Selasa, 25 Juni 2019

INSTRUMEN SOAL fabel/legenda daerah setempat.


INSTRUMEN SOAL
Kompetensi Dasar        :  4.15 Menceritakan kembali isi fabel/legenda daerah setempat.
Indikator                     :
1.      Siswa mampu menceritakan isi legenda daerah Lampung “Si Pahit Lidah” dengan memperhatikan kelancaran penceritaan.
2.      Siswa mampu menceritakan isi legenda daerah Lampung “Si Pahit Lidah” sesuai ketepatan isi dengan cerita yang dibaca.
3.      Siswa mampu menceritakan isi legenda daerah Lampung “Si Pahit Lidah” dengan memperhatikan intonasi.
4.      Siswa mampu menceritakan isi legenda daerah Lampung “Si Pahit Lidah” dengan memperhatikan kejelasan lafal.
5.      Siswa mampu menceritakan isi legenda daerah Lampung “Si Pahit Lidah” dengan memperhatikan ekspresi.
6.      Siswa mampu menceritakan isi legenda daerah Lampung “Si Pahit Lidah” dengan memperhatikan sistematika bercerita.
Petunjuk:
1.      Bacalah Do’a sebelum mulai mengerjakan.
2.      Gunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam mengerjakan soal berikut ini.
3.      Percaylah terhadap kemampuan dirimu sendiri.
4.      Takutlah kepada Allah SWT apabila tidak bersungguh-sungguh dalam menegrjakan soal.



Soal:
1.      Bacalah dengan cermat dan pahami isi legenda Daerah Lampung “Si Pahit Lidah”!.
2.      Ceritakan kembali secara lisan isi legenda daerah Lampung “Si Pahit Lidah” dengan memperhatikan indikator berikut ini :
a.       Kelancaran penceritaan,
b.      Ketepatan isi dengan cerita yang dibaca,
c.       Intonasi,
d.      Kejelasan lafal,
e.       Ekspresi,
f.       Sistematika bercerita.







SELAMAT MENGERJAKAN
Lampiran
Legenda Daerah Lampung “Si PahitLidah”

Alkisah, di daerahSumidang, Sumatera Selatan, terdapat sebuah kerajaan besar. Dikerajaan itu terdapat seseorang pangeran yang bernama Serunting. Serunting adalah keturunan dari Raksasa yang bernama Putri Tenggang. Sifat Pangeran Serunting adalah mempunyai rasa irihati terhadap apa yang dimiliki orang lain. ia hidup dengan istrinya di kerajaan. Pangeran Serunting memiliki seorang adik ipar atau adik dari istrinya yang bernama Aria Tebing.

Serunting memiliki sebuah ladang, begitu pula dengan Aria Tebing. Letaknya bersebelahan dan hanya dipisahkan dengan pepohonan. Di bawah pepohonan itu tumbuh tanaman Cendawan atau Jamur. Namun, Cendawan yang tumbuhitumenghasilkanhal yang jauh berbeda. Cendawan yang menghadap kearah ladang milik Aria Tebing tumbuh menjadi logam emas. Sedangkan Cendawan yang menghadap kearah Ladang milik Serunting tumbuh menjadi tanaman yang tidak berguna. Hal ini menimbulkan rasa iri pada hati Serunting.

Keesokan harinya, Serunting menghadap Aria Tebing dengan perasaan dendam dan marah. “Hai Aria Tebing, kamu telah berbuatcurangkepadaku. Akutidakterimacendawan yang tumbuh di pepohonanpembatasitu, yang menghadapkearahladangmutumbuhmenjadilogamemas, sedangkancendawan yang menghadapkeladangkutumbuhmenjaditanaman yang tidakberguna.Inipastiperbuatancurangmubukan?!” ucapSeruntingkepada Aria Tebing. “Tidak,tidak, akutakpernahberbuatcurangkepadamu” ujar Aria Tebingmembeladiri. “Sudahlah, kamujanganberbohong!Duaharilagi, kitaakanberduel, bersiaplahkamu Aria Tebing” ucapSeruntingmenantang Aria Tebing.Setelahitu, Seruntingmeninggalkannya.

Aria Tebingkebingungan.Iamencari ide agar dapat mengalahkan Serunting. Ia tahu bahwa serunting itu adalah orang yang sakti “Bagaimana aku bisa mengalahkan Serunting? Serunting itu orang sakti, tak mungkin aku bisa mengalahkannya”. Setelah lama berpikir, akhirnya Aria Tebing mendapatkan ide. Ia membujuk kakaknya (istri dari Serunting) untuk memberitahukan rahasia kelemahan Serunting “
Kesaktian Serunting berada pada tumbuhan ilalang yang bergetar meskipun taktertiup angin” jawab istri Serunting memberitahukan kesaktian suaminya.” “Terimakasih, Kak, kau telah menyelamatkan ku” ucap Aria Tebing berterima kasih.

Keesokan harinya, Serunting menemui Aria Tebing untuk mengadu kekuatan. Sebelum bertanding, Aria menancapkan tombaknya keilalang yang bergetar meskipun taktertiup angin. Serunting pun terluka parah.

Merasa dikhianati istrinya, Serunting pergi mengembara. Saat ia sampai di Gunung Siguntang, ia berhenti dan bertapa di sana. Saat sedang bertapa, ia mendengar suara bisikan gaib “Hai Serunting, mendapatkan kekuatan gaib? Kalau kamu mau, aku akan menurunkan ilmu itu kepadamu”. Suara itu tak lain adalah suara Hyang Maha Meru. Serunting pun bertapa di bawah pohon bambu. Takterasa, dua tahun telah berlalu. Serunting masih bertapa, belum beranjak dari tempatnya bertapa, yaitu di pohon bambu. Kini kesaktian yang dimilikinya adalah setiap perkataan yang keluar dari mulutnya akan menjadi kenyataan dan kutukan.

Pada suatu hari, ia berniat ingin pulang kekampung halamannya, Sumidang. Dalam perjalanannya, ia mengutuk semua pohon tebu menjadi batu “Hai pohon tebu, jadilah Batu”. Dalam sekejap, pohon-pohon tebu tersebut menjadi batu. Di sepanjang tepi sungai Jambi, ia mengutuk semua orang yang ia jumpai menjadi batu. Serunting menjadi orang yang angkuh dan sombong. Oleh karena itu, orang-orang menjulukinya dengan nama “Si PahitLidah”.

Saat ia tiba di sebuah Bukit yang bernama Bukit Serut, ia mulai menyadari kesalahannya. Ia mengubah Bukit Serut yang merupakan bukit yang gundul menjadi hutan kayu Dalam sekejap, bukit itu berubah menjadi hutan kayu. Orang-orang berterimakasih pada Serunting karena telah mengubah Bukit yang gundul itu menjadi Hutan Kayu karena mendapatkan hasil kayu yang melimpah.

Saat Serunting tiba di sebuah desa yang bernama Desa Karang Agung, ia melihat sebuah gubuk tua. Di gubuk itu tinggallah sepasang Suami Istri yang sudah tua renta. Mereka hidup sangat miskin. Meskipun mereka sudah tua, mereka bekerjakeras mengangkut kayu bakar. Merasa kasihan, Serunting mendatangi sepasang suami istri tua renta itu. Serunting berpura-pura meminta seteguk air minum.
Oleh sang nenek, Serunting diberi seteguk air minum. Karena kebaikannya, Serunting akan mengabulkan apa saja yang mereka minta. Mereka hanya ingin dikaruniai seorang anak untuk membantu mereka bekerja. Ketika melihat ada sehelai rambut yang rontok menempel pada baju sang nenek, Serunting mengambilnya. Serunting mengubah rambut itu menjadi seorang bayi “Wahai rambut, jadila hengkau seorang bayi!.

Pasangan tua itu berterimakasih kepada Serunting “Terimakasih Nak., semoga engkau diberkahi Tuhan”. Serunting bahagia bisa membantu orang lain. Meskipun kalimat yang keluar dari mulutnya berbuah manis, orang-orang masih menjulukinya dengan nama Si Pahit Lidah. Serunting melanjutkan perjalanannya ke Sumidang. Di sisa perjalanannya, Serunting belajar untuk membantu orang lain dan berusaha menolong orang lain dan berusaha menolong orang yang kesulitan.










JURNAL KEMAMPUAN MENGGUNAKAN KATA UMUM DAN KATA KHUSUS DALAM MENULIS TEKS DESKRIPSI


KEMAMPUAN MENGGUNAKAN KATA UMUM DAN KATA KHUSUS DALAM MENULIS TEKS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS VII SEMESTER I SMP BAHRUL MAGFIROH  PAGELARAN
TAHUN PELAJARAN 2017-2018


JURNAL


Oleh
Nanang Arifin






SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
 MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
 (STKIP MPL)
2018
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Jurnal                          :
KEMAMPUAN MENGGUNAKAN KATA UMUM DAN KATA KHUSUS DALAM MENULIS TEKS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP BAHRUL MAGHFIROH PAGELARAN TAHUN 2017-2018

Nama Mahasiswa                    :
Nanang Arifin

Nomor Pokok Mahasiswa       :
14040072

Program Studi                         :
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Description: STKIP MPL WARNA



MENGETAHUI
Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,





Dra. Hj. Lisdwiana Kurniati, M.Pd.
  NIP 19630424 198903 2 001


ABSTRACT
 
ABILITY TO USE GENERAL AND SPECIAL WRITTEN IN WRITING DESCRIPTION TEXT IN STUDENTS CLASS VII SEMESTER I SMP BAHRUL MAGFIROH PAGELARAN
LESSON YEAR 2017-2018
 
By
Nanang Arifin
 
In the Indonesian language learning on the curriculum of 2013 students are emphasized to be able to have the ability to write text properly and correctly and attention to diction is one of the material that is quite difficult. This ability is an ability to do something. As well as writing skills in the Curriculum 2013 for Junior High School (SMP) grade VII semester 1 is 4.2 presents data, ideas, impressions in the form of text description of the form object (school, tourist attractions, historic place and or local art scene) written and oral with regard to the structure, language both orally and in writing. Writing is a process of delivering messages conveyed through written language as a process of communication indirectly. Without the ability to write well in understanding the text description of the learning mastery standard will never be achieved. Writing is indispensable in the presentation of data to be submitted to others in the form of information or messages. This study aims to determine the ability to write text descriptions by using the word general and the special word class VII students in the first semester of SMP Bahrul Maghfiroh Pagelaran year 2017-2018. The research method used in this research is descriptive method that describes the ability to write text description using the common word and the special word of class VII students in the first semester of SMP Bahrul Maghfiroh Pagelaran year 2017-2018. The population in this study were 31 samples of 31 students in one class. To obtain the data of writing text description capability using common word and special word through test in the form of description consists of one item, then the data is analyzed by using the calculation of score and percentage of ability. Based on the results of the analysis of the ability to write text description using common words and special words obtained a percentage score of 81.5 from the average ability of students of class VII semester 1 SMP Bahrul Maghfiroh Pagelaran lesson year 2017-2018. These capabilities include both categories.
 
Keywords: Ability, Writing, Description Text, Common Word and Special Word.



1.      PENDAHULUAN
Bahasa begitu penting dalam kehidupan manusia. Bahasa sebagai media berkomunikasi dalam berbagai hal. Bahasa oleh setiap orang untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, ide, dan berbagai maksud lainnya. Dengan demikian, tampak nyata kepada kita bahwa peranan bahasa sangat besar dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa merupakan sarana yang digunakan untuk berkomunikasi, berbagi pengalaman, mendapat informasi dan untuk meningkatkan intelektual seseorang. Peranan bahasa di atas sebagai alat komunikasi yang digunakan bagi masyarakat sangat penting karena dengan bahasa manusia dapat menyampaikan semua yang dirasakan, pikirkan, dan kita ketahui kepada orang lain. Pembelajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah membelajarkan peserta didik tentang keterampilan berbahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai tujuan dan fungsinya.
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di SD, SMP atau SMA untuk meningkatkan kemampuan peserta didik agar terampil berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap karya sastra Indonesia dan terampil berkomunikasi. Hal ini berorientasi pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi, dan sastra untuk menghargai manusia. Bahasa memegang peranan penting untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia. Tarigan (2010: 1) keterampilan berbahasa terdiri atas empat aspek, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan, merupakan catur-tunggal.
Keterampilan menulis perlu kita ajarkan secara sungguh-sungguh agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Hal ini penting dilaksanakan mengingat menulis merupakan sarana terpenting yang digunakan untuk berkomunikasi, berbagi pengalaman, mendapat informasi dan untuk meningkatkan intelektual seseorang. Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan yang dapat menunjang keterampilan berbahasa. Menurut Marwoto (dalam Dalman, 2016: 4) bahwa menulis adalah mengungkapkan ide atau gagasannya dalam bentuk karangan secara leluasa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan menggunakan kata umum dan kata khusus dalam menulis teks deskripsi pada siswa kelas VII semester ganjil SMP Bahrul Maghfiroh Pagelaran tahun 2017-2018.

Pengertian Kemampuan
Dalam KBBI (2010: 979) pengertian dari kemampuan berasal dari kata “mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta berlebihan). Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dapat dikatakan mampu apabila dia bisa melakukan sesuatu yang harus dia lakukan.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan dalam menghasilkan atau melakukan sesuatu yang harus dia lakukan.

Pengertian Teks Deskripsi
Karangan deskripsi atau teks deskripsi merupakan salah satu jenis karangan yang harus dikuasai siswa.
Menurut Finoza (dalam Dalman 2016: 93), deskripsi adalah bentuk tulisan yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan melukiskan hakikat objek yang sebenarnya. Deskipsi ini berasal dari kata “descreb ” yang berarti menulis tentang, atau membeberkan hal. Dalam bidang karang mengarang, deskripsi dimaksudkan sebagai suatu karangan yang digunakan penulis untuk memindahkan kesan-kesannya, memindahkan hasil pengamatan dan perasaannya, dan disajikan kepada para pembaca.
Keraf 2010: 25, deskripsi atau pemerian merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karangan deskripsi merupakan karangan yang melukiskan atau menggambarkan suatu objek atau peristiwa tertentu dengan kata-kata secara jelas dan terperinci sehingga si pembaca seolah-olah turut merasakan atau mengalami langsung apa yang dideskripsikan si penulisnuya. 

Kata Umum dan Kata Khusus
a.       Kata Umum
Arifin dan Tasai (2010: 20 ) kata yang cakupannya lebih luas adalah kata umum. Kata umum disebut juga subordinat bersifat generik. Misalnya, sapi, kerbau, kuda, dan keledai adalah hewan-hewan yang termasuk segolongan, yaitu golongan mamalia.
Keraf (2010: 89-93) “Bila sebuah kata mengacu kepada suatu hal atau kelompok yang luas bidang lingkupnya  maka kata itu disebut kata umum”.
1) Gradasi Kata Umum
Bila kita beralih dari nama diri kepada kata benda misalnya, maka kesulitan itu meningkat. Semakin umum sebuah kata,  semakin sulit pula tercapai titik pertemuan antara penulis dan pembaca. Sebuahkata benda seperti anjing misalnya akan menimbulkan daya khayal yang berbenda antara penulis dan pembaca. Kita tidak tahu bagaimana tepatnya pengertian dan ciri-ciri anjing itu. Mungkin penulis membayangkan anjing itu dari keturunan herder, sebaliknya pembaca yang membaca kata anjing itu membayangkan seekor anjing kampung.

Walaupun kata anjing oleh kebanyakan orang dianggap tidak akan membawa perbedaan interpretasi namun lainlah kenyataannya. Setiap orang mendengar kata itu akan teringat pada sesuatu yang pernah dikenalnya. Bila penulis menyebut Nero,  nama anjing tetangganya dari jenis herder,  maka disini pasti tidak akan ada atau sangat sedikit perbedaan interpretasi. Mana yang lebih jelas: Nero, herder, anjing atau binatang? Mungkin tiap kata tadi dipergunakan oleh penulis untuk menyebut hal yang sama, seekor anjing dari jenis herder yang bernama Nero. Namun pada saat ia meninggalkan nama Nero dan berturut-turut menggunakan kata herder, anjing dan binatang, maka tiap kata berikutnya akan semakin kabur, karena semakin luas cakupannya.
Sesungguhnya perbedaan antara yang khusus dan umum, bagaimanapun juga  akan bersifat relatif. Sebuah istilah atau kata mungkin dianggap khusus bila bertentangan dengan istilah yang lain, tetapi akan dianggap umum bila harus dibandingkan dengan kata yang lain.
2) Kata-kata Abstrak
Kesulitan yang kita hadapi lagi pada waktu mendengar atau membaca kata-kata yang abstrak dan kata yang menyatakan generalisasi. Banyak kosa kata yang terbentuk sebagai akibat dari konsep yang tumbuh dalam pikiran kita, bukan mengacu kepada hal yang konkret.  Kata-kata seperti kepahlawanan, kebajikan, keluhuran, kepercayaan, kebahagiaan, keadilan, dan sebagainya, akan menimbulkan gagasan yang berlainan pada tiap orang, sesuai dengan pengalaman dan pengertiannya mengenai kata-kata itu. Hal yang diwakilinya sukar digambarkan karena referensinya itu tidak bisa diserap oleh pancaindra manusia. Paling tinggi seseorang hanya bisa mengatakan bahwa dengan kata-kata ini saya maksudkan sekian dan sekian, dan tidak bermaksud demikian.
Menurut Harsiati, dkk., (2016: 26) “Kata umum adalah kata yang luas ruang lingkupnya dan dapat mencakup banyak hal. Kata-kata termasuk dalam kata umum disebut juga hipernim”. Misalnya, dengan menumpang kapal perang milik TNI Angkatan Laut, para siswa diajak mengelilingi kawasan Kepulauan Seribu. Kata siswa tersebut bersifat umum karena belum jelas penggolongannya.
b.      Kata Khusus
Arifin dan Tasai (2010: 20 ) kata yang cakupannya lebih khusus disebut kata khusus. Kata khusus disebut juga hiponim bersifat spesifik. Misalnya, sapi, kerbau, kuda, dan keledai adalah kata khusus yang bersifat spesifik.
Menurut Keraf (2010: 90) “Bila mengacu kepada pengarahan-pengarahan yang khusus dan konkret maka kata-kata itu disebut kata khusus”.
1) Nama Diri
Pada umumnya kita sepakat bahwa nama diri adalah istilah yang paling khusus, sehingga menggunakan kata-kata tersebut tidak akan menimbulkan salah paham. Bahwa nama diri ini merupakan kata khusus, tidak boleh disamakan dengan makna denotatif. Kata khusus memang pada dasarnya memiliki denotasi yang tinggi tingkatnya. Seorang yang bernama Mat Bagong misalnya, yang dilahirkan tanggal sekian, bulan sekian, dan tahun sekian, pada dasarnya hanya memiliki denotasi, dan tidak akan menimbulkan konotasi lain selain dari menyebut kata itu.
Dalam perkembangan waktu, nama diri juga dapat juga menimbulkan konotasi tertentu. Konotasi itu timbul dari perkembangan yang dialami orang yang menggunakan nama itu. Bagi ibunya, Mat Bagong yang berumur satu tahun adlah anak yang dimanjakan, sedangkan pada usia delapan belas tahun ia merupakan anak yang banyak menimbulkan duka dan mencucurkan air mata, karena sering berkenalan dengan petugas keamanan. Pada usia tiga puluh lima tahun ia adalah bapak rumah tangga yang tidak bisa bertanggung jawar terhadap pembinaan hidup keluarganya. Pada saat bersamaan, pada waktu Mat Bagong berusia delapan belas tahun, penilaian dari pihak ibu dan petugas keamanan akan berlainan. Disini tampak bahwa kata yang paling khusus itu tidak dapat menimbulkan salah paham dalam pengarahannya, tetapi kata itu sudah menimbulkan konotasi yang berlainan dalam perkembangan waktu. Jadi, kata khusus dapat bersifat denotatif maupun bersifat konotatif.

2.      METODE PENELITIAN
Penelitian ini hanya menggunakan satu variabel yaitu kemampuan menulis teks deskripsi dengan menggunakan kata umum dan kata khusus.
Peneliti menggunakan beberapa metode instrumen yaitu:
1.      Observasi
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Teknik ini untuk lebih mengamati observasi dengan teknik tes secara langsung objek/siswa yang diteliti dan mencatat penilaian siswa serta kemampuannya dalam menulis teks deskripsi.
2.  Studi Kepustakaan
Metode ini digunakan untuk memperoleh teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan-permasalahan penelitian sehingga penelitian ini memiliki landasan yang kuat.
2.      Instrumen untuk metode tes adalah tes atau soal tes (tes uraian).
Arikunto (2013: 193) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dalam membicarakan tes ini akan disampaikan sekaligus alat ukur lain yang sifatnya terstandar (standardized).

3.      HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah tes selesai, hasil tes disajikan dan diberi skor berdasarkan rumus penelitian yang telah ditentukan yaitu N = .
Setelah tes selesai, hasil tes diperiksa dan diberi skor berdasarkan rumus penilaian yang telah ditentukan. Selanjutnya nilai-nilai yang diperoleh siswa kemudian dimasukkan ke dalam tabel. Untuk lebih jelasnya data tersebut dapat dilihat pada tabel rekapitulasi hasil tes kemampuan siswa menulis teks deskripsi ekspositoris menggunakan kata umum dan kata khusus
Berdasarkan data hasil rekapitulasi skor kemampuan menulis teks deskripsi menggunakan kata umum dan kata khusus (pada penyajian data) diperoleh 31 sampel terdapat 1 sampel (sekitar 3, 3 %) yang dikategorikan kurang, 4 sampel (sekitar 13 %) dikategorikan cukup, 6 sampel (sekitar 19, 4 %)  dikategorikan baik, dan 20 sampel (sekitar 74, 2 %) dikategorikan sangat baik. Tidak ada sampel dikategorikan gagal.
Analisis kemampuan siswa dalam menulis teks deskripsi ekspositoris menggunakan kata umum dan kata khusus siswa kelas VII semester 1 SMP Bahrul Maghfiroh Pagelaran tahun pelajaran 2017-2018 yaitu:
1.    Kategori Sangat Baik
Siswa yang memperoleh nilai dengan kategori sangat baik (85-100) sebanyak 20 siswa.
2.    Kategori Baik
Siswa yang memperoleh nilai dengan kategori baik (75-84) berjumlah 6 siswa.
3.    Kategori Cukup
Siswa yang memperoleh nilai dengan kategori cukup (60-74) berjumlah 4 siswa.



4.    Kategori Kurang
Siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kurang  (40-59) berjumlah 1 siswa.

4.      KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil analisis kemampuan menulis teks deskripsi ekspositoris menggunakan kata umum dan kata khusus pada siswa kelas VII semester I SMP Bahrul Maghfiroh Pagelaran yaitu diperoleh 31 sampel terdapat 1 sampel (sekitar 3, 3 %) yang dikategorikan kurang, 4 sampel (sekitar 13 %) dikategorikan cukup, 6 sampel (sekitar 19, 4 %)  dikategorikan baik, dan 20 sampel (sekitar 74, 2 %) dikategorikan sangat baik.
Berdasarkan penjelasan setiap indikator tersebut, diketahui kemampuan rata-rata dalam menulis teks deskripsi menggunakan kata umum dan kata khusus pada siswa kelas VII Semester I SMP SMP Bahrul Maghfiroh Pagelaran Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2017-2018 yaitu: 81, 5 % dikategorikan baik.

5.      DAFTAR PUSTAKA
Dalman. (2012). Keterampilan Menulis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Keraf, Gorys. (2010). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Tarigan, H.G. (2010). Menulis. Bandung: Angkasa.
Titik Harsiati, Agus Trianto, E. Kosasih. (2016). Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Qonita Aliya. (2010). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Indah Jaya Adipratama.
Zaenal Arifin dan Amran Tasai. (2010). Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: AKADEMIKA PRESSINDO.



Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda