BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hikayat
(haka = cerita) adalah salah satu bentuk sastra prosa, terutama dalam Bahasa
Melayu yang berisikan tentang kisah, cerita, dan dongeng. Umumnya mengisahkan
tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan,
kesaktian serta mukjizat tokoh utama. Sebuah hikayat dibacakan sebagai hiburan,
pelipur lara atau untuk membangkitkan semangat juang.
Hikayat
adalah karya sastra kuno sehingga kebanyakan ceritanya mengambil latar
kerajaan. Untuk menjaga kelestarian sejarah, hikayat telah dibawa turun-temurun
dari nenek moyang dengan tidak meninggalkan kekhasan hikayat itu sendiri.
Sehingga banyak cerita berbentuk hikayat yang telah tersebar di bangsa Melayu
maupun dunia. Salah satu hikayat yang terkenal di Indonesia adalah Hikayat Hang
Tuah.
Hang Tuah
adalah tokoh kepahlawanan melayu yang terdapat pada Hikayat Hang Tuah. Hang
Tuah diceritakan sebagai petarung yang hebat dan sangat gagah berani dengan
pangkat laksamana dari Kesultanan Malaka (1400-1511). Ia juga diceritakan telah
menyebut sumpah yang berbunyi “Tak akan Melayu hilang di bumi” yang membuatnya
terkenal dan dikagumi oleh beberapa kalangan dengan kisahnya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang diceritakan dalam
Hikayat Hang Tuah?
1.2.2 Apakah
Legenda Hang Tuah hanya sebuah imajinasi atau berdasarkan kisah nyata?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1
Mengetahui tentang Legenda Hang Tuah
1.3.2 Apa saja unsur-unsur intrinsik dalam cerita Hang
Tuah
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Menambah wawasan kepada para pembaca
1.4.2 Pembaca mengetahui cerita yang berbentuk Hikayat
1.4.3 Pembaca dapat memahami legenda Hang Tuah dalam Hikayat Hang Tuah
1.4.4 Pembaca dapat mengetahui kebenaran Legenda Hang Tuah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hikayat
Hang Tuah
Merupakan
sebuah karya sastra Melayu yang termasyhur berbentuk hikayat yang memuat 28 bab
dan ditulis dengan huruf arab berbahasa Melayu. Hikayat ini ditulis dalam
bentuk buku dengan tulisan tangan. Dalam memperbanyak buku Hikayat Hang Tuah,
buku ditulis ulang oleh juru tulis dengan tulisan tangan. Sehingga, Hikayat
Hang Tuah memiliki beberapa versi Sulalatus Salatin yang berbeda. Hingga kini,
Hikayat Hang Tuah telah diterjemahkan ke berbagai tulisan dan bahasa oleh para
penerbit modern di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan negara Melayu lainnya.
Hikayat Hang
Tuah mengambil setting kerajaan yaitu Kesultanan Melaka di Negeri Bentan pada
abad ke-15. Diceritakan ayah Hang Tuah, Hang Mahmud, mendapat mimpi buruk yang
melibatkan Hang Tuah, sehingga mereka dan ibu Hang Tuah, Dang Merdu Wati,
berpindah dan menetap ke Negeri Bentan. Di Negeri Bentan, Hang Tuah tumbuh
besar menjadi anak yang pintar dan berani. Ia juga memiliki 4 sahabat yaitu:
Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu. Mereka dikabarkan selalu
bersama.
Pada suatu
ketika, kelima sahabat itu telah berhasil membunuh sekelompok pemberontak yang
mencoba memporak-porandakan desa tempat kediaman Hang Tuah. Sultan Melaka yang
takut akan pemberontak itu sontak kagum dengan aksi Hang Tuah dan kawan-kawan.
Hang Tuah dan kawan-kawan kemudian diajak untuk bekerja di istana. Sultan
sangat menyayangi mereka, sampai akhirnya Hang Tuah diberi gelar Laksamana.
Hang Tuah dan kawan-kawan sering diutus oleh Sultan Melaka untuk mengunjungi
negara lain.
Salah satu
bagian yang terkenal dalam Hikayat Hang Tuah adalah tentang keris Hang Tuah,
keris Taming Sari. Konon keris itu diambil dari seorang petarung bernama Taming
Sari di Kerajaan Majapahit. Keris itu memberikan kekuatan pada pemiliknya
menjadi pandai berkelahi, kebal senjata dan dapat menghilang. Mengetahui hal
itu, Hang Tuah merebut kerisnya dan membunuh Taming Sari. Sehingga keris itu
dapat memberikan kekuatan yang sama pada Hang Tuah.
Pada akhir
cerita, Hang Tuah dituduh berzinah dengan pelayan Raja, dan di dalam keputusan
yang cepat, Raja menghukum mati Laksamana yang tidak bersalah. Namun, hukuman
mati tidak pernah dikeluarkan, karena Hang Tuah dikirim ke sebuah tempat yang
jauh untuk bersembunyi oleh Bendahara. Setelah mengetahui bahwa Hang Tuah akan
mati, teman seperjuangan Hang Tuah, Hang Jebat, dengan murka ia membalas dendam
melawan raja, mengakibatkan semua rakyat di situ banyak yang terbunuh dan
keaadan menjadi kacau-balau. Raja menyesal menghukum mati Hang Tuah, karena
dialah satu-satunya yang dapat diandalkan untuk membunuh Hang Jebat yang
membuat kerusuhan. Secara tiba-tiba, Bendahara memanggil kembali Hang Tuah
daripada tempat persembunyiannya dan dibebaskan secara penuh dari hukumannya
oleh raja. Setelah tujuh hari bertarung, Hang Tuah merebut kembali keris Taming
Sarinya dari Hang Jebat, dan membunuhnya di dalam pertarungannya. Setelah teman
seperjuangannya gugur, Hang Tuah menghilang dan tidak pernah terlihat kembali.
Dalam
bahasan cerita di atas, dapat diketahui bahwa Hang Tuah terkenal karena
memiliki watak yang pemberani dan setia pada sultan. Hang Tuah dalam ceritanya
juga merupakan tokoh yang tak bisa ditindas, ia selalu menentang orang-orang
yang mencoba menindasnya. Yang membuat Hikayat Hang Tuah dikenal luas oleh
bangsa Melayu salah satunya adalah sumpahnya yang berbunyi “Tak akan Melayu
hilang di bumi” yang berarti dia bersumpah bahwa suku Melayu tidak akan punah
di bumi ini.
2.2 Apa
saja unsur-unsur intrinsik dalam cerita
-
Tema : Keberanian seorang pemuda.
-
Sudut pandang : Orang ketiga serba tahu
-
Alur : Alur maju
- Tokoh : Hang Tuah, Raja,
Tumenggung, Dang Merdu, Pemberontak, Hang Mahmud, Pegawai Raja, 4 kawan Hang
Tuah (Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir, Hang Lekui).
-
Watak :
a.Hang Tuah : Berani, Baik, Berbakti pada
orang tua.
b. Raja : Emosional, Baik hati, Sopan, Mudah
percaya pada orang lain.
c. Tumenggung : Iri hati, Pembual, Licik
d. Dang Merdu : Perhatian, Penyayang, Lembut.
e. Pemberontak : Sadis
f. Hang Mahmud : Perhatian, Penyayang
g. Pegawai Raja : Iri hati,Jahat.
h.
4 kawan Hang Tuah (Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir, Hang Lekui):
Selalu ingin tahu.
-
Latar :
a. Tempat : Sungai Duyung, Negeri Bintan, Sungai
Perak, Pasar, Istana
b. Suasana: Menegangkan dan menyenangkan.
c. Waktu : Malam hari dan Siang hari
-
Sudut pandang : Orang ketiga serba
tahu
- Amanat : Sebagai seorang Pemimpin,
kita jangan hanya mendengar keterangan dari pihak 1 saja, melainkan harus dari
2 pihak yang terlibat masalah (jangan mudah percaya pada orang lain).
1.
Kekuatan Pengarang
Hikayat Hang Tuah
mempunyai kekuatan tersendiri dari pada segi gaya penulisan.
Pengarang Hikayat Hang Tuah telah
memuatkan unsur-unsur puisi dalam karyanya sebagaimana prosa Melayu yang lain.
Selain itu, kekuatan pengarang terserah apabila banyak memaparkan aspek-aspek
kemasyarakatan, kemanusiaan, kebudayaan, nilai-nilai moral, dan sebagainya.
Aspek kemasyarakatan dapat dilihat apabila watak-watak dalam Hikayat Hang
Tuah ini mengamalkan sikap kerjasama, gotong-royong, bersatu-padu, dan sebagainya.
Sebagai contoh sikap gotong-royong terpamer apabila rakyat jelata bersama-sama
membina istana Melaka menyiapkan sebuah kapal atau jong untuk kenaikan raja.
Bagi aspek kebudayaan pula dapat diperhatikan dalam pelbagai bentuk sama ada
melalui adat resam yang diamalkan seperti adat pertabalan raja, menyambut
tetamu, adat bertemu dengan raja atau pembesar kerajaan, adat kenduri, dan
sebagainya. Nilai-nilai moral pula dapat ditunjukkan melalui watak Hang Tuah
sendiri iaitu seorang yang merendah diri, rajin dalam menuntut ilmu, semangat
kesetiaan kepada raja dan sahabat, hormat-menghormati, dan sebagainya.
2.
Motif Pengarang
Ingin mengetengahkan sifat-sifat positif
yang ada dalam diri Hang Tuah itu sendiri. Jati diri Melayu terserlah melalui
sifat peribadi Hang Tuah yang dianggap sebagai wira unggul Melayu dan sangat
berwibawa. Sikap Hang Tuah telah dipaparkan oleh pengarang dalam pelbagai segi
sama ada fizikal, mental, dan rohani. Contohnya, Hang Tuah mempunyai sifat
keberanian yang tinggi dan luar biasa. Beliau mampu mengalahkan seramai 70
orang yang mengamuk ketika di Majapahit. Hal ini demikian dapat dibuktikan
apabila Hang Tuah dilihat begitu bijak dalam mengatur strategi ketika
berhadapan dengan 70 orang penjurit walaupun keseorangan disebabkan beliau
mempunyai ilmu pengetahuan yang luas dalam dunia persilatan untuk
mempertahankan diri daripada musuh.
Selain itu, pengarang menunjukkan
kepentingan menuntut ilmu sebagai suntikan semangat kepada generasi seterusnya
untuk mendalami berbagai ilmu pengetahuan. Hang Tuah telah memantapkan diri
dengan mempelajari berbagai ilmu sama ada secara zahir dan batin. Hal ini
demikian dapat dibuktikan oleh Hang Tuah apabila beliau mampu bertutur dalam 12
bahasa asing, fasih berkata-kata, dan mempunyai raut wajah yang manis serta
sopan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Legenda Hang
Tuah adalah sebuah cerita yang menceritakan perjalanan Hang Tuah dan
disebarluaskan dalam bentuk Hikayat. Hikayat Hang Tuah ditulis dengan huruf
arab berbahasa Melayu dan memuat 28 bab. Hang Tuah ssmerupakan seorang
Laksamana dari Kesultanan Melaka di Negeri Bentan yang mempunyai watak
pemberani dan setia pada Sultan. Hang Tuah sering melakukan sesuatu bersama 4
sahabatnya yaitu: Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu,
walaupun di akhir cerita Hang Tuah membunuh Hang Jebat karena kesetiaannya pada
Sultan.
Dengan
menganalisis unsur intrinsik cerita dalam Hikayat Hang Tuah, pembaca
mendapatkan kejelasan tentang keberadaan Hang Tuah pada masa lampau. Lalu,
dengan melestarikan sejarah dan mempercayainya, pembaca dapat menghargai unsur
budaya dan kepercayaan pada Legenda Hang Tuah. Oleh karena itu penulis
menyimpulkan, Hang Tuah merupakan tokoh terkenal saat jaman Kesultanan Melaka
yang terbukti benar keberadaannya
3.2 Saran
Setelah
membaca makalah ini, maka penulis menyarankan dalam memahami suatu cerita atau
legenda, perlu adanya analisis yang mendalam. Sehingga, pembaca dapat menambah
wawasan tentang cerita itu dan juga dapat mengetahui kebenaran dari tokoh yang
ada dalam cerita. Dalam mengetahui cerita, pembaca disarankan untuk menganalisis
unsur instrinsik maupun ekstrinsik suatu cerita tersebut. Lalu, dalam
mengetahui kebenaran dari suatu cerita, pembaca juga perlu mengumpulkan
referensi dan bukti sebanyak-banyaknya, agar dapat meyakinkan diri sendiri dan
bahkan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
-
http://hijaupohon.blogspot.com/2011/05/hang-tuah.html
-
http://id.wikipedia.org/wiki/Hang_Tuah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar