Kamis, 13 Juni 2019

CIRI PEMBEDA BAHASA RETORIKA LISAN DAN RETORIKA TULISAN


Ciri Pembeda Bahasa Retorika Lisan dan Retorika Tulisan

Seperti telah diungkapkan di depan bahwa salah satu unsur pokok retorika adalah bahasa. Bahasa boleh dikatakan sebagai media utama dalam komunikasi lisan maupun tulisan. Tuntunan retorika terhadap bahasa sebagai unsur pembentuk wacana retorik adalah pilihan kata, istilah, ungkapan, kalimat yang tepat untuk mengungkapkan gagasan, pendapat, dan ide. Dalam hubungan dengan komunikasi lisan dan tulisan, pilihan dan penggunaan pilihan kata, istilah, ungkapan, dan kalimat dapat pula ditentukan oleh jalur komunikasi itu, yaitu lisan dan tulisan. Oleh karena itu, jika kita perhatikan secara cermat, maka kita temukan ciri pembeda retorika lisan dan retorika tulisan tersebut.

5. 1 PENYEBAB RETORIKA LISAN BERBEDA DENGAN RETORIKA TULISAN
Jalur komunikasi dapat mempengaruhi struktur bahasa dari retorika retorika lisan dan retorika tulisan. Implikasinya adalah bahwa orang harus memilih dan menentukan struktur bahasa jika komunikasi lisan atau tulisan. Bahwa struktur bahasa lisan dan tulisan itu berbeda, sudah dikaji sejak dulu. Ada dua jenis perbedaan pokok yang menandai kedua jenis retorika itu. Pertama, jika seseorang berkomunikasi secara tulisan, maka ia berpraanggapan bahwa orang yang diajak berkomunikasi tidak ada dihadapannya. Akibatnya, struktur bahasanya pun lebih lengkap dan lebih jelas, karena uraiannya tidak dapat di sertai dengan gerak-gerik, pandangan, atau anggukan sebagai tanda penegas. Itu sebabnya, kalimat dalam retorika tulisan lebih eksplisit sifatnya. Struktur bahasa dalam retorika tulisan bagi penutur yang cermat sering dikaji, dinilai dan disunting sebelum disajikan dalam bentuknya yang terakhir. Kedua, retorika tulisan tidak dapat menggambarkan dengan sempurna tinggi rendahnya nada atau panjang pendeknya suara yang berperan dalam retorika lisan ---- dan sering memberikan nuansa arti ---- sehingga penulis acapkali perlu merumuskan kembali struktur bahasanya jika ia ingin menyampaikan jangkauan makna yang sama lengkapnya atau ungkapan perasaan yang sama ditelitinya. Singkatnya, unsur supra segmental dan kinesik dapat dinyatakan dalam penegasan maksud dalam retorika lisan. Sementara itu, dalam retorika tulisan, unsur itu tidak mungkin bisa ditunjukkan. Oleh karena itu, struktur bahasa dalam retorika tulisan lebih mengutamakan adanya kelengkapan unsur bahasa dan kejelasan urutan daripada struktur bahasa yang dinyatakan dalam retorika lisan.

5.2 CIRI PEMBEDA BAHASA RETORIKA LISAN DAN RETORIKA TULISAN
Ada sejumlah ciri pembeda bahasa antara retorika lisan dengan retorika tulisan. Ciri pembeda itu adalah;
1. Kalimat-kalimat dalam retorika lisan kurang lengkap strukturnya jika dibandingkan dengan retorika tulisan misalnya: 1) retorika lisan, kalimat-kalimatnya tidak lengkap dan frasenya lebih sederhana, 2) retorika lisan berisi lebih sedikit subordinasi, dan 3) dalam konversasi pada retorika lisan, lebih banyak diperoleh kalimat aktif deklaratif dibandingkan dengan kalimat aktif.
2. Di dalam retorika tulisan, penanda hubungan klausa, seperti: yang, sementara, di mana, dan lain-lain digunakan dengan cukup, tetapi di dalam retorika lisan hal itu jarang digunakan.
3. Dalam retorika tulisan, pengorganisasian retorik dalam wacana, seperti penggunaan kata: mula-mula, lebih penting daripada, pada kesimpulannya, dan lain-lain digunakan dengan cukup, tetapi dalam retorika lisan hal itu jarang digunakan.
4. Di dalam retorika tulisan, menantangkan frase yang berintikan kata benda sangat umum didapatkan, sedangkan dalam retorika lisan jarang ditemukan. Kalaupun direntangkan, paling banyak ditambah dengan dua kata sifat, dan karena itu tetap berupa frase pendek. Demikian juga tentang predikat, sering dinyatakan secara pendek saja. Dalam bahasa Indonesia, misalnya; “Bapak pergi ke Surabaya” sering hanya diungkapkan dengan “Bapak ke Surabaya” dalam retorika lisan. Kata “pergi” dihilangkan atau ditinggalkan. Selain itu, retorika tulisan cenderung beranak, bercucu, bercicit, sehingga informasinya terkonsentrasinya pada subjek kalimat induk. Contoh kalimat bahasa indonesia, misalnya “Sepatu kuat dan mahal biasanya terbuat dari kulit rusa Afrika yang banyak digunakan oleh kalangan the have dibuat di Itali.”
5. Dalam retorika lisan, terutama dalam percakapan informal, tidak banyak digunakan bentuk pasif, tetapi dalm retorika tulisan, apalagi tulisan ilmiah, banyak digunakan bentuk pasif,.
6. Dalam membicarakan lingkungan yang dekat dengan kegiatan berbicara, kadang-kadang pembicaraan menggunakan pandangan sajadalam menunjukkan acuan, tanpa perlu menyebut nama barang atau bendanya. Hal ini menyebabkan retorika lisan lebih lebih sederhana daripada retorika tulisan.
7. Dalam retorika lisan, pembicara kadang-kadang mengulang-ulangi kali-matnya beberapa kali. Misalnya; “Saya melihat dia datang, saya melihat dia masuk dan saya melihat dia mengambil barang-barangnya.”
8. Dalam retorika lisan, pembicara dapat mengulagi atau memperbaiki ucapannya. Misalnya; “Orang itu (anak yang baru naik gadis) sering keluar malam.” Dalam retorika tulisan tidak ada kesempatan untuk memperbaiki ucapan.
9. Dalam retorika lisan, pembicara dapat mengisi sela-sela percakapannya dengan kata-kata pengisi, seperti: baik, bisa, tentu saja, oh ya, ya sebaiknya, saya kira, dan lain-lain.

5.3 LAFAL, TATA BAHASA, KOSAKATA, DAN EJAAN SEBAGAI ASPEK PEMBEDA RETORIKA LISAN DAN RETORIKA TULISAN
Lafal merupakan aspek pembeda retorika lisan dari retorika tulisan, sedangkan ejaan merupakan aspek pembeda retorika tulisan dari retorika lisan. Jadi dalam retorika lisan kita banyak berurusan dengan lafal, sedangkan retorika tulisan kita banyak berurusan dengan tata cara penulisan atau ejaan. Ragam tulisan yang unsur dasarnya adalah huruf, melambangkan retorika lisan. Meskipun keliatannya berimpitan, retorika lisan dan retorika tulisan masing-masing memiliki perangkat kaidah yang tidak bisa disamakan. Pada aspek tata bahasa dan kosakata pun kedua jenis retorika itu tidak bisa disamakan. Hal tersebut dapat kita perhatikan dalam contoh-contoh nyata yang diberikan oleh sugono (1986) sebagai berikut.

1. Dalam Aspek Tata Bahasa:
a. Bentuk Kata:
1. Retorika Lisan, contoh:
            a) Nia sedang baca surat kabar.
            b) Ari mau nulis surat.
            c) Tapi kau tak boleh tolak lamaran itu.
2. Retorika Tulisan, menjadi:
            a) Nia sedang membaca surat kabar.
            b) Ari mau menulis surat.
            c) Tetapi engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
B. Struktur Kalimat
1) Retorika Lisan, contoh:
a) Mereka tinggal di Menteng.
b) Jalan layang itu untuk mengatasi kemacetan lalulintas.
c) Saya ingin tanyakan soal itu.
2. Retorika Tulisan, menjadi:
a) Mereka bertempat tinggal di Menteng.
b) Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
c) Ingin saya tanyakan soal itu.

2. Dalam Aspek Kosakata:
a) Retorika Lisan, contoh:
1) Ariani bilang kita harus belajar.
2) Kita harus bikin karya tulis.
3) Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak.
b) Retorika Tulisan, menjadi:
1) Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar.
2) Kita harus membuat karya tulis.
3) Rasanya masih terlalu muda buat saya, Pak.

Contoh-contoh diberikan di atas mengindikasikan bahwa dalam retorika lisan penutur tampaknya akan memanfaatkan gerak tangan, air muka /mimik, tinggi rendah suara atau tekanan untuk membantu pemahaman topik tuturnya terhadap lawan bicaranya. Dalam retorika tulisan, hal semacam itu tidak dapat dijangkau. Oleh karena itu, dalam retorika tulisan dituntut adanya unsur tata bahasa yang lengkap, baik bentuk kata, susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, maupun penggunaan ejaanuntuk membantu kejelasan pengungkapan diri di dalam retorika tulisan.

Rangkuman
Bahasa merupakan media utama dalam komunikasi lisan maupun tulisan. Tuntutan retorika terhadap bahasa sebagai unsur pembentuk wacana retorik adalah pilihan kata, istilah, ungkapan, kalimat yang tepat untuk mengungkapkan gagasan, pendapat, dan ide. Dalam hubungannya dengan komunikasi lisan dan tulisan, pilihan dan penggunaaan pilihan kata, istilah, ungkapan, dan kalimat dapat pula ditentukan oleh jalur komunikasi itu, yakni atau tulisan. Oleh karena itu, jika kita perhatikan secara cermat, maka kita temukan ciri pembeda retorika lisan dan retorika tulisan dalam pemakaian bahasanya.

SOAL-SOAL
Setelah Anda mempelajari materi diatas, selanjutnya kerjakanlah soal-soal berikut ini!
1. Coba tunjukkan dalam hal apa ada perbedaan antara retorika lisan dengan retorika tulisan!
2. Beri contoh-contoh perbedaan penampilan bahasa, antara retorika lisan dan retorika tulisan!

KUNCI JAWABAN
Jawaban:
1. Dalam hal: kalimat, penanda hubungan, pengorganisasian retorik, perentangan frase, bentuk aktif -pasif, cara mengacu, pengulangan-pengulangan, revisi kesalahan, pengisian sela-sela percakapan.
2     1. Retorika Lisan, contoh:
            a) Nia sedang baca surat kabar.
            b) Ari mau nulis surat.
            c) Tapi kau tak boleh tolak lamaran itu.
2. Retorika Tulisan, menjadi:
            a) Nia sedang membaca surat kabar.
            b) Ari mau menulis surat.
            c) Tetapi engkau tidak boleh menolak lamaran itu.


UMPAN BALIK
Setelah Anda menguasai materi tersebut diatas dengan baik, selanjutnya kerjakanlah tugas-tugas berikut!
1. Coba kemukakan apa latar belakang yang menyebabkan adanya perbedaan antara retorika lisan dan retorika tulisan.
2. Berilah contoh-contoh perbedaan antara retorika lisan dengan retorika tulisan dalam bentuk kompleksitas kalimatnya.


DAFTAR RUJUKAN
Brown, G. And G. Yuli. (1985). Discourse Analysis. Gambridge. Gambridge Univesity Press.
Keraf, Gorys. (1980). Komposisi. Ende-Flores: Nusa Indah.
Mills, Gordon H. and Walter, John A. (1978). Technical Writing. New York: Holt Rinehart and Winston.
Sugono, D. (1986). Besrbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: CV Kilat Grafika.
Warriner’s (1965). Grammar and Composition. New York: Holt Rinehart and Winston.


Tidak ada komentar:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda