Selasa, 20 Maret 2018

Diktat Mata Kuliah Membaca

Bagian Satu
Membaca Cepat Dan Efektif


A. Membaca Cepat Dan Efektif
Menurut Ahmadslamet Harjusujana (1988),  KEM ialah kecepatan yang dicapai oleh pembaca berdasarkan rumus banyaknya jumlah kata dibagi panjangnya waktu yang diperlukan. Sedangkan Tampubolon menyebutkan bahwa KEM ialah kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan. Jadi ada dua aspek yang diperhatikan dalam kecepatan efektif membaca, yaitu kecepatan membaca dan pemahaman terhadap isi bacaan.
Langkah-langkah:
1.    Mempersiapkan tes KEM
Tes KEM mengukur kemampuan membaca seseorang. Untuk itu dalam proses pemilihannya perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:
a.    Aspek kesulitan wacana
Kesulitan sebuah wacana erat hubungannya dengan keterbacaan wacana, yaitu sesuai tidaknya suatu bacaan bagi pembaca tertentu dilihat dari segi kesukarannya (Tampubolon, 1987: 214).
b.    Aspek isi wacana
Isi wacana berkaitan dengan meteri yang dibicarakan dalam wacana.
c.    Aspek panjang pendek wacana
Wacana yang digunakan dalam tes KEM hendaknya tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek.
d.   Faktor bentuk dan jenis wacana
Burhan Nurgiantoro (1987:230) mengemukakan bahwa wacana yang digunakan dalam tes dapat berupa frasa narasi, puisi maupun drama. Bentuk wacana tersebut bisa besifat faktual maupun imajinatif.
2.    Jenjang KEM
a.    Tes KEM jenjang ingatan
Siswa diminta untuk menyebutkan fakta-fakta atau konsep sederhana yang terdapat dalam wacana yang telah dibacanya.

b.    Tes KEM jenjang pemahaman
Siswa memahami isi wacana meliputi antar hal, hubungan sebab akibat, hubungan antar fakta-fakta atau konsep dan membedakan antar hal.
c.    Tes KEM jenjang penerapan
Siswa memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau memilih suatu abstraksi tertentu secara tepat untuk selanjutnya diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkannya secara benar.
d.   Tes KEM jenjeng analisis
Siswa dituntut untuk menganalisis suatu bagian-bagian yang khusus, mengidentifikasi dan membedakan informasi tertentu dalam wacana.
e.    Tes KEM jenjang sintesis
Tes jenjang ini menuntut siswa peserta tes untuk membuat generalisasi.
f.     Tes KEM jenjang evaluasi
Menuntut siswa memberi penilaian terhadap sesuatu berdasarkan dalil, hukum, prinsip, pengetahuan.
B. Upaya Meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca
Menurut para pakar, beberapa faktor internal berasal dari dalam diri pembaca yang turut mempengaruhi kecepatan efektif membaca seseorang tersebut antara lain meliputi:
1.    Kepemilikan kompetensi kebahasaan pembaca.
2.    Kepemilikan skema (informasi non visual) dan keakraban pembaca topik yang terdapat dalam bacaan tersebut.
3.    Dorongan motivasi dan tekat pembaca untuk mengetahui isi bacaan yang tengah dibacanya.
4.    Penggunaan strategi yang tepat saat melakukan membaca.
5.    Kondisi kesehatan, baik secara fisik maupun psikis.
Sedangkan faktor eksternalnya meliputi:
1. Tingkat kesulitan wacana dan organisasi tulisan.
2. Situasi dan kondisi lingkungan saat melakukan kegiatan membaca.
Farr dan Rosser sebagaimana dikutip oleh H. G. Tarigan (1986: 28) menyebutkan setidaknya ada tiga faktor yang menurutnya sangat mempengaruhi kecepatan efektif membaca seseorang yaitu:
1. Tingkat kesulitan bahan bacaan.
2. Keakraban dan rasa ingin tahu terhadap pokok persoalan yang disajikan dalam bacaan.
3. Kebiasaan-kebiasaan membaca.
Sedangkan Tampubolon secara lebih teknis mengemukakan empat faktor penentu kecepatan efektif membaca tersebut yaitu:
1. Kompetensi kebahasaan
Penguasaan bahasa dalam keseluruhan, terutama tata bahasa dan kosa kata, terutama berbagai arti dan nuansa serta ejaan dan tanda-tanda baca, serta pengelompokan kata.
2. Kemampuan mata
Keterampilan mata melakukan gerakan-gerakan membaca yang efisien. Gerakan-gerakan tersebut ialah sikade, fiksasi, lompatan kembali, jangkauan penglihatan, dan jangkauan pemahaman.
3. Penentuan informasi fokusa
Menentukan informasi lebih dulu yang diperlukan sebelum memulai membaca pada umumnya dapat meningkatkan efesiensi membaca.
4. Teknik-teknik dan metode-metode membaca
Teknik-teknik yang dimaksud misalnya, skimming dan scanning, SQ3R dan sejenisnya.
C. Metode Pengembangan Kecepatan Membaca
a.    Metode kosakata
Metode kosakata yaitu metode mengembangkan kecepatan membaca melalui pengembangan kosakata si pembaca.
b.    Metode motivasi (minat)
Metode memotivasi para pembaca yang mengalami hambatan dalam kecepatan membacanya dengan rangsangan bahan-bahan bacaan yang menarik dapat menumbuhkan minat mereka membaca.
c.    Metode bantuan alat
Metode untuk meningkatkan kecepatan dan kecermatan membaca ialah lewat latihan dengan menggunakan bantuan alat.

d.   Metode gerak mata
Lewat metode ini seseorang mampu meningkatkan kecepatan membacanya dua hingga tiga kali lipat dari kecepatan semula.
D. Kecepatan Membaca Dan Mengukur Kemampuan Membaca
1.      Kecepatan membaca
Baradja (1990:121) mengemukakan bahwa seseorang pembaca yang baik, selain dengan membaca dengan cepat,  ia juga harus tahu dimana ia harus membaca dengan cepat ataupun lambat. Hal itu karena, suatu bacaan atau buku memerlukan tingkat pemahaman yang berbeda  saat dibaca. Ada bacaan yang ringan dan bacaan yang berat.
Menurut Soedarso (2005:19), selain unsur utama dalam membaca, ada juga keterampilan dasar membaca seperti gerakan mata, membaca frasa, mengenal kata-kata kunci baik untuk fiksi maupun nonfiksi. Mata bergerak dari satu titik fiksasi melompat ke titik fiksasi yang lain. Pembaca yang efisien, dapat menangkap lebih banyak kata, yaitu seorang pembaca diusahakan pada saat membaca jangan menghafal kata-kata yang dibacanya, melainkan memahami maksud apa yang dibacanya.
2. Menangkap dan mengenali kata
Membaca merupakan proses menangkap dan mengenali kata-kata dalam sebuah kalimat, paragraf, dan wacana.
3. Tujuan Membaca Cepat
Mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dalam waktu yang relatif singkat.
4. Membentuk Kebiasaan Membaca Efisien
Membentuk kebiasaan membaca yang efisien memakan waktu yang relatif lama. Oleh karena itu, usaha-usaha pembentukan hendaknya di mulai sedini  mungkin dalam kehidupan, yaitu  sejak masa kanak-kanak.
5. Cara Mengembangkan Kecepatan Membaca
Membiasakan diri untuk membaca pada kelompok-kelompok kata, jika dalam penulisa bacaan itu dalam bentuk kolom-kolom kecil (seperti surat kabar), arah gerak mata kita kebawah bukan ke samping secara horizontal tapi ke bawah (vertical), arahkan pandangan bola mata itu ke bawah lurus. Dengan mata bergerak ke bawah maka kita akan lebih  cepat menyelesaikan bacaan dan lebih cepat memahami isinya  (Dalman, 2010: 28).
6. Hal-hal yang Menghambat Kecepatan Membaca
Hal-hal yang dapat menghambat seseorang pembaca dalam membaca adalah sebagai berikut:
-          Menyuarakan apa yang di baca.
-          Membaca kata demi kata.
-          Membantu melihat/menelusuri baris-baris bacaan dengan alat-alat tertentu (ujung pensil, ujung jari).
-           Mengerak gerakan kaki atau angota tubuh yang lain.
-          Konsentrasi berpikir pecah dengan hal-hal yang luar bacaan.
-          Bergumang-gumang atau bersenanung.
-          Kebiasaan berhenti lama di awal kalimat, paragraph, sub-sub bab, bahkan di tengah tengah kalimat.
-          Kebiasaan mengulang-ulang unit-unit bacaan yang telah di baca (Baca Nurhadi, 2004: 31)
Adapun hal-hal yang perlu di pelajari untuk meningkatkan kecepatan membaca adalah sebagai berikut :
-          Memahami hakikat membaca;
-          Mengetahui kecepatan mengukur membaca;
-          Mampu mengukur tingkat pemahaman terhadap bacaan;
-          Mengetahui dan menerapkan metode dan teknik pengembangan kecepatan membaca;
-          Mengetahui faktor-faktor secara tak sadar menghambat kecepatan membaca, baik factor internal maupun factor eksternal;
-          Mengetahu bermacam-macam variasi kecepatan membaca sesuai dengan variasi tujuan membaca;
-          Mampu memilih aspek tertentu saja yang di butuhkan dalamm bacaan sesuai dengan tujuan membaca;
-          Menganggap kegiatan membaca  sebagai kebutuhan;
-          Selalu membbaca pada berbagai jenis bacaan, dengan rasa butuh yang sangat tinggi (desakan untuk membaca) (Baca Nurhadi, 2004: 32).
7. Standardisasi kecepatan membaca
Sebagai seorang pembaca aktif, sebaiknya kita harus mengetahui kecepatan membaca kita.
Sebenarnya, berapakah KEM (Kecepatan Efektif Membaca) yang harus kita miliki ? jawabannya antara lain sangat dipengaruhi oleh jabatan yang kita sandang serta tingkat tingkat pendidikan yang kita jalani. Meskipun demikian, formula berikut dapat dijadikan sebagai sebuah tolak ukur minimalnya (Soedarso, 2005).
Jenjang pendidikan                        kecepatan membaca
SD/SLTP                                          200 kata per menit
SLTA                                                250 kata per menit
Mahasiswa                                        325 kata per menit
Mahasiswa Pascasarjana                   400 kata per menit
Orang Dewasa (tidak sekolah)         200 kata per menit
Untuk jenjang SD, Chistine Nuttal (1989) yang dikutip oleh Harras & Sulistianingsih (1997) merincinya sebagai berikut:
Kelas I                                  60-80 kata per menit
Kelas II                                 90-100 kata per menit
Kelas III                               120-140 kata per menit
Kelas IV                               150-160 kata per menit
Kelas V                                 170-180 kata per menit
Kelas VI                               190-250 kata per menit
Untuk mahasiswa kualifikasi KEM tersebut antara lain sebagai berikut:
Kecepatan membaca                         kualifikasi
175-250 KPM                                   rendah/kurang memadai
250-350 KPM                                   sedang/memadai
400-500 KPM                                   tinggi/efektif
Untuk menentukan KEM sebagaimana diuraikan di atas, maka diperoleh ukuran KPM tersebut hendaklah diikuti oleh pemahaman terhadap isi bacaan.
8. Mengukur Kemampuan Membaca
Kemampuan membaca adalah kecepatan membaca dan pemahaman isi, maka dalam mengukur kemampuan membaca yang perlu diperhatikan adalah dua aspek tersebut. Pada umumnya kecepatan membaca biukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut:  
Contoh: Andai kata yang anda baca 1600 kata dalam 3 menit dan 20 detik. Berapa kecepatan membaca anda ?
Jawab:  3 menit 20 detik = 200 detik                      
Jadi kecepatan membaca Anda adalah 480 KPM (Soedarso, 2005:14).
Rumus yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan membaca:
Keterangan :
KM                    : Kemampuan membaca
KPM                  : jumlah kata per menit
KB                     : jumlah kata per bacaan
SM                     : jumlah sekon membaca
PI                       : persentase pemahaman isi
Untuk mengukur waktu baca biasanya yang dipergunakan ialah sekon.
Yang dimaksud dengan persentase pemahaman isi ialah persentase jawaban yang benar atas pertanyaan-pertanyaan yang tersedia (baca Tampubolon, 1990).
Contoh:
KM   :kemampuan membaca
KPM             : jumlah kata per menit
KB    : 500
SM    : 120 detik
PI      : 70
Tamatan SLTA diharapkan talah dapat membaca setidak-tidaknya dengan kecepatan  120 kata per menit dengan pemahaman isi 70%. Dengan kata lain tamatan SLTA diharapkan telah memiliki setidak-tidaknya KM = 175 KPM (70% X250).
B.  Membaca Intensif Dan Membaca Ekstensif
1)      Membaca Ekstensif
Membaca ekstensif merupakan program membaca luas, maka implikasinya antara lain,  pertama , bahan-bahan bacaan, baik teks maupun ragamnya haruslah luas dan beraneka. kedua, waktu yang dipergunakan untuk membaca pun harus sesingkat mungkin.
Menurut broughton (1978) sebagaimana dikutip oleh H. G. Tarigan (1979: 31) membaca ekstensif meliputi tiga jenis membaca:
a)      Membaca Survey
Membaca dengan tujuan untuk mengetahui gamabaran umum ihwal isi (content) serta ruang lingkup (scope) dari bahan bacaan yang hendak kita baca.
b)      Membaca sekilas
Sejenis membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat dan memperhatikan bahan tertulis untuk mencari dan meperhatikan bahan tertulis untuk mencari dan mendapatkan informasi secara cepat (Tarigan,1990:32).
Menurut Soedarso (1988:89)  skimming anatara lain dapat diperlukan untuk kepentingan:
Ø  Mengenal topik bacaan
Ø  Mengetahui pendapat orang lain (opini)
Ø  Mendapatkan bagian penting yang kita perlukan, tanpa membaca keseluruhan
Ø  Mengetahui organisasi tulisan
Ø  Penyegaran terhadap bahan yang pernah dibaca
c)      Membaca Dangkal
Merupakan kegiatan membaca untuk memperoleh pemahaman yang dangkal atau tidak terlalu mendalam dari bahan bacaan yang kita baca.
2)      Membaca Intensif
Menurut Brook sebagaimana dikutip oleh H.G.Tarigan (1990:35) intensif reading merupakan studi seksama, telaah teliti serta penanganan terperinci terhadap suatu tugas yang pendek yang kira-kira hanya 2-4 halaman pada setiap harinya. Jenis membaca antara lain:
a. Membaca Teliti
Kegiatan membaca seksama yang bertujuan untuk memahami secara detail gagasan-gagasan yang terdapat dalam teks bacaan tersebut atau untuk melihat organisasi penulisan atau pendekatan yang digunakan oleh si penulis. Penunjang proses membaca teliti yakni dengan menandai bagian-bagian buku yang dianggap penting.
Ø Untuk menandai pernyataan-pernyataan, definisi atau hal-hal lain yang dianggap peting, kita dapat menggunakan tanda garis bawah, baik dengan menggunakan ballpoint, pena atau dengan membuat blok dengan menggunakan stabillo berwarna terang.
Ø Untuk memberi penekanan pada suatu pernyataan yang telah digaris bawahi, kita dapat membuat garis-garis tegak lurus pada setiap pinggir halaman buku tersebut.
Ø Melingkari kata-kata ataupun frasa-frasa yang dianggap penting.
b. Membaca Pemahaman
Menurut H. G. Tarigan (1986: 56) merupakan sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma kesastraan. Resensi kritis, drama tulis serta pola-pola fiksi.
c. Membaca Kritis
Menurut Albert [et al ] sebagaimana dikutip oleh H.G.Tarigan (1986:89) membaca kritis adalah sejenis kegiatan membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan.
d. Membaca Ide
Mwenurut H.G.Tarigan (1986:166) membaca ide adalah sejenis kegiatan membaca yang bertujuan untuk mecari, memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat dalam bacaan. Kemudian menurut Anderson (1972) sebagaiman dikutip oleh H.G.Tarigan membaca ide adalah kegiatan membaca yang bertujuan untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut dari suatu bacaan:
Ø Mengapa hal itu merupakan judul atau topik yang baik
Ø Masalah apa saja yang dikupas atau dibentangkan dalam bacaan tersebut
Ø Hal-hal apa yang dipelajari dan dilakukan oleh sang tokoh
e. Membaca Bahasa Asing
Membaca bahasa asing bertujuan untuk memperbesar daya kata dan untuk mengembangkan kosakata, sedangkan tataran yang lebih tinggi saja bertujuan untuk mencapai kefasihan.
f. Membaca Sastra
Membaca sastra merupakan kegiatan membaca karya-karya sastra, baik dalam hubungannya dengan kepentingan apresiasi maupun dalam hubungannya dengan kepentingan studi atau kepentingan pengkajian.





















Bagian Dua
Membaca Permulaan

A. Membaca Permulaan
1.     Pengertian Membaca Permulaan
Membaca Permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal.
Empat aspek keterampilan berbahasa dalam dua kelompok kemampuan (Muchlisoh, 1992: 119) :
1.      Keterampilan yang bersifat menerima (reseptif) yang meliputi ketrampilan membaca dan menyimak.
2.      Keterampilan yang bersifat mengungkap (produktif) yang meliputi ketrampilan menulis dan berbicara.
Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki keterampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh keterampilan atau kemampuan membaca. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut, untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan :
1.      Lambang-lambang tulis,
2.      Penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan
3.      Memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.
Membaca Permulaan merupakan suatu proses keterampilan dan kognitif. Proses keterampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau kalimat (Nuryati, 2007).
2.    Tujuan Membaca Permulaan
Dalam teori pendidikan klasik, mendidik anak-anak pra-sekolah dan kelas-kelas rendah belum memberi pengetahuan intelektual. Yang harus dikembangkan adalah kecerdasan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan pengendalian emosinya. Pendidikan pra-sekolah sesungguhnya ditekankan pada bagaimana menumbuhkan perasaan senang berimajinasi, menggunggah dan menggali hal-hal kecil di sekitarnya.
Pembelajaran bahasa yang utama ialah sebagai alat komunikasi. Seorang anak belajar bahasa karena di desak oleh kebutuhan untuk berkomunikasi dengan orang-orang di lingkungan sekitar. Oleh karena itu sejak dini anak-anak diarahkan agar mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar untuk berkomunikasi dalam berbagai situasi yaitu, mampu menyapa, mengajukan pertanyaan, menjawab, menyebutkan pendapat dan perasaan melalui bahasa (Thahir, 1993:2 dalam http://digilib.unnes.ac.id).
3.    Metode yang Digunakan dalam Pembelajaran Membaca
Dalam Pembelajaran Permulaan ada beberapa metode yang digunakan antara lain:
1)      Metode Eja
Pembelajaran Membaca Permulaan dengan metode ini memulai pengajarannya dengan mengenalkan huruf-huruf secara alpabetis. Huruf-huruf tersebut dilafalkan anak sesuai bunyinya menurut abjad.
Misalnya : b, a – ba (dibaca be.a – ba)
d,u – du (dibaca de.u – du)
ba-du dilafalkan badu
2)      Metode Bunyi dan Abjad
Proses Pembelajaran Membaca Permulaan dengan metode bunyi hampir sama dengan metode eja, hanya saja perbedaannya terletak pada sistem pelafalan abjad atau huruf.
Misalnya :
huruf b dilafalkan /beh/
d dilafalkan /deh/
Dengan demikian kata “nani” dieja menjadi :
En.a – na - En.i – ni – dibaca – na-ni
3)      Metode Suku Kata dan Metode Kata
Prose Pembelajaran Membaca Permulaan dengan metode ini diawali dengan pengenalan suku kata seperti ba, bi, be, bu, bo, ca, ci, cu, ce, co, da, di, du, de, do, dan seterusnya. Suku-suku kata tersebut kemudian dirangkaikan menjadi kata-kata bermakna.
Contoh perangkaian kata menjadi kalimat dimaksud seperti pada contoh dibawah ini :
ka-ki ku-da
ba-ca bu-ku
cu-ci ka-ki (dan sebagainya).
Jika kita simpulkan, langkah-langkah pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan metode suku kata adalah:
a)        tahap pertama, pengenalan suku-suku kata
b)       Tahap kedua, perangkaian suku-suku kata menjadi kata
c)        tahap ketiga, perangkaian kata menjadi kalimat sederhana
d)       tahap keempat, pengintegrasian kegiatan perangkaian dan pengupasan (kalimat kata-kata – suku kata – kata).
4)      Metode Global
Sebagai contoh, dibawah ini merupakan bahan ajar untuk membaca dan menulis permulaan yang menggunakan metode global.
a)         Memperkenalkan gambar dan kalimat
b)        Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata; kata menjadi suku kata; suku kata menjadi huruf-huruf.
Misalnya : ini mimi
ini mimi
i-n-i mi-mi
i-n-i m-i-m-i
5)      Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik)
SAS merupakan salah satu jenis metode yang biasa digunakan untuk proses pembelajaran membaca dan menulis permulaan bagi siswa pemula.  Dalam hal ini Momo (1979) mengungkapkan beberapa cara, metode ini dibagi menjadi dua tahap, yakni: tanpa buku dan menggunakan buku.
1)   Tahap tanpa buku, dengan cara :
1.    Merekam bahasa siswa, bahasa yang digunakan oleh siswa dalam percakapan mereka, direkam untuk digunakan sebagai bahan bacaan.
2.    Menampilkan gambar sambil bercerita.
Kalimat-kalimat yang digunakan guru dalam bercerita itu digunakan sebagai pola dasar bahan bacaan.
Contoh: guru memperlihatkan gambar seorang anak yang sedang menulis sambil bercerita, misalnya: ini Adi, Adi sedang duduk dikursi.
1.    Membaca gambar.
Contoh: guru memperlihatkan gambar seorang ibu yang sedang memegang sapu, sambil mengucapkan kalimat “ini ibu”.
2.    Membaca gambar dengan kartu kalimat.
Setelah siswa dapat membaca gambar dengan lancar, guru menempatkan kartu kalimat gambar dibawah. Dengan menggunakan media seperti itu untuk menguraikan dan menggabungkan kembali akan lebih mudah.
3.    Membaca kalimat secara struktural (S).
Setelah siswa dapat membaca tulisan dibawah gambar, sedikit demi sedikit gambar dikurangi sehingga ahirnya mereka dapat membaca tanpa dibantu gambar.
Misalnya: Ini bola
Ini bola Adi
4.    Proses Analitik (A).
Sesudah siswa dapat membaca kalimat, mulailah menganalisis kalimat itu menjadi kat, kata menjadi suku, suku menjadihuruf.
Misalnya: ini bola
Ini                bola
I ni               bo        la
I       n          i           b          o          l           a
5.    Proses Sintetik (S).
Setelah siswa mengenal huruf-huruf dalam kalimat yang digunakan, huruf-huruf itu dirangkai lagi menjadi suku kata dan akta menjadi kalimat.
Misalnya : Ini                 bola
I ni               bo        la
I       n          i           b          o          l           a
2)    Tahap dengan buku, dengan cara :
1.  Membaca buku pelajaran
2.  Membaca majalah bergambar.
3.  Membaca bacaan yang disusun oleh guru dan sisw
4.  Membaca bacaan yang disusun oleh siswa secara berkelompok.
5.  Membaca bacaan yang disusun siswa secara individual.
Kelemahan Metode SAS yaitu:
1.      Kurang Praktis
2.      Membutuhkan banyak waktu
3.      Membutuhkan alat peraga
4.      Faktor-faktor Yang Menyebabkan Anak Mengalami Kesulitan Membaca Permulaan
Siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam hal membaca bacaan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1.      Faktor Internal
a)      Minat baca
b)      Motivasi
c)      Kepemilikan Kompetensi Membaca
2.      Faktor Eksternal
Faktor eksternal ini meliputi unsur-unsur yang berasal dari lingkungan baca. Dalam hal ini sekolah sebagai pusat kebudayaan harus menciptakan siswa yang gemar membaca melalui perpustakaan sekolah.
5.      Kesulitan Yang dihadapi Anak Dalam Membaca Permulaan
Kesulitan-kesulitan tersebut antara lain :
1)   Kurang mengenali huruf
2)   Membaca kata demi kata
Hal ini disebabkan oleh :
1.      gagal menguasai keterampilan pemecahan kode (decoding).
2.      gagal memahami makna kata.
3.      kurang lancar membaca.
3)   Pemparafase yang salah
4)   Miskin pelafalan
5)   Penghilangan
6)   Pengulangan
7)   Pembalikan
8)   Penyisipan
9)   Penggantian
10)   Menggunakan gerak bibir, jari telunjuk dan menggerakkan kepala
11)   Kesulitan konsonan
12)   Kesulitan vocal
13)   Kesulitan kluster, diftong dan digraph
14)   Kesulitan menganalisis struktur kata
15)   Tidak mengenali makna kata dalam kalimat dan cara mengucapkannya
B.     Membaca Pemahaman atau membaca Lanjut
1.    Pengertian Membaca Lanjut
Membaca lanjut merupakan proses membaca untuk memperoleh isi pesan yang terkandung dalam tulisan. Kedua tingkatan tersebut bersifat kontinum, artinya pada tingkatan membaca permulaan yang fokus kegiatannya penguasaan sistem tulisan, telah dimulai pula pembelajaran membaca lanjut dengan pemahaman walaupun terbatas. Demikian juga pada membaca lanjut menekankan pada pemahaman isi bacaan,  masih perlu perbaikan dan penyempurnaan penguasaan teknik membaca permulaan (Syafi’ie, 1999: 16).
2.    Jenis jenis membaca tingkat lanjut
a.  Membaca pemahaman
kegiatan membaca dengan tujuan utamanya untuk memahami isi pesan yang terdapat dalam bacaan, membaca pemahaman lebih menekankan pada penguasaan isi  bacaan bukan pada indah, cepat atau lambatnya membaca.
b. Membaca memindai
Merupakan kegiatan membaca yang sangat cepa untuk memperoleh informasi tertentu dari bacaannya,  ketika seorang siswa membaca dengan teknik memindai maka dia akan melampaui banyak kata.
c. Membaca layap
Membaca yang membuat mata kita bergerak cepat melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk mengetahui isi umum atau bagian dalam suatu bacaan.
d.  Membaca intensif
Proses membaca yang dilakukan secara seksama, cermat, dan teliti dalam penangan terperinci yang dilakukan pada saat membaca karena kegiatan membaca intensif  ini tidak semata– mata merupakan kegiatan membaca saja tetapi lebih menekankan pada pemahaman isi bacaan dalam kegiatan membaca intensif ini teks yang dibaca biasanya disajikan teks yang pendek pendek.
e. Membaca nyaring
Membaca nyaring atau membaca bersuara keras merupakan kegiatan membaca yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menyimak
f.  Membaca dalam hati
Membaca dalam hati memberi kesempatan pada siswa untuk memahami teks yang dibacanya secara lebih mendalam dan untuk melatih siswa menangkap arti bacaan itu dalam waktu singkat dan melatih kesanggupan siswa untuk memusatkan perhatian dan pemikiran terhadap suatu soal, serta melatih siswa untuk dapat mengambil kesimpulan dari apa yang dibacannya.
3.    Metode Pendekatan Untuk Membaca Lanjutan
a. Teknik Membaca
Ada beberapa teknik membaca untuk dapat menemukan informasi fokus dengan efisien, di antaranya: (Tampubolon dalam Farida Rahim, 2005)
a. Teknik baca-layap  skimming
Teknik skimming merupakan keterampilan membaca yang diatur secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien.
b. Teknik baca tatap  scanning
Teknik scanning digunakan untuk menemukan kata tertentu dalam kamus atau mencari nomor telepon.
c. Teknik Baca-pilih (selecting)
dilakukan dengan cara memilih bahan/bagian bacaan yang dianggap relevan dengan kebutuhan pembacanya.


d. Teknik Baca-lompat (skipping)  
menemukan bagian bacaan relevan dengan kebutuhan pembacanya, dilakukan dengan melompati bagian-bagian yang tidak diperlukan.
Metode pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam membaca lanjutan:
1. Pendekatan  Komunikatif, yaitu membaca bacaan dan menyatakan pendapat/ perasaannya.
2. Pendekatan Integratif  yaitu membaca dialog antara dua orang atau lebih secara perorangan, berpasangan atau kelompok.
3. Pendekatan keterampilan proses yaitu membaca teks bacaan, menemukan gagasan utama dan menjawab pertanyaan yang diajukan.
4. Pendekatan tematis, yaitu membaca novel anak-anak dan membicarakan isinya.





















Bagian Tiga
Metode SKQ3R

A.  Pengertian Dan Langkah-Langkah Metode SKQ3R
SQ3R merupakan suatu mtode membaca yang baik untuk kepentingan membaca secara intensif dan rasional. Metode membaca ini dianjurkan oleh seorang guru besar psikologi dari Ohio State Univercity, yaitu Prof.Fancis P. Rabinson tahun 1941.Kegiatan membaca dengan menggunakan metode SQ3R mencakup lima langkah :
1.      Survei (penelaahan dan pendahuluan)
2.      Question (bertanya)
3.      Read (baca)
4.      Recite (mengutarakan kembali)
5.      Review (mengulang kembali)
Begitulah gambaran singkat kegiatan membaca yang menggunakan metode SQ3R. dengan demikian, yang dimaksud dengan SQ3R adalah suatu metode membaca untuk menemukan ide-ide pokok dan pendukungnya serta untuk membantu mengingat agar lebih tahan lama melalui lima langkah kegiatan dalam SQ3R (survey, question, read, recite dan review).
Penjelasan dari lima langkah tersebut yakni :
1. Survei (penelaahan dan pendahuluan)
Caranya dengan membuka-buka buku secara cepat dan keseluruhan yang langsung tampak. meliputi (1) bagian pendahuluan: halaman judul, daftar isi, halaman ucapan terimakasih, daftar tabel dan daftar gambar (jika ada daftar tabel, grafik dan gambar) atau barang kali juga halaman yang berisi persetujuan dari yang berwenang menerbitkan buku tersebut, dan abstraksi. (2) bagian isi buku, yang menggambarkan urutan dan tata penyajian isi buku. (3) bagian akhir buku, yang berisi kesimpulan, saran atau rekomendasi, daftar pustaka dan indeks.
2. Question (bertanya)
Pembaca telah merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan bacaan pertanyaan-pertanyaan itu dapat menuntun kita memahami bacaan, dan mengarahkan pikiran pada isi bacaan yang akan dimasuki sehingga anda bersikap aktif. Pembaca tidak saja mengikuti pada apa yang dikatakan pengarang. Pembaca boleh mengkritik dan mempertanyakan apa yang dikatakan pengarang sambil nanti melihat buktinya.
3. Read (baca)
Setelah mensurvei dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan, selanjutnya mulai melakukan membaca. Tidak perlu semua kalimat demi kalimat, melainkan membaca dapat dengan dituntun pleh pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan.
4. Recite (mengutarakan kembali)
Buatlah catatan-catatan penting tentang bagian yang dibaca itu dengan kata-kata sendiri, lakukan itu secara terus-menerus sampai selesai membaca. Catatan itu dapat berupa kutipan, simpulan atau komentar. Catatan-catatan tersebut akan membantu untuk mengingat apa yang sudah dibaca agar tidak sampai terjadi begitu selesai membaca hilang pula apa yang telah dibaca.
5. Review (mengulang kembali)
Setelah selesai membaca buku secara keseluruhan, tinjau kembali hal-hal yang penting yang telah dibaca. Temukan bagian-bagian yang peting yang perlu untuk diingat kembali, terutama hal-hal yang telah diberi tanda atau garis bawahi. Pengulangan kembali ini akan membantu daya ingat dan memperjelas pemahaman terhadap bacaan.
B.  SQ3R Dalam Membaca Untuk Studi
Membca untuk studi ialah membaca untuk memahami isi buku secara keseluruhan, baik pikiran pokok maupun pikiran-pikiran penjelas sehingga pemahaman yang komprehensif (mendalam dan utuh) tentang isi buku tercapai. Untuk mencapai hal tersebut pembaca perlu melakukan persiapan tertentu dan mengetahui metode yang efektif dan efisien. Salah satu diantara metode tersebut adalah SQ3R.
Salah satu syarat penting untuk membaca studi ialah konsentrasi atau memusatkan pikiran. Tanpa adanya konsentrasi, maka pemahaman yang diharapkan pun tidak akan tercapai. Ada tiga kondisi yang harus dipersiapkan agar dapat membaca dengan penuh konsentrasi, yaitu (a) kesehatan, ketenangan jasmanidan rohani (b) kesegaran dan ketenangan tempat serta (c) keteraturan waktu.
Langkah-lagkah selanjutnya dalam membaca untuk studi ialah menentukan metode yang efektif dan efisien. Salah satu metode untuk kepentingan membaca studi ialah SQ3R. Membaca dengan SQ3R harus kita lakuakan dengan mengikuti langkah-langkah yang tersurat dalam singkatan SQ3R tersebut. Ada beberapa keuntungan atau manfaat yang kita peroleh dengan menggunakan metode tersebut.
1.      Dengan mensurvei buku terlebih dahulu, kita akan mengenal organisasi tulisan dan memperoleh kesan umum dari buku. hal ini akan mempercepat pemahaman terhadap buku tersebut.
2.      Pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun tentang apa yang kit abaca akan membangkitkan keingintahuan dan membantu kita untuk membaca dengan tujuan mencari jawaban-jawaban yang penting,serta akhirnya akan meningkatkan pemahaman dan mempercepat penguasaan seluruh isi buku.
3.      Dapat melakukan kegiatan membaca secara lebih cepat karena dipandu oleh langkah-langkah sebelumnya, yaitu mensurvei buku dan menyusun pertanyaan tentang bacaan.
4.      Catatan-catataan tentang buku yang dibaca dapat membantu kita memahami secara cepat dan membantu ingatan. Mencatan fakta-fakta serta ide-ide yang penting akan menanamkan kesan yang mendalam pada ingatan itu.
5.      Melaui langkah terakhir, yaitu review atau mengulangi, kita akan memperoleh penguasaan bulat , menyeluruh atas bahan yang kit abaca.
Usaha yang efektif untuk memahami dam mengingat lebih lama dapat dilakukan dengan:
a)      Mengorganisasikan bahan yang dibaca kaitannya yang sudah dipahami.
b)      Mengaitkan fakta yang satu dengan yang lain, atau dengan menghubungkan pengalaman atau konteks yang dihadapi.
C.  Penerapan Metode SQ3R
Dengan peningkatan keterampilan membaca menggunakan metode pembelajaran SQ3R, diharapkan siswa mampu memecahkan masalah, mengambil keputusan, berfikir kritis, dan berfikir kreatif sehingga hasil belajar siswa dapat juga ditingkatkan. Metode SQ3R ini diharapkan siswa dapat memahami dan mengingat materi dalam jangka waktu yang lebih lama/bersifat permanen. Penggunaan metode SQ3R dalam pembelajaran akan terasa lebih menarik sehingga dapat meningkatkan motivasi untuk memahami suatu bacaan.
a.       Kemampuan membaca pemahaman
Menurut Sadler menyatakan, membaca tidak hanya sekedar memasangkan bunyi dengan huruf atau belajar kata-kata, membaca melibatkan pemahaman, memahami apa yang dibaca, apa makna yang diimplikasikan.
Berdasarkan pengertian tersebut, ada tiga hal atau tiga elemen dalam membaca pemahama, yaitu:
1.      Pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki tentang topik.
2.      Menghubungkan pengetahuan dan pengalaman dengan teks yang akan dibaca.
3.      Proses pemerolehan makna secara aktif sesuai dengan pandangan yang dimiliki.
Usaha efektif untuk memahami dan mengingat lebih lama dapat dilakukan dengan:
1.      Mengorganisasikan bahan yang dibacanya dalam kaitan yang mudah dipahami.
2.      Mengaitkan fakta yang satu dengan fakta yang lain.
b. Pendekatan Membaca Pemahaman Dengan SQ3R
Membaca adalah kegiatan atau suatu aktivitas yang rumit atau kompleks, karena bergantung pada keterampilan berbahasa pelajar, dan pada tingkat penalarannya Di sisi lain, Suyatmi berpendapat bahwa membaca merupakan sekedar kegiatan yang menyuarakan lambang-lambang tertulis saja tanpa mempersoalkan apakah kalimat atau kata-kata yang dilisankan itu dipahami atau tidak.
Sejalan dengan dua pengertian di atas Yasir Burhan dalam Suyatmi membaca adalah arti sesungguhnya ialah perbuatan yang dilaksanakan berdasarkan kerjasama atas beberapa keterampilan, yaitu mengamati, memahami, dan memikirkan.
   Proses Membaca Pemahaman dengan SQ3R
a. Survey
Survey atau prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum membacanya secara lengkap, dilakukan untuk mengenal organisasi dan ikhtisar umum yang akan dibaca dengan maksud untuk,
1)      Mempercepat menangkap arti,
2)      Mendapatkan abstrak,
3)      Mengetahui ide-ide yang penting,
4)      Melihat susunan (organisasi) bahan bacaan tersebut,
5)      Mendapatkan minat perhatian yang seksama terhadap bacaan,
6)      Memudahkan mengingat lebih banyak dan memahami lebih mudah.
b. Question
1.      Ajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya tentang isi bacaan itu.
2.      Dengan adanya berbagai pertanyaan itu, cara membaca kita menjadi lebih aktif dan lebih mudah menangkap gagasan yang ada.
c. Read
1.      Membaca adalah langkah ketiga, bukan langkah pertama atau satu-satunya langkah untuk menguasai bacaan.
2.      Pada tahap ini konsentrasikan pada penguasaan ide pokok serta detail yang penting, yang mendukung ide pokok.
d. Recite
1.      Setiap selesai membaca suatu bagian, berhentilah sejenak.
2.      Cobalah menjawab pertanyaan-pertanyaan bagian itu dan menyebutkan hal-hal    penting dari bab itu.
3.      Buatlah catatan seperlunya.
4.      Jika masih kesulitan, ulangi membaca bab itu sekali lagi.
e. Review
1.      Setelah selesai membaca, telusuri kembali judul, subjudul, dan bagian-bagian penting lainnya.
2.      Tahap ini selain membantu daya ingat dan memperjelas pemahaman juga mendapatkan hal-hal penting dari bacaan tersebut.
D.  PENGERTIAN DAN KONSEP TEORI SKEMA
Istilah skema sebenarnya bukan hal yamg baru bagi kita, kata ini sudah lama milik bangsa Indonesia (merupakan kata serapan dari bahasa inggris “schema”. Dalam kamus besar bahasa Indonesia ( KBBI ) kata skema merupakan padanan dari kata bagan, rangka-rangka atau rancangan. Ada beberapa sumber yang menjelaskan pengertian skema ini. Keterangannya cukup legkap dikemukakan oleh “ Chaplin (1981) “ yang terdapat dalam dictionary of psikology, mengemukakan empat macam keterangan tentang skema yaitu:
1.    Skema sebagai suatu peta kognitif yang terdiri atas sejumlah ide yang tersusun rapi.
2.    Skema sebagai kerangka referensi untuk merekam berbagai peristiwa atau data.
3.    Skema sebagai suatu model.
4. Skema sebagai suatu kerangka referensi yang terdiri atas respon-respon yang pernah diberikan yang kemudian menjadi standart bagi respon-respon selanjutnya.
Dalam keterangan diatas juga dijelaskan tentang makna skema sebagai berikut :
Skema adalah suatu pengertian yang digeneralisasikan. Suatu rencana atau struktur seperti yang digunakan dalam kalimat” skema adalah suatu proses membaca yang dimana setiap orang boleh dikatakan tidak pernah sama “.
1.      Skema adalah suatu konsep konseptual yang perlu untuk memahami sesuatu. Contoh : skema yang dimiliki oleh si Adapat menolong pemahamannya dalam bidang bahasa.
2.      Skema adalah suatu cerita yang melahirkan kenyataan yang disampaikan dalam pikiran, tetapi tidak ditransformasikan lewat pikiran ( piaget ).
Dari sejumlah pengertian tentang skema di atas, kita dapat menangkap pengertian yang sederhana tentang skema itu yakni sebagai latar belakang atau asosiasi-asosiasi yang dapat bangkit atau muncul kembali pada seseorang melihat atau membaca kata, frase,atau kalimat. Sebagai contoh : saat kita mendengar kata “ pantai “ pikiran kita akan mengasosiasikan pada segala sesuatu yang mendekati atau berhubungan dengan pantai seperti pada gemuruh omak, atau diasosiasikan dengan berkemah ditepi pantai dan seterusnya. Dengan kata lain skema seseorang dapat bergantung pada pikiran atau pengalaman yang dimilikinya.
 Dengan kemampuan membaca yang baik maka diharapkan anak mencapai pendidikan yang memberi pengertian tentang membaca, antara lain :
1.      Membaca adalah suatu proses yang dilakukan atau dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. ( tarigan,1986 )
2.      Membaca adalah bringing meaning atau memetik serta memahami arti/makna yang terkandung di dalam bahan tertulis ( Finociaro dan Bonomo , 1973 ).
3.      Membaca adalah suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis  ( Anderson, 1972 ).
4.      Membaca adalah proses of identiflying, interpreting and evaluating idea in terms of the mental content or total awareness of the reader ( Mc Ginnis , 1982 ).
Membaca dibagi menjadi dua yaitu membaca permulaan dan membaca lanjut. Di dalam proses mebaca terdapat tiga macam proses kegiatan yang berbeda yaitu :
1.      Proses bottom up (bawah-atas) yaitu pembaca mulai dengan pemahaman huruf lalu mulai ke pemahaman kalimat proses ini timbul karena adanya data masukan. Pembaca yang memergunakan cara ini umumnya merupakan pembaca pemula. Dengan kata lain proses ini terjadi apabila pembaca membaca sebuah teks atau yang baru dikenalnya atau masih asing. Struktur dari bottom up ini yaitu meliputi pengkodean, perangkaian, dan pengolahan. Dan kelemahan dari model membaca jenis ini yaitu model ini sangat bergantung pada visual (melihat). Dan juga bergantung pada bunyi.
2.      Proses top-down (atas-bawah) yaitu pembaca mulai untuk melakukan interpretasi terhadap teks yang dibacanya. Mereka telah meimiliki latar belakang atau skema tentang teks tersebut. Proses ini memberikan pertolongan kepada pembaca dalam upaya mengatasi keragu-raguan atau dalam pemilihan interpretasi terhadap data yang masuk. Struktur dari model membaca jenis ini yaitu meliputi pengolahan memori, perangkaian, dan pengkodean. Dalam model membaca jenis ini kita bisa mengambil banyak keuntungan di dalamnya, suatu missal kita menggunakan model top-down ini, kita bisa mengambil banyka manfaat di dalamnya, yang meliputi : tidak bergantung pada visual (melihat), bisa dikatakan sebagai proses mengira-ngira ataupun juga menebak, tidak terpaku pada bunyi. Namun kita juga perlu proses kreatif yang sangat besar untuk menebak akan bacaan yang kita baca, di butuhkan pula pengalaman yang cukup tinggi karena dari model yang kita gunakan ini, sangat berkaitan langsung dengan makna.
3.      Proses timbal balik yaitu pembaca mengarahkan perhatiannya secara interaktif. Mereka membaca dengan menggunakan pengetahuan yang lalu dan secara terus menerus menyusun pengetahuannya itu agar dapat menguasai bagian-bagian yang terperinci sebagai mana mestinya.
4.      Dari ketiga proses di atas kita sebaiknya dapat melakukan membaca melalui proses interaktif. Apabila seseorang pembaca hanya untuk menggantungkan diri pada proses bawah-atas atau atas-bawah saja maka pembaca tersebut tergolong sebagai pembaca yang cacat skemanya.
E.  Peranan Skema Dalam  Membaca
Semakin banyak seseorang membaca maka akan semakin meningkat pula kemampuan membacanya. Pernyataan ini didukung pula oleh Yap ( 1978 ) dia memperoleh bukti bahwa tingkat keterampilan membaca seseorang ditentukan 65% oleh banyaknya dia membaca.
a.    Membaca Frase Mekanis                
Pada waktu membaca sesungguhnya mata kita berhenti sejenak untuk dapat menafsirkan kata-kata atau menghasilkan sesuatu. Pernyataan tersebut didukung oleh Tampubolon ( 1987 ), yang menyatakan bahwa “ pada waktu membaca, mata bergerak mengikuti baris-baris bacaan dengan gerakan terhenti-henti. Pada saat berhenti (ini tidak disadari karena cepatnya), mata mengadakan fiksasi ( pemusatan penglihatan) dan pada waktu itulah informasi bacaan diserap “. Berdasarkan pernyataan tersebut maka menurut pandangan mekanis, membaca tidak lain merupakan rentetan hentian-hentian visual. Pada saat melakukan hentian saat itu pula dengan segera mata melompat ke arah tulisan berikutnya dan setelah itu terjadi lagi hentian, begitulah seterusnya.
b.    Membaca Frase Konseptual
Membaca frase tahap ini lebih banyak memperhatiakan aspek-aspek konseptual, yakni penalaran dan pemahaman yang terjadi selama membaca. Di dalam membaca frase kita harus dapat menggunakan kapasitas melihat jauh sejumlah kata untuk kepentingan pemahaman bacaan. Hal ini terjadi karena mereka menganggap bahwa membaca frase lebih kompleks dari pada membaca kata. Jika kita melakukan latihan membaca frase, maka kita akan dapat menerka frase berikutnya untuk melengkapi kalimat.
c. Latihan Pada Tingkat Mekanis
Latihan ini dititik beratkan pada bagian mata. Mata dilatih untuk dapat bergerak
 dengan cepat. Tujuannya adalah untuk menanamkan kebiasaan pada mata untuk bergerak dengan cepat dan irama yang tetap. Ada beberapa latihan yang dapat digunakan yaitu :
1.    Sediakan sejumlah kata yang akan ditulis tidak beraturan ,
misalnya : angka 1-60
2.    Tariklah garis penghubung angka-angka itu dengan pensil mengikuti urutan angka 1-60
3.    Catatlah waktu yang dipergunakan dalam menyelesaikan latihan itu.
4.    Lakukan kegiatan tersebut secara berulang.
d. Latihan Ayunan Visual
Dalam usaha untuk mengembangkan kepercayaan untuk kemampuan untuk membuat ayunan-ayunan visual waktu membaca frase, ikutilah pola ini dengan benar :
1.    Mata kita hanya boleh berhenti  sejenak pada setiap tanda hitam (.)
2.    Ayunkan dengan segera pandangan kita pada pandangan berikutnya
3.    Jangan sekali-kali berhenti diantara dua tanda hitam (,)
4.    Pada saat menggerakkan mata, kepala jangan ikut bergerak pula
5.    Ayunkan pandangan mata secepat-cepatnya melewati setiap bagian diantara dua tanda hitam dengan irama yang tetap
6.    Lakukan latihan ini dua atau tiga kali  untuk mengawali setiap kegiatan membaca sebagai pemanasan.
e. Latihan Membaca dengan Ayunan Visual
Latihan ini menerapkan latihan ayunan visual pada bacaan. Sebelum memulai untuk membaca dianjurkan untuk mengadakan pemanasan. Tujuan pemanasan ini adalah untuk memperoleh irama, gerak mata yang benar. Setelah kita merasakan gerakan mata yang licin dan tidak lagi kaku maka tiba saat nya kita beralih pada usaha untuk memperoleh nakna bacaan. Mulailah mebaca dengan menggerakkan semua keterampilan yang telah dipelajari.



Bagian Empat
Membaca Paragraf

A. Membaca Paragraf
Paragraf  adalah satuan pengembangan terkecil dari suatu karangan mengandung suatu pikiran pokok. Adapun suatu paragraf umumnya dua jenis, yaitu kalimat topik dan kalimat-kalimat jabaran (Dalman, 2012).
Pikiran pokok paragraf biasanya terkandung dalam kalimat pertama atau kalimat terakhir dari paragraf tersebut. Jika pikiran pokok di bagian pertama, maka penulis menggunakan cara berpikir deduktif. Sebaliknya bila pokok pikiran terdapat pada bagian terakhir kalimat, paragraf tersebut mempergunakan cara berpikir induktif.
Pikiran pokok paragaraf  dapat juga di temukan pada kalimat pertama dan terakhir dari suatu paragraf. Jika terjadi, berarti kalimat terakhir tersebut hanya berupa penekanan kembali (mungkin dengan sedikit modifikasi) kalimat pertama paragraf tersebut. Paragraf seperti ini umumnya terdapat dalam karangan yang bersifat naratif. Dalam hal ini, pikiran pokok paragraf ialah kesimpulan yang di tarik dari isi kalimat-kalimat yang membentuk paragraf itu.
Untuk memjabarkan pikiran pokok paragraf, pengarang mempergunakan berbagai cara, antara lain:
a.       Dengan memberikan contoh atau ilustrasi.
b.      Definisi.
c.       Perbandingan.
d.      Pertentangan.
e.       Uraian kronologis.
f.       Dan uraian sebab-akibat.
Dalam membaca paragraf, yang terutama yang harus di temukan ialah pikiran pokok. Pikiran pokok dimaksud adalah informasi fokus, kecuali yang secara khusus dicari adalah pikiran jabaran. Teknik membaca yang paling cepat di gunakan untuk menemukan kalimat topik ialah baca-layap dan baca-tetap. Jika tidak terdapat kalimat topik, maka paragraf itu biasanya adalah bersifat naratif, dan pikiran pokonya adalah kesimpulan dari isi seluruh uraian.
B. Membaca Artikel
Artikel merupakan salah satu karangan ilmiah yang dapat berbentuk eksposisi dan argumentasi.
1. Struktur Artikel
Pada umumnya, suatu artikel terdiri atas: judul, pendahuluan, batang tubuh, dan penutup (tampubolon, 1990). Judul mengandung gambaran umum tentang pokok yang di bicarakan dalam artikel bersangkutan. Pendahuluan biasanya berisi latar belakang pikiran pokok yang di bahas dalam artikel. Latar belakang bermaksud dapat berupa perwujukan pada suatu hal atau masalah yang dibicarakan orang lain sebelumnya, atau suatu keadaan, peristiwa, atau isu yang timbul, atau hal-hal lain yang merupakan sebab mengapa pengarang membicarakan pikiran pokok dalam artikel itu.
Batang tubuh artikel berisi uraian tentang uraian pokok yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Jika artikel bersangkutan berbentuk ekposisi, maka uraian itu terutama adalah penjelasan-penjelasa informatif atau instruktif. Tetapi, jika artikel itu berbentuk argumentasi, maka uraian tersebut terdiri atas fakta-fakta, analisis fakta-fakta, dan kesimpulan pengarang.
Penutup, umumnya berisi rangkuman dari apa-apa yang telah dikemukakan oleh pengarang. Di samping itu, penutup kadang-kadang juga berisi kesimpulan umum dari uraian dari batang tubuh artikel beserta implikasi atau prediksi (pandangan masadepan) berkenaan dengan kesimpulan itu (soedarso, 2005 ).
2. Memahami Artikel
Dalam membaca artikel, kita harus mampu menemukan pikiran pokok si pengarang. Untuk menemukan pikiran pokok suatu artikel, langkah-langkah berikut dapat di ikuti:
a.       Bacalah judul dan pendahuluan atau paragraf pendahuluan artikel bersangkutan dengan capat dan teliti.
b.      Untuk membuktikan benar atau tidaknya dugaan diatas, dengan tehnik baca-layap, bacalah hanya kalimat-kalimat topik saja.
c.       Jika dugaan anda benar, setelah membaca-layap paragraf-paragraf dan/ atau sub-judul batang tubuh di maksud  di atas, maka anda telah mengetahui pikiran poko artikel bersangkutan..
d.      Jika artikel bersangkutan mempunyai abstrak, sebagaimana dikemukakan pada butir 1-2 di atas, maka pikiran pokok dapat juga anda ketahui dengan membaca abstrak tersebut dengan cepat (baca Tampubolon, 1990).
3. Membaca Buku
Jenis buku dapat dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu buku fiksi dan nonfiksi. Dalam hal ini, berdasarkan informasi yang terkandung di dalamnya, bagian-bagian sebuah buku dibagi atas tiga bagian besar, yaitu:
1)   Bagian yang berisi informasi permulaan atau bagian permulaan,
2)   Bagian yang berisi informasi pokok atau bagian pokok,
3)   Bagian yang berisi informasi pelengkap atau bagian pelengkap.
Bagian-bagian yang termasuk bagian permulaan dari sebuah buku adalah:
1.      Kulit luar (halam luar): berisi judul buku, nama pengarang, kadang-kadang nama penerbit dan tanda edisi.
2.      Halaman judul khusus: berisi judul buku saja.
3.      Halaman judul: berisi judul buku, nama pengarang (kadang-kadang nama pekerjaan) , dan nama serta alamat penerbit.
4.      Halaman tahun penerbit: berisi tahun penerbitan buku, urutan penerbit atau cetakan, nama penerbit, dan informasi lain-lain.
5.      Halaman pernyataan terimakasih: berisi ucapan terimakasih kepada orang-orang yang member bantuan dalam hubungan penulisan dan penerbitan buku.
6.      Halaman pernyataan khusus: berisi pernyataan terimakasih atau dedikasi kepada orang-orang tertentu yang di sayangi atau dikasihi (biasanya anggota keluarga).
7.      Halaman daftar isi: berisi daftar isi beserta nomor halaman-halamannya.
8.      Halaman pengantar: berisi informasi-informasi yang merupakan pengantar isi buku.
9.      Halaman abstrak: pada buku-buku ilmiah, terutama hasil penelitian seperti disertai, yang diterbitkan, biasanya ada halaman khusus yang berisi abstrak isi buku.
Yang termasuk bagian pelengkap buku umumnya adalah bagian-bagian berikut:
1.      Penutup: biasanya berisi kesimpulan, implikasi, saran, dan pandangan masa depan berkaitan dengan pikiran pokok yang telah di bicarakan dalam batang tubuh buku.
2.      Daftar istilah(glossary): berisi arti atau penjelasan istilah-istilah khusus yang dipergunakan dalam pembicaraan tentan pikiran pokok buku.
3.      Lampiran (apendix): berisi informasi-informasi tambahan yang dipergunakan oleh pengarang dalam memperkuat pembahasan pikiran pokok.
4.      Kepustakaan: berisi daftar literature (buku, majalah, makalah, artikel, dan lain-lain), yang merupakan sumber informasi bagi pengarang dalam  mempersiapkan dan penulisan buku.
5.      Indeks: ada dua jenis indeks, yaitu indeks pengarang dan indeks topik. Indeks pengarang berisi petunjuk untuk mencari penjelasan tentang pengarang tentang yang terdapat dalam bagian pokok buku. Indeks topik berisi petunjuk untuk mencari penjelasan tentang sesuatu topik, konsep, istilah, dan lain-lain, yang terdapat dalam bagian pokok buku.
Tampubolon (1990) mengatakan bahwa dalam membaca buku perlu juga memperhatikan hal-hal berikut ini :
a. Tanda-Tanda Penting Dalam Buku
Pada waktu membaca buku, terutama buku teks, ada tanda-tanda tipografi (cetakan) dan konteks tual yang perlu di perhatikan, karna tanda-tanda ini akan memantapkan pengertian tentang isi buku dan mempercepat penemuan butir-butir penting dalam bacaan.
b. Metode dan Teknik Membaca Buku
Untuk membaca sebuah buku, kita harus menggunakan metode dan teknik membaca yang tepat untuk mendapatkan informasi yang di cari, pada umumnya ada tiga, macam yaitu:
·         Isi umum buku,
·         Isi bab atau seksi tertentu,,
·         Dan penjelasan tertentu tentang sesuatu (istilah, definisi, dan lain-lain).
Isi umum sebuah buku ialah pikiran pokok dan pikiran-pikiran jabaran secara umum. Untuk menemukan isi umum yang padat dimaksud itu biasanya yang perlu di baca ialah pendahuluan tiap bab ( jika ada), rangkuman pada akhir tiap bab (jika ada), atau judul tiap bab atau seksi dan kalimat topik paragraf pertama (dan kedua bila perlu) dari tiap bab.
Teknik-teknik membaca yang dipergunakan untuk tujuan menentukan informasi tertentu adalah teknik membaca lompat dan membaca layap.
c. Membaca untuk Studi
Membaca untuk studi berbeda dengan membaca untuk sekedar menemukan informasi tertentu, walaupun membaca untuk menemukan informasi tertentu juga perlu untuk studi. Membaca untuk studi ialah membaca untuk memehami buku secara keseluruhan, baik pikiran pokok maupun pikiran-pikiran jabaran, sehingga pemahaman yang komprehensif ( mendalam dan padat ) tentang isi buku.
d. Persiapan Membaca untuk Studi
Agar kita dapat membaca dengan punuh konsentrasi, setidaknya tiga kondisi harus dipersiapkan : (a) kesehatan, kesegaran, dan ketahanan jasmani dan rohani; (b) kesegaran dan ketenangan tempat; (c) keteraturan waktu. Persiapan membaca ini perlu di persiapkan sebaik mungkin, karena ia senagat berpengaruh pada konsentrasi kita dalam membaca.
e. Metode Membaca untuk Studi
Di antara metode yang di kenal dalam membaca untuk studi, dua yang paling umum dipakai, yaitu metode catu dan metode surtabaku. Metode catu adalah metode yang bisa di pakai dalam membaca artikel, bahan kuliah, dan bacaan ilmiah lainnya, sedangkan metode surabaku ini sangat cocok untuk semua pembaca  yang akan memahami isi bacaan yang di bacanya, metode ini sangat cocok bagi mahasiswa yang akan membuat tugas mata perkuliahannya.
4. Membaca Novel
Dalam membaca nonfiksi informasi fokkus ialah pikiran pokok dan jabarannya yang diuraikan pengarang secara factual dan argumentative. Dalam membaca novel umumnya informasi fokus utama ialah pesan yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca melalui penarasian peristiwa-peristiwadan karakter-karakter yang yang terlibat pada peristiwa itu.
Dalam membaca novel, pembaca perlu memerhatikan aspek-aspek berikut :  (a) mengikuti dan memahami urutan serta hubungan peristiwa-peristiwa yangyang terjadi yang umumnya berupa konflik-konflik; (b) mengenali dan memahami sidat dan sikap karakter-karakter yang terlibat dalam peristiwa-peristiwa tersebut; (c)mengenali dan memahami situasi dan kondisi tempat-tempat, waktu dan orang-orang yang menjadi konteks peristiwa-peristiwa tersebut; dan (d) menentukan pesan yang hendak disampaikan pengarang berdasarkan pengertian tersirat yang terkandung dalam pemahaman aspek a, b, dan c.
5. Membaca Surat Kabar
Sebelum membaca surat kabar, sebaiknya kita harus mengetahui dulu isi surat kabar tersebut. Secara umum, isi utama surat kabar dapat di bagi atas jenis-jenis pokok berikut: (a) berita, (b) opini, (c) iklan, (d) pemberitahuan, dan (e) fiksi.
Berita ialah laporan yang benar dan pada waktunya tentang suatu peristiwa yang  terjadi dalam  masyarakat, tentang suatu pendapat  atau pikiran baru, atau tentang apa saja yang merupakan fakta dan yang menarik serta perlu bagi pembaca umumnya. Cirri-ciri dasar berita ialah factual (berupa kenyataan-kenyataan sebenarnya), objektif (tidak bercampur dengan pandangan pelapor sendiri), menarik, dan perlu atau berguna bagi umum. Oleh sebab itu,  berita yang terdapat dalam surat kabar tersebut perlu kita baca.
Yang di maksud dengan opini ialah pandangan (pendapat) surat kabar (redaksi) atau penulis tertentu tentang suatu peristiwa, pikiran atau pandangan yang terjadi atau hidup dalam masyarakat.opini yang termasuk kedalam surat kabar biasanya disajikan dalam bentuk karangan khusus ((feature), surat pembaca, atau kolom (colomn). Opini adalah hasil pengolahan  (analisa) pikiran dari surat kabar atau penulis bersangkutan.
Iklan adalah informasi yang bersifat komersial. Iklan ini dapat kita baca di berbagai media cetak dan elektronik. Sebenarnya dengan membaca iklan di surat kabar, kita dapat mencari berbagi produk yang kita inginkan sebelum kita membelinya.
Pemberitahuan adalah informasi yang berupa pengumuman tentang suatu peristiwa atau hal, seperti perkawinan, kematian, lelang, dan lain-lain.
Fiksi dalam surat kabar biasanya ialah cerpen, novel, atau cerita komik, yang umumnya disajikan secara bersambung .


Bagian Lima
Membaca Literal dan Membaca Total

A.  Pengertian Membaca Literal
Salah satu tingkatan dari membaca pemahaman adalah membaca literal. Tingkatan membaca ini adalah tingkat yang terendah dalam membaca pemahaman. Membaca literal yaitu membaca yang terdiri atas huruf-huruf dan kalimat-kalimat seperti membaca buku termasuk kitab suci dan sejenisnya.
Membaca pemahaman literal adalah membaca teks bacaan dan memahami isi bacaan tentang apa yang disebutkan didalam teks tersebut (Burn, Roe dan Ross (1996:34). Lebih lanjut dijelaskan bahwa membaca literal merupakan kegiatan membaca sebatas mengenal dan menangkap arti (meaning) yang tertera secara tersurat (eksplisit). Artinya, pembaca hanya berusaha menangkap informasi yang terletak secara literal (reading the lines) dalam bacaan dan tidak berusaha menangkap makna yang lebih dalam lagi, yakni makna-makna tersiratnya, baik pada tataran antar baris (by the lines) apalagi makna yang terletak di balik barisannya (beyond the lines).
B.  Proses Membaca
Pada dasarnya proses membaca bertujuan untuk memperoleh informasi yang kita butuhkan. Dalam hal ini, proses membaca dapat pula dikatakan sebagai proses mendapat informasi atau pesan yang disampaikan oleh penulis dengan cara memahami lambang / tanda / tulisan yang bermakna. Proses membaca terdiri atas:
1.    Membaca sebagai proses psikologis
Membaca sebagai proses psikologis adalah bahwasannya kesiapan dan kemampuan membaca seseorang itu dipengaruhi serta berkaitan erat dengan faktor-faktor yang bersifat psikis seperti motivasi, minat, latar belakang, sosial ekonomi, serta tingkat pengembangan dirinya, seperti intelegensi dan usia mental (mental age).
2.    Membaca sebagai proses sensoris
Membaca sebagai proses sensoris, dimulai dan melihat (bagi mereka yang normal atau bagi yang tunanetra), stimulus masuk lewat indra penglihatan mata pada tingkat anak-anak menunjukan kemampuan  yang secara umum sekali disebut membaca. 
3.    Membaca sebagai proses perceptual
Proses proseptual dalam membaca mempunyai kaitan yang erat dalam proses sensoris. Oleh karena itu, Anda harus waspada untuk tidak mempertukarkannya. Vernon memberikan penjelasan proses perceptual dalam membaca itu terdiri dari empat bagian, yaitu :
a.    Kesadaran akan rangsangan visual
b.    Kesadaran akan persamaan pokok untuk mengadakan klasifikasi umum kata-kata
c.    Klasifikasi lambang-lambang untuk kata-kata yang ada di dalam kelas.
d.   Identifikasi kata-kata yang dilakukan dengan jalan menyebutnya
C.  Model-model Membaca Pemahaman Literal
Untuk membangun pemahaman literal, siswa diberikan panduan pertanyaan arahan seperti yang dikemukakan oleh Burn, Roe dan Ross yaitu:
1.      Siapa, untuk menyatakan orang / binatang atau tokoh di dalam wacana
2.      Apa, untuk menanyakan barang, peristiwa
3.      Di mana, untuk menanyakan tempat
4.      Kapan, untuk menanyakan waktu
5.      Bagaimana, untuk menanyakan proses jalannya suatu peristiwa alasan sesuatu
6.      Mengapa, untuk menanyakan sesuatu sebagaimana disebutkan didalam bacaan.
D.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menbaca Pemahaman Literal
Burn, Roe dan Ross mengemukakan bahwa guna meningkatkan kemampuan membaca pemahaman, sekurang-kurangnya guru perlu membina lima faktor pendukung pemahaman yaitu:
1.      Potensi Skemata Pembaca
Setiap manusia memiliki potensi untuk berkembang, potensi itu ada pada diri siswa itu sendiri yang tersimpan di dalam memorinya.
2.      Perspektif Pembaca
Perspektif pembaca merupakan potensi yang sangat menentukan pemahaman seseorang dalam membaca teks bacaan. Perspektif yang dimaksud adalah pendapat, gagasan dan tujuan pembaca terhadap teks yang dibacanya.  Seorang pembaca yang memiliki perspektif yang baik terhadap apa yang dibacanya, maka ia akan mudah memahami isi bacaan tersebut.
3.      Kemampuan Berpikir
Untuk memahami isi bacaan diperlukan kognitif siswa kemampuan berpikir yang dimaksud adalah kemampuan mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis mensintesis tentang apa yang dibacanya. Di sini, kemampuan berpikir yang kritis dapat mempermudah seorang pembaca memahami isi bacaannya.
4.      Aspek Afektif
Aspek afektif adalah aspek yang juga menentukan kemampuan seseorang memahami isi bacaan dengan baik. Afektif adalah sikap seseorang terhadap teks yang dibacanya dengan memiliki sikap yang positif atau dengan kemampuan membaca menanggapi isi teks dengan baik.
E. Kemampuan Memahami Informasi Fokus terhadap Teks Bacaan melalui Model Membaca Total
1.    Informasi fokus
Berbagai informasi penting yang di inginkan dapat diperoleh melalui informasi fokus atau hal-hal terpenting yang tersebar dalam teks bacaan. Oleh sebab itu, jika informasi fokus yang tersebar dalam teks bacaan tersebut dapat diketahui atau ditentukan, efisiensi membaca akan lebih baik karena konsentrasi perhatian dan pikiran dapat diarahkan informasi itu (Tampubolon, 1990:46-47).
Uraian tentang informasi fokus di atas sejalan dengan pendapat Djamarah (2002:63) yang mengatakan informasi fokus merupakan hal yang tidak ada dari pembicaraan masalah membaca. Bahkan informasi fokus inilah yang menjadi persoalan mendasar dari kegiatan membaca seseorang. Hasil membaca yang optimal akan banyak dibantu dengan mempergunakan informasi fokus. 
2.    Model Membaca Total (MMT)
Model membaca total dapat meningkatkan kemampuan siswa memahami informasi fokus terhadap teks bacaan dan dapat memperbaiki proses pembelajaran membaca menjadi menyenangkan. model membaca total adalah sebuah bentuk atau pola pembelajaran membaca pemahaman yang didalam nya berisi tujuan, sumber belajar, kegiatan, dan evalusi yang dapat di gunakan terhadap teks bacaan serta total.
Membaca teks melalui medel membaca total di laksanakan dengan teknik baca layap dan baca tepat membaca teks denngan  teknik baca layap (skemming), yaitu membaca dengan cepat untuk mengetahui isi umum suatu bacaan atau sebagainya. Isi yang di maksud adalah informasi fokus, tetapi mungkin juga  hanya sebagai dasar untuk menduga apakah bacaan atau bagian bacaan itu berisi informasi fokus yang telah di tentukan
Untuk mendapatkan ide pokok dalam bacaan dengan cepat, kita harus berpikir sama dengan pengarangnya. Hal ini, peneliti pun sependapat dengan Soedarso (2005:65) yang menyarankan agar dalam membaca kita sebaiknya mengikuti struktur dan gaya penulisan pengarangnya dengan ketentuan sebagai berikut:
a.       Hendaklah Anda membaca dengan mendesak, dengan tujuan mendapatkan ide pokok, secara tepat. Jangan Anda membaca kata demi kata, tetapi seraplah ide dan bergeraklah lebih cepat, tetapi jangan kehilangan pengertian.
b.      Hendaklah Anda membaca dengan cepat, dan cepatlah Anda mengerti idenya, serta teruskan Anda membaca ke bagian lain.
c.       Anda harus melecut diri untuk cepat mencari arti sentral. Hendaknya Anda kurangi kebiasaan menekuni detail kecil. Cepatlah Anda bereaksi terhadap pokok suatu karangan dengan cermat.
d.      Anda memang harus melakukan membaca dengan cepat, tetapi Anda harus ingat terhadap kefleksibelan sehingga cara membaca adakalanya diperlambat. Janganlah Anda terlalu cepat membaca diluar hal yang normal, sehingga kehilangan pemahaman.
e.       Rasakan bahwa Anda membaca lebih cepat dari pada biasanya. Yang tidak layak diperhatikan hendaklah Anda pandang dengan cepat dan alihkan perhatian Anda ke pokok. Janganlah Anda terlalu menghiraukan detail kecil.
f.       Cepat Anda dapatkan buah pikiran pengarang, tetapi jangan Anda tergesa-gesa hingga mengakibatkan ketegangan. Ketegangan dan ketergesaan tidak akan membantu memahami dengan cepat.
g.       Anda perlu berkonsentrasi dengan cepat dan tepat. Terlibat penuh pad aide, gagasan yang tercetak, dan untuk sementara terlepas dari dunia luar
Pada dasarnya, masing-masing penulis memiliki gaya tersendiri dalam meletakkan ide pokoknya dalam sebuah paragraf. Lazimnya ide pokok berada:
a.       Diawal paragraf
b.      Ditengah paragraf
c.       Diawal dan akhir paragraf
d.      Ada kalanya di seluruh paragraf
Untuk mengenali kalimat topik atau kalimat kunci dalam sebuah paragraf, peneliti sependapat dengan Soedarso (2005:67) yang menyarankan agar mengikuti petunjuk berikut:
a.       Anda cari kata benda atau kata ganti yang dominan. Lalu Anda baca dan Tanya apa artinya? Lalu Anda baca lanjutannya, yang akan berisi keterangan, artinya adalah atau semacamnya
b.      Anda cari pernyataan umum. Lalu Anda bertanya, apakah kalimat lainnya itu mendukung dalam menjabarkan ide pokok itu?
c.       Jika ide pokoknya sulit ditemukan dan dipahami atau merupakan suatu yang abstrak, ada baiknya Anda baca detailnya atau kalimat jabarannya agak lambat untuk mendapatkan pemahamannya lebih cermat. Jika ide pokoknya mudah dipahami, detailnya barang kali dapat diabaikan saja atau dibaca dengan kecepatan tinggi.
3.    Pelibatan gaya somatis, auditoris, visual dan intelektual dalam model membaca total (MMT)
Cara yang dilakukan untuk mendalami pemahaman terhadap isi bacaan (informasi fokus) dengan melibatkan gaya somatis, auditoris, visual dan intelektual (Dalman, 2007) adalah dengan cara:
a.       Siswa diminta untuk membaca dengan gaya somatis, yaitu setelah selesai membaca teks, siswa diminta untuk memperagakan hasil pemahamannya terhadap isi bacaan (informasi fokus), khususnya ketika siswa menyampaikan hasil rangkuman isi bacaan didepan kelas, dengan melibatkan bahasa tubuh, ketika sedang membaca kadang-kadang siswa diminta sambil menggerakkan anggota tubuh.
b.      Siswa diminta untuk membaca dengan gaya auditoris, yaitu membaca dengan keras atau dengan bersuara apabila menemukan kata-kata dan kalimat-kalimat panjang yang sulit sekali dicerna
c.       Siswa diminta untuk membaca dengan gaya visual, yaitu membaca dengan membayangkan, siswa harus berhenti sejenak untuk membayangkan begitu siswa selesai membaca sebuah kalimat yang memberikan makna kepadanya dan membaca dengan memfokuskan diri pada maksud kalimat-kalimat yang dibaca dan menghubungkannya dengan pengalaman atau skemata yang dimiliki, melakukan tinjauan umum mengenai isi bacaan atau menggambarkan peta, dan pikiran.
d.      Siswa diminta untuk membaca dengan gaya intelektual, yaitu membaca dengan cara merenung. Dalam hal ini, siswa diminta menghubungkan kembali hasil pemahamannya terhadap isi bacaan dengan pengalaman atau skemata yang dimilikinya (Baca Hernowo, 2003:151-167).
Menurut Meier (2004) yang dinamakan belajar dengan gaya SAVI itu, unsur-unsurnya yaitu:
a.       Somatis, belajar dengan bergerak dan berbuat
b.      Auditoris, belajar dengan berbicara dan mendengar
c.       Visual, belajar dengan mengamati dan menggambarkan
d.      Intelektual, belajar dengan memecahkan masalah dan merenung
4.    Menjawab pertanyaan dengan teknik baca pilih dan baca lompat
Siswa membaca ulang teks dengan teknik baca pilih, dan baca lompat. Membaca teks dengan cara baca pilih (selecting), yaitu membaca dengan cara memilih bagian bacaan yang dianggap relevan, atau berisi informasi fokus yang ditentukan, sedangkan membaca dengan teknik baca lompat (skipping), yaitu membaca dengan cara melampaui atau melompati bagian-bagian lain untuk menemukan bagian-bagian bacaan yang relevan. 
5.    Membuat simpulan akhir isi bacaan
Untuk membuat simpulan akhir isi bacaan dengan cara mengambil ide pokok isi bacaan dan dihubungkan dengan pengalaman atau skemata yang dimiliki yang kemudian dikembangkan dengan menggunakan bahasa sendiri agar menjadi sebuah simpulan yang baik. Isi dari simpulan akhir isi bacaan dapat berupa pernyataan, imbauan, ajakan, saran, dan lain-lain yang sesuai dengan ide pokok bacaan yang dibuat dalam bentuk kalimat yang merupakan hasil solusi atau pemecahan masalah dari pokok permasalahan yang terdapat dalam teks bacaan tersebut (Dalman, 2007). 
F. Kemampuan membuat Rangkuman Isi Bacaan melalui Model Membaca Total
Rangkuman atau ikhtisar pada dasarnya sama dengan ringkasan hanya pada unsur-unsur tertentu yang berbeda sehingga melahirkan ciri ciri yang berbeda di antara keduanya yaitu
Ringkasan
Rangkuman
1. Pengertian
Pengungkapan kembali bentuk kecil dari sebuah karangan.
1.Pengertian
Pengungkapan kembali inti dari sebuah karangan.
2. Tujuan
Memproduksi kembali apa kata pengarang.
2.Tujuan
Memproduksi kembali secara klreatif apa kata pengarang
3.Identitas
Mempertahankan urutan-urutan gagasan yang membangun sosok (badan) karangan.
3.Identitas
Urutan-urutan gagasan yang di ungkapkan kembali tidak mengambarkan urutan-urutan karangan seperti aslinya.
4.Teknik penyususnan
Penyususnan ringkasan terkait oleh penataan, isi, dan sudut pandang pengarang bacaan.
4.Teknik penyususnan
Penyususnan rangkuman bebas mengungkapkan apa yang menurutnya mewakili inti bacaan.
5.Pengaruh penyusunan
Bersifat objektif penyususn tidak berhak mengubah susunan karangan atau sudut pandang pengarangnya.
5Ppengaruh penyusunan
Cenderung bersifat subjektif. Penyususn bebas mengungkapkan apa yang menurutnya mewakili inti karangan.
6.Bahasa
Kalimatnya pendek-pendek dan senada dengan kalimat pengarang aslinya.
6.Bahasa
Kalimatnya panjang-panjang, sekehendak hati penyususnnya.
Untuk membuat sebuah rangkuman isi bacaan melalui model membaca total dapat menggunakan cara-cara berikut ini:
1.      Membaca naskah asli seluruhnya melalui model membaca total (MMT) kalau waktu masih memungkinkan boleh dibaca beberapa kali untuk mendapatkan informasi fokus atau hal-hal terpenting yang terdapat dalam teks bacaan
2.      Mencatat hal-hal penting atau gagasan utama, semua gagasan utama atau gagasan penting dicatat atau digaris bawahi. Inilah yang nantinya menjadi sumber rangkuman atau ikhtiar
3.      Membuat peta pikiran berdasarkan kata-kata kunci yang terdapat dalam bacaan untuk mempermudah membuat rangkuman isi  bacaan
4.      Menyusun catatan-catatan penting atau gagasan penting yang sudah digaris bawahi dan juga hasil dari pemetaan pikiran tersebut menjadi sebuah rangkuman isi bacaan dan mengubahnya dengan kalimat sendiri sehingga menarik untuk dibaca (Dalman, 2007).
G. Kelebihan dan Kelemahan Model Membaca Total
Model membaca total ini memiliki kelebihan atau keunggulan, diantaranya:
1.      Siswa dapat meningkatkan kemampuannya untuk memahami informasi fokus dalam teks bacaan
2.      Siswa dapat membaca dengan cepat dan dapat memahami secara total isi bacaan atau memamahi secara total makna-makna yang tersebar dalam teks bacaan, khususnya memahami informasi fokus terhadap teks bacaan.
3.      Siswa dapat menentukan dan memahami ide pokok setiap paragraf dalam teks bacaan dengan cepat dan tepat
4.      Siswa dapat berpikir secara kritis dan dapat pula mengembangkan ide pokok setiap paragraph dan ide pokok d ari isi bacaan secara keseluruhan dengan cara menghubungkannya dengan skemata atau pengalaman yang dimiliki dan dengan menggunakan bahasanya sendiri yang dituangkannya ke dalam sebuah bentuk rangkuman isi bacaan yang baik
Kelemahan atau kendala model ini sangat berkaitan dengan guru dan siswa diantaranya:
1.      Pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman melalui model membaca total tidak dapat berjalan dengan baik jika guru dan siswa tidak maksimal memahami
penggunaan model baru tersebut.
2.      Guru akan tampak kaku dalam menjelaskan dan menerapkan konsep model membaca total kepada siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman karena masih baru, namun lama kelamaan guru akan terbiasa
3.      Pembelajaran membaca pemahaman melalui model membaca total tidak akan berhasil jika siswa dan guru sendiri belum dapat memahami pengertian informasi fokus, kalimat topik, kalimat jabaran, ide pokok dan ide jabaran
4.      Pembelajaran membaca pemahaman melalui model membaca total tidak akan berhasil jika siswa tidak dapat membaca teks untuk menentukan informasi fokus dengan cara baca layap dan baca tatap dan membaca ulang teks untuk menjawab pertanyaan dengan cara baca pilih dan baca lompat  
H. Solusi terhadap Kelamahan atau Kendala dalam Penggunaan Model Membaca Total
Berdasarkan kendala-kendala yang ditemukan dalam penggunaan model membaca totak dalam pembelajaran membaca pemahaman, dapat diperbaiki dengan cara sebagai berikut:
1.      Guru dan siswa harus dapat memahami penggunaan model membaca total secara maksimal
2.      Siswa harus berlatih secara sungguh-sungguh untuk membuat simpulan akhir isi bacaan dengan baik, dengan cara memberikan komentar terhadap isi bacaan dalam bentuk kalimat berupa saran, masukan, imbauan harapan dan pernyataan yang sesuai dengan ide pokok bacaan
3.      Siswa harus dapat membedakan antara kalimat topik dan kalimat jabaran, dan pikiran pokok dan pikiran jabawan serta cara menentukannya agar siswa dapat menentukan informasi fokus dengan tepat dan cepat.
4.      Siswa harus dapat membedakan antara membuat rangkuman dan ringkasan agar siswa dapat membuat rangkuman dari isi bacaan dengan baik
H. Implikasi Model Membaca Total
Permasalahan dan karakteristik dalam pembelajaran membaca total seperti antara lain:
1.      Siswa kurqsang bisa menentukan ide pokok sebuah paragraf dalam teks bacaan
2.      Siswa kurang bisa menentukan ide pendukung sebuah paragraf dalam teks bacaan
3.      Siswa kurang bisa menentukan hal-hal terpenting yang terdapat dalam teks bacaan
4.      Siswa kurang bisa menentukan ide pokok secara keseluruhan dari isi bacaan
5.      Siswa kurang bisa membedakan antara kalimat topik dan kalimat pendukung / penjelas
6.      Siswa kurang bisa membuat rangkuman isi bacaan dengan baik
7.      Siswa kurang bisa membuat simpulan akhir isi bacaan
8.      Siswa selalu dituntut untuk membaca dalam hati, duduk diam dengan tertib dan tidak diperbolehkan membaca dengan bersuara serta tidak diperbolehkan melakukan aktivitas gerak tubuh selama membaca
9.      Siswa kurang kreatif menjawab pertanyaan guru dan penyelesaian masalah
10.  Siswa merasa sukar menentukan dan mengembangkan gagasan-gagasan yang bersifat kreatif yang dimilikinya
11.  Siswa merasa sukur memaham isi bacaan, khususnya memahami informasi fokus
12.  Siswa kurang bisa menhubungkan isi bacaan dengan skemata atau pengalaman pribadi yang dimilikinya
13.  Siswa kurang menyenangi pembelajaran membaca
14.  Proses pembelajaran membaca pemahaman masih bersifat konvensional
(Dalman, 2007).
I. Prosedur Pembelajaran Membaca Pemahaman untuk Memahami Informasi Fokus terhadap  Teks Bacaan melalui Model Membaca Total
1.      Guru membuka pembelajaran, melakukan apersepsi (menjelaskan konsep Model Membaca Total (MMT) secara singkat berupa tujuan membaca pemahaman, pengertian informasi fokus, perbedaan antara kalimat topik dan kalimat pendukung, ide pokok dan ide pendukung, cara menentukan informasi fokus berupa ide pokok isi bacaan/wacana, ide pokok paragraf, ide pendukung paragraf, ide pokok kalimat, kata-kata kunci atau hal-hal penting yang terdapat dalam teks bacaan melalui baca layap dan baca tatap, cara membaca reks dengan melibatkan gaya somatis, auditoris, visual dan intelektual.
2.      Siswa diminta untuk membaca teks selama 2-3 menit dengan menggunakan teknik baca layap, dan baca tatap.
3.      Siswa diarahkan untuk mendalami pemahaman terhadap isi bacaan (informasi fokus) dengan menggunakan gaya somatis, auditoris, visual dan intelektual dengan cara:
a.       Siswa diminta untuk membaca dengan gaya somatis yaitu setelah selesai membaca teks, siswa diminta untuk memperagakan hasil pemahmannya terhadap isi bacaan (informasi fokus), khususnya ketika siswa menyampaikan hasil rangkuman isi bacaan didepan kelas dengan melibatkan bahasa tubuh.
b.      Siswa diminta untuk membaca dengan gaya auditoris, yaitu membaca dengan keras atau dengan bersuara apabila menemukan kata-kata dan kalimat-kalimat panjang yang sulit sekali dicerna.
c.       Siswa diminta untuk membaca dengan gaya visual, yaitu membaca dengan membayangkan, siswa harus berhenti sejenak untuk membayangkan begitu siswa selesai membaca sebuah kalimat yang memberikan makna kepadanya dan membaca dengan memfokuskan diri pada maksud kalimat-kalimat yang dibaca dan menghubungkannya dengan pengalaman atau skemata yang dimiliki, melakukan tinjauan umum mengenai isi bacaan atau menggambarkan peta pikiran
d.      Siswa diminta membaca dengan gaya intelektual, yaitu membaca dengan cara merenung. Dalam hal ini, setelah siswa selesai membaca kalimat yang memberikan makna kepadanya, siswa diminta secepatnya merenung kalimat tersebut dan menghubungkannya dengan pengalaman yang dimiliki agar kalimat yang dibaca dapat dipahami benar maksudnya.





Bagian Enam
Membaca Interpretatif

A.  Pengertian Membaca Interpretatif
Membaca interpretatif adalah kegiatan membaca yang bertujuan agar para siswa mampu menginterpretatif atau menafsirkan maksud pengarang, apakah karangan itu fakta atau fiksi, sifat-sifat tokoh, reaksi emosional, gaya bahasa dan bahasa kias, serta dampak-dampak cerita.
Dalam membaca interpretatif kita juga membahas tentang perbedaan antara fakta dan fiksi. Perbedaan utama antara fiksi dan nonfiksi adalah menciptakan kembali apa-apa yang telah terjadi secara aktual, sedangkan narasi fiksi itu bersifat realistis yang artinya apa-apa yang dapat terjadi ( tetapi belum tentu terjadi). Dalam membaca interpretatif terdapat dua aspek reaksi emosional, yaitu emosional sang pembaca pada aneka tipe karya sastra, dan reaksi emosional terhadap para tokoh di dalam karya sastra itu.
B.  Tujuan Membaca Interpretatif
Membaca interpretatif bertujuan agar para siswa mampu menginterprestasikan atau menafsirkan maksud pengarang. Tarigan (1982: 50) mengemukakan bahwa terdapat enam tujuan membaca interpretatif, yaitu: maksud pengarang, fakta atau fiksi, sifat-sifat tokoh, reaksi emosional, gaya bahasa, dan dampak cerita. Untuk lebih jelasnya akan penulis paparkan sebagai berikut:
1.    Maksud pengarang
Maksud pengarang adalah seorang pengarang menulis sesuatu untuk dibaca orang lain. Sadar atau tidak sadar sang pengarang sebenarnya mempunyai maksud-maksud tertentu dengan karyanya itu. Secara garis besarnya ragam tulisan dapat berupa: (a)  deskripsi, (b) narasi, (c) eksposisi, (d) argumentasi, dan (e) persuasi.
Pengklasifikasian ragam tulis dapat pula dilakukan berdasarkan nada (voice) berupa nada akrab, nada penerang, nada menjelaskan, nada mendebat, nada mengkritik, dan nada kewenangan. Berikut ini dijelaskan pengertian dari nada-nada di atas.
a.    Tulisan nada akrab
Tulisan yang bernada akrab membuahkan tulisan yang bersifat pribadi. Tulisan
pribadi dapat berbentuk buku harian (diary),catatan harian (jurnal), cerita tak resmi, dan puisi. Tulisan pribadi ditandai oleh bahasa yang alamiah, wajar, biasa, sederhana. Ujaran yang normal, lincah, kalimat yang dipakai sehari-hari. Bentuk tulisan pribadi yang merupakan buah dari tulisan yang bernada akrab ( Tarigan, 1982:37-60).
b.    Tulisan bernada penerangan
Pengalaman adalah guru yang baik, atau hidup adalah merupakan ungkapan yang sering kita dengar dari orang-orang tua. Karya tulis yang bersifat mengajak para pembacanya bersama-sama menikmati, merasakan, memahami dengan sebaik-baiknya objek, adegan, pribadi, atau suasana hati yang pernah dialami oleh sang penulis. Deskripsi atau pemberian bermaksud menjelaskan, menerangkan, dan menarik minat pembaca (Tarigan, 1982:53).
c.    Tulisan bernada penjelasan
Tulisan yang nada penjelas (the explanatory evoice) bisa disebut tulisan penyingkapan, berbeda dari tulisan yang bernada penerangan, karena tujuannya tidak hanya sekedar menciptakan, memberikan ataupun menyakinkan, tetapi menjelaskan sesuatu pada pembaca. Berbagai cara untuk mencapai tujuan itu, misalnya dengan pengklasifikasian, pembatasan, penganalisisan, penjelajahan, penafsiran, dan penilaian (Tarigan, 1982:54-55).
d.   Tulisan bernada mendebat
Bila pengarang menggunakan nada mendebat atau nada berargumentasi maka hasina adalah karya tulis persuasif. Persuasif adalah karya yang bertujuan menyakinkan para pembaca.
Untuk mencapai tujuan itu maka dituntut beberapa kualitas, antara lain:
1)   Tulisan persuasif jelas dan tertib. Maksud dari tujuan penulisan dinyatakan secara terbuka secara jelas.
2)   Tulisan persuasif haruslah hidup dan bersemangat. Hidup di sini bermakna mempunyai daya tarik yang kuat terhadap indra kita.
3)   Tulisan persuasif harus beralasan kuat, mempunyai argumen-argumen yang logis, tulisan yang beralasan kuat berdasar pada fakta-fakta dan penalaran-penalaran yang logis.
4)   Tulisan persuasif harus bersifat dramatik. Tulisan persuasif harus dapat
 memanfaatkan ungkapan-ungkapan yang hidup dan kontras yang mencolok (Tarigan, 1982:56).
e.    Tulisan bernada mengkritik
Tulisan yang bernada mengkritik ini bertujuan menilai atau mengevaluasi karya sastra. Agar dapat menghasilkan kritik yang baik, maka kita harus terlebih dahulu membaca karya yang akan dianalisis secara kritis.
f.     Tulisan bernada kewenangan
Tujuan karya ilmiah, yang bernada otoritatif ini ialah mencapai suatu gelar tertentu. Dengan karya ilmiah seperti ini, orang yang bersangkutkan berwenang menyandang suatu titel. Secara garis besar, ada tiga jenis karya ilmiah, masing-masing dengan kewenangan tertentu, yaitu:
1)   Skripsi untuk mencapai gelar sarjana.
2)   Tesis untuk mencapai gelar magister.
3)   Disertsi untuk mencapai gelar doktor.
2.    Fakta atau fiksi
Membaca interpretatif adalah keterampialn menginterpretasikan atau menafsikan isi bacaan tentang perbedaan anata fakta atau fiksi. Dengan kata lain, butir ini membicarakan perbedaan antara karya tulis fiksi atau nonfiksi.
Pada tahap pertama, konsep-konsep fantasi dan realitas diperkenalkan dan  dijelaskan dengan ilustrasi, kontras serta membedakan kedua tipe sastra tersebut. Pada tahap kedua, para siswa diajarkan perbedaan antara fiksi dan nonfiksi dan diterangkan cara-cara menggunakan sumber-sumber eksternal untuk menentukan realitas orang, tempat dan peristiwa-peristiwa dalam cerita. Aktualitas adalah apa-apa yang benar-benar terjadi, sedangkan realitas adalah apa-apa yang dapat terjadi, tetapi belum tentu terjadi.
3.    Sifat-sifat tokoh
Membaca interpretatif adalah keterampilan menafsirkan sifat-sifat dan ciri-ciri seorang tokoh (kharacter traite). Pada tahap pertama kepada para siswa diajarkan makna istilah sifat,ciri (atau traite). Kata ciri, sifat atau traite  di sini mengandung pengertian yang mengacu kepada jenis-jenis karakteristik luar yang konkret yang mencerminkan kebiasaan, tingkah laku sehari-hari yang tidak bersifat reflektif, yang sedikit atau sama sekali tidak menunjukkan kecenderungan yang mengandung motivasi tertentu.
Bobot hakikat kemanusiaan diekspresikan sebagai:
a.    Kebutuhan-kebutuhan akan hubungan (mengadakan kontak dengan orang lain dan alam sekitar).
b.    Transendens (berpisah dengan orang lain dan benda-bendda).
c.    Ketergantungan (mempunyai rasa rindu).
d.   Identitas (mengenali dan mengetahui siapa dan apa seseorang/sesuatu itu).
e.    Kerangka acuan (mempunyai cara yang stabil untuk mengenal dan memahami dunia).
Khusus mengenai hubungan antara orang tua dan anak terdapat tiga tipe hubungan, yaitu:
a.    Hubungan simbolik, wadah tempat manusia berhubungan tetapi tidak pernah mencapai kebebasan atau kemerdekaan.
b.    Sifat merusak secara diam-diam, yang merupakan wadah hubungan atau jarak yang negatif dan acuh tak acuh, dan
c.    Cinta, yang merupakan wadah adanya rasa saling menghormati, saling menghargai, saling membantu, saling mengerti.
Berdasarkan klasifikasi ciri-cirinya, maka setiap pribadi mempunyai orientasi. Orientasi yang terpenting adalah:
a.    Orientasi reseptif. Merupakan kelompok pasif dalam hubungan simbiotik dengan orang tuanya.
b.    Orientasi eksploitatif atau orientasi yang bersifat memeras menghisap. Merupakan kelompok dominan dalam hubungan simbiotik dengan orang tuanya.
c.    Orintasi penimbunan atau orientasi yang bersifat menumpuk, menimbun. Pola tingkah laku destruktif yang dipelajari oleh sang anak yang bereaksi terhadap penarikan dirinya dari kekuasaan orang tua dalam tipe hubungan destruktif yang dilakukan secara diam-diam.
d.   Orientasi perdagangan. Pola tingkah laku suka menyendiri yang dipelajari oleh sang anak yang bereaksi terhadap kedestruktifan orang tua dalam tipe hubungan destruktif yang dilakukan secara diam-diam.
e.    Orientasi produktif. Berasal dari pola-pola tingkah laku yang dipelajari sang anak melalui hubungan cinta kasih dengan orang tua.
f.     Pola tingkah laku yang dipelajari oleh sang anak melalui hubungan cinta kasih dengan orang tua.
4.    Reaksi emosional
Reaksi emosional yaitu melatih keterampilan menafsirkan reaksi emosional suatu karya tulis. Pembicaraan di sini dipusatkan pada dua aspek, yaitu:
1.    Reaksi emosional sang pembaca pada aneka tipe karya sastra.
2.    Reaksi emosional terhadap para tokoh di dalam karya sastra.
          Pada tingkat permulaan, para siswa belajar memperkenalkan dan memberikan reaksi-reaksi emosional mereka pada puisi, cerita dan karya-karya tulis lainnya, serta mendapat kesempatan untuk membanding-bandingkan reaksi mereka dengan reaksi para siswa lainnya. Pada tingkat kedua, para siswa belajar mengenai reaksi-reaksi emosional para tokoh dalam cerita-cerita yang mereka baca serta menentukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan antara reaksi-reaksi para tokoh fiktif itu dengan reaksi-reaksi mereka sendiri. Tuntas pada tingkat selanjutnya, para siswa mengamati bagaimana cara reaksi-reaksi emosional para tokoh dalam cerita-cerita yang mereka baca reaksi-reaksi para tokoh fiktif itu dengan reaksi-reaksi mereka sendiri. Lantas pada tingkat selanjutnya, para siswa mengamati bagaimana cara reaksi-reaski emosional para tokoh dalam sastra memengaruhi para pembaca, dengan cara ini mereka pun mulai mengapresiasi sastra sebagai sarana yang sangat berguna dan manjur untuk membuat serta memanipulasi responsi-responsi emosional para pembaca.
Mengenai hal ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
a)    Emosi-emosi seperti amarah dan rasa takut pun dapat menambah kesenangan terhadap kehidupan. Dengan memberikan beberapa rangsangan dan kegembiraan.
b)   Emosi mempersiapkan tubuh kita untuk peran tertentu.
c)    Ketegangan emosi menganggu keterampialan motoris.
d)   Emosi dapat bertindak sebagai suatu bentuk komunikasi.
e)    Emosi dapat menganggu kegiatan-kegiatan mental.
f)    Emosi dapat bertindak sebagai sumber-sumber penilaian sosial dan penilaian diri
sendiri.
g)   Emosi dapat mewarnai pandangan dan harapan anak-anak terhadap hidup ini.
h)   Emosi dapat memengaruhi interaksi sosial. .
i)     Emosi meninggalkan dampaknya pada ekspresi wajah air muka dan mimik.
j)     Emosi dapat memengaruhi iklim psikologis. 
k)   Responsi-responsi emosional kalau berlangsung berulang-ulang dapat berkembang menjadi kebiasaan.
Lebih lanjurnya Hurlock mengatakan bahwa agar dapat menafsirkan reaksi-reasksi emosional, maka kita terlebih dahulu harus mengetahui ciri-ciri reaksi emosional, ciri-ciri reaksi emosional tersebut adalah:
a.    Emosi biasanya kuat, hebat, dan berapi-api.
b.    Emosi sering kelihatan muncul pada anak-anak sering memamerkan emosi mereka.
c.    Emosi biasanya bersifat sementra, tidak kekal.
d.   Responsi-responsi mencerminkan kepribadian..
e.    Emosi sering berganti kekuatan. 
f.     Emosi dapat ditemukan dengan gejala-gejala tingkah laku.
5.    Gaya bahasa
Keterampilan dan kemampuan menafsirkan gaya bahasa dengan maksud agar para pembaca belajar memahami serta memanfaatkan bahasa imajinatif dengan baik. Berbagi gaya bahasa dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan sang pengarang, antara lain:
a.    Aliterasi (pengulangan bunyi yang sama).
b.    Antanaklasis ( penggunaan kata yang sama dengan makna yang berbeda).
c.    Antitesi (perbandingan dua buah kata yang berantonim, berlawanan kata).
d.   Kiasmus (pengulang serta inversi hubungan antara dua kata dalam kalimat).
e.    Oksimoron (pembentukan suatu hubungan sintaksisi antara dua buah antonim).
f.     Paralepis (sutu rumusan yang dipergunakan untuk mengumumkan bahwa seseorang tidak mengatakan apa yang dikatakan dalam kalimat itu sendiri).
g.    Paronomasia ( penjajaran kata-kata yang bersamaan bunyi tetapi berbeda makna).
h.    Silepsis ( penggunaan sebuah kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan
 berpartisipasi dalam lebih dari arti kontruksi sintaksis).
i.      Zeugma (koordinasi ketatabahasaan dua kata yang mempunyai makna yang berbeda).
6.    Dampak cerita
Menurut Brooks dan Werren agar dapat meramalkan apa yang akan terjadi daam suatu cerita, maka akan terlebih dahulu kita harus memahami alur cerita beserta unsur-unsurnya. Istilah lain yang sama maknanya dengan alur adalah plot, trap, atau dramatic conflik.
Adelstein dan Pival, mengungkapkan bahwa alur mengikuti pola tradisional dengan unsur-unsur yang terlibat, yaitu:
a)    Exsposition, pengenalan para tokoh, pembukaan hubungan-hubungan , menata adegan, menciptakan suasana, penyajian sudut pandangan.
b)   Complication, peristiwa permulaan yang menimbulkan beberapa masalah,  pertentangan kesukaran, atau perubahan.
c)    Rising action, mempertinggi, meningkatkan perhatian kegembiraan, kehebohan, atau keterlibatan pada saat bertambahnya kesukaran atau kendala.
d)   Turning point, krisis atau klimaks, titik emosi, dan perhatian yang paling besar serta mendebarkan, apabila masalah diselesaikan.
e)    Ending, penjelasan peristiwa-peristiwa, bagaimana cara para tokoh itu dipengaruhi, dan apa yang terjdi atas diri mereka masing-masing.
Menurut N. Friedman, pengarang buku From and Meaning in Fiction pernah mengadakan klasifikasi yang agak terperinci mengenai alur, yakni sebagai berikut:
a.    Alur gerak.
b.    Alur pedih.
c.    Alur tragis, atau the tragic plot.
d.   Alur penghukuman atau the punitive plot.
e.    Alur sinis.
f.     Alur sentrimental.
g.    Alur kekaguman atau the admiration plot.
h.    Alur kedewasaan atau the meturing pot.
i.      Alur perbaikan atau the reform plot.
j.      Alur penguji atau testing plot.
k.    Alur pendidikan atau education plot.
l.      Alur penyingkapan rahasia atau revelation plot.
m.  Alur perasaan sayang atau the affective plot.
n.    Alur kekecawaan atau disillusionment plot.
C. Aneka Tujuan Membaca Interpretatif
Menurut Otto dan Chester, ada beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam membaca interpretatif, tujuan-tujuan itu terbagi atas tiga tingkatan, yaitu:
Tingkat siswa A-C (kelas 1-2 sekolah dasar) adalah agar para siswa dapat:
1.    Mempertimbangkan, memikirkan maksud dan tujuan sang pengarang.
2.    Memertimbangkan sifat-sifat dan motif-motif para tokoh.
3.    Memerhatikan reaksi-reaksi emosional.
4.    Memerhatikan tamsil-tamsil  yang berhubungan dengan pancaindra (sensory             imagery).
5.    Meramalkan pengaruh, akibat, atau dampak-dampak cerita.
Tujuan tingkat D-E (kelas 3-4 sekolah dasar) adalah agar para siswa dapat:
1.    Menentukan tujuan dan sifat sang pengarang.
2.    Menepatkan fakta atau fiksi.
3.    Menentukan sifat-sifat dan perubahan-perubahan para tokoh.
4.    Memerhatikan reaksi-reaksi emosional para tokoh.
5.    Memerhatikan gaya bahasa, bahasa kias yang terdapat pada bacaan.
6.    Meramalkan pengaruh atau dampak-dampak cerita.
Tujuan tingkat F-G (kelas 5-6 sekolah dasar) adalah agar para siswa dapat atau mampu:
1.    Mempertimbangkan, memikirkan pendapat sang penulis.
2.    Menentukan unsur-unsur fakta dalam fiksi.
3.    Menentukan serta memperbandingkan sifat-sifat, sikap-sikap, perubahan-perubahan             dan motif-motif para tokoh.
4.    Mengenali reaksi-reaksi emosional para tokoh.
5.    Memerhatikan penggunaan kata-kata yang bermakna konotatif dan denotatif.


Bagian Tujuh
Membaca Kritis

A.  Pengertian Membaca Kritis
Membaca secara kritis adalah cara membaca dengan melihat motif penulis dan menilainya. Membaca secara kritis berarti kita harus mampu membaca secara analisis dan dengan penilaian. Membaca kritis adalah membaca yang bertujuan untuk mengetahui fakta-fakta yang terdapat dalam bacaan kemudian memberikan penilaian terhadap fakta itu. Pembaca tidak hanya sekedar menyerap masalah yang ada, tetapi ia bersama-sama penulis berpikir tentang masalah yang dibahas. Membaca kritis berarti harus membaca secara analisis dan dengan penilaian
B. Teknik Membaca Kritis
Teknik Membaca Kritis sebagai berikut, yaitu :
1. Pilihan waktu yang menurut anak sesuai untuk membaca waktu yang sesuai disini adalah waktu dimana tidak terdapat gangguan baik dari luar maupun dari dalam.
2. Pilihan tempat dan suasana yang sesuai untuk membaca yaitu tempat terang, sejuk, barsih, nyaman, tenang, dan rapi.
3. Perhatikan posisi, pastikan posisi anak yang benar dengan posisi tegak, tidak bungkuk, dan pastikan jarak antara buku dan mata anak < dari 30 cm.
4. Siapkan juga hal-hal yang biasanya membantu anak dan membaca, seperti pensil/ spidol.
5. Lakukan survei isi buku.
6. Membuat pertanyaan.
7. Membaca teliti.
8. Lakukan evakuasi.
9. Tinjau Ulang
C. Ragam Membaca Kritis
          Ada berbagai ragam membaca kritis bergantung pada jenis informasi seperti apa yang kita inginkan.
1. Membaca cepat/ sekilas untuk membaca topik
Dalamhal ini, kita perlu memfokuskan perhatian pada bagian-bagian tertentu. Kita bisa membaca tulisan dengan cepat/secara sekilas dari awal sampai akhir. Dari kegiatan membaca cepat ini kita mendapat ide tentang topik tulisan yang kita baca.
2. Membaca cepat untuk informasi khusus
Membaca cepat juga bisa dilakukan kalau kita menginginkan informasi khusus dari sebuah tulisan. Perhatian kita hanya tertuju pada bagian-bagian yang kita inginkan. Bagian-bagian yang mengandung informasi yang tidak kita tidak inginkan tidak mendapat perhatian kita.
3. Membaca Teliti untuk Informasi Rinci
Kita mungkin juga ingin mendapatkan informasi rinci tentang suatu hal. Dalam hal ini, kegiatan membaca difokuskan pada bagian yang mengandung informasi yang kita ketahui secara rinci. Bagian-bagian lain yang tidak kita perlukan tidak perlu dibaca lebih lanjut.
D. Membaca Kritis Tulisan/Artikel Ilmiah
Tulisan ilmiah biasanya berisi informasi yang merupakan hasil penelitian. Ini berbeda dengan jenis tulisan lain yang informasinya bisa berupa pendapat dan kesan pribadi yang belum dibuktikan melalui penelitian dan prosedur ilmiah. Berikut adalah beberapa hal yang mungkin perlu diperhatikan dalam membaca tulisan/artikel ilmiah.
1. Menggali tesis/ pernyataan masalah
Tulisan/artikel ilmiah biasanya mempunyai tesis atau pernyataan umum tentang masalah yang dibahas. Sebuah tesis biasanya diungkapkan   dengan sebuah kalimat  dan menilai apakah penulisannya berhasil atau tidak dalam membahas atau memecahkan masalah yang diajukan.
2. Meringkas butir-butir penting setiap artikel
Meringkas butir-butir penting setiap artikel yang kita baca perlu dilakukan karena ringkasan itu bisa dikembangkan untuk mendukung pernyataan yang kita buat. Dengan adanya  ringkasan, kita juga tidak perlu lagi membaca artikel secara keseluruhan kalau kita memerlukan informasi dari artikel yang bersangkutan.
3. Menyetir konsep-konsep penting ( pandangan ahli, hasil penelitian,dan teori)
Menyetir konsep-konsep penting dari tulisan ilmiah perlu dilakukan untuk mendukung butir-butir penting pada tesis tulisan kita.
4. Menentukan bagian yang akan dikutip
Dalam mengutip bagian dari sebuah tulisan ilmiah, kita juga perlu memperhatikan relevansi bagian tersebut dengan tulisan kita. Butiran-butir yang di anggap tidak relevan tidak perlu di kutip.
5. Menentukan implikasi dari bagian/sumber yang di kutip
Dalam mengutip bagian dari sebuah artikel, kita perlu menyadari implikasinya,  apakah kutipan itu mendukung gagasan yang akan kita kembangkan dalam tulisan atau sebaliknya?
6. Menentukan posisi penulis sebagai pengutip
Dalam mengutip pernyataan yang ada sebuah artikel, kita perlu secara jelas meletakkan posisi kita. Apakah kita bersikap netral, menyetujui, atau tidak menyetujiu pernyataan yang kita kutip?
E. Membaca Kritis Tulisan/Artikel Populer
Kegiatan membaca kritis tulisan popular sedikit berbeda dengan membaca kritis tulisan ilmiah karna kedua jenis tulisan tersebut mempunyai sifat yang berbeda.
1. Mengenali persoalan utama atau isu yang dibahas
Biasanya isu yang dibahas dalan tulisan popular  berkaitan dengan masalah sosial yang sedang diminati masyarakat.
2.  Menentukan signifikasi/relenfansi isu dengan tulisan yang akan dihasilkan.
Isu yang dibicarakan dlam sebuah tulisan mungkin tidak mempunyai relevansi tuisanyang akan dibuat. Kita harus menghubungkan relevansi isi tulisan yang dibaca dengan isu tuisan yang kita hasilkan.
3. Manfaatkan isu artikel popular untuk bahan/ inspirasi dalam menulis.
Isu artikel popular biasanya membahas tentang masalah sosial sehingga lebih menarik disbanding isu artikel ilmiah.
4. Membedakan isi artikel popular dengan isi artikel ilmiah dan buku ilmiah
Artikel popular biasanya  berisi pembahasan tentang sebuah isu yang sedang diminati masyarakat. Peranan teori dan data sangat penting dalam artikel dan buku ilmiah.
F. Membaca kritis buku ilmiah
           Buku ilmiah pada dasarnya sama dengan artikel ilmiah, hanya saja buku ilmiah memuat uraian atau pembahasan yang lebih panjang dan rinci tentang suatu isu ilmiah.
1. Memanfaatkan indeksi untuk menemukan konsep penting
Indeks sangat membantu pembaca untuk mencari dengan cepat pembahasan atau penjelasan konsep-konsep tersebut dalam buku.
2. Menentukan konsep-konsep penting (pandangan ahli, hasil penelitian dan teori)
Pengenalan dan pemahaman konsep-konsep yang penting ini juga akan menambah kedalaman dan kekritisan tulisan kita.
3. Menentukan dan menandai bagian-bagian yang dikutip
Bagian-bagian ini mungkin akan diacu dan dikutip dalam tulisan kita. Artinya, setiap kutipan ditulis nama penulis, tahun, dan halaman yang di kutip   Contoh. Winarno (2007: 72) mengatakan bahwa pada masa ini, orientasi pada penguasa masih sangat kuat dalam kehidupan birokrasi publik.
4. Menentukan implikasi dari bagian/ sumber yang dikutip
Dalam mengutip bagian dari sebuah buku kita perlu memahami implikasinya.
5. Menentukan posisi penulis sebagai pengutip
Dalam mengutip pernyataan  yang ada dalam sebuah artikel kita perlu secara jelas meletakkan posisi kita, setiap pandangan yang dikutip, seseorang yang menggunakan kutipan itu dalam tulisannya perlu memberikan suatu kesimpulan dan pendapat sendiri mengenai konsep yang ditawarkan.
G. Karakteristik Membaca Kritis
1. Berpikir dan Bersikap Kritis
Membaca kritis pada dasarnya merupakan langkah lebih lanjut dari berpikir dan bersikap kritis. Adapun kemampuan berpikir dan bersikap kritis meliputi :
a. Menginterpretasi secara kritis
b. Menganalisis secara kritis
c. Mengorganisasi secara kritis
d. Menilai secara kritis
e. Menerapkan konsep secara kritis (Nurhadi, 1987:143).
Adegan teknik-teknik yang digunakan untuk meningkatkan setiap kritis adalah sebagai berikut (cf. Nurhadi, 1987:145-181), yaitu :
a. Kemampuan mengingat dan mengenali bahan bacaan
b. Kemampuan menginterpretasi makna tersirat
c. Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep dalam bacaan
d. Kemampuan menganalisis isi bacaan
e. Kemampuan menilai isi bacaan
f. Kemampuan meng-create bacaan atau mencipta bacaan.
Keenam sikap kritis tersebut sejalan dengan ranah kognitif dalam taksonomi Bloom yang sudah direvisi oleh Anderson dan krathwhol (2001:268). Berikut ini adalah penjelasan masing-masing.
1) Kemampuan mengingat dan mengenali
Kemampuan mengingat dan mengenali meliputi kemampuan:
a)    Mengenali ide pokok paragraph
b)   Mengenali tokoh-tokoh cerita dan sifat-sifatnya
c)    Menyatakan kembali ide pokok paragraph
d)   Menyatakan kembali fakta-fakta atau detil bacaan
e)    Menyatakan kembali fakta-fakta perbandingan, unsur-unsur hubungan sebab-akibat, karakter tokoh dan sebagainya.
2. Kemampuan memahami/menginterpretasi makna tersirat
1.    Tidak semua gagasan yang terdapat dalam teks bacaan itu dinyatakan secara tersurat atau secara eksplisit pada baris kata-kata atau kalimat-kalimat. Sering kali pula, gagasan serta makna tersebut terkandung di balik baris kata-kata atau kalimat-kalimat tersebut, dan untuk menggalinya diperlukan sebuah interpretasi dari Anda sebagai pembacanya.
2.    Kemampuan menginterpretasi makna tersirat adalah kemampuan:
1) Menafsirkan ide pokok paragraph
2) Menafsirkan gagasan utama bacaan
3) Membedakan fakta detil bacaan
4) Manafsirkan ide-ide penunjang
5) Membedakan fakta atau detil bacaan memahami secara kritis.
Dalam hal ini, kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep, meliputi kemampuan:
a) Mengikuti petunjuk-petunjuk dalam bacaan
b) Menerapkan konsep-konsep/gagasan utama ke dalam situasi baru yang problematic
c) Menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dengan situasi yang dihadapi.
3. Kemampuan menganalisis
Kemampuan menganalisis ialah kemampuan pembaca melihat komponen-komponen atau unsur-unsur yang membentuk sebuah kesatuan. Secara terperinci kemampuan menganalisis sekaligus menyintesis, meliputi kemampuan berikut:
a. Menangkap gagasan utama bacaan.
b. Memberikan detil/fakta penunjang.
c. Mengklasifikasikan fakta-fakta.
d. Membandingkan antargagasan yang ada dalam bacaan.
f.  Membandingkan tokoh-tokoh yang ada dalam bacaan.
g. Membuat simpulan bacaan.
h. Mengorganisasikan gagasan utama bacaan.
i.  Menentukan tema bacaan.
j.  Menyusun kerangka bacaan.
k. Menghubungkan data sehingga diperoleh simpulan
l.  Membuat ringkasan.
4. Kemampuan menilai isi bacaan
Kemampuan menilai isi dan penataan bacaan secara kritis dilakukan melalui aktifitasaktifitas mempertimbangkan, menilai, dan menentukan keputusan. Secara terperinci, kemampuan yang menyangkut sikap kritis dalam menilai bacaan, terutama terhadap aspek isi dan penggunaan bahasa meliputi kemampuan berikut ini.
a. Menilai kebenaran gagasan utama/ide pokok paragraf/bacaan secara keseluruhan.
b. Menilai dan menentukan bahwa sebuah pernyataan adalah fakta atau opini.
c. Menilai dan menentukan bahwa sebuah bacaan diangkat dari realitas atau fantasi penulis.
d. Menentukan tujuan penulis dalam menulis
e. Menentukan relevansi antara tujuan dan pengenbangan gagasan
f. Menentukan keselarasan antara data yang diungkapkan dengan simpulan yang dibuat.
g. Menilai keakuratan dalam penggunaan bahasa, baik pada tataran kata, frasa atau penyusunan kalimatnya
5. Kemampuan meng-create isi bacaan atau kemampuan mencipta bacaan (menulis)
     Kemampuan meng-create isi bacaan adalah kemampuan:
1) Menyerap inti bacaan
2) Membuat rangkuman atau membuat kerangka bacaan yang disusun sebagai tanggapan terhadap bacaan atau membuat kerangka bacaan yang betul-betul baru berdasarkan pengetahuan dari bacaan
3) Mengembangkan/menulis berdasarkan kerangka bacaan yang telah disusun.
Selanjutnya, untuk dapat melakukan kegiatan membaca kritis, ada beberapa persyaratan pokok yang perlu dipenuhi, (cf. Nurhadi, 1988 ; Harjasujana dkk.,1988), yakni:
a. Pengetahuan tentang bidang ilmu yang disajikan dalam bacaan
b. Sikap bertanya dan sikap menilai yang tidak tergesa-gesa
c. Penerapan berbagai metode analisis yang logis atau penelitian ilmiah.
Jika Anda memiliki persyaratan pokok tersebut maka Anda akan dapat menarik manfaat yang sangat penting dalam membaca kritis, antara lain:
a. Pemahaman yang mendalam dan keterlibatan yang padu sebagai hasil usaha menganalisis sifat-sifat yang dimiliki oleh bahan bacaan
b. Kemampuan mengingat yang lebih kuat sebagai hasil usaha memahami berbagai hubungan yang ada di dalam bahan bacaan itu sendiri dan hubungan antara bahan bacaan itu dengan bacaan lain atau dengan pengalaman membaca Anda.
c. Kepercayaan terhadap diri sendiri yang mantap untuk memberikan dukungan terhadap berbagai pendapat tentang isi bacaan.










Bagian Delapan
Membaca Kreatif

A.    Pengertian Membaca Kreatif
Membaca kreatif yaitu proses mendapatkan nilai tambah dari pengetahuan yang terdapat dalam bacaan dengan cara mengidentifikasikan ide-ide yang menonjol atau mengombinasikan pengetahuan yang sebelumnya pernah didapatkan.
Menurut  Unohamdani (dalam http:/unohamdani.blogspot.com) mengatakan bahwa membaca kreatif adalah kegiatan membaca yang tidak hanya sekedar menangkap makna tersurat, makna antara baris tetapi juga mampu secara kreatif.
Menurut Burdansyah (dalam http:// burdansyah.blogspot.com), membaca kreatif adalah membaca yang tidak berhenti setelah bacaan atau buku tuntas dibaca, dan masih ada proses tindak lanjut yang tujuan akhirnya berupa peningkatan kualitas hidup dan tingkatan kualitas hidup yang paling bermakna dalam kegiatan membaca adalah membaca kreatif.
B.     Ciri-ciri Membaca Kreatif
Menurut Nurhadi (2004), sebagai seorang pembaca kreatif harus dapat memenuhi kriteria-kriteria :
1.      Kegiatan membaca tidak berhenti sampai pada saat menutup buku.
2.      Mampu menerapkan hasilnya untuk kepentingan hidup sehari-hari.
3.      Munculnya perubahan sikap dan tingkah laku setelah proses membaca selesai.
4.      Hasil membaca berlaku sepanjang masa.
5.      Mampu menilai membaca secara kritis dan kreatif bahan-bahan baca.
6.      Mampu memecahkan masalah kehidupan sehari-hari berdasarkan hasil bacaan yang dibaca.
Menurut Burdansyah (dalam http://burdansyah.blogspot.com), banyak hal akan terjadi pada seorang pembaca kreatif. Beberapa diantaranya adalah:
1.      Mampu memilih atau menentukan bahan bacaan yang tepat sesuai dengan kebutuhan atau minatnya.
2.      Tampak kemajuan dalam cara berpikir atau cara pandang terhadap suatu masalah.
3.      Terbentuk kemetangan dalam cara pandang, sikap, dan cara berfikir.
4.      Tampak wawasan semakin jauh kedepan dan mampu membuat analisis sederhana terhadap suatu persoalan.
5.      Ada peningkatan dalam prestasi atau profesionalisme kerja.
6.      Semakin berfikir praktis dan pragmatis dalam segala persoalan.
C.    Latihan-latihan Membaca Kreatif
Membaca kreatif perlu diadakan latihan serangkaian keterampilan. Berbagai latihan tersebut ialah:
1.      Keterampilan mengikuti petunjuk dalam bacaan kemudian menerapkannya.
2.      Keterampilan membuat resensi buku.
3.      Keterampilan memecahkan masalah sehari-hari melalui teori yang disajikan dalam buku.
4.      Keterampilan mengubah buku cerita prosa (cerpen, novel) menjadi bentuk naskah drama atau sandiwara.
5.      Keterampilan mengubah buku cerita prosa.
6.      Keterampilan mementaskan naskah drama yang telah dibaca.
7.      Keterampilan mengubah bentuk puisi menjadi prosa (cerpen atau novel)
8.      Keterampilan melakukan teori celup, misalnya setelah membaca cerpen, pembaca akan membuat cerpen, dan lain-lain (Nurhadi, 2004).
Membaca kreatif dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1.      Menarik kesimpulan dari fakta yang dibaca.
2.      Melanjutkan pemikiran penulis.
Membaca kreatif yang bertujuan membaca untuk memahami pikiran pengarang diperlukan beberapa ketanggasan dan belajar (Nurhadi, 2004), yaitu:
1.      Melihat rencana pengarang.
2.      Mengerti gagasan inti.
3.      Mengerti fakta-fakta dan detail-detail yang penting.
4.      Menghubung-hubungkan fakta-fakta dan merangkum apa yang dikatakan pengarang.
5.      Mendapatkan kesan umum dari buku atau karangan.
D.    Tujuan Membaca Kreatif
Membaca kreatif bertujuan agar para siswa terampil berkreasi dalam hal-hal dramatis, interpretasi, lisan atau musik, narasi pribadi, ekspresi visual.
Menurut Tarigan (1994), membaca kreatif bertujuan sebagai berikut:
1)      Dramatisasi
Pada tahap pertama para siswa dilatih memberikan ekspresi dramtik terhadap para tokoh serta ide- ide yang telah mereka temui bacaan mereka. Pada tahap ini para siswa mendramatisasikan tema- tema dari sastra dalam kaitannya dengan pengalaman- pengalaman mereka sendiri atau situasi- situasi kontemporer
2)      Interpretasi Lisan atau Musik
Pada tahap ini pertama dimulai kegiatan- kegiatan yang menggunakan bacaan-bacaan koor/ bersama secara sederhana diikuti oleh musik yang serasi dengan bacaan itu sebagai saran pembantu dalam menginterpretasi sastra.
Dari segi nada, pada umumnya musik dapat diklasifikasikan:
1.      Musik atau lagu minor.
2.      Musik atau lagu mayor.
Dilihat dari segi tempo, maka pada umumnya lagu atau music dapatvkita klasifikasikan:
1.      Tempo lambat.
2.      Tempo sedang.
3.      Tempo cepat.
Agar pelisan atau praktik yang berhasil baik dalam menyajikan sebuah lagu atau membaca indah sepenggal karya sastra, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilatih dengan baik (Tarigan,1994) yaitu:
a.       Membaca notasi
Para siswa dilatih baik- baik agar dapat membaca notasi suatu lagu atau musik dengan tepat.
b.      Pernapasan dan sikap
Para siswa dilatih dan disadarkan bahwa pada saat menyampaikan sesuatu lagu atau melisankan suatu harga sastra, pernapasan dan sikap harus baik dan serasi.
c.       Pemenggalan kalimat atau frasa ( pharasering)
Para siswa dilatih mengucapkan frasa- frasa yang tepat, sesuai dan serasi dengan pernapasan.

d.      Pengucapan
Sewaktu berbunyi, atau melisankan suatu karya sastra, ucapan harus tepat dan bebar. Salah mengucapkan suatu kata, frasa, atau kalimat dapat mengubah arti atau makna. Ucapan harus jelas.
3)      Narasi Pribadi
Kegiatan ini terutama sekali berhubungan dengan pengisahan cerita atau storytelling. Pada tahap pertama para siswa diberi kesempatan untuk menciptakan dan menghubungkan cerita- cerita berdasarkan alur, gagasan, ide, peristiwa, atau tokoh- tokoh dari bacaan mereka.
Berdasarkan bentuknya fiksi itu dapat kita bagi atas lima golongan, yaitu:
a.       Novel ( istilah kita roman, dari bahasa Belanda).
b.      Novelette (istilah kita novel, dari bahasa Belanda novelelle yang ada gilirannya berasal dari bahasa Prancis novelelle yang berarti hal yang baru).
c.       Short story ( cerita pendek).
d.      Short short story ( dapat kita namakan cerita singkat).
e.       Vignette ( dinamakan begitu karena sangat singkat dan hanya memakan tempat sedikit, vignette ( bahasa Prancis) berarti gambar kecil untuk hiasan yang dalam bentuk mula- mula berupa cabang pohon anggur) ( Notosusanto, dalam Tarigan, 1994).
Walaupun demikian adapula yang membuat klasifikasi tersebut menjadi lebih sederhana lagi, yaitu atas tiga jenis:
a.       Novel.
b.      Novelet.
c.       Cerita pendek.
Klasifikasi berdasarkan isi ini hanyalah mungkin kalau kita telah membaca fiksi itu, yaitu kalau kita telah mengetahui apa isinya, apa maksud dan tujuannya. Berdasarkan isinya maka dapatlah kita bagi fiksi itu atas:
a.       Impresionisme.
b.      Rromantik.
c.       Realisme.
d.      Realisme sebenarnya.
e.       Naturalisme.
f.       Ekspresionisme.
g.      Simbolisme (Lubis dalam http://burdansyah.blogspot.com)
4)      Eksperesi Tulis
Butir keempat dari kegiatan membaca kreatif adalah ekspresi tulis. Kegiatan ini terutama sekali direncanakan untuk memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengekspresikan diri mereka dalam karya tulis.
dampak cerita.
5)      Ekspresi Visual
Butir kelima dari untaian kegiatan membaca kreatif ini ekspresival visual. Kegiatan ini bermula pada tahap pertama dengan cara menampakkan kegiatan- kegiatan yang memberi kesempatan kepada para siswa untuk meniptakan suatu gambar atau model tanah liat, yang menggambarkan suatu adegan, objek, tokoh, ataupun gaya yang berasal dari bacaan mereka.
6)      Aneka Tujuan
Menurut tarigan (1984) dengan kegiatan- kegiatan membaca kreatif ini ada beberapa tujuan yang hendak kita capai. Tujuan- tujuan itu terbagi atas tiga tingkatan, seperti tertera diabawah ini
Tujuan tingkat A-C ( Kelas 1-2 Sekolah Dasar) adalah sebagai para siswa dapat:
a.       Mendramatisasikan tokoh- tokoh, perasaan- perasaan dan gerakan- gerakan dari karya sastra yang dibacanya.
b.      Memberikan interpretasi- interpretasi lisan dan music dari karya sastra yang dibacanya.
c.       Mengisahkan atau menuturkan cerita- cerita berdasarkan tokoh- tokoh atau tema- tema dari karya sastra yang dibacanya.
d.      Menulis (atau mendiktekan) cerita- cerita berdasarkan tokoh- tokoh atau tema- tema dari karya sastra yang dibacanya.
e.       Menciptakan gambaran visual dari suatu adegan, objek, tokoh, atau gagasan dari karya sastra yang dibacanya.
Tujuan Tingkat D-E ( Kelas 3-4 Sekolah Dasar) adalah agar para siswa dapat:
a.       Mendramatisasikan tema- tema dari karya sastra dalam hubungannya dengan pengalaman- pengalaman pribadi ataupun dengan situasi- situasi kontemporer.
b.      Menyajikan interpretasi- interpretasi lisan dan musik dari karya sastra yang dibacanya serta yang ada hubungannya dengan itu.
c.       Menciptakan cerita- cerita asli mengenai pengalaman- pengalaman pribadi ataupun situasi- situasi kontemporer berdasarkan karya sastra.
d.      Menulis cerita- cerita atau lakon- lakon yang menghubungkan beberapa aspek sastra dengan pengalaman- pengalaman pribadi ataupun situasi- situasi kontemporer.
e.       Menciptakan gambaran- gambaran visual yang menerapkan tema- tema tertentu dari karya sastra kepada pengalaman- pengalaman pribadi ataupun situasi- situasi kontemporer.
Tujuan Tingkat F-G ( Kelas 5-6 Sekolah Dasar) adalah agar para siswa dapat dan mampu:
a.       Memanfaatkan drama untuk mengubah isi sastra menjadi mode – mode, suasana – suasana hati, atau sudut – sudut pandangan yang berbeda.
b.      Mengubah mode, suasana hati, atau sudut pandangan sastra melalui unterpretasi – interpretasi lisan dan musik.
c.       Menciptakan cerita – cerita dengan cara mentransformasikan atau mengubah mode, suasana hati, atau sudut pandangan karya sastra yang dibacanya.
d.      Menuliskan kembali sepenggal karya sastra dengan mengubah mode, suasana hati, atau sudut pandangan seperlunya.
e.       Menciptakn gambaran visual beberapa aspek sastra yang dibacanya yang mengubahnya menjadi mode, suasana hati, atau sudut pandangan yang berbeda dari semula ( Otto dan Chester, 1976:167 dalam Tarigan, 1994).
E.     Manfaat Membaca Kreatif
Menurut Burdansyah ( dalam http:// burdansyah.blogspot.com), membaca kreatif akan memberikan banyak manfaat dalam berbagai bidang.
Contoh konkret dari membaca kreatif adalah seorang mahasiswa/ pembaca saat membaca sebuah buku tidak akan berhenti di situ saja, tetapi ia selalu mencatat sesuatu yang dianggap sulit/asing, dan selalu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari – hari serta meningkatkan bacaannya.


Bagian Sembilan
Membaca

A. Pengertian Membaca
Anderson dalam Tarigan (1985 :7) mengatakan bahwa membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and deconding process). Bagi Dika yang masih duduk di kelas 1 SD pengertian membaca seperti itu tepat sebab ketika dia membaca hanya terbatas mengemukakan atau membunyikan rangkaian lambang-lambang bahasa tulis yang dilihatnya, dari huruf menjadi kata kemudian menjadi frasa kalimat, dan seterusnya.
Tambubulon (1993) menjelaskan pada hakekatnya membaca adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan walaupun dalam kegiatan itu terjadi proses pengenalan huruf-huruf. Dikatakan kegiatan fisik karena bagian – bagian tubuh khususnya mata yang melakukan, dikatakan kegiatan mental karena bagian – bagian pikiran khususnya presepsi dan ingatan terlibat di dalamnya, dari definisi ini kiranya dapat dilihat bahwa menemukan makna dari bacaan (tulisan) adalah tujuan utama membaca dan bukan mengenai huruf-huruf. Diperjelas oleh pendapat Smith (ginting 2005) bahwa membaca merupakan suatu proses membangun pemahaman dari teks yang tertulis (www.bpkpenabor.or.id)
B. Ketrampilan Mekanis
Bacaan mekanis adalah bacaan bersuara yang menyuarakan Tulisan dengan sebutan yang jelas dan terang dengan intonasi dan irama mengikat, gaya membaca yang betul, dengan mengerakkan alat pertuturan, orang yang membaca harus mempunyai kemampun untuk mengartikan apa saja yang tersirat dalam bahan – bahan yang dibaca, lazimnya ia harus memiliki kecepatan mata yang tinggi serta pandangan mata yang jauh.
Membaca mekanis merupakan suatu ketrampilan yang serba rumit dan kompleks, dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa, membaca mekanis yang digunakan lebih tertumpu pada usaha menganalisis pengucapan dari pada pemahaman. (wwwimprescholteacha.bogspot.com)


C   Ketrampilan Pemahaman
Membaca pemahaman menurut Tarigan (1986:56) merupakan sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma kesastraan ( literary standards ), resensi kritis ( critical review ), drama tulis (primed drama ), serta pola-pola fiksi ( pattenrs of fiction ).
Proses penguasaan dan ketrampilan membaca pemahaman dipengaruhi beberapa faktor. Yap ( 1978 ) dalam Harras dan Sulistiyaningsih (1997/1998:1.18) melaporkan bahwa kemampuan membaca seseorang sangat ditentukan oleh kuantitas membacanya. Hasil penelitiannya menyebutkan perbandingan sebagai berikut: 65 % ditentukan oleh banyaknya waktu yang digunakan untuk membaca, 25 % oleh fakor IQ, dan 10 % oleh faktor-faktor lingkungan social,emosional, lingkungan fisik dan sejenisnya. Sedangkan Ebel ( 1972:35 ) berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kemampuan pemahaman bacaan yang dapat dicapai oleh siswa dan perkembangan minat bacanya tergantung pada faktor-faktor berikut: (1) Siswa yang bersangkutan, 2) keluarganya, (3) Kebudayaannya, dan (4) Situasi sekolah. Alexander ( 1983:143) berpendapat bahwa faktor-faktor yang  mempengaruhi perkembangan pemahaman bacaan meliputi: program pengajaran membaca, kepribadian siswa, motivasi, kebiasaan dan lingkungan social ekonomi mereka.
D. Menemukan Ide Pokok
Dalam membaca apa saja, hendaknya Anda menemukan ide pokok. Dalam hal ini, baik secara emosional maupun secara intelektual, kita harus tunduk pada prinsip satu ini: “Apabila kita membaca untuk menemukan ide pokok, dengan sendirinya detail akan terurus” (Soedarso, 2005).
       Ide pokok buku yang sedang Anda baca mudah dikenali seperti yang tertera dalam: (1) ikhtisar umum yang ada di awal buku, lalu tiap-tiap bab didahului dengan (2) ikhtisar bab, dan dirinci dalam (3) ikhtisar bagian bab, dan selanjutnya Anda dapat mencari (4) ide pokok paragraf (Soedarso, 2005).
       Untuk memudahkan Anda mendalami buku, hendaknya Anda selalu menemukan ide pokok pada setiap buku yang meliputi:
1.      Ide pokok buku keseluruhan,
2.      Ide pokok bab,
3.      Ide pokok bagian bab/subbab, dan
4.      Ide pokok paragraf.
E. Cara Membaca Ide Pokok
Untuk mendapatkan ide pokok dengan cepat, Anda harus berpikir bersama penulis. Oleh karena itu, hendaklah Anda mengikuti berikut struktur dan gaya penulisannya dengan ketentuan sebagai berikut:
1.    Hendaknya Anda membaca dengan mendesak, dengan tujuan mendapatkan ide pokok, secara cepat. Jangan Anda membaca kata demi kata, tetapi seraplah idenya dan bergeraklah lebih cepat, tetapi jangan kehilangan pengertian.
2.    Hendaklah Anda membaca dengan cepat, dan cepatlah Anda mengerti idenya, serta teruskan Anda membaca ke bagian lain.
3.    Anda harus melecut diri untuk cepat mencari arti sentral. Hendaknya Anda kurangi kebiasaan menekuni detail kecil. Cepatlah Anda bereaksi terhadap pokok suatu karangan dengan cepat.
4.    Anda memang harus melakukan membaca dengan cepat. Tetapi Anda harus ingat terhadap kefleksibelan sehingga cara membaca adakalanya diperlambat. Janganlah Anda terlalu cepat membaca di luar hal yang normal, sehingga kehilangan pemahaman.
5.    Rasakan bahwa Anda membaca lebih cepat daripada biasanya. Yang tidak layak diperhatikan hendaklah Anda pandang dengan cepat dan alihkan perhatian Anda ke pokok. Janganlah Anda terlalu menghiraukan detail kecil. Selesaikan bacaan Anda tanpa membuang waktu.
6.    Cepat Anda dapatkan buah pikiran pengarang, tetapi jangan Anda tergesa-gesa hingga mengakibatkan ketegangan. Ketegangan dan ketergesahan tidak akan membantu memahami dengan cepat.
7.    Anda perlu berkonsentrasi dengan cepat dan tepat. Terlibat penuh pad aide, gagasan yang tercetak, dan untuk sementara terlepas dari dunia luar (Soedarso, 2005).
F. Mengetahui Ide Pokok Paragraf
Paragraf adalah kumpulan kalimat yang berisi satu gagasan. Satu paragraf mengandung satu ide, satu pokok pikiran, satu tema, dan satu gagasan. Lazimnya, ide pokok dalam paragraf berada:
1.      di awal paragraf
2.      di tengah paragraf
3.      di akhir paragraf
4.      di awal dan di akhir paragraf, atau
5.      adakalanya di seluruh paragraf (Soedarso, 2005).
G. Cara Mengenali Kalimat Kunci
Kalimat kunci paragraf mengandung pernyataan tentang kata benda atau kata ganti orang yang dominan atau yang menjadi topik (secara umum, garis besar) paragraf itu.
Untuk mengenali kalimat kunci dapat Anda ikuti petunjuk berikut:
1.      Anda cari kata benda atau kata ganti yang dominan. Lalu And abaca dan “tanya apa artinya?” Lalu And abaca lanjutannya, yang akan berisi keterangan, “artinya adalah …” atau semacamnya.
2.      Anda cari pernyataan umum. Lalu Anda bertanya: Apakahn kalimat lainnya itu mendukung dalam menjabarkan ide pokok itu?
3.      Jika ide pokoknya sulit ditemukan dan dipahami atau merupakan suatu yang abstrak, ada baiknya And abaca detailnya atau kalimat jabarannya agak lambat untuk mendapatkan pemahamannya lebih cermat. Jika ide pokoknya mudah dipahami, detailnya barangkali dapat diabaikan saja atau dibaca dengan kecepatan tinggi (Soedarso, 2005).
H. Mengenali Detail Penting
Salah satu cara mengenali detail penting adalah dengan mencari petunjuk yang digunakan oleh penulis untuk membantu pembaca, baik berupa kata-kata bantu visual maupun kata-kata penuntun. Kata-kata bantu visual itu, misalnya: (a) ditulis kursif (huruf miring), (b) digaris bawahi, (c) dicetak tebal, (d) dibubuhi angka-angka, dan (e) ditulis dengan menggunakan huruf-huruf: a, b, dan c, dan lain-lain. (Soedarso, 2005).
J. Membaca Kritis
Membaca secara kritis adalah cara membaca dengan melihat motif penulis dan menilainya. Membaca secara kritis berarti kita harus mampu membaca secara analisis dan dengan penilaian. Dalam membaca, kita harus mengikuti jalan pikiran penulis dengan (1) cepat, (2) akurat, dan (3) kritis (Soedarso, 2005). Akurat, artinya dalam hubungannya dengan relevansi, membedakan dengan yang tidak relevan atau tidak benar. Kritis berarti menerima pikiran penulis yang ditulis dengan dasar yang baik, logis, benar, atau menurut realitas, dan menolak yang tidak berdasar dan tidak benar.
Soedarso (2005) mengemukakan bahwa proses membaca kritis dapat dilakukan sebagai berikut:
1.      Mengerti isi bacaan
Mengenali fakta-faktanya dan menginterpretasikan apa yang And abaca, artinya: (a) mengerti benar ide pokoknya, (b) mengetahui fakta dan detail pentingnya, dan (c) dapat membuat kesimpulan dan interpretasi dari ide-ide itu. Fakta menambah informasi. Ide-ide meningkatkan pemahaman. Mendapat informasi sekedar mengetahui bahwa sesuatu itu fakta, sedangkan pemahaman adalah mengetahui segala sesuatu tentang fakta, yaitu: (a) Mengapa merupakan fakta?, (b) Apa hubungannya dengan fakta-fakta itu?, (c) Di mana persamaannya?, (d) Di mana perbedaannya?.
2.      Menguji sumber penulis
Apakah dapat dipercaya? Cukup akuratkah? Apakah kompeten di bidangnya? Di sini termasuk diuji pandangan dan tujuan serta asumsi yang tersirat dalam penulisan untuk membedakan bahan yang disajikan sebagai opini dan fakta.
3.      Ada interaksi antara penulis dan pembaca
Tidak hanya mengerti maksud penulis, tetapi juga harus membandingkan dengan yang Anda miliki serta dari penulis-penulis lain. Sementara membaca, Anda perlu menilai isi bacaan dengan membandingkan dengan pengetahuan Anda sendiri.
4.      Menerima atau menolak
Atau menunda penilaian terhadap apa yang disajikan oleh penulis itu. Anda boleh memercayai, mencurigai, meragukan, mempertanyakan, atau tidak memercayai. Pilihan itu tergantung Anda.
K. Mengingat Lebih Lama
Sebagai seorang pembaca yang kita lakukan bukanlah menghafal tetapi memahami. Dengan memahami isi bacaan tersebut, kita mampu mengingatnya dalam waktu yang lebih lama. Perhatian yang aktif terhadap sesuatu itu akan membuat kita mudah untuk mengingatnya. Kita mudah mengingat sesuatu peristiwa yang telah lama berlalu dengan mengaitkannya pada peristiwa lain (Baca: Soedarso, 2005).
L. Mengerti, Bukan Menghafal
Pada umumnya para siswa lebih banyak menghafal kalimat-kalimat atau kata-kata yang tercetak daripada memahami artinya. Padahal, inti dari belajar dan membaca adalah mengambil hal yang penting dan selama mungkin dapat mengingatnya. Daya ingatan kita umumnya hanya mampu mengingat 50% dari apa yang kita baca satu jam berselang dan dalam dua hari berikutnya tinggal 30% saja (Soedarso, 2005). Dalam hal ini, kita akan mudah mengingat sesuatu yang kita mengerti dengan baik. Oleh karena itu, jika membaca, usahakan memahami artinya.
M.  Langkah-langkah Untuk Mengingat
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengingat isi bacaan yang kita bacaan, yaitu:
1.      Hadapi bahan dengan tujuan. Jangan asal membaca dan menelan fakta dan data yang ada begitu saja.
2.      Survei apa yang perlu diingat, yaitu yang berharga untuk diingat. Mengingat sesuatu adalah proses memilih.
3.      Cari fakta dan dapatkan dalam hubungannya dengan konteks. Jangan diisolasi. Fakta hadir dalam pengertian, keseluruhan, membentuk pengertian yang bulat.
4.      Kaitkan dan bangunlah apa yang Anda baca itu dengan apa yang telah Anda ketahui, sehingga pengetahuan Anda tentang sesuatu itu menjadi lebih mendalam.
5.      Jika membaca perhatikan apa-apa yang penting untuk Anda: (a) sehubungan dengan minat Anda, (b) bertalian dengan pengalaman Anda, (c) berkaitan dengan masalah yang Anda hadapi, dan (d) berhubungan dengan nilai-nilai yang Anda anut.
6.      Lihatlah setiap Anda membaca: Apa yang perlu diingat? Untuk diri Anda, kolega Anda, keluarga Anda, dan untuk memperkaya nilai-nilai yang Anda miliki.
7.      Apabila pada waktu membaca Anda menemukan hal yang berharga untuk diingat, berhentilah sejenak, dan tanyakan pada diri Anda kenapa demikian, dan seterusnya.
8.      Perhatikan bagaimana fakta itu disajikan. Fakta dikemas dalam paragraf. Ada yang secara kronologis, ada yang dihubungkan dengan analoginya, dan ada pula
yang dibandingkan.
9.      Bertanyalah pada diri Anda: mengapa penulis mencantumkan fakta-fakta itu? Apa hubungannya dengan konteks? Perlukah fakta itu untuk saya? Ya, mengapa? Cukup akuratkah fakta itu? (Soedarso, 2005).
N. Membuat Catatan
Beberapa alasan dalam membuat catatan: (1) karena informasi atau ide yang dikandung bacaan itu kita perlukan, (2) karena kita tidak dapat mencoret-coret buku (pinjaman, dan lain-lain), dan (3) untuk memudahkan mencari kembali bila kita memerlukan pokok yang kita perlukan itu.  Beberapa kegunaan dalam membuat catatan atas bacaan yang kita baca: (1)  untuk membantu melihat struktur apa yang dibaca, (2) untuk mengambil pokok yang menarik, berguna, atau sesuatu yang diperlukan, (3) untuk mengingat-ingat yang perlu diingat, (4) untuk mengacu kembali beberapa waktu kemudian, dan (5) untuk membantu konsentrasi kita dan memindahkan apa yang kita baca (Soedarso, 2005).
O. Pokok-pokok yang Dicatat
Di dalam membuat catatan, kita harus mencatat hal-hal pokok yang terdapat dalam bahan bacaan (Soedarso, 2005), seperti:
1.      Elemen-elemen kunci termasuk ide sentral, soal-soal besar, atau informasi penting.
2.      Tujuan dan asumsi penulis tentang segi-segi tertentu.
3.      Detail atau fakta yang kita perlukan, misalnya statistic atau hal lain yang dapat menunjang kebutuhan kita.
4.      Pokok-pokok yang menarik atau yang perlu diikuti, seperti gagasan baru, ide yang memberi kemungkinan, komentar yang menentang, kata yang masih asing, penjelasan atas soal yang tidak kita mengerti, dan pendapat.
P. Jenis Catatan
Ada beberapa jenis catatan yang perlu diketahui oleh si pembaca apabila ingin membuat catatan hasil pemahamannya terhadap isi bacaan (Soedarso, 2005), yaitu:
1.      Koleksi fakta dan detail yang spesifik.
Yang perlu diperhatikan pada jenis catatan ini adalah jangan terlalu berlebihan sehingga mengaburkan pengertian yang kita perlukan. Juga jangan terlalu sedikit membuat catatan sehingga dapat mengurangi pengertian yang ada.
2.      Kutipan
Kutipan dapat berupa frasa, kata-kata kunci, kalimat, paragraf. Apabila kita mengutip hal-hal di atas secara langsung dari teks yang kita baca, maka jangan lupa menulisnya dalam tanda petik.
3.      Ringkasan
Ringkasan paling baik dilakukan setelah kita membaca dengan mengerti bagian tertentu yang hendak kita ringkas itu. Ambil intisarinya dengan berpedoman pada ketentuan berikut:
a.       Contoh-contoh tidak perlu disertakan,
b.      Buang hal-hal yang tidak relevan,
c.       Buang komentar-komentar tambahan,
d.      Tetaplah pada topic Anda, dan
e.       Ambil ide kuncinya saja.
Q. Mencatat dengan Banyak Sumber
Dengan mencatat melalui banyak sumber, kita akan memperoleh keuntungan, yaitu: (1) jika hanya dari satu sumber Anda akan jatuh dalam plagiat sekalipun Anda menggunakan kata-kata sendiri, tetapi hal itu merupakan gagasan orang lain; (2) dengan banyak sumber, ide Anda akan dipercaya; (3) Anda akan kehilangan informasi penting jika dari satu sumber; (4) dengan hanya satu sumber Anda tidak berkesempatan membanding-bandingkan ide Anda dengan ide orang lain, dan Anda tidak dapat mengambil kesimpulan yang baik (Soedarso, 2005).
R. Mencatat Harus Akurat
Apabila kita mencatat hasil dari bahan yang kita baca, catatan yang kita buat haruslah akurat:
1.      Ringkasan harus merupakan refleksi dari teks.
2.      Kutipan harus Anda kutip secara tepat, jangan lupa menuliskannya dalam tanda petik.
3.      Harus jelas mana kutipan, mana bukan.
4.      Jangan lupa menuliskan sumbernya: nama pengarang, tahun penerbit, judul tulisan, tempat penerbit, penerbit, dan lain-lain seperti yang dilazimkan karena berguna untuk referensi.

Bagian Sepuluh
Bacaan Ilmiah dan Bacaan Sastra

A.    Bacaan Ilmiah
Bacaan ilmiah yaitu bacaan yang berisi ilmu pengetahuan atau informasi yang ditulis dengan bacaan yang lugas, praktis, dan efisien. Bacaan ilmiah terbagi atas dua macam ( Tarigan, 1994 ), yaitu: (1) teks ilmiah populer dan (2) teks ilmiah akademik.
1.      Teks Ilmiah Populer
Teks ilmiah populer mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a.       Isiannya memuat keadaan orang lain, terutama yang menyangkut kemasyhuran, keberhasilan, dan penderitaan.
b.      Sesuatu untuk meyakikan diri sendiri, bahwa oranglain pun mempunyai masalah seperti yang kita alami.
c.       Isinya mengenai cara belajar.
d.      Isinya hanya sekedar ingin mengetahui atau untuk mengikuti tentang sesuatu , bahasanya praktis, sebab efisien dan efektif.
e.       Struktur teks bacaan dimulai dengan kesimpulan atau sebagai “ klimaks “ dan diakhiri dengan “ perincian “ (Tarigan, 1994).
Teks ilmiah populer biasanya terdapat pada majalah. Kriteria pemilihan majalah, yaitu: kita harus menyesuaikan antara kondisi baca dengan keterbacaan. Kondisi baca meliputi : tujuan membaca, informasi fokus, danmateri bacaan.
Didalam membaca majalah, pertama, kita harus menentukan tujuan membaca kita apakah untuk studi, bisnis, atau untuk kesenangan. Tahap kedua di dalam membaca majalah, yaitu: menentukan informasi fokus. Tahap ketiga, yaitu penyesuaian materi bacaan. Teks Ilmiah Akademik
Teks ilmiah akademik memiliki karakteristik, yang isi garis besarnya dipilih menjadi empat jenis (Tarigan,1994), yaitu:
a.       Isinya meninjau sebuah hasil penelitian.
b.      Isinya menggunakan atau mengimplementasikan sesuatu teori.
c.       Isinya membantah, menyempurnakan atau mengimplementasikan suatu penelitian.
d.      Isinya berupa penyajian suatu hipotesis.
e.       Bahasanya bersifat denotatif, objektif, tidak berprasangka, tanpa penelitian atau pendapat pribadi, sistematis, kritis, dan didasarkan pada suatu penelitian hubungannya dengan sebuah teori.
a.       Karateristik Pemilihan Buku Teks
Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam menentukan karakteristik pemilihan buku teks, antara lain seperti berikut:
1)      Pertama, menentukan tujuan membaca, tentunya tujuan kita dalam membaca buku teks yaitu memperoleh ilmu pengetahuan atau untuk studi.
2)      Kedua, menentukan informasi fokus apa yang ingin kita peroleh dari buku tersebut. Kita harus membaca daftar isi agar informasi fokus yang kita cari dapat dengan mudah dicari atau ditemukan.
3)      Ketiga, sebelum membaca buku teks kita harus membaca kata pengantar, pendahuluan, ataupun abstraknya sehingga kita tahu materi apa yang ada di dalam buku teks tersebut dan apakah materi tersebut sesuai dengan tingkat keterbacaan pembaca.
4)      Keempat, pilihlah bukuteks yang memiliki wacana yang tidak terlalu sulit dipahami tetapi juga tidak terlalu mudah, sehingga siswa terpacu daya pikirannya (Tarigan,1994)
b.      Karakteristik Pemilihan Buku Referensi
Ada beberaopa langkah yang dapat ditempuh dalam menentukan karakteristik pemilihan buku referensi, antara lain seperti berikut ini:
1)      Pilihlah buku yang dianjurkan guru atau dosen.
2)      Carilah sumber bacaan buku lain yang masih satu tema dengan induk yang masih satu cabang ilmu.
3)      Carilah bahan bacaan yang memiliki penjelasan yang lebih terperinci, yang menjabarkan materi pada buku induk dengan lebih jelas.
4)      Carilah lebih dari satu buku referensi. Agar pemahaman dan pengetahuan kita terhadap suatu ilmu atau materi dapat lebih luas, dan kita dapat menguji hipotesis-hipotesis yang berada pada induk (Tarigan,1994).
B. Bacaan Sastra
Bacaan sastra ialah suatu bahan bacaan yang berisi ekpresi, pikiran, perasaan, ide, pandangan hidup, dan lain-lain yang disajikan dalam bentuk yang indah melalui media bahasan.
Sastra terbagi menjadi dua macam, yaitu sastra imajinatif dan sastra non imajinatif (Tarigan, 1994).
1.      Sastra imajinatif
Sastra imajinatif  ialah bahan bacaan yang isinya ditulis berdasarkan daya khayal sang pengarang. Karakteristik sastra imajinatif adalah:
a.       Bahasanya konotatif (bukan bahasa sesungguhnya, memiliki makna atau arti lebih dari satu).
b.      Penulisannya diilhami dari kisah nyata yang diproses atau diimajinasikan sehingga timbul ide penulisan yang kreatif dan indah.
c.       Memiliki nilai-nilai estetik yang meliputi; unity, harmony, balance, dan right imasses (tarigan, 1994).
2.      Sastra non imajinatif
Sastra yang isinya ditulis sesuai dengan fakta, berdasarkan realita sebagai topik utamanya. Karakteristik sastra imajinatif adalah:
a.       Bahasanya denotatif.
b.      Isinya berdasarkan fakta, realita yang ada.
c.       Memiliki nilai-nilai dan syarat-syarat keindahan (estetika) berupa; unity, harmony, balance, dan right imasses (tarigan, 1994).
Sastra ini terdiri atas esai, kritik, biografi, autografi dan catatan harian. Surat kabar tergolong kedalam sastra non inaimajinatif, karena bagian-bagian atau isi dari surat kabar meliputi berbagai aspek karangan sastra.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan karakteristik surat kabar yaitu:
a.       Topik yang disajikan haruslah yang aktual, tajam, dan terpercaya.
b.      Informasi yang disampaikan up to date, sesuai dengan perkembangan zaman.
c.       Pilihlah surat kabar yang memiliki kosa kata yang tinggi agar memacu daya pikir pembacanya.
d.      Untuk bahan pembelajaran, pilih topik dalam surat kabar yang sesuai dengan karakteristik kebutuhan siswa (baca juga Soedarso, 2005).

Tidak ada komentar:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda