2.4 Tokoh Periode Angkatan Pujangga Baru.
Angkatan Pujangga Baru mempopulerkan jenis puisi
yang lazim disebut puisi baru yang meliputi soneta, distikon, kwartrain, dan
sebagainya. Penyair yang dipandang paling kuat pada
masa Pujangga Baru adalah Amir Hamzah yang oleh H.B. Jassin digelari Raja
Penyair Pujangga Baru. Ada penyair yang cukup kuat pada masa ini, misalnya :
Sanusi Pane, J.E. tatengkeng, Sultan Takdir Ali Syahbana, dan Asmara Hadi.
Berikut ini adalah penyair-penyair Angkatan Pujangga Baru :
1. Amir Hamzah
Amir Hamzah dipandang sebagai penyair terbesar
pada masa sebelum perang. Oleh karenanya H.B. Jassin menyebutkan sebagai Raja
Penyair Pujangga Baru. Dua buah kumpulan puisinya yang terkenal adalah Nyanyi
Sunyi (1937) dan Buah Rindu (1941). Sebenarnya puisi-puisi dalam Buah
Rindu merupakan karya-karya pada awal kepenyairan Amir Hamzah, namun karena
dipandang kurang memiliki kedalaman emosi, puisi-puisi tersebut diterbitkan
kemudian.
Puisi-puisi yang terkumpul dalam Nyanyi Sunyi
lebih menunjukkan hasil karya permulaan dari penyairnya, ketika ia baru
mencoba menciptakan puisi.
Di samping kedua karyanya itu, Amir Hamzah juga
mengumpulkan sajak-sajak terjemahan. Sajak-sajak yang diterjemahkan itu berasal
dari Negara-negara tetangga dan diterbitkan dengan judul Setanggi Timur.
Sajak-sajak Amir Hamzah yang terkenal dikumpulkan di dalam Nyanyi Sunyi.
Sajak-sajak itu diantaranya “Doa” yaitu :
“Doa”
Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita, kekasihku?
Dengan senja samara sepoi, pada masa purnama meningkat naik, setelah
menghalaukan panas payah terik.
Angina malam menghembus lemah, menyejuk badan, melambung rasa menayang
piker, membawa angan ke bawah kursiMu.
Hatiku terang menerima kataMu, bagai bintang memasang lilinNya.
Kalbuku terbuka menunggu kasihMu, bagai sedap malam menyirak kelopak.
Aduh,
kekasihku, isi hatiku dengan kataMu, penuhi dadaku dengan, cahayaMu, biar
bersinar mataku sendu, biar berbinar galakku rayu.
Demikianlah Amir Hamzah sebagai penyair terbesar
pada masa Pujangga Baru. Karena irama puisinya kebanyakan padu, maka H.B.
Jassin juga menjulukinya sebagai penyair dewa irama. Amir Hamzah adalah
bangsawan dari Langkat yang lahir pada tanggal 28 Februari 1911 (tepatnya di
Tanjungpura). Beliau wafat tanggal 19 Maret 1946 dalam “revolusi sosial” di
Sumatra Utara. Setelah menamatkan HIS ia melanjutkan MULO di Medan, kemudian
AMS di Solo (di sini ia bertemu dengan kekasihnya yang meninggalkan kesan
mendalam di hatinya, yakni Ilik Sundari). Pendidikan terakhirnya adalah Sekolah
Hakim Tinggi di Jakarta. Percintaannya dengan Ilik Sundari tidak berlanjut
karena Amir Hamzah dipanggil pulang ke Langkat dan kemudian dikawinkan dengan
putri pamannya serta tidak sempat berjumpa kembali dengan Ilik Sundari.
2. Sutan
Takdir Alisjahbana
Sutan Takdir Alisjahbana lebih dikenal sebagai tokoh
prosawan Angkatan Pujangga Baru daripada tokoh puisi. Prosa-prosanya menjadi salah satu tonggak baru dalam dunia prosa di
Indonesia. Gagasan-gagasan Sutan Takdir Alisjahbana yang cemerlang lebih banyak
dicetuskan lewat prosa-prosanya daripada lewat puisi-puisinya. Mulai dari Layar
Terkembang, Grotta Azzura, sampai dengan Kalah dan Menang, dikemukakan
gagasan-gagasan dalam berbagai bidang kehidupan. Puisi-puisi Sutan takdir
Alisjahbana dikumpulkan dalam kumpulan puisinya Tebaran Mega. Salah satu
puisi adalah “Kembali” yaitu :
“K E M B A L I”
Ketika beta terjaga di dini hari
Melihat ‘alam sepermai ini,
Terasalah beta darah baru
Gembira berdebur di dalam hatiku.
Girang unggas bersuka ria,
Gemilang sekar bermegah warna,
Mega muda bermain di awing,
Kemilau embun menyambut terang.
Hidup, hiduplah jiwa,
Turut gembira turut mencipta
Dalam alam indah jelita
Jalan waktu terlambat tiada,
Siang terkembang malam ‘lah tiba:
Percuma dahlia tiada berbunga.
(St. Takdir Alisyahbana)
Karena idealisme yang menggebu-gebu, seringkali
Sutan Takdir Alisjahbana menunjukkan kepada kita emosi yang meluap-luap tidak
terkendalikan. Karena tampilnya emosi secara berlebihan, kadang-kadang
pengucapan tema menjadi kurang matang. Sebagai contoh adalah puisi “Perjuangan”
berikut ini:
Perjuangan
Tenteram dan damai?
Tidak, tidak Tuhanku!
Tenteram dan damai waktu tidur di malam sepi.
Tenteram dan damai berbaju putih di dalam kubur.
Tetapi hidup adalah perjuangan.
Perjuangan semata lautan segara.
Perjuangan semata alam semesta.
Hanya dalam berjuang beta merasa tenteram dan damai.
Hanya dalam berjuang berkobar Engaku Tuhanku di dalam dada.
Di dalam puisi di atas, penyair menyindir
perkataan tenteram dan damai yang mendalam yang dalam hal ini ditujukan kepada
Taman Siswa. Jika kita masih hidup di dunia ini, sebenarnya tidak layak
menginginkan tenteram damai itu. Hanya waktu tidur dan matilah kita akan
tenteram dan damai. Hidup penuh perjuangan. Kiranya sang penyair sedikit bingung
memberikan makna tenteram dan damai ini, karena secara berlebihan ia ingin
menolak sikap yang puas terhadap keadaan tenteram dan damai itu. Apabila kita perhatikan benaar-benar
keseluruhan karangan STA, pada umumnya tampak ada beberapa sifat pada karangan-karangan
itu :
a. Karangan
itu terutama didorong oleh hasratnya untuk berjuang membawa bangsanya ke arah
kemajuan sesuai dengan perkembangan masyarakat modern.
b. Bahasanya
yang digunakan sederhana bersahaja dalam arti mudah dipahami dan meyakinkan.
c. Sebagian
besar karangannya mengandung suasana kegembiraan dan suasana optimisme.
3. J.E. Tatengkeng
Penyair yang sajak-sajaknya berisi ratapan duka
ini dilahirkan di kolongan Sangihe, Minahasa pada tanggal 19 Oktober 1907 dan
meninggal dunia pada tanggal 6 Maret 1968 di Ujung Pandang. Pendidikan yang
dilaluinya adalah HKS, HIS di Tahuna, dan kemudian di Pajeti. Tahun 1947 pernah
menjabat sebagai Menteri Muda Pengajaran dan kemudian tahun 1949 menjabat
sebagai Perdana menteri Negara Indonesia Timur (NTT).
Walaupun pengaruh Angkatan 80-an amat jelas pada
J.E. Tetengkeng antara keduanya terlihat adanya perbedaan-perbedaan seperti
yang dikemukakan oleh A. Teeuw sebagai berikut :
a. Jika
puisi-puisi Angkatan 80-an umumnya mengandung kemurahan dan kesedihan. Puisi
Tatengkeng lebih banyak mengandung suasana kegembiraan.
b. Pada
Angkatan 80-an terdapat pertentangan antara agama dengan umat Kristen.
Sedangkan pada J.E. Tatengkeng pertentangan semacam itu tidak ada. J.E.
Tatengkeng sebagai penyair memang tidak deduktif, berhubungan dengan
perhatiannya yang meliputi berbagai kegiatan. Akan tetapi, dalam deretan
pengarang Pujangga Baru ia termasuk penyair yang penting karena memiliki
berbagai kekhususan, baik tenttang dirinya maupun puisi-puisinya.
4. Hamidah
Nama sesungguhnya adalah Fatimah Hasan Delais.
Ia lahir tahun 1914 dan meninggal pada 8 Mei 1953 di Palrmbang. Ia pengarang
wanita pada zaman Pujangga Baru. Namanya menjadi penting karena pengarang dari
kaum wanita pada masa itu belum banyak dan karangannya memang mempunyai corak
khusus. Salah satu karangannya yang cukup penting adalah berjudul Kehilangan
Mustika.
5. Armijn Pane
Armijn Pane lahir di Muara, Sipongi, Tapanuli,
18 Agustus 1908. Dalam tulisan-tulisannya ia memakai nama samara yang
berbeda-beda antara lain Adinata, A-Jiwa, A.Mada, A.Panji, Empe, dan Kornot.
Karangannya meliputi berbagai macam bentuk novel, drama, puisi, cerpen esai dan
juga karangan tentang pengetahuan tata bahasa. Salah satu karangannya
yangterkenal berjudul Belenggu (1940).
6. I Gusti Nyoman Putu Tisna (Anak Agung Panji Tisna)
Ia seorang pengarang dari
Bali, beragama Hindu, lahir di Singaraja, 8 Februari 1908. Karangannya telah
banyak diterbitkan. Sebagian besar karangannya mengambil tema yang berhubungan
dengan adat kepercayaan masyarakat Bali dan dengan sendirinya mengambil latar
belakang kehidupan di daerah Bali pula. Salah satu karangannya yang terpenting
adalah berjudul Sukreni Gadis Bali.
7. Suman Hs. (Hasibuan)
Ia dilahirkan di Bengkalis pada tahun 1904. Suman Hs. Terkenal sebagai
pengarang cerita detektif, seperti dalam karangan yang berjudul Mencari Pencuri
Anak Perawan. Ia juga menulis beberapa puisi yang dimuat dalam majalal, Panji
Pustaka dan Majalah Pujangga Baru. Ciri khas pada semua karangan Suman Hs. yang
paling menonjol ialah:
• Bahasa yang digunakan sungguh lancer, hidup dan memiliki perhatian.
• Sifat kejenakaannya terdapat pada hamper semua karangan.
• Semua novelnya mengandung unsure detektif walaupun sifat detektifnya
masih sederhana dan orang gampang menebak penyelesaian persoalannya.
8. M.R. Dayoh (Dr. He. Marius Ramis Dayoh)
Karangannya:
- Peperangan Orang Minahasa dengan Orang Spanyol (1931)
- Pahlawan Minahana (Novel Sejarah 1935) dan lain-lain
9. Asmara Hadi
Nama sebenarnya Abdul Hadi. Nama samarannya Asmara Hadi, H.R. Hadi Ratna,
IDIN dan IPIH A. Ia banyak menulis puisi dalam beberapa majalah, tetapi belum
ada yang dibukukan tersendiri. Karangannya yang terkenal adalah Di Belakang
Kawat Duri.
10. A. Hasymy (M. Ali Hasyim)
Ia pernah jadi Gubernur Aceh tahun 1957. Hampir semua sajaknya bernafaskan
Islam dan mengandung unsur nasionalisme. Karangannya: Kisah Seorang Pengembara
(Kumpulan Puisi, 1936) Dewan Sajak (Kumpulan Puisi, 1940)
11. Abdul Muis
Abdul Muis lahir pada tahun 1890. Belajar pada HIS (Sekolah Rakyat Belanda)
dan Stovis (Sekolah Dokter) sampai tahun 1905, tetapi tidak tamat. Menjadi
jurnalis (wartawan) dan menceburkan diri dalam gelanggang polotik. Banyak
menyadur dan menterjemahkan juga banyak menulis cerita lama secara singkat.
Romannya yang terkenal :
_ Salah Asuhan
_ Pertemuan Jodoh
12. Sanusi Pane
Lahir di Muara Sinongi(tapanuli) tahun 1905. mengunjungi Balai, Sibolga dan
Padang. Sudah itu masuk sekolah mulo di padang dan kemudian di Jakarta.
Akhirnya masuk kweekschool Gunung sari. Umur 19 tahun dianggat jadi guru pada
Kweekscool Gunung Sari, yang kemudian pindah ke Lembang dan menjadi HIK. Juga
mengajar di HIK. Negeri di bandung. Akhir tahun 1982 ia pergi ke India untuk
menambah pengetahuan tentang kebudayaan Hindu. Kembali dari India ia memimpin
majalah Timbul. Tahun 1934 ia memimpin perguruan Rakyat di Bandung dan masuk ke
jurnalistik (menjadi jurnalistik).
Pindah ke Perguruan Rakyat di Jakarta, kenudian menjadi pemimpin harian
kebangunana dan kepala pengarang pada Balai Pustaka. Dalam karangan Sanusi Pane
kelihatan 3 pengaruh: barat, India dan Jawa. Pengaruh barat kelihatan dalam
Panoaran Cinta dan Madah Kelana dan lakon-lakonnya kelihatan pengaruh India. Ia
condong jemistik Hindu.
Pengaruh Jawa terang benar pada pilihan ini beberapa sandiwaranya. Pada
Sanusi Pane berbagai-bagai pengaruh tidak menjadi bulat padu, tetapi ia sering
kelihatan melompat dari yang satu kepada yang lain, pendudukan Jepang menjadi
ketua pusat Krbudayaan Jakarta.
Karangannya :
1. Pancaran Cinta (Prosa- lirik, 1926).
2. Puspa Maga (kumpulan sajak, 1927).
3. Madah Kelana (kumpulan sajak, 1931).
4. Kertajaya (sandiwara 1932).
5. Sandyakala ning Majapahit (sandiwara 1933).
6. Manusia baru ( Sandiwara 1940).
7. Sejarah Indonesia (1942)
13. Mohammad Yamin.
Dilahirkan di Sawah Lunto pada 23-8-1903. jalan
sekolahnya agak membelok-belok. Dari sekolah Desa ke HIS, lalu ke Mulo. Dari
Mulo masuk sekolah Pertanian lalu dipindah ke Sekolah Dokter Hewan. Kemudian
pindah lagi ke AMS. Jogyakarta mencapai samtamat. Akhirnya melanjutkan ke RHS.
Dan mencapai gelar MR. Pada th.1932.Di samping pekerjaannya sebagai pengacara
dan ornaf pergerakan, ia masih sempat mempelajari secara mendalam bahasa dan
sejarah Indonesia serta kebudayaan Timur.waktu muda ia banyak menulis puisi
(Soneta terutama). Pada usia tiga puluh ia
menulis tonil “menantikan surat dari Raja”(terjemahan karangan R.Tagore 1928),
dan Ken Arok dan Ken Dedes “. Setelah umur empat puluhan menulis biofgrafi,
misalnya : Gajah Mada, Diponegoro. Berapa kali menjadi menteri. Karangannya
yang lain misalnya :
1. Tan
Malaka (1945).
2.
Pantun-pantun sonata-soneta dan sanjak-sanjak bebas antara lain :
a. Gita
gembala (kumpulan sonata).
b. Pagi-pagi
(Soneta).
c. Gubahan
(sonata).
d.
Sungguhkan (sanjak bebas).
14. Rustam Effendi
Lahir di Sumatra tahun 1903. sesudah sekolah rendah mengunjungi Kweekschool
Bukit tinggi, Hogere Kweekschool (SGA). Bandung, mendapat dan mencapai
hoofdaote di negeri Belanda, menjadi anggota Tweede kamer sebagai wakil partai
komunis (1936-1946). Mengunjungi Rusia kembali ke Indonesia sesudah keluar dari
partai komunis dan menggabungkan diri dengan tan Malaka. Dalam kesusastraan
salah seorang kenamaan sebelum Pujangga baru, karena keberaniannya membuat
experiment tentang bahasa, malahan dapat dianggap salah seorang perintis jalan
untuk puisi sesudah perang dunia ke 2. karangannya tidak mudah difahami, karena
penuh dengan kata-kata dialek (yang hanya dipakai di suatu daerah saja) dan
exsperimen-experimen bahasa.
Karangan :
1. Percikan
Perempuan (kumpulan sajak 1924).
2. Rabasari
(drama)
15. Ach. Kartamihardja
Lahir tahun 1911 di Bandung. Tamat sekolah Mulo di Bandung, sampai akhir
tahun 1939 menjadi employe kebun di Parakan Salak. Awal 1940 jatuh sakit dan di
rawat di Cisarun lima bulan lamanya. Ketika itu banyak membaca dan terutama
tertarik kepada pengarang-pengarang Nowergia. Waktu itu juga tertarik pada
kesusastraan Indonesia dan agama Islam. Menulis sajak dalam majalah Panci
Pustakasuara Timur, Pujangga Baru, Panca Raya dan Pembangunan. Semasa
Pemerintahan Jepang masuk bekerja pada Pusat Kebudayaan Jakarta, sebagai
penterjemah buku-buku Suna. Menjadi sekretaris dari “Angkatan Baru, yaitu
kumpulan seniman-seniman yang didirikan oleh Pusat Kebudayaan. Menjadi anggota
peibang Pergabungan Usaha Sandiwara Jawa.
Karangannya: Beberapa paham Angkatan 45 (Tinta Mas 1953)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar