca dalam hati, duduk diam dengan tertib dan tidak
diperbolehkan membaca dengan bersuara serta tidak diperbolehkan melakukan
aktivitas gerak tubuh selama membaca
9.
Siswa kurang
kreatif menjawab pertanyaan guru dan penyelesaian masalah
10. Siswa merasa sukar menentukan dan mengembangkan gagasan-gagasan
yang bersifat kreatif yang dimilikinya
11. Siswa merasa sukur memaham isi bacaan, khususnya memahami informasi
fokus
12. Siswa kurang bisa menhubungkan isi bacaan dengan skemata atau
pengalaman pribadi yang dimilikinya
13. Siswa kurang menyenangi pembelajaran membaca
14. Proses pembelajaran membaca pemahaman masih bersifat konvensional
(Dalman, 2007).
I. Prosedur Pembelajaran Membaca Pemahaman untuk Memahami Informasi
Fokus terhadap Teks Bacaan melalui Model
Membaca Total
1.
Guru membuka
pembelajaran, melakukan apersepsi (menjelaskan konsep Model Membaca Total (MMT)
secara singkat berupa tujuan membaca pemahaman, pengertian informasi fokus,
perbedaan antara kalimat topik dan kalimat pendukung, ide pokok dan ide
pendukung, cara menentukan informasi fokus berupa ide pokok isi bacaan/wacana,
ide pokok paragraf, ide pendukung paragraf, ide pokok kalimat, kata-kata kunci
atau hal-hal penting yang terdapat dalam teks bacaan melalui baca layap dan
baca tatap, cara membaca reks dengan melibatkan gaya somatis, auditoris, visual
dan intelektual.
2.
Siswa diminta
untuk membaca teks selama 2-3 menit dengan menggunakan teknik baca layap, dan
baca tatap.
3.
Siswa diarahkan
untuk mendalami pemahaman terhadap isi bacaan (informasi fokus) dengan
menggunakan gaya somatis, auditoris, visual dan intelektual dengan cara:
a.
Siswa diminta
untuk membaca dengan gaya somatis yaitu setelah selesai membaca teks, siswa
diminta untuk memperagakan hasil pemahmannya terhadap isi bacaan (informasi
fokus), khususnya ketika siswa menyampaikan hasil rangkuman isi bacaan didepan
kelas dengan melibatkan bahasa tubuh.
b.
Siswa diminta
untuk membaca dengan gaya auditoris, yaitu membaca dengan keras atau dengan
bersuara apabila menemukan kata-kata dan kalimat-kalimat panjang yang sulit
sekali dicerna.
c.
Siswa diminta
untuk membaca dengan gaya visual, yaitu membaca dengan membayangkan, siswa
harus berhenti sejenak untuk membayangkan begitu siswa selesai membaca sebuah
kalimat yang memberikan makna kepadanya dan membaca dengan memfokuskan diri
pada maksud kalimat-kalimat yang dibaca dan menghubungkannya dengan pengalaman
atau skemata yang dimiliki, melakukan tinjauan umum mengenai isi bacaan atau
menggambarkan peta pikiran
d.
Siswa diminta
membaca dengan gaya intelektual, yaitu membaca dengan cara merenung. Dalam hal
ini, setelah siswa selesai membaca kalimat yang memberikan makna kepadanya,
siswa diminta secepatnya merenung kalimat tersebut dan menghubungkannya dengan
pengalaman yang dimiliki agar kalimat yang dibaca dapat dipahami benar
maksudnya.
Bagian Enam
Membaca Interpretatif
A.
Pengertian
Membaca Interpretatif
Membaca interpretatif adalah kegiatan membaca yang bertujuan agar
para siswa mampu menginterpretatif atau menafsirkan maksud pengarang, apakah
karangan itu fakta atau fiksi, sifat-sifat tokoh, reaksi emosional, gaya bahasa
dan bahasa kias, serta dampak-dampak cerita.
Dalam membaca interpretatif kita juga membahas tentang perbedaan
antara fakta dan fiksi. Perbedaan utama antara fiksi dan nonfiksi adalah
menciptakan kembali apa-apa yang telah terjadi secara aktual, sedangkan narasi
fiksi itu bersifat realistis yang artinya apa-apa yang dapat terjadi ( tetapi
belum tentu terjadi). Dalam membaca interpretatif terdapat dua aspek reaksi
emosional, yaitu emosional sang pembaca pada aneka tipe karya sastra, dan
reaksi emosional terhadap para tokoh di dalam karya sastra itu.
B.
Tujuan Membaca
Interpretatif
Membaca interpretatif bertujuan agar para siswa mampu
menginterprestasikan atau menafsirkan maksud pengarang. Tarigan (1982: 50)
mengemukakan bahwa terdapat enam tujuan membaca interpretatif, yaitu: maksud
pengarang, fakta atau fiksi, sifat-sifat tokoh, reaksi emosional, gaya bahasa,
dan dampak cerita. Untuk lebih jelasnya akan penulis paparkan sebagai berikut:
1.
Maksud
pengarang
Maksud pengarang adalah seorang pengarang menulis sesuatu untuk
dibaca orang lain. Sadar atau tidak sadar sang pengarang sebenarnya mempunyai
maksud-maksud tertentu dengan karyanya itu. Secara garis besarnya ragam tulisan
dapat berupa: (a) deskripsi, (b) narasi,
(c) eksposisi, (d) argumentasi, dan (e) persuasi.
Pengklasifikasian ragam tulis dapat pula dilakukan berdasarkan nada
(voice) berupa nada akrab, nada penerang, nada menjelaskan, nada
mendebat, nada mengkritik, dan nada kewenangan. Berikut ini dijelaskan
pengertian dari nada-nada di atas.
a.
Tulisan nada
akrab
Tulisan
yang bernada akrab membuahkan tulisan yang bersifat pribadi. Tulisan
pribadi
dapat berbentuk buku harian (diary),catatan harian (jurnal), cerita
tak resmi, dan puisi. Tulisan pribadi ditandai oleh bahasa yang alamiah, wajar,
biasa, sederhana. Ujaran yang normal, lincah, kalimat yang dipakai sehari-hari.
Bentuk tulisan pribadi yang merupakan buah dari tulisan yang bernada akrab (
Tarigan, 1982:37-60).
b.
Tulisan bernada
penerangan
Pengalaman
adalah guru yang baik, atau hidup adalah merupakan ungkapan yang sering kita
dengar dari orang-orang tua. Karya tulis yang bersifat mengajak para pembacanya
bersama-sama menikmati, merasakan, memahami dengan sebaik-baiknya objek,
adegan, pribadi, atau suasana hati yang pernah dialami oleh sang penulis.
Deskripsi atau pemberian bermaksud menjelaskan, menerangkan, dan menarik minat
pembaca (Tarigan, 1982:53).
c.
Tulisan bernada
penjelasan
Tulisan
yang nada penjelas (the explanatory evoice) bisa disebut tulisan
penyingkapan, berbeda dari tulisan yang bernada penerangan, karena tujuannya
tidak hanya sekedar menciptakan, memberikan ataupun menyakinkan, tetapi
menjelaskan sesuatu pada pembaca. Berbagai cara untuk mencapai tujuan itu,
misalnya dengan pengklasifikasian, pembatasan, penganalisisan, penjelajahan,
penafsiran, dan penilaian (Tarigan, 1982:54-55).
d.
Tulisan bernada
mendebat
Bila
pengarang menggunakan nada mendebat atau nada berargumentasi maka hasina adalah
karya tulis persuasif. Persuasif adalah karya yang bertujuan menyakinkan para
pembaca.
Untuk
mencapai tujuan itu maka dituntut beberapa kualitas, antara lain:
1)
Tulisan
persuasif jelas dan tertib. Maksud dari tujuan penulisan dinyatakan secara
terbuka secara jelas.
2)
Tulisan
persuasif haruslah hidup dan bersemangat. Hidup di sini bermakna mempunyai daya
tarik yang kuat terhadap indra kita.
3)
Tulisan
persuasif harus beralasan kuat, mempunyai argumen-argumen yang logis, tulisan
yang beralasan kuat berdasar pada fakta-fakta dan penalaran-penalaran yang
logis.
4)
Tulisan
persuasif harus bersifat dramatik. Tulisan persuasif harus dapat
memanfaatkan ungkapan-ungkapan yang hidup dan
kontras yang mencolok (Tarigan, 1982:56).
e.
Tulisan bernada
mengkritik
Tulisan
yang bernada mengkritik ini bertujuan menilai atau mengevaluasi karya sastra.
Agar dapat menghasilkan kritik yang baik, maka kita harus terlebih dahulu
membaca karya yang akan dianalisis secara kritis.
f.
Tulisan bernada
kewenangan
Tujuan
karya ilmiah, yang bernada otoritatif ini ialah mencapai suatu gelar tertentu.
Dengan karya ilmiah seperti ini, orang yang bersangkutkan berwenang menyandang
suatu titel. Secara garis besar, ada tiga jenis karya ilmiah, masing-masing
dengan kewenangan tertentu, yaitu:
1)
Skripsi untuk
mencapai gelar sarjana.
2)
Tesis untuk
mencapai gelar magister.
3)
Disertsi untuk
mencapai gelar doktor.
2.
Fakta atau
fiksi
Membaca interpretatif adalah keterampialn menginterpretasikan atau
menafsikan isi bacaan tentang perbedaan anata fakta atau fiksi. Dengan kata
lain, butir ini membicarakan perbedaan antara karya tulis fiksi atau nonfiksi.
Pada tahap pertama, konsep-konsep fantasi dan realitas
diperkenalkan dan dijelaskan dengan
ilustrasi, kontras serta membedakan kedua tipe sastra tersebut. Pada tahap
kedua, para siswa diajarkan perbedaan antara fiksi dan nonfiksi dan
diterangkan cara-cara menggunakan sumber-sumber eksternal untuk menentukan
realitas orang, tempat dan peristiwa-peristiwa dalam cerita. Aktualitas adalah
apa-apa yang benar-benar terjadi, sedangkan realitas adalah apa-apa yang dapat
terjadi, tetapi belum tentu terjadi.
3.
Sifat-sifat
tokoh
Membaca interpretatif adalah keterampilan menafsirkan sifat-sifat
dan ciri-ciri seorang tokoh (kharacter traite). Pada tahap pertama
kepada para siswa diajarkan makna istilah sifat,ciri (atau traite). Kata
ciri, sifat atau traite di sini
mengandung pengertian yang mengacu kepada jenis-jenis karakteristik luar yang
konkret yang mencerminkan kebiasaan, tingkah laku sehari-hari yang tidak
bersifat reflektif, yang sedikit atau sama sekali tidak menunjukkan
kecenderungan yang mengandung motivasi tertentu.
Bobot hakikat kemanusiaan diekspresikan sebagai:
a.
Kebutuhan-kebutuhan
akan hubungan (mengadakan kontak dengan orang lain dan alam sekitar).
b.
Transendens
(berpisah dengan orang lain dan benda-bendda).
c.
Ketergantungan
(mempunyai rasa rindu).
d.
Identitas
(mengenali dan mengetahui siapa dan apa seseorang/sesuatu itu).
e.
Kerangka acuan
(mempunyai cara yang stabil untuk mengenal dan memahami dunia).
Khusus mengenai hubungan antara orang tua dan anak terdapat tiga
tipe hubungan, yaitu:
a.
Hubungan
simbolik, wadah tempat manusia berhubungan tetapi tidak pernah mencapai
kebebasan atau kemerdekaan.
b.
Sifat merusak
secara diam-diam, yang merupakan wadah hubungan atau jarak yang negatif dan
acuh tak acuh, dan
c.
Cinta, yang
merupakan wadah adanya rasa saling menghormati, saling menghargai, saling
membantu, saling mengerti.
Berdasarkan klasifikasi ciri-cirinya, maka setiap pribadi mempunyai
orientasi. Orientasi yang terpenting adalah:
a.
Orientasi
reseptif. Merupakan kelompok pasif dalam hubungan simbiotik dengan orang
tuanya.
b.
Orientasi
eksploitatif atau orientasi yang bersifat memeras menghisap. Merupakan kelompok
dominan dalam hubungan simbiotik dengan orang tuanya.
c.
Orintasi
penimbunan atau orientasi yang bersifat menumpuk, menimbun. Pola tingkah laku
destruktif yang dipelajari oleh sang anak yang bereaksi terhadap penarikan
dirinya dari kekuasaan orang tua dalam tipe hubungan destruktif yang dilakukan
secara diam-diam.
d.
Orientasi
perdagangan. Pola tingkah laku suka menyendiri yang dipelajari oleh sang anak
yang bereaksi terhadap kedestruktifan orang tua dalam tipe hubungan destruktif
yang dilakukan secara diam-diam.
e.
Orientasi
produktif. Berasal dari pola-pola tingkah laku yang dipelajari sang anak
melalui hubungan cinta kasih dengan orang tua.
f.
Pola tingkah
laku yang dipelajari oleh sang anak melalui hubungan cinta kasih dengan orang
tua.
4.
Reaksi
emosional
Reaksi emosional yaitu melatih keterampilan menafsirkan reaksi
emosional suatu karya tulis. Pembicaraan di sini dipusatkan pada dua aspek,
yaitu:
1.
Reaksi
emosional sang pembaca pada aneka tipe karya sastra.
2.
Reaksi emosional
terhadap para tokoh di dalam karya sastra.
Pada tingkat
permulaan, para siswa belajar memperkenalkan dan memberikan reaksi-reaksi
emosional mereka pada puisi, cerita dan karya-karya tulis lainnya, serta
mendapat kesempatan untuk membanding-bandingkan reaksi mereka dengan reaksi
para siswa lainnya. Pada tingkat kedua, para siswa belajar mengenai
reaksi-reaksi emosional para tokoh dalam cerita-cerita yang mereka baca serta
menentukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan antara reaksi-reaksi para
tokoh fiktif itu dengan reaksi-reaksi mereka sendiri. Tuntas pada tingkat
selanjutnya, para siswa mengamati bagaimana cara reaksi-reaksi emosional para
tokoh dalam cerita-cerita yang mereka baca reaksi-reaksi para tokoh fiktif itu
dengan reaksi-reaksi mereka sendiri. Lantas pada tingkat selanjutnya, para
siswa mengamati bagaimana cara reaksi-reaski emosional para tokoh dalam sastra
memengaruhi para pembaca, dengan cara ini mereka pun mulai mengapresiasi sastra
sebagai sarana yang sangat berguna dan manjur untuk membuat serta memanipulasi
responsi-responsi emosional para pembaca.
Mengenai hal ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara
lain:
a)
Emosi-emosi
seperti amarah dan rasa takut pun dapat menambah kesenangan terhadap kehidupan.
Dengan memberikan beberapa rangsangan dan kegembiraan.
b)
Emosi
mempersiapkan tubuh kita untuk peran tertentu.
c)
Ketegangan
emosi menganggu keterampialan motoris.
d)
Emosi dapat
bertindak sebagai suatu bentuk komunikasi.
e)
Emosi dapat
menganggu kegiatan-kegiatan mental.
f)
Emosi dapat
bertindak sebagai sumber-sumber penilaian sosial dan penilaian diri
sendiri.
g)
Emosi dapat
mewarnai pandangan dan harapan anak-anak terhadap hidup ini.
h)
Emosi dapat
memengaruhi interaksi sosial. .
i)
Emosi
meninggalkan dampaknya pada ekspresi wajah air muka dan mimik.
j)
Emosi dapat
memengaruhi iklim psikologis.
k)
Responsi-responsi
emosional kalau berlangsung berulang-ulang dapat berkembang menjadi kebiasaan.
Lebih lanjurnya Hurlock mengatakan bahwa agar dapat menafsirkan
reaksi-reasksi emosional, maka kita terlebih dahulu harus mengetahui ciri-ciri
reaksi emosional, ciri-ciri reaksi emosional tersebut adalah:
a.
Emosi biasanya
kuat, hebat, dan berapi-api.
b.
Emosi sering
kelihatan muncul pada anak-anak sering memamerkan emosi mereka.
c.
Emosi biasanya
bersifat sementra, tidak kekal.
d.
Responsi-responsi
mencerminkan kepribadian..
e.
Emosi sering
berganti kekuatan.
f.
Emosi dapat
ditemukan dengan gejala-gejala tingkah laku.
5.
Gaya bahasa
Keterampilan dan kemampuan menafsirkan gaya bahasa dengan maksud
agar para pembaca belajar memahami serta memanfaatkan bahasa imajinatif dengan
baik. Berbagi gaya bahasa dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan sang
pengarang, antara lain:
a.
Aliterasi
(pengulangan bunyi yang sama).
b.
Antanaklasis (
penggunaan kata yang sama dengan makna yang berbeda).
c.
Antitesi
(perbandingan dua buah kata yang berantonim, berlawanan kata).
d.
Kiasmus
(pengulang serta inversi hubungan antara dua kata dalam kalimat).
e.
Oksimoron
(pembentukan suatu hubungan sintaksisi antara dua buah antonim).
f.
Paralepis (sutu
rumusan yang dipergunakan untuk mengumumkan bahwa seseorang tidak mengatakan
apa yang dikatakan dalam kalimat itu sendiri).
g.
Paronomasia (
penjajaran kata-kata yang bersamaan bunyi tetapi berbeda makna).
h.
Silepsis (
penggunaan sebuah kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan
berpartisipasi dalam lebih
dari arti kontruksi sintaksis).
i.
Zeugma
(koordinasi ketatabahasaan dua kata yang mempunyai makna yang berbeda).
6.
Dampak cerita
Menurut Brooks dan Werren agar dapat meramalkan apa yang akan
terjadi daam suatu cerita, maka akan terlebih dahulu kita harus memahami alur
cerita beserta unsur-unsurnya. Istilah lain yang sama maknanya dengan alur
adalah plot, trap, atau dramatic conflik.
Adelstein
dan Pival, mengungkapkan bahwa alur mengikuti pola tradisional dengan unsur-unsur
yang terlibat, yaitu:
a)
Exsposition,
pengenalan para tokoh, pembukaan hubungan-hubungan , menata adegan, menciptakan
suasana, penyajian sudut pandangan.
b)
Complication,
peristiwa permulaan yang menimbulkan beberapa masalah, pertentangan kesukaran, atau perubahan.
c)
Rising action,
mempertinggi, meningkatkan perhatian kegembiraan, kehebohan, atau keterlibatan
pada saat bertambahnya kesukaran atau kendala.
d)
Turning point,
krisis atau klimaks, titik emosi, dan perhatian yang paling besar serta
mendebarkan, apabila masalah diselesaikan.
e)
Ending,
penjelasan peristiwa-peristiwa, bagaimana cara para tokoh itu dipengaruhi, dan
apa yang terjdi atas diri mereka masing-masing.
Menurut N. Friedman, pengarang buku From and Meaning in Fiction
pernah mengadakan klasifikasi yang agak terperinci mengenai alur, yakni sebagai
berikut:
a.
Alur gerak.
b.
Alur pedih.
c.
Alur tragis,
atau the tragic plot.
d.
Alur
penghukuman atau the punitive plot.
e.
Alur sinis.
f.
Alur
sentrimental.
g.
Alur kekaguman
atau the admiration plot.
h.
Alur kedewasaan
atau the meturing pot.
i.
Alur perbaikan
atau the reform plot.
j.
Alur penguji
atau testing plot.
k.
Alur pendidikan
atau education plot.
l.
Alur
penyingkapan rahasia atau revelation plot.
m. Alur perasaan sayang atau the affective plot.
n.
Alur kekecawaan
atau disillusionment plot.
C. Aneka
Tujuan Membaca Interpretatif
Menurut Otto dan Chester, ada
beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam membaca interpretatif, tujuan-tujuan
itu terbagi atas tiga tingkatan, yaitu:
Tingkat siswa A-C (kelas 1-2 sekolah
dasar) adalah agar para siswa dapat:
1.
Mempertimbangkan,
memikirkan maksud dan tujuan sang pengarang.
2.
Memertimbangkan
sifat-sifat dan motif-motif para tokoh.
3.
Memerhatikan
reaksi-reaksi emosional.
4.
Memerhatikan
tamsil-tamsil yang berhubungan dengan
pancaindra (sensory imagery).
5.
Meramalkan
pengaruh, akibat, atau dampak-dampak cerita.
Tujuan
tingkat D-E (kelas 3-4 sekolah dasar) adalah agar para siswa dapat:
1.
Menentukan
tujuan dan sifat sang pengarang.
2.
Menepatkan
fakta atau fiksi.
3.
Menentukan
sifat-sifat dan perubahan-perubahan para tokoh.
4.
Memerhatikan
reaksi-reaksi emosional para tokoh.
5.
Memerhatikan
gaya bahasa, bahasa kias yang terdapat pada bacaan.
6.
Meramalkan
pengaruh atau dampak-dampak cerita.
Tujuan
tingkat F-G (kelas 5-6 sekolah dasar) adalah agar para siswa dapat atau mampu:
1.
Mempertimbangkan,
memikirkan pendapat sang penulis.
2.
Menentukan
unsur-unsur fakta dalam fiksi.
3.
Menentukan
serta memperbandingkan sifat-sifat, sikap-sikap, perubahan-perubahan dan motif-motif para tokoh.
4.
Mengenali
reaksi-reaksi emosional para tokoh.
5.
Memerhatikan
penggunaan kata-kata yang bermakna konotatif dan denotatif.
Bagian Tujuh
Membaca Kritis
A.
Pengertian Membaca Kritis
Membaca secara
kritis adalah cara membaca dengan melihat motif penulis dan menilainya. Membaca
secara kritis berarti kita harus mampu membaca secara analisis dan dengan
penilaian. Membaca kritis adalah membaca yang bertujuan untuk mengetahui
fakta-fakta yang terdapat dalam bacaan kemudian memberikan penilaian terhadap
fakta itu. Pembaca tidak hanya sekedar menyerap masalah yang ada, tetapi ia
bersama-sama penulis berpikir tentang masalah yang dibahas. Membaca kritis
berarti harus membaca secara analisis dan dengan penilaian
B. Teknik Membaca Kritis
Teknik Membaca Kritis sebagai berikut, yaitu :
1.
Pilihan waktu yang menurut anak sesuai untuk membaca waktu yang sesuai disini
adalah waktu dimana tidak terdapat gangguan baik dari luar maupun dari dalam.
2. Pilihan
tempat dan suasana yang sesuai untuk membaca yaitu tempat terang, sejuk,
barsih, nyaman, tenang, dan rapi.
3.
Perhatikan posisi, pastikan posisi anak yang benar dengan posisi tegak, tidak
bungkuk, dan pastikan jarak antara buku dan mata anak < dari 30 cm.
4.
Siapkan juga hal-hal yang biasanya membantu anak dan membaca, seperti pensil/
spidol.
5.
Lakukan survei isi buku.
6. Membuat
pertanyaan.
7. Membaca
teliti.
8.
Lakukan evakuasi.
9.
Tinjau Ulang
C. Ragam Membaca Kritis
Ada
berbagai ragam membaca kritis bergantung pada jenis informasi seperti apa yang
kita inginkan.
1. Membaca
cepat/ sekilas untuk membaca topik
Dalamhal ini,
kita perlu memfokuskan perhatian pada bagian-bagian tertentu. Kita bisa membaca
tulisan dengan cepat/secara sekilas dari awal sampai akhir. Dari kegiatan
membaca cepat ini kita mendapat ide tentang topik tulisan yang kita baca.
2. Membaca
cepat untuk informasi khusus
Membaca cepat
juga bisa dilakukan kalau kita menginginkan informasi khusus dari sebuah
tulisan. Perhatian kita hanya tertuju pada bagian-bagian yang kita inginkan.
Bagian-bagian yang mengandung informasi yang tidak kita tidak inginkan tidak
mendapat perhatian kita.
3. Membaca
Teliti untuk Informasi Rinci
Kita mungkin
juga ingin mendapatkan informasi rinci tentang suatu hal. Dalam hal ini,
kegiatan membaca difokuskan pada bagian yang mengandung informasi yang kita
ketahui secara rinci. Bagian-bagian lain yang tidak kita perlukan tidak perlu
dibaca lebih lanjut.
D. Membaca Kritis Tulisan/Artikel Ilmiah
Tulisan ilmiah
biasanya berisi informasi yang merupakan hasil penelitian. Ini berbeda dengan
jenis tulisan lain yang informasinya bisa berupa pendapat dan kesan pribadi
yang belum dibuktikan melalui penelitian dan prosedur ilmiah. Berikut adalah
beberapa hal yang mungkin perlu diperhatikan dalam membaca tulisan/artikel
ilmiah.
1. Menggali
tesis/ pernyataan masalah
Tulisan/artikel
ilmiah biasanya mempunyai tesis atau pernyataan umum tentang masalah yang
dibahas. Sebuah tesis biasanya diungkapkan dengan sebuah kalimat
dan menilai apakah penulisannya berhasil atau tidak dalam membahas atau
memecahkan masalah yang diajukan.
2. Meringkas
butir-butir penting setiap artikel
Meringkas
butir-butir penting setiap artikel yang kita baca perlu dilakukan karena
ringkasan itu bisa dikembangkan untuk mendukung pernyataan yang kita buat.
Dengan adanya ringkasan, kita juga tidak perlu lagi membaca artikel
secara keseluruhan kalau kita memerlukan informasi dari artikel yang
bersangkutan.
3. Menyetir
konsep-konsep penting ( pandangan ahli, hasil penelitian,dan teori)
Menyetir
konsep-konsep penting dari tulisan ilmiah perlu dilakukan untuk mendukung butir-butir
penting pada tesis tulisan kita.
4. Menentukan
bagian yang akan dikutip
Dalam mengutip
bagian dari sebuah tulisan ilmiah, kita juga perlu memperhatikan relevansi
bagian tersebut dengan tulisan kita. Butiran-butir yang di anggap tidak relevan
tidak perlu di kutip.
5. Menentukan
implikasi dari bagian/sumber yang di kutip
Dalam mengutip
bagian dari sebuah artikel, kita perlu menyadari implikasinya, apakah
kutipan itu mendukung gagasan yang akan kita kembangkan dalam tulisan atau
sebaliknya?
6. Menentukan
posisi penulis sebagai pengutip
Dalam mengutip
pernyataan yang ada sebuah artikel, kita perlu secara jelas meletakkan posisi
kita. Apakah kita bersikap netral, menyetujui, atau tidak menyetujiu pernyataan
yang kita kutip?
E. Membaca Kritis Tulisan/Artikel Populer
Kegiatan
membaca kritis tulisan popular sedikit berbeda dengan membaca kritis tulisan
ilmiah karna kedua jenis tulisan tersebut mempunyai sifat yang berbeda.
1. Mengenali
persoalan utama atau isu yang dibahas
Biasanya isu
yang dibahas dalan tulisan popular berkaitan dengan masalah sosial yang
sedang diminati masyarakat.
2.
Menentukan signifikasi/relenfansi isu dengan tulisan yang akan dihasilkan.
Isu yang
dibicarakan dlam sebuah tulisan mungkin tidak mempunyai relevansi tuisanyang
akan dibuat. Kita harus menghubungkan relevansi isi tulisan yang dibaca dengan
isu tuisan yang kita hasilkan.
3. Manfaatkan
isu artikel popular untuk bahan/ inspirasi dalam menulis.
Isu artikel
popular biasanya membahas tentang masalah sosial sehingga lebih menarik
disbanding isu artikel ilmiah.
4. Membedakan
isi artikel popular dengan isi artikel ilmiah dan buku ilmiah
Artikel popular
biasanya berisi pembahasan tentang sebuah isu yang sedang diminati
masyarakat. Peranan teori dan data sangat penting dalam artikel dan buku
ilmiah.
F. Membaca kritis buku ilmiah
Buku
ilmiah pada dasarnya sama dengan artikel ilmiah, hanya saja buku ilmiah memuat
uraian atau pembahasan yang lebih panjang dan rinci tentang suatu isu ilmiah.
1. Memanfaatkan
indeksi untuk menemukan konsep penting
Indeks sangat
membantu pembaca untuk mencari dengan cepat pembahasan atau penjelasan
konsep-konsep tersebut dalam buku.
2.
Menentukan konsep-konsep penting (pandangan ahli, hasil penelitian dan teori)
Pengenalan dan
pemahaman konsep-konsep yang penting ini juga akan menambah kedalaman dan
kekritisan tulisan kita.
3. Menentukan
dan menandai bagian-bagian yang dikutip
Bagian-bagian
ini mungkin akan diacu dan dikutip dalam tulisan kita. Artinya, setiap kutipan
ditulis nama penulis, tahun, dan halaman yang di kutip Contoh.
Winarno (2007: 72) mengatakan bahwa pada masa ini, orientasi pada penguasa
masih sangat kuat dalam kehidupan birokrasi publik.
4. Menentukan
implikasi dari bagian/ sumber yang dikutip
Dalam mengutip
bagian dari sebuah buku kita perlu memahami implikasinya.
5. Menentukan
posisi penulis sebagai pengutip
Dalam mengutip
pernyataan yang ada dalam sebuah artikel kita perlu secara jelas
meletakkan posisi kita, setiap pandangan yang dikutip, seseorang yang
menggunakan kutipan itu dalam tulisannya perlu memberikan suatu kesimpulan dan
pendapat sendiri mengenai konsep yang ditawarkan.
G. Karakteristik
Membaca Kritis
1. Berpikir dan Bersikap Kritis
Membaca kritis pada dasarnya merupakan langkah
lebih lanjut dari berpikir dan bersikap kritis. Adapun kemampuan berpikir dan
bersikap kritis meliputi :
a. Menginterpretasi secara kritis
b. Menganalisis secara kritis
c. Mengorganisasi secara kritis
d. Menilai secara kritis
e. Menerapkan konsep secara kritis (Nurhadi,
1987:143).
Adegan teknik-teknik yang digunakan untuk
meningkatkan setiap kritis adalah sebagai berikut (cf. Nurhadi, 1987:145-181),
yaitu :
a. Kemampuan mengingat dan mengenali bahan
bacaan
b. Kemampuan menginterpretasi makna tersirat
c. Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep
dalam bacaan
d. Kemampuan menganalisis isi bacaan
e. Kemampuan menilai isi bacaan
f. Kemampuan meng-create bacaan atau mencipta
bacaan.
Keenam sikap kritis tersebut sejalan dengan
ranah kognitif dalam taksonomi Bloom yang sudah direvisi oleh Anderson dan
krathwhol (2001:268). Berikut ini adalah penjelasan masing-masing.
1) Kemampuan mengingat dan mengenali
Kemampuan mengingat dan mengenali meliputi
kemampuan:
a) Mengenali ide pokok
paragraph
b) Mengenali tokoh-tokoh cerita dan
sifat-sifatnya
c) Menyatakan kembali ide
pokok paragraph
d) Menyatakan kembali fakta-fakta
atau detil bacaan
e) Menyatakan kembali
fakta-fakta perbandingan, unsur-unsur hubungan sebab-akibat, karakter tokoh dan
sebagainya.
2. Kemampuan memahami/menginterpretasi makna
tersirat
1.
Tidak semua gagasan yang terdapat dalam teks
bacaan itu dinyatakan secara tersurat atau secara eksplisit pada baris
kata-kata atau kalimat-kalimat. Sering kali pula, gagasan serta makna tersebut
terkandung di balik baris kata-kata atau kalimat-kalimat tersebut, dan untuk
menggalinya diperlukan sebuah interpretasi dari Anda sebagai pembacanya.
2.
Kemampuan menginterpretasi makna tersirat
adalah kemampuan:
1) Menafsirkan ide pokok paragraph
2) Menafsirkan gagasan utama bacaan
3) Membedakan fakta detil bacaan
4) Manafsirkan ide-ide penunjang
5) Membedakan fakta atau detil bacaan
memahami secara kritis.
Dalam hal ini, kemampuan mengaplikasikan
konsep-konsep, meliputi kemampuan:
a) Mengikuti petunjuk-petunjuk dalam
bacaan
b) Menerapkan
konsep-konsep/gagasan utama ke dalam situasi baru yang problematic
c) Menunjukkan kesesuaian antara gagasan
utama dengan situasi yang dihadapi.
3. Kemampuan menganalisis
Kemampuan menganalisis ialah kemampuan pembaca
melihat komponen-komponen atau unsur-unsur yang membentuk sebuah kesatuan.
Secara terperinci kemampuan menganalisis sekaligus menyintesis, meliputi
kemampuan berikut:
a. Menangkap gagasan utama bacaan.
b. Memberikan detil/fakta penunjang.
c. Mengklasifikasikan fakta-fakta.
d. Membandingkan antargagasan yang ada dalam
bacaan.
f. Membandingkan tokoh-tokoh yang ada dalam
bacaan.
g. Membuat simpulan bacaan.
h. Mengorganisasikan gagasan utama bacaan.
i. Menentukan
tema bacaan.
j. Menyusun
kerangka bacaan.
k. Menghubungkan
data sehingga diperoleh simpulan
l. Membuat
ringkasan.
4. Kemampuan menilai isi bacaan
Kemampuan menilai isi dan penataan bacaan
secara kritis dilakukan melalui aktifitasaktifitas mempertimbangkan, menilai,
dan menentukan keputusan. Secara terperinci, kemampuan yang menyangkut sikap
kritis dalam menilai bacaan, terutama terhadap aspek isi dan penggunaan bahasa
meliputi kemampuan berikut ini.
a. Menilai
kebenaran gagasan utama/ide pokok paragraf/bacaan secara keseluruhan.
b. Menilai dan menentukan bahwa sebuah
pernyataan adalah fakta atau opini.
c. Menilai
dan menentukan bahwa sebuah bacaan diangkat dari realitas atau fantasi penulis.
d. Menentukan tujuan penulis dalam menulis
e. Menentukan relevansi antara tujuan dan
pengenbangan gagasan
f. Menentukan
keselarasan antara data yang diungkapkan dengan simpulan yang dibuat.
g. Menilai keakuratan dalam penggunaan
bahasa, baik pada tataran kata, frasa atau penyusunan kalimatnya
5. Kemampuan meng-create isi bacaan atau
kemampuan mencipta bacaan (menulis)
Kemampuan meng-create isi bacaan adalah
kemampuan:
1) Menyerap inti bacaan
2) Membuat
rangkuman atau membuat kerangka bacaan yang disusun sebagai tanggapan terhadap
bacaan atau membuat kerangka bacaan yang betul-betul baru berdasarkan
pengetahuan dari bacaan
3) Mengembangkan/menulis berdasarkan kerangka
bacaan yang telah disusun.
Selanjutnya,
untuk dapat melakukan kegiatan membaca kritis, ada beberapa persyaratan pokok
yang perlu dipenuhi, (cf. Nurhadi, 1988 ; Harjasujana dkk.,1988), yakni:
a. Pengetahuan tentang bidang ilmu yang
disajikan dalam bacaan
b. Sikap bertanya dan sikap menilai yang
tidak tergesa-gesa
c. Penerapan berbagai metode analisis yang
logis atau penelitian ilmiah.
Jika Anda
memiliki persyaratan pokok tersebut maka Anda akan dapat menarik manfaat yang
sangat penting dalam membaca kritis, antara lain:
a. Pemahaman
yang mendalam dan keterlibatan yang padu sebagai hasil usaha menganalisis
sifat-sifat yang dimiliki oleh bahan bacaan
b. Kemampuan
mengingat yang lebih kuat sebagai hasil usaha memahami berbagai hubungan yang
ada di dalam bahan bacaan itu sendiri dan hubungan antara bahan bacaan itu
dengan bacaan lain atau dengan pengalaman membaca Anda.
c. Kepercayaan
terhadap diri sendiri yang mantap untuk memberikan dukungan terhadap berbagai
pendapat tentang isi bacaan.
Bagian Delapan
Membaca Kreatif
A.
Pengertian Membaca Kreatif
Membaca kreatif yaitu proses mendapatkan nilai tambah dari
pengetahuan yang terdapat dalam bacaan dengan cara mengidentifikasikan ide-ide
yang menonjol atau mengombinasikan pengetahuan yang sebelumnya pernah
didapatkan.
Menurut Unohamdani (dalam http:/unohamdani.blogspot.com)
mengatakan bahwa membaca kreatif adalah kegiatan membaca yang tidak hanya
sekedar menangkap makna tersurat, makna antara baris tetapi juga mampu secara
kreatif.
Menurut Burdansyah (dalam http://
burdansyah.blogspot.com), membaca kreatif adalah membaca yang tidak
berhenti setelah bacaan atau buku tuntas dibaca, dan masih ada proses tindak
lanjut yang tujuan akhirnya berupa peningkatan kualitas hidup dan tingkatan
kualitas hidup yang paling bermakna dalam kegiatan membaca adalah membaca
kreatif.
B.
Ciri-ciri Membaca Kreatif
Menurut Nurhadi
(2004), sebagai seorang pembaca kreatif harus dapat memenuhi kriteria-kriteria
:
1.
Kegiatan membaca
tidak berhenti sampai pada saat menutup buku.
2.
Mampu
menerapkan hasilnya untuk kepentingan hidup sehari-hari.
3.
Munculnya
perubahan sikap dan tingkah laku setelah proses membaca selesai.
4.
Hasil membaca
berlaku sepanjang masa.
5.
Mampu menilai
membaca secara kritis dan kreatif bahan-bahan baca.
6.
Mampu
memecahkan masalah kehidupan sehari-hari berdasarkan hasil bacaan yang dibaca.
Menurut Burdansyah (dalam http://burdansyah.blogspot.com), banyak hal
akan terjadi pada seorang pembaca kreatif. Beberapa diantaranya adalah:
1.
Mampu memilih
atau menentukan bahan bacaan yang tepat sesuai dengan kebutuhan atau minatnya.
2.
Tampak kemajuan
dalam cara berpikir atau cara pandang terhadap suatu masalah.
3.
Terbentuk
kemetangan dalam cara pandang, sikap, dan cara berfikir.
4.
Tampak wawasan
semakin jauh kedepan dan mampu membuat analisis sederhana terhadap suatu
persoalan.
5.
Ada peningkatan
dalam prestasi atau profesionalisme kerja.
6.
Semakin
berfikir praktis dan pragmatis dalam segala persoalan.
C.
Latihan-latihan Membaca Kreatif
Membaca kreatif
perlu diadakan latihan serangkaian keterampilan. Berbagai latihan tersebut
ialah:
1.
Keterampilan
mengikuti petunjuk dalam bacaan kemudian menerapkannya.
2.
Keterampilan
membuat resensi buku.
3.
Keterampilan memecahkan
masalah sehari-hari melalui teori yang disajikan dalam buku.
4.
Keterampilan
mengubah buku cerita prosa (cerpen, novel) menjadi bentuk naskah drama atau
sandiwara.
5.
Keterampilan
mengubah buku cerita prosa.
6.
Keterampilan
mementaskan naskah drama yang telah dibaca.
7.
Keterampilan
mengubah bentuk puisi menjadi prosa (cerpen atau novel)
8.
Keterampilan
melakukan teori celup, misalnya setelah membaca cerpen, pembaca akan membuat
cerpen, dan lain-lain (Nurhadi, 2004).
Membaca kreatif dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1.
Menarik
kesimpulan dari fakta yang dibaca.
2.
Melanjutkan
pemikiran penulis.
Membaca kreatif yang bertujuan membaca untuk memahami pikiran
pengarang diperlukan beberapa ketanggasan dan belajar (Nurhadi, 2004), yaitu:
1.
Melihat rencana
pengarang.
2.
Mengerti
gagasan inti.
3.
Mengerti
fakta-fakta dan detail-detail yang penting.
4.
Menghubung-hubungkan
fakta-fakta dan merangkum apa yang dikatakan pengarang.
5.
Mendapatkan
kesan umum dari buku atau karangan.
D.
Tujuan Membaca Kreatif
Membaca kreatif
bertujuan agar para siswa terampil berkreasi dalam hal-hal dramatis,
interpretasi, lisan atau musik, narasi pribadi, ekspresi visual.
Menurut Tarigan
(1994), membaca kreatif bertujuan sebagai berikut:
1)
Dramatisasi
Pada tahap pertama para siswa dilatih memberikan ekspresi dramtik
terhadap para tokoh serta ide- ide yang telah mereka temui bacaan mereka. Pada
tahap ini para siswa mendramatisasikan tema- tema dari sastra dalam kaitannya
dengan pengalaman- pengalaman mereka sendiri atau situasi- situasi kontemporer
2)
Interpretasi Lisan atau Musik
Pada tahap ini pertama dimulai kegiatan- kegiatan yang menggunakan
bacaan-bacaan koor/ bersama secara sederhana diikuti oleh musik yang serasi
dengan bacaan itu sebagai saran pembantu dalam menginterpretasi sastra.
Dari segi nada, pada umumnya musik dapat diklasifikasikan:
1.
Musik atau lagu
minor.
2.
Musik atau lagu
mayor.
Dilihat dari segi tempo, maka pada umumnya lagu atau music
dapatvkita klasifikasikan:
1.
Tempo lambat.
2.
Tempo sedang.
3.
Tempo cepat.
Agar pelisan atau praktik yang berhasil baik dalam menyajikan
sebuah lagu atau membaca indah sepenggal karya sastra, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dan dilatih dengan baik (Tarigan,1994) yaitu:
a.
Membaca notasi
Para siswa
dilatih baik- baik agar dapat membaca notasi suatu lagu atau musik dengan
tepat.
b.
Pernapasan dan
sikap
Para siswa
dilatih dan disadarkan bahwa pada saat menyampaikan sesuatu lagu atau
melisankan suatu harga sastra, pernapasan dan sikap harus baik dan serasi.
c.
Pemenggalan
kalimat atau frasa ( pharasering)
Para siswa
dilatih mengucapkan frasa- frasa yang tepat, sesuai dan serasi dengan
pernapasan.
d.
Pengucapan
Sewaktu
berbunyi, atau melisankan suatu karya sastra, ucapan harus tepat dan bebar.
Salah mengucapkan suatu kata, frasa, atau kalimat dapat mengubah arti atau
makna. Ucapan harus jelas.
3)
Narasi Pribadi
Kegiatan ini terutama sekali berhubungan dengan pengisahan cerita
atau storytelling. Pada tahap pertama
para siswa diberi kesempatan untuk menciptakan dan menghubungkan cerita- cerita
berdasarkan alur, gagasan, ide, peristiwa, atau tokoh- tokoh dari bacaan
mereka.
Berdasarkan bentuknya fiksi itu dapat kita bagi atas lima golongan,
yaitu:
a.
Novel ( istilah kita
roman, dari bahasa Belanda).
b.
Novelette (istilah kita
novel, dari bahasa Belanda novelelle yang
ada gilirannya berasal dari bahasa Prancis novelelle
yang berarti hal yang baru).
c.
Short story ( cerita
pendek).
d.
Short short story (
dapat kita namakan cerita singkat).
e.
Vignette ( dinamakan
begitu karena sangat singkat dan hanya memakan tempat sedikit, vignette ( bahasa Prancis) berarti
gambar kecil untuk hiasan yang dalam bentuk mula- mula berupa cabang pohon
anggur) ( Notosusanto, dalam Tarigan, 1994).
Walaupun demikian adapula yang membuat klasifikasi tersebut menjadi
lebih sederhana lagi, yaitu atas tiga jenis:
a.
Novel.
b.
Novelet.
c.
Cerita pendek.
Klasifikasi berdasarkan isi ini hanyalah mungkin kalau kita telah
membaca fiksi itu, yaitu kalau kita telah mengetahui apa isinya, apa maksud dan
tujuannya. Berdasarkan isinya maka dapatlah kita bagi fiksi itu atas:
a.
Impresionisme.
b.
Rromantik.
c.
Realisme.
d.
Realisme
sebenarnya.
e.
Naturalisme.
f.
Ekspresionisme.
g.
Simbolisme
(Lubis dalam http://burdansyah.blogspot.com)
4)
Eksperesi Tulis
Butir keempat dari kegiatan membaca kreatif adalah ekspresi tulis.
Kegiatan ini terutama sekali direncanakan untuk memberi kesempatan kepada para
siswa untuk mengekspresikan diri mereka dalam karya tulis.
dampak cerita.
5)
Ekspresi Visual
Butir kelima dari untaian kegiatan membaca kreatif ini ekspresival
visual. Kegiatan ini bermula pada tahap pertama dengan cara menampakkan
kegiatan- kegiatan yang memberi kesempatan kepada para siswa untuk meniptakan
suatu gambar atau model tanah liat, yang menggambarkan suatu adegan, objek,
tokoh, ataupun gaya yang berasal dari bacaan mereka.
6)
Aneka Tujuan
Menurut
tarigan (1984) dengan kegiatan- kegiatan membaca kreatif ini ada beberapa
tujuan yang hendak kita capai. Tujuan- tujuan itu terbagi atas tiga tingkatan,
seperti tertera diabawah ini
Tujuan tingkat A-C ( Kelas 1-2 Sekolah Dasar) adalah sebagai para
siswa dapat:
a.
Mendramatisasikan
tokoh- tokoh, perasaan- perasaan dan gerakan- gerakan dari karya sastra yang
dibacanya.
b.
Memberikan
interpretasi- interpretasi lisan dan music dari karya sastra yang dibacanya.
c.
Mengisahkan
atau menuturkan cerita- cerita berdasarkan tokoh- tokoh atau tema- tema dari
karya sastra yang dibacanya.
d.
Menulis (atau
mendiktekan) cerita- cerita berdasarkan tokoh- tokoh atau tema- tema dari karya
sastra yang dibacanya.
e.
Menciptakan
gambaran visual dari suatu adegan, objek, tokoh, atau gagasan dari karya sastra
yang dibacanya.
Tujuan Tingkat D-E ( Kelas 3-4 Sekolah Dasar) adalah agar para
siswa dapat:
a.
Mendramatisasikan
tema- tema dari karya sastra dalam hubungannya dengan pengalaman- pengalaman
pribadi ataupun dengan situasi- situasi kontemporer.
b.
Menyajikan
interpretasi- interpretasi lisan dan musik dari karya sastra yang dibacanya
serta yang ada hubungannya dengan itu.
c.
Menciptakan
cerita- cerita asli mengenai pengalaman- pengalaman pribadi ataupun situasi-
situasi kontemporer berdasarkan karya sastra.
d.
Menulis cerita-
cerita atau lakon- lakon yang menghubungkan beberapa aspek sastra dengan
pengalaman- pengalaman pribadi ataupun situasi- situasi kontemporer.
e.
Menciptakan
gambaran- gambaran visual yang menerapkan tema- tema tertentu dari karya sastra
kepada pengalaman- pengalaman pribadi ataupun situasi- situasi kontemporer.
Tujuan Tingkat F-G ( Kelas 5-6 Sekolah Dasar) adalah agar para
siswa dapat dan mampu:
a.
Memanfaatkan
drama untuk mengubah isi sastra menjadi mode – mode, suasana – suasana hati,
atau sudut – sudut pandangan yang berbeda.
b.
Mengubah mode,
suasana hati, atau sudut pandangan sastra melalui unterpretasi – interpretasi
lisan dan musik.
c.
Menciptakan
cerita – cerita dengan cara mentransformasikan atau mengubah mode, suasana
hati, atau sudut pandangan karya sastra yang dibacanya.
d.
Menuliskan
kembali sepenggal karya sastra dengan mengubah mode, suasana hati, atau sudut
pandangan seperlunya.
e.
Menciptakn
gambaran visual beberapa aspek sastra yang dibacanya yang mengubahnya menjadi
mode, suasana hati, atau sudut pandangan yang berbeda dari semula ( Otto dan
Chester, 1976:167 dalam Tarigan, 1994).
E.
Manfaat Membaca Kreatif
Menurut
Burdansyah ( dalam http:// burdansyah.blogspot.com), membaca kreatif akan
memberikan banyak manfaat dalam berbagai bidang.
Contoh konkret
dari membaca kreatif adalah seorang mahasiswa/ pembaca saat membaca sebuah buku
tidak akan berhenti di situ saja, tetapi ia selalu mencatat sesuatu yang
dianggap sulit/asing, dan selalu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari –
hari serta meningkatkan bacaannya.
Bagian Sembilan
Membaca
A. Pengertian Membaca
Anderson dalam Tarigan
(1985 :7) mengatakan bahwa membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan
pembacaan sandi (a recording and deconding process). Bagi Dika yang masih duduk
di kelas 1 SD pengertian membaca seperti itu tepat sebab ketika dia membaca
hanya terbatas mengemukakan atau membunyikan rangkaian lambang-lambang bahasa
tulis yang dilihatnya, dari huruf menjadi kata kemudian menjadi frasa kalimat,
dan seterusnya.
Tambubulon (1993)
menjelaskan pada hakekatnya membaca adalah kegiatan fisik dan mental untuk
menemukan makna dari tulisan walaupun dalam kegiatan itu terjadi proses
pengenalan huruf-huruf. Dikatakan kegiatan fisik karena bagian – bagian tubuh
khususnya mata yang melakukan, dikatakan kegiatan mental karena bagian – bagian
pikiran khususnya presepsi dan ingatan terlibat di dalamnya, dari definisi ini
kiranya dapat dilihat bahwa menemukan makna dari bacaan (tulisan) adalah tujuan
utama membaca dan bukan mengenai huruf-huruf. Diperjelas oleh pendapat Smith
(ginting 2005) bahwa membaca merupakan suatu proses membangun pemahaman dari
teks yang tertulis (www.bpkpenabor.or.id)
B. Ketrampilan Mekanis
Bacaan mekanis adalah
bacaan bersuara yang menyuarakan Tulisan dengan sebutan yang jelas dan terang
dengan intonasi dan irama mengikat, gaya membaca yang betul, dengan mengerakkan
alat pertuturan, orang yang membaca harus mempunyai kemampun untuk mengartikan
apa saja yang tersirat dalam bahan – bahan yang dibaca, lazimnya ia harus
memiliki kecepatan mata yang tinggi serta pandangan mata yang jauh.
Membaca mekanis
merupakan suatu ketrampilan yang serba rumit dan kompleks, dalam pengajaran dan
pembelajaran bahasa, membaca mekanis yang digunakan lebih tertumpu pada usaha
menganalisis pengucapan dari pada pemahaman. (wwwimprescholteacha.bogspot.com)
C Ketrampilan Pemahaman
Membaca pemahaman
menurut Tarigan (1986:56) merupakan sejenis membaca yang bertujuan untuk
memahami standar-standar atau norma-norma kesastraan ( literary standards ),
resensi kritis ( critical review ), drama tulis (primed drama ), serta
pola-pola fiksi ( pattenrs of fiction ).
Proses penguasaan dan
ketrampilan membaca pemahaman dipengaruhi beberapa faktor. Yap ( 1978 ) dalam Harras dan Sulistiyaningsih
(1997/1998:1.18) melaporkan bahwa kemampuan membaca seseorang sangat ditentukan
oleh kuantitas membacanya. Hasil penelitiannya menyebutkan perbandingan sebagai
berikut: 65 % ditentukan oleh banyaknya waktu yang digunakan untuk membaca, 25
% oleh fakor IQ, dan 10 % oleh faktor-faktor lingkungan social,emosional,
lingkungan fisik dan sejenisnya. Sedangkan Ebel ( 1972:35 ) berpendapat bahwa
faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kemampuan pemahaman bacaan yang dapat
dicapai oleh siswa dan perkembangan minat bacanya tergantung pada faktor-faktor
berikut: (1) Siswa yang bersangkutan, 2) keluarganya, (3) Kebudayaannya, dan
(4) Situasi sekolah. Alexander ( 1983:143) berpendapat bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan pemahaman bacaan meliputi: program
pengajaran membaca, kepribadian siswa, motivasi, kebiasaan dan lingkungan
social ekonomi mereka.
D. Menemukan Ide Pokok
Dalam membaca apa saja, hendaknya
Anda menemukan ide pokok. Dalam hal ini, baik secara emosional maupun secara
intelektual, kita harus tunduk pada prinsip satu ini: “Apabila kita membaca untuk menemukan ide pokok, dengan sendirinya
detail akan terurus” (Soedarso, 2005).
Ide
pokok buku yang sedang Anda baca mudah dikenali seperti yang tertera dalam: (1)
ikhtisar umum yang ada di awal buku, lalu tiap-tiap bab didahului dengan (2)
ikhtisar bab, dan dirinci dalam (3) ikhtisar bagian bab, dan selanjutnya Anda
dapat mencari (4) ide pokok paragraf (Soedarso, 2005).
Untuk
memudahkan Anda mendalami buku, hendaknya Anda selalu menemukan ide pokok pada
setiap buku yang meliputi:
1. Ide pokok buku keseluruhan,
2. Ide pokok bab,
3. Ide pokok bagian bab/subbab, dan
4. Ide pokok paragraf.
E. Cara Membaca Ide Pokok
Untuk
mendapatkan ide pokok dengan cepat, Anda harus berpikir bersama penulis. Oleh
karena itu, hendaklah Anda mengikuti berikut struktur dan gaya penulisannya
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Hendaknya Anda membaca dengan
mendesak, dengan tujuan mendapatkan ide pokok, secara cepat. Jangan Anda
membaca kata demi kata, tetapi seraplah idenya dan bergeraklah lebih cepat,
tetapi jangan kehilangan pengertian.
2. Hendaklah Anda membaca dengan
cepat, dan cepatlah Anda mengerti idenya, serta teruskan Anda membaca ke bagian
lain.
3. Anda harus melecut diri untuk
cepat mencari arti sentral. Hendaknya Anda kurangi kebiasaan menekuni detail
kecil. Cepatlah Anda bereaksi terhadap pokok suatu karangan dengan cepat.
4. Anda memang harus melakukan
membaca dengan cepat. Tetapi Anda harus ingat terhadap kefleksibelan sehingga
cara membaca adakalanya diperlambat. Janganlah Anda terlalu cepat membaca di
luar hal yang normal, sehingga kehilangan pemahaman.
5. Rasakan bahwa Anda membaca lebih
cepat daripada biasanya. Yang tidak layak diperhatikan hendaklah Anda pandang
dengan cepat dan alihkan perhatian Anda ke pokok. Janganlah Anda terlalu
menghiraukan detail kecil. Selesaikan bacaan Anda tanpa membuang waktu.
6. Cepat Anda dapatkan buah pikiran
pengarang, tetapi jangan Anda tergesa-gesa hingga mengakibatkan ketegangan.
Ketegangan dan ketergesahan tidak akan membantu memahami dengan cepat.
7. Anda perlu berkonsentrasi dengan
cepat dan tepat. Terlibat penuh pad aide, gagasan yang tercetak, dan untuk
sementara terlepas dari dunia luar (Soedarso, 2005).
F. Mengetahui Ide Pokok Paragraf
Paragraf
adalah kumpulan kalimat yang berisi satu gagasan. Satu paragraf mengandung satu
ide, satu pokok pikiran, satu tema, dan satu gagasan. Lazimnya, ide pokok dalam
paragraf berada:
1. di awal paragraf
2. di tengah paragraf
3. di akhir paragraf
4. di awal dan di akhir paragraf,
atau
5. adakalanya di seluruh paragraf
(Soedarso, 2005).
G. Cara Mengenali Kalimat Kunci
Kalimat
kunci paragraf mengandung pernyataan tentang kata benda atau kata ganti orang
yang dominan atau yang menjadi topik (secara umum, garis besar) paragraf itu.
Untuk mengenali kalimat kunci
dapat Anda ikuti petunjuk berikut:
1. Anda cari kata benda atau kata
ganti yang dominan. Lalu And abaca dan “tanya apa artinya?” Lalu And abaca
lanjutannya, yang akan berisi keterangan, “artinya adalah …” atau semacamnya.
2. Anda cari pernyataan umum. Lalu
Anda bertanya: Apakahn kalimat lainnya itu mendukung dalam menjabarkan ide
pokok itu?
3. Jika ide pokoknya sulit ditemukan
dan dipahami atau merupakan suatu yang abstrak, ada baiknya And abaca detailnya
atau kalimat jabarannya agak lambat untuk mendapatkan pemahamannya lebih
cermat. Jika ide pokoknya mudah dipahami, detailnya barangkali dapat diabaikan
saja atau dibaca dengan kecepatan tinggi (Soedarso, 2005).
H. Mengenali Detail Penting
Salah
satu cara mengenali detail penting adalah dengan mencari petunjuk yang
digunakan oleh penulis untuk membantu pembaca, baik berupa kata-kata bantu
visual maupun kata-kata penuntun. Kata-kata bantu visual itu, misalnya: (a)
ditulis kursif (huruf miring), (b) digaris bawahi, (c) dicetak tebal, (d)
dibubuhi angka-angka, dan (e) ditulis dengan menggunakan huruf-huruf: a, b, dan
c, dan lain-lain. (Soedarso, 2005).
J. Membaca Kritis
Membaca
secara kritis adalah cara membaca dengan melihat motif penulis dan menilainya.
Membaca secara kritis berarti kita harus mampu membaca secara analisis dan
dengan penilaian. Dalam membaca, kita harus mengikuti jalan pikiran penulis
dengan (1) cepat, (2) akurat, dan (3) kritis (Soedarso, 2005). Akurat, artinya
dalam hubungannya dengan relevansi, membedakan dengan yang tidak relevan atau
tidak benar. Kritis berarti menerima pikiran penulis yang ditulis dengan dasar
yang baik, logis, benar, atau menurut realitas, dan menolak yang tidak berdasar
dan tidak benar.
Soedarso
(2005) mengemukakan bahwa proses membaca kritis dapat dilakukan sebagai
berikut:
1. Mengerti isi bacaan
Mengenali fakta-faktanya dan menginterpretasikan apa yang
And abaca, artinya: (a) mengerti benar ide pokoknya, (b) mengetahui fakta dan
detail pentingnya, dan (c) dapat membuat kesimpulan dan interpretasi dari
ide-ide itu. Fakta menambah informasi. Ide-ide meningkatkan pemahaman. Mendapat
informasi sekedar mengetahui bahwa sesuatu itu fakta, sedangkan pemahaman
adalah mengetahui segala sesuatu tentang fakta, yaitu: (a) Mengapa merupakan
fakta?, (b) Apa hubungannya dengan fakta-fakta itu?, (c) Di mana persamaannya?,
(d) Di mana perbedaannya?.
2. Menguji sumber penulis
Apakah dapat dipercaya? Cukup akuratkah? Apakah kompeten
di bidangnya? Di sini termasuk diuji pandangan dan tujuan serta asumsi yang
tersirat dalam penulisan untuk membedakan bahan yang disajikan sebagai opini
dan fakta.
3. Ada interaksi antara penulis dan
pembaca
Tidak hanya mengerti maksud penulis, tetapi juga harus
membandingkan dengan yang Anda miliki serta dari penulis-penulis lain.
Sementara membaca, Anda perlu menilai isi bacaan dengan membandingkan dengan
pengetahuan Anda sendiri.
4. Menerima atau menolak
Atau menunda penilaian terhadap apa yang disajikan oleh
penulis itu. Anda boleh memercayai, mencurigai, meragukan, mempertanyakan, atau
tidak memercayai. Pilihan itu tergantung Anda.
K. Mengingat Lebih Lama
Sebagai
seorang pembaca yang kita lakukan bukanlah menghafal tetapi memahami. Dengan
memahami isi bacaan tersebut, kita mampu mengingatnya dalam waktu yang lebih
lama. Perhatian yang aktif terhadap sesuatu itu akan membuat kita mudah untuk
mengingatnya. Kita mudah mengingat sesuatu peristiwa yang telah lama berlalu
dengan mengaitkannya pada peristiwa lain (Baca: Soedarso, 2005).
L. Mengerti, Bukan Menghafal
Pada
umumnya para siswa lebih banyak menghafal kalimat-kalimat atau kata-kata yang
tercetak daripada memahami artinya. Padahal, inti dari belajar dan membaca
adalah mengambil hal yang penting dan selama mungkin dapat mengingatnya. Daya
ingatan kita umumnya hanya mampu mengingat 50% dari apa yang kita baca satu jam
berselang dan dalam dua hari berikutnya tinggal 30% saja (Soedarso, 2005).
Dalam hal ini, kita akan mudah mengingat sesuatu yang kita mengerti dengan
baik. Oleh karena itu, jika membaca, usahakan memahami artinya.
M.
Langkah-langkah Untuk Mengingat
Ada
beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengingat isi bacaan yang kita
bacaan, yaitu:
1. Hadapi bahan dengan tujuan. Jangan
asal membaca dan menelan fakta dan data yang ada begitu saja.
2. Survei apa yang perlu diingat,
yaitu yang berharga untuk diingat. Mengingat sesuatu adalah proses memilih.
3. Cari fakta dan dapatkan dalam
hubungannya dengan konteks. Jangan diisolasi. Fakta hadir dalam pengertian,
keseluruhan, membentuk pengertian yang bulat.
4. Kaitkan dan bangunlah apa yang
Anda baca itu dengan apa yang telah Anda ketahui, sehingga pengetahuan Anda
tentang sesuatu itu menjadi lebih mendalam.
5. Jika membaca perhatikan apa-apa
yang penting untuk Anda: (a) sehubungan dengan minat Anda, (b) bertalian dengan
pengalaman Anda, (c) berkaitan dengan masalah yang Anda hadapi, dan (d)
berhubungan dengan nilai-nilai yang Anda anut.
6. Lihatlah setiap Anda membaca: Apa
yang perlu diingat? Untuk diri Anda, kolega Anda, keluarga Anda, dan untuk
memperkaya nilai-nilai yang Anda miliki.
7. Apabila pada waktu membaca Anda
menemukan hal yang berharga untuk diingat, berhentilah sejenak, dan tanyakan
pada diri Anda kenapa demikian, dan seterusnya.
8. Perhatikan bagaimana fakta itu
disajikan. Fakta dikemas dalam paragraf. Ada yang secara kronologis, ada yang
dihubungkan dengan analoginya, dan ada pula
yang dibandingkan.
9. Bertanyalah pada diri Anda:
mengapa penulis mencantumkan fakta-fakta itu? Apa hubungannya dengan konteks?
Perlukah fakta itu untuk saya? Ya, mengapa? Cukup akuratkah fakta itu?
(Soedarso, 2005).
N. Membuat Catatan
Beberapa
alasan dalam membuat catatan: (1) karena informasi atau ide yang dikandung
bacaan itu kita perlukan, (2) karena kita tidak dapat mencoret-coret buku
(pinjaman, dan lain-lain), dan (3) untuk memudahkan mencari kembali bila kita
memerlukan pokok yang kita perlukan itu.
Beberapa kegunaan dalam membuat catatan atas bacaan yang kita baca:
(1) untuk membantu melihat struktur apa
yang dibaca, (2) untuk mengambil pokok yang menarik, berguna, atau sesuatu yang
diperlukan, (3) untuk mengingat-ingat yang perlu diingat, (4) untuk mengacu
kembali beberapa waktu kemudian, dan (5) untuk membantu konsentrasi kita dan
memindahkan apa yang kita baca (Soedarso, 2005).
O. Pokok-pokok yang Dicatat
Di
dalam membuat catatan, kita harus mencatat hal-hal pokok yang terdapat dalam
bahan bacaan (Soedarso, 2005), seperti:
1. Elemen-elemen kunci termasuk ide
sentral, soal-soal besar, atau informasi penting.
2. Tujuan dan asumsi penulis tentang
segi-segi tertentu.
3. Detail atau fakta yang kita
perlukan, misalnya statistic atau hal lain yang dapat menunjang kebutuhan kita.
4. Pokok-pokok yang menarik atau yang
perlu diikuti, seperti gagasan baru, ide yang memberi kemungkinan, komentar
yang menentang, kata yang masih asing, penjelasan atas soal yang tidak kita
mengerti, dan pendapat.
P. Jenis Catatan
Ada
beberapa jenis catatan yang perlu diketahui oleh si pembaca apabila ingin
membuat catatan hasil pemahamannya terhadap isi bacaan (Soedarso, 2005), yaitu:
1. Koleksi fakta dan detail yang
spesifik.
Yang perlu diperhatikan pada jenis catatan ini adalah
jangan terlalu berlebihan sehingga mengaburkan pengertian yang kita perlukan.
Juga jangan terlalu sedikit membuat catatan sehingga dapat mengurangi
pengertian yang ada.
2. Kutipan
Kutipan dapat berupa frasa, kata-kata kunci, kalimat,
paragraf. Apabila kita mengutip hal-hal di atas secara langsung dari teks yang
kita baca, maka jangan lupa menulisnya dalam tanda petik.
3. Ringkasan
Ringkasan paling baik dilakukan setelah kita membaca
dengan mengerti bagian tertentu yang hendak kita ringkas itu. Ambil intisarinya
dengan berpedoman pada ketentuan berikut:
a. Contoh-contoh tidak perlu
disertakan,
b. Buang hal-hal yang tidak relevan,
c. Buang komentar-komentar tambahan,
d. Tetaplah pada topic Anda, dan
e. Ambil ide kuncinya saja.
Q. Mencatat dengan Banyak Sumber
Dengan
mencatat melalui banyak sumber, kita akan memperoleh keuntungan, yaitu: (1)
jika hanya dari satu sumber Anda akan jatuh dalam plagiat sekalipun Anda
menggunakan kata-kata sendiri, tetapi hal itu merupakan gagasan orang lain; (2)
dengan banyak sumber, ide Anda akan dipercaya; (3) Anda akan kehilangan
informasi penting jika dari satu sumber; (4) dengan hanya satu sumber Anda
tidak berkesempatan membanding-bandingkan ide Anda dengan ide orang lain, dan
Anda tidak dapat mengambil kesimpulan yang baik (Soedarso, 2005).
R. Mencatat Harus Akurat
Apabila
kita mencatat hasil dari bahan yang kita baca, catatan yang kita buat haruslah
akurat:
1. Ringkasan harus merupakan refleksi
dari teks.
2. Kutipan harus Anda kutip secara
tepat, jangan lupa menuliskannya dalam tanda petik.
3. Harus jelas mana kutipan, mana
bukan.
4. Jangan lupa menuliskan sumbernya:
nama pengarang, tahun penerbit, judul tulisan, tempat penerbit, penerbit, dan
lain-lain seperti yang dilazimkan karena berguna untuk referensi.
Bagian
Sepuluh
Bacaan Ilmiah dan Bacaan Sastra
A.
Bacaan Ilmiah
Bacaan ilmiah
yaitu bacaan yang berisi ilmu pengetahuan atau informasi yang ditulis dengan
bacaan yang lugas, praktis, dan efisien. Bacaan ilmiah terbagi atas dua macam (
Tarigan, 1994 ), yaitu: (1) teks ilmiah populer dan (2) teks ilmiah akademik.
1.
Teks Ilmiah
Populer
Teks ilmiah populer mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a.
Isiannya memuat
keadaan orang lain, terutama yang menyangkut kemasyhuran, keberhasilan, dan
penderitaan.
b.
Sesuatu untuk
meyakikan diri sendiri, bahwa oranglain pun mempunyai masalah seperti yang kita
alami.
c.
Isinya mengenai
cara belajar.
d.
Isinya hanya
sekedar ingin mengetahui atau untuk mengikuti tentang sesuatu , bahasanya
praktis, sebab efisien dan efektif.
e.
Struktur teks
bacaan dimulai dengan kesimpulan atau sebagai “ klimaks “ dan diakhiri dengan “
perincian “ (Tarigan, 1994).
Teks ilmiah populer biasanya
terdapat pada majalah. Kriteria pemilihan majalah, yaitu: kita harus
menyesuaikan antara kondisi baca dengan keterbacaan. Kondisi baca meliputi :
tujuan membaca, informasi fokus, danmateri bacaan.
Didalam membaca majalah, pertama,
kita harus menentukan tujuan membaca kita apakah untuk studi, bisnis, atau
untuk kesenangan. Tahap kedua di dalam membaca majalah, yaitu: menentukan
informasi fokus. Tahap ketiga, yaitu penyesuaian materi bacaan. Teks Ilmiah
Akademik
Teks
ilmiah akademik memiliki karakteristik, yang isi garis besarnya dipilih menjadi
empat jenis (Tarigan,1994), yaitu:
a.
Isinya meninjau
sebuah hasil penelitian.
b.
Isinya
menggunakan atau mengimplementasikan sesuatu teori.
c.
Isinya
membantah, menyempurnakan atau mengimplementasikan suatu penelitian.
d.
Isinya berupa
penyajian suatu hipotesis.
e.
Bahasanya
bersifat denotatif, objektif, tidak berprasangka, tanpa penelitian atau
pendapat pribadi, sistematis, kritis, dan didasarkan pada suatu penelitian
hubungannya dengan sebuah teori.
a.
Karateristik
Pemilihan Buku Teks
Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam menentukan
karakteristik pemilihan buku teks, antara lain seperti berikut:
1)
Pertama,
menentukan tujuan membaca, tentunya tujuan kita dalam membaca buku teks yaitu
memperoleh ilmu pengetahuan atau untuk studi.
2)
Kedua,
menentukan informasi fokus apa yang ingin kita peroleh dari buku tersebut. Kita
harus membaca daftar isi agar informasi fokus yang kita cari dapat dengan mudah
dicari atau ditemukan.
3)
Ketiga, sebelum
membaca buku teks kita harus membaca kata pengantar, pendahuluan, ataupun
abstraknya sehingga kita tahu materi apa yang ada di dalam buku teks tersebut
dan apakah materi tersebut sesuai dengan tingkat keterbacaan pembaca.
4)
Keempat,
pilihlah bukuteks yang memiliki wacana yang tidak terlalu sulit dipahami tetapi
juga tidak terlalu mudah, sehingga siswa terpacu daya pikirannya (Tarigan,1994)
b.
Karakteristik
Pemilihan Buku Referensi
Ada beberaopa langkah yang dapat ditempuh dalam menentukan
karakteristik pemilihan buku referensi, antara lain seperti berikut ini:
1)
Pilihlah buku
yang dianjurkan guru atau dosen.
2)
Carilah sumber
bacaan buku lain yang masih satu tema dengan induk yang masih satu cabang ilmu.
3)
Carilah bahan
bacaan yang memiliki penjelasan yang lebih terperinci, yang menjabarkan materi
pada buku induk dengan lebih jelas.
4)
Carilah lebih
dari satu buku referensi. Agar pemahaman dan pengetahuan kita terhadap suatu
ilmu atau materi dapat lebih luas, dan kita dapat menguji hipotesis-hipotesis
yang berada pada induk (Tarigan,1994).
B. Bacaan Sastra
Bacaan
sastra ialah suatu bahan bacaan yang berisi ekpresi, pikiran, perasaan, ide,
pandangan hidup, dan lain-lain yang disajikan dalam bentuk yang indah melalui
media bahasan.
Sastra terbagi
menjadi dua macam, yaitu sastra imajinatif dan sastra non imajinatif (Tarigan,
1994).
1.
Sastra
imajinatif
Sastra
imajinatif ialah bahan bacaan yang
isinya ditulis berdasarkan daya khayal sang pengarang. Karakteristik sastra
imajinatif adalah:
a.
Bahasanya
konotatif (bukan bahasa sesungguhnya, memiliki makna atau arti lebih dari
satu).
b.
Penulisannya
diilhami dari kisah nyata yang diproses atau diimajinasikan sehingga timbul ide
penulisan yang kreatif dan indah.
c.
Memiliki
nilai-nilai estetik yang meliputi; unity, harmony, balance, dan right imasses
(tarigan, 1994).
2.
Sastra non
imajinatif
Sastra yang
isinya ditulis sesuai dengan fakta, berdasarkan realita sebagai topik utamanya.
Karakteristik sastra imajinatif adalah:
a.
Bahasanya
denotatif.
b.
Isinya
berdasarkan fakta, realita yang ada.
c.
Memiliki
nilai-nilai dan syarat-syarat keindahan (estetika) berupa; unity, harmony,
balance, dan right imasses (tarigan, 1994).
Sastra ini terdiri atas esai,
kritik, biografi, autografi dan catatan harian. Surat kabar tergolong kedalam
sastra non inaimajinatif, karena bagian-bagian atau isi dari surat kabar
meliputi berbagai aspek karangan sastra.
Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam menentukan karakteristik surat kabar yaitu:
a.
Topik yang
disajikan haruslah yang aktual, tajam, dan terpercaya.
b.
Informasi yang
disampaikan up to date, sesuai dengan perkembangan zaman.
c.
Pilihlah surat
kabar yang memiliki kosa kata yang tinggi agar memacu daya pikir pembacanya.
d.
Untuk bahan
pembelajaran, pilih topik dalam surat kabar yang sesuai dengan karakteristik
kebutuhan siswa (baca juga Soedarso, 2005).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar