Selasa, 25 Juni 2019

MATERI BATASAN WACANA, STRUKTUR DAN TIPE WACANA, JENIS DAN TUJUAN WACANA, KALIMAT DALAM WACANA, WACANA LISAN, BAHASA LISAN DAN TULIS, PERANAN KONTEKS, dan KEUTUHAN WACANA



BAB I
BATASAN WACANA

1.    Pengertian wacana
Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang di gunakan untuk berkomunikasi dalam konteks social. Stuan bahasa itu dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran. Wacana dapat berbentuk lisan atau tulisan dan dapat bersifat transaksional. Dalam peristiwa komunikasi secara lisan, dapat di lihat bahwa wacana sebagai proses komunikasi antar penyapa dan pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara tulis, wacana terlihat sebagai hasil dari pengunkapan ide/gagasan penyapa. Ilmu yang mempelajari wacana di sebut dengan analisis wacana.
Istilah wacana di pergunakan untuk mencakup bukan hanya percakapan, tetapi juga pembicaraan di depan umum, tulisan, serta upaya-upaya formal. Wacana mencakup keempat tujuan penggunaan bahasa, yaitu:
v  Expresi diri sendiri
v  Exposisi
v  Sastra
Persuasi ( landsten, 1976: 111-2; tarigan, 1985: 16-7) Dalam pengertian luas wacana adalah rentang ujaran yang berkesinambungan (urutan kalimat-kalimat individual). Wacana tidak hanya terdiri dari untaian ujaran atau kalimat yang secara gramatikal yang tertera secara rapi.
2. Batasan wacana
Wacana adalah suatu peristiwa yang terstruktur yang dimanifestasikan dalam prilaku linguistic (atau yang lainya). (Edmondson, 1981 : 4)
Wacana adalah organisasi bahasa di atas kalimat atau di atas klausa ; dengan perkataan lain unit-unit linguistic yang lebih besar dari pada kalimat atau klausa, ( stubbs, 1983 : 10)
Wacana adalah seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan suatu rasa kohesi bagi pembaca penyimak. (desee, 1984 : 72)
Wacana adalah satuan bahasa terlengkap; dalam heraki gramatikal merupakan satuan gramatikal tinggi atau terbesar.
Demikianlah, telah kita utarakan uraian pengertian, atau batasan wacana yang kita ambil dari berbagai sumber. Dari sumber-sumber itu dapat kita lihat adanya persamaan dan perbedaan pendapat dari berbagai pakar atau penulis.
Dari sumber-sumber tersebut dapat kita lihat adanya unsure-unsur penting wacana sebagai berikut:
a)      Satuan bahasa
b)      Terlengkap/terbesar/klausa
c)      Diatas kalimat/klausa
d)     Teratur/tersusun rapi/rasa kohesi
e)      Berkesinambungan/kontinuitas
f)       Rasa kohesi/rasa kepaduan
g)      Lisan/tulis
h)      Awal dan akhir yang nyata






BAB II
STRUKTUR DAN TIPE WACANA

A.    Struktur wacana
Satuan-satuan bahasa secara linguistic mempunyai urutan dari yang terkecil sampe yang terbesar, maka urutan tersebut adalah sebagai berikut:
a)      Fonem
b)      Morfem
c)      Kata
d)     Frase
e)      Klausa
f)       Kalimat
g)      wacana    
Perlu kita pahami benar-benar bahwa percakapan atau konversasi dalam kehidupan sehari-hari sungguh beraneka ragam.
Konsep“berbentuk rapi”yang kita berikan pada stuktur wacana, mengandung implikasi paling sedikit dalam dua hal, yaitu:
a)      Adanya kemungkinan untuk membedakan urutan-urutan wacana yang    koheren dan yang tidak koheren;
a)      Adanya peluang untuk meramalkan: para pembicara dapat meramalkan apa yang ingin dikatan oleh para pembicara lainnya, karena memang terdapat berbagai ketidakleluasaan dalam urutan linier atau urutan yang lurus.
Wacana merupakan segmen dari teks yang mempunyai kesatuan erat amat sederhana: wacana melibatkan suatu topik tunggal


B.   Tipe Dan Ciri Wacana
Eugene A. Nida mengatakan bahwa setiap bahasa mempunyai beberapa tipe wacana yang berbeda-beda, antara lain, ada lima tipe wacana, yaitu:
a)      Narasi
b)      Konversasi
c)      Komposisi
d)     Deklamasi
e)      Puisi
Semua bahasa mempunyai dua tipe umum ujaran, yaitu formal dan informal, atau ada juga yang lebih ingin mengklasifikasikannya atas nonkasual dan kasual, misalnya Voegelin (1960).
 Maka wacana dapat diklasifikasikan atas:
     a)  Wacana Tulis
     b)  Wacana Lisan
Berdasarkan langsung atau tidaknya pengungkapan,wacana dapat diklasifikasikan atas:
 a)  Wacana Langsung
 b)  Wacana tidak Langsung
Berdasarkan cara membeberkannya atau cara menuturkannya, maka wacana dapat diklasifikasikan atas:
 a)  Wacana Pembeberan
 b)  Wacana Penuturan
Berdasarkan bentuk wacana dapat pula kita bagi atas:
 a)  Wacana Prosa
 b)  Wacana Puisi
 c)   Acana Drama
BAB III
JENIS DAN TUJUAN WACANA

A.    Jenis Wacana
Wacana dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara, tergantung dari sudut pandang kita antara lain:
a)      Berdasarkan tertulis atau tidaknya wacana
b)      Berdasarkan langsung atau tidaknya pengungkapan wacana
c)      Berdasarkan cara penuturan wacana
Berdasarkan apakah wacana itu disampaikan dengan media tulis atau media lisan, maka wacana dapat diklasifikasikan atas:
a)      Wacana tulis
b)      Wacana lisan
Berdasarkan cara atau cara menuturnya, maka wacana dapat diklasifikasikan atas:
a)      Wacana prosa
b)      Wacana puisi
c)      Wacana drama
Wacana tulis atau written discourse adalah wacana yang di sampaikan secara tertulis, melalui media tulis. Untuk menerima, memahami, atau menikmati maka para penerima harus membacanya.
a).  Berdasarkan untaian pantun karo
Tentang bahasa karo, memang agak jauh berbeda dengan bahasa Indonesia, tapi banyak juga persamaan. Oleh sebab itu, pada pantun-pantun di bawah ini akan jelas terlihat persamaanya dan perbedaan itu, terlebih dalam terjemahnnya.
Pantun anak-anak:
Cimen si molah-olah
Palu-palu I kutabulu
Andi enggo sebenaken sekolah
            Mela malu adi la belu
(“mentimun bergantung-gantung
Palu memukul di kutabuluh
Kalau di mulai sekolah
Malu kalau tidak pandai”)
Dan masih banyak contoh pantun yang lain seperti pantun orang muda, pantun orang tua dan sebagainya.

B.  Tujuan Wacana
Dalam pembahasan terdahulu telah di perbincangkan dengan terperinci batasan serta pengertian wacana, hakikat, struktur, organisasi, tipe dan cirri, beserta jenis-jenis wacana.
Pada prinsipnya wacana mempunyai fungsi atau tujuan ganda, yaitu:
a)      Memberikan teks-teks sedemikian rupa agar kita mudah mengatakan sesuatu yang bermanfaat mengenai teks wacana individu dan juga kelompok
b)      Berupaya untuk menghasilkan suatu teori wacana (Berry, 1981 121)
Dalam kaitanya dengan tujuan pertana itu, kita beranggapan bahwa apa bila seseorang memberikan suatu teks maka orang itu ingin dengan mudah dapat membandingkan teks-teks atau bagian teks sedemikian rupa agar dia mudah memperlihatkan kesamaan-kesamaan dan perbedaanya. Dengan kata lain, kita mengharapkan agar yang bersangkutan dapat dengan mudah menunjukkan sebanyak mungkin perasaan dan perbedaan.
Dalam kaitanya dengan tujuan kedua, maka berkeyakinan bahwa apa bila seseorang membangun suatu teori wacana salah satu tujuan utama orang itu ialah meramalakan pendistribusian bentuk-bentuk permukaan (surface froms), menurunkan bentuk-bentuk wacana yang “gramatikal” dan membendung atau menghalangi bentuk yang tidak gramatikal.













BAB IV
KALIMAT DALAM WACANA

A.      Struktur Kalimat
Dengan mempergunakan istilah yang bersifat teknis, dapat kita katakana bahwa perbedaan gaya bahasa seseorang ditentukan oleh mikro-struktur yang mencakup teks dan kalimat,maka ada tiga istilah yang kita perlukan dalam analisis selanjutnya yaitu:
     a)  Segmentasi kalimat (sentence segmentation)
     b)  Leksikalisasi (lexicalization)
     c)  Manifestasi gramatikal (grammatical manifestation)

1.   Struktur Gramatikal
Dipandang dari segi gramatikal, maka kalimat mempunyai struktur:
Subjek, verba, komplemen
 

Ketiga bagian utama tersebut dalam bahasa inggris dengan cara yang cukup jelas: verba adalah kata yang secara khusus mempergunakan tense untuk menandai waktu suatu peristiwa. Kata yang bias kita ganti itu adalah kata kerja utama ( the main verb)  bila hanya sendirian, atau kata kerja bantu ( the first auxiliary verb). Komplemen adalah apa –apa saja yang melengkapi pengertian struktur verba, jika memang verba itu membutuhkan pelengkap struktur tersebut.

2.   Struktur Semantik

Ditinjau dari segi sematiknya, maka kalimat mempunyai struktur :
Age nts, Actions, and Goals

Pelaku, Laku, dan Sasaran
 
  Ataupun :
Subjek kalimat dibatasi sebagai pelaku ( doer), suatu tindakan atau laku. Contoh yang benar-benar menunjang hal ini, kita kemukakan kalimat pasif pada contoh berikut “ Jendela dipecahkan oleh anak itu dengan tongkat”.
Secara sistematis, beberapa kata kerja aktif dapat pula membalikan sesuatu tindakan kembali kepada subjek, seperti pada contoh berikut ini :
Kami menerima tantangan dari masyaarakat
Dia mengarahkan pukulan pada dagu
Mereka menderita hempasan badai
Saya merasa ketakutan terhadap gelap
Kini kamu akan mengalami uujian berat
Setiap kalimat diatas mempunyai fersi aktif lainnya dimana subjek benar-benar merupakan pelaku.

3.  Struktur Retoris
Ditinjau dari segi retoris, maka kalimat mempunyai struktur :

 Topic, Pivot, and Stress

Pokok, Sumbu dan Tekanan
                                                 atau


Topic and comment
Pokok (pembicaraan) dan komentar
 


Informasi lama                        informasi baru
TEMA (theme)                        REMA (rheme)
Kita tidak dapat mempergunakan istilah yang sama, yaitu topik dan komentar, sebab kedua istilah itu mengacu pada posisi struktural dalam kalimat.



Topik mengekspresikan informasi tematik (yaitu informasi yang lebih lama, yang lebih dapat diramalkan, kurang informatif) sedangkan informasi rematik dicadang bagi posisi bahwa topik suatu kalimat pada lahirnya mungkin atau tidak mungkin menyebut topik suatu paragrap atau suatu wacana yang lebih abstrak.
Pada contoh berikut ini, topic memiliki bawahanya sendiri yang terdiri dari topic dan komentar, dan komentar mempunyai bawahan sendiri yang terdiri pula dari topic dan komentar. Topic dan tekanan, memang penting dalam hal bagaimana cara kita memahami suatu wacan.

B.    Kalimat Sempurna
Dipandang dari segi struktur internal klausa utama, maka kita dapat        membedakan :
      a)  Kalimat sempurna
       b)  Kalimat tak sempurna
Kalimat sempurna adalah kalimat yang dasarnya terdiri atas sebuah klausa bebas.
Kalimat tak sempurna adalah kalimat yang dasarnya terdiri atas sebuah klausa terikat, atau sama sekali tidak mengandung struktur klausa.
Dalam wacana, konteks itu memegang peranan penting dengan perkataan lain, dengan tegas dapat kita katakana bahwa :
Dalam wacana tidak ada kalimat
Tak sempurna
Atau
Semua kalimat sempurna
Dalam wacana
 



Dalam wacana ideal tiga unsure utama yaitu awal (abstrak), tengah (orientasi), akhir (koda). Dalam kehidupan sehari-hari  banyak kita jumpai teks di kantor, di toko di jalan, yang terdiri atas satu kata, satu frase, satu klausa.
C.     Kohesi dan Koherensi
         1.   Kohesi
Merupakan organisasi sintaktik, merupakan wadah kalimat-kalimat disusun secara padu dan padat untuk menghasilkan tuturan. Kohesi adalah hubungan antaara kalimat dalam sebuah wacana, baik dalam strata grmatikal maupun dalam strata leksikal tertentu. Sarana-sarana kohesi itu ke dalam lima katagori, yaitu :
      a)  Pronominal (kata sandi)
       b)  Substitusi (penggantian)
       c)  Elipsis
       d)  Konjungsi
       e)  Leksikal

2.   koherensi
Koherensi adalah pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga kita mudah memahami pesan yang dikandungnya (wohl, 1978: 25)










BAB V
WACANA LISAN

Wacana lisan adalah suatu bahasa yang terlengkap dan terbesar  di atas kalimat atau klausa dengan kohesi dan koherensi tinggi yang bersinambungan.
Ciri atau unsure khas wacana lisan antara lain:
1.   Aneka tindak
Aneka tindak merupakan peringkat terbawah pada skala wacana. Perlu kita ketahui bahwa tindak ini mempunyai jenis atau kelas yang beraneka ragam. Burton (1981: 65-8) misalnya membedakan delapan jenis tindak yaitu:
v  Penanda (marker)
v  Panggilan (summons)
v  Permintaan metastatemen (request-metastatement)
v  Permisi setuju (permission-accept)
v  Salam panggilan/setuju (greeting-summons)
v  Salam-Maaf (accuse-excuse)
v  Informasi-komentar (inform-comment)
v  Prawancana (preface)
2.   Gerak
Tindak dan gerak dalam wacana sangat bersama dengan morfem dan kata dalam gramatikal. Dengan defenisi dapat di katakana bahwa gerak adalah satuan bebas yang terkecil walaupun dia mempunyai  struktur dalam hubungan tindak (Sinclair dan coultrad, 1978: 23). Ada pakar yang membedakan gerak atas lima jenis, yaitu sebagai berikut:
v  Gerak susun (framing moves)
v  Gerak pusat (focusing moves)
v  Gerak pembukaan (opening move)
v  Gerak jawban (asnwerring move)
v  Gerak lanjutan (follow-up move)
3.   Pertukaran
Pakar wacana lisan Deirdre membedakan dua jenis pertukaran atau exchanges yaitu:
a)      Explicit boundary exchanges
b)      Conversational exchanges
Uraian yang sangat terperinci mengenai struktur dan ragam pertukaran telah di adakan oleh Sinclair dan coulthard dalam menganalisis wacana bahasa inggris yang dipergunakan oleh guru dan siswa di kelas. Mereka membedakan dua jenis utama pertukaran yaitu:
a)      Boundary exchanges (pertukaran batas)
b)      Teaching exchanges (pertukaran pengajaran)
4. Transaksi
Transaksi biasanya , mulai dengan pertukaran persiapan dan berakhir dengan pertukaran akhir. Ada pun tiga tipe utama transaksi adalah:
a)      Transaksi penerangan (informing transaction)
b)      Transaksi pengarahan (directing transaction)
c)      Transaksi pancingan (eliciting trasactions)
5. Kineksi
Kinesik atau gerakan, Bukanlah merupakan unsure kebahasaan tetapi turut berperan untuk memperlancar jalannya komunikasi lisan tatap muka. Kineksi ini mencakup aspek-aspek tertentu, prilaku komunikatif nonlokal antara partisipan dalam suatu wacana lisan. Ilmu yang menelaah masalah kinesik disebut kinetic (kinetics).
BAB VI
BAHASA LISAN DAN TULIS

1.   Pengertian
Bahasa lisan dan tulis jelas berbeda. Bahasa lisan yang di maksud adalah kalimat yang di ucap. Sedangkan bahasa tulis adalah kalimat yang di sampekan dalam bentuk tulisan. Meski sudah ada tanda baca dalam bahasa tulisan, tidak sepenuhnya bias menyampekan sama persis dengan apa yng di maksud oleh penulis. Fungsi tanda baca sama halnya dengan  ekspresi wajah saat orang berbicara.tanpa tanda baca yang jelas maksud dari bahasa tulis tak kan sampe dan  berakibat salah paham.
2.   Perbedaan Bahasa Lisan Dan Tulisan
Bahasa Lisan:
v  Diperkaya oleh penguatan ekspresi, gerak –gerik dan intonasi
v  Tidak membutuhkan alat bantu karena harus ada lawan bicara
v  Berlangsung cepat
v  Tidak ada bukti autentik karena langsung berhadapan dengan lawan bicara
v  Memerlukan orang ke dua/ lawan bicara
v  Hasil kurang baik karena tidak di persiapkan sebelumnya
Bahasa Tulis:
v  Umumnya di perkaya oleh tanda baca, unsure grama tikal dan diksi yang tepat
v  Mempunyai bukti autentik berupa tulis
v  Tidak membutuhkan orang kedua/ lawan bicara
v  Mempunyai hukum yang kuat
3.    Ragam Bahasa Lisan Dan Tulisan
Menurut Felicia (2001:8), ragam bahasa dibagi berdarsarkan media pengantarnya atau sarannya, yang terdiri atas :
       a)  Ragam lisan
       b)  Ragam tuli
Ragam lisan adalah bahasa yang di ujarkan oleh pemakai bahasa. Kita dapat menemukan ragam lisan yang setandar, misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, ceramah, dan ragam tulisan yang nonsetandar misalnya dalam percakapan antar teman.
Ragam lisan adalah bahasa yang tertulis atau tercetak. Ragam tulispun dapat berupa ragam tulis yang standar maupun nonsetandar. Ragam tulis yang setandar kita temukan dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar dan sebagainya. Kita juga dapat menemukan ragam tulis nonsetandar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.
Jadi dalam ragam  bahasa lisan, kita berusahadengan lafal, dalam ragam bahasa tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisaan (ejaan). Selain itu aspek tata bahasa dan kosa kata dalam kedua jenis ragam itu memiliki hubungan yang erat. Oleh karena itu, sering timbul kesan bahwa ragam bahasa lisan dan tulis itu sama. Padahal kedua jenis ragam bahasa itu berkembang, menjadi sistem bahasa yang memiliki seperangkat kaidah yang tidak identik benar, meskipun ada pula kesamaan.
Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (berdasarkan tata bahasa dan kosakata) yaitu:
1.      Tata bahasa
Bentuk kata, tata bahasa, struktur kalimat, kosakata
a.       Ragam bahasa lisan :
v  Nia sedang baca surat kabar
v  Ari mau nulis surat
v  Mereka tinggal di menteng
v  Saya akan tanyakan soal itu
b.      Ragam bahasa tulis :
v  Nia sedang membaca surat kabar
v  Ari mau menulis surat
v  Akan saya tanyakan soal itu
v  Mereka bertempat tinggal kementeng

2.      Kosa kata
Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata :
a.       Ragam lisan
v  Ariani bilang kalau kita harus belajar
v  Kita harus bikin karya tulis
b.      Ragam tulis
v  Ariani mengantakan bahwa kita harus belajar
v  Kita harus membuat karya tulis.











BAB VII
PERANAN KONTEKS

1.    Ciri-Ciri Konteks
Sudah kita bicarakan tiap peristiwa percakapan selalu terdapat faktor yang mengambil peranan dalam peristiwa itu seperti penutur, lawan bicara, pokok pembicaraan, tempat bicara dan lain-lain. Si pembicara akan memperhitungkan dengan siapa dia bicara, tentang apa yang di bicarakan, dimana di bicarakan, bila dibicarakan, situasi bicara dan lain-lain yang akan membagi warna terhadap pembicara itu. Dan peristiwa semacam itu, jelas terlihat pada suatu diskusi karena akan terlihat:
a)      Tempat diskusi
b)      Peserta diskusi
c)      Suasana diskusi
d)     Tujuan diskusi
e)      Aturan diskusi
f)       Ragam diskusi
Dell Hymes (1968:99) mengemukakan adanya factor-faktor yang menandai terjadinya peristiwa itu dengan singkatan SPEAKING. Dan pada bukunya yang lain mencatat tentang cirri-ciri:
a)      Adveesser
b)      Advensee
c)      Topic pembicaraan
d)     Setting
e)      Channel
f)       Code
g)      Massage from
h)      Event
1.1              Pembicara
Mengetahui si pembicara pada suatu situasi akan memudahkan untuk menginterprestasikan pembicaraanya. Umpamanya saja seorang mengatakan operasi harus dilaksanakan.
Kalau kita ketahui yang bicara itu dokter tentu kita akan paham maksud dari operasi dan itu adalah operasi terhadap manusia atau hewan. Tetapi bila yang berbicara itu seorang ahli ekonomi yang dimaksud operasi bukan manusia atau hewan melainkan mendrop kepasar dari pemerintah mengstabilkan harga.
Sebuah contoh itupun sudah jelas bagi kita bagaimana pentingnya untuk mengetahui siapa pembicara.
1.2              pendengar
kepentingan mengetahui sipembicara sama dengan kepentingan  mengetahui si pendengar. Terhadap siapa ujaran itu ditunjuk akan memperjelas makna ujaranitu. Berbeda-beda penerima ujaran maka berbeda juga tapsirannya..
1.3              topik pembicara
sama pentingnya dengan pembicara dan pendengar adalah topic pembicaraan. Dengan mengetahui topic pembicaraan akan mudahlah bagi seseorang yang mendengar atau yang membaca untuk memahami pembicaraan atau tulisan. Banyak kata-kata yang mempunyai makna lain dalam bidang-bidang tertentu.
1.4              Setting
yang di maksud dengan seting di sini adalah soal waktunya, tempat pembicaraan itu di lakukan. Termasuk juga dalam setting ini, hubungan antara si pembaca dan si pendengar, gerak gerik tubuhnya, gerak-gerik roman mukanya.


1.5              Channel
untuk memberikan informasi seorang pembicara dapat mempergunakan berbagai cara, bias dengan lisan, tulisan, telegram dan lain-lain.
Demikian pemilihan harus dilakukan oleh si pembicara dengan mempertimbangkan seluruh itu. Supaya apa yang dikehendakinya yaitu sampainya informasi kepada si pendengar tercapai.
1.6              Code
Dalam peristiwa wawancara terutama di Indonesia yang memakai dialeg tertentu, maka memakai bahasa Indonesia dialeg tersebut jauh lebih baik dari memakai bahasa resmi.
1.7              Message from
pesan yang harus disampaikan harus tepat, karena bentuk itu bersifatfundamental, banyak pesan yang di sampaikan tidak sampai kependengar.
1.8              Event
peristiwa tutur seperti wawancara akan berbeda dengan peristiwa tutur ceramah atau akan berbeda lagi.








BAB VIII
KEUTUHAN WACANA

A.      Pengertian Keutuhan Wacana
Keutuhan wacana adalah satu aspek yang sangat penting karena ia menentukan apakah itu boleh di anggap sebagai wacana atau hanya merupakan kumpulan ayat yang tidak teratur. Melalui analisis keutuhan wacana kita dapat menentukan ada sesuatu teks itu sebuah wacana atau hanya sekumpulan ayat yang tidak teratur. Melalui analisis keutuhan wacana kita juga dapat  pula memahami hubungan bahasa dengan alam diluar bahasa secara lebih mendalam.
Wacana adalah keutuhan makna yang terdapat dalam sebuah ayat atau serumpun ayat. Wacana juga adalah unit bahasa yang lebih besar dari pada ayat yang boleh terdiri dari pada ayat, sejumlah ayat, ceraian dialog.
Menurut Ng (1984:4): Wacana sebagai istilah umum yang bermaksudpercakapan atau penulisan yang menyatakan sesuatu yang agak panjang.
Tarigan (1987:27): Wacana ialah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atu klausa dengan koherensi dan kohesi tinngi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan dan tilis.

B.     Jenis – Jenis Wacana
Umumnya wacana dapat di bagikan kepada dua jenis yaitu :
a)      Wacana lisan
b)      Wacana tulisan
C.      Ciri – Ciri Keutuhan Wacana
Dalam tata bahasa Dewan (2008:534) mnyatakan suatu wacana yang utuh mempunyai dua ciri utama yaitu:
1.       Kohesi dan koheren
2.       Semantic
Dalam cirri-ciri semantic di atas memiliki contoh sebagai berikut:
a.       Hubungan  sebab akibat
b.      Hubungan sebab dan hasil
c.       Hubungan sebab dan tujuan
d.      Hubungan syarat dan hasil
e.       Hubungan latar dan kesimpulan dan lain-lain
Hubungan semantic dalam sesuatu wacana juga dikaitkan dengan situasi wacana. Dalam hal ini, pengetahuan tentang bahasa yang digunakan akan membantu seseorang memahami sesuatu wacana . Dalam tulisan menggunakan tanda baca seperti koma, komabertitik, dan sebagainya.
3.        Hubungan dari aspek fonologi
Dari aspek fonologi wacana dapat di lihat dari pada hentian suara, nada suara dan intonasi suara, Ini dapat menimbulkan hubungan semantic di antara bagian wacana.
4.       Hubungan dari segi leksikal
Hubungan ini dapat dilihat dari aspek wujudnya pertaliaan antara perkataan dalam suatu wacana.
5.      Segi tata bahasa
Dari segi tata bahasa wacana memperlihatkan hubungan berdasarkan tatabahasa. Ini dapat dilihat dari pada pengguna penanda gramatik antara penanda tatabahasa yang mewujudkan keutuhan wacana ialah:
1.      Penanda penghubung
2.      Penanda rujukan
3.      Penanda pengaanti
D.   Aspek Sematis
Hubungan-hubungan sematis antara kalimat-kalimat yang menyebabkan wacana itu memang banyak di antaranya yaitu:
1.      Sebab-akibat
2.      Perbandingan
3.      Perafrastis
4.      Amplifikasi
5.      Aditif
6.      Identifikasi
7.      Generic – sepesipik
8.      Penunjukkan (referensi)
Hubungan – hubungan antara kalimat-kalimat itu terjadi baik sebagai sebab pada kalimat pertama dan akibat pada kalimat kedua. Bisa juga dengan  perbandingan pada kalimat kedua dan seterusnya.


Tidak ada komentar:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda