BAB I
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Berbicara tentang sastra mungkin
itu hal yang biasa bagi anda yang sering mendengarkan dan melihat karya sastra
di tempat anda ataukah di sekolah anda pasti ada pelajarannya yaitu sastra.
Tapi apakah anda tau sejarah perkembangannya
tentu sudah tapi tidak lengkap ataupun kurang bahan maka dari itu kami mendapat
tugas membuat makalah tentang sejarah sastra Indonesia sebagai bahan diskusi
kami di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Agar dapat menjadi bahan
acuan pengembangan kami dan sebagai bahan bacaan anda untuk menambah wawasan
anda.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1 Membahas sejarah sastra Periode 1900 sampai
1933.
1.2.2 Membahas sejarah sastra Periode 1933 sampai 1942.
1.2.3 Membahas sejarah sastra Periode 1942 sampai
1945.
1.2.4 Membahas sejarah sastra Periode 1945 sampai
1953.
1.2.5 Membahas sejarah sastra Periode 1953 sampai
1961.
1.2.6 Membahas sejarah sastra Periode 1961 sampai Sekarang.
1.3
Tujuan penulisan
1.3.1 Sebagai pencari nilai bagi penulis.
1.3.2 Sebagai bahan presentasi kelompok kami.
1.3.3 Sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan
bagi pembaca.
BAB
II
Pembahasan
2.1
Periode Sejarah Sastra Indonesia
2.1.1 Periode 1900 sampai 1933
2.1.1.1 “Bacaan Liar” dan Commisie
Voor De Volkslectuur (Balai Pustaka)
Tahun
1948 pemerintah belanda mendapat kekuasaan dari raja untuk mempergunakan uang
sebesar F. 25.000 pertahun untuk keperluan sekolah. Sekolah itu didirikan hanya
untuk orang-orang Bumiputra dan Priyayi yang akan dijadikan pegawai setempat. Para
Priyayi yang telah sekolah pun menjadi gemar membaca walau masih dalam bahasa
belanda. Mereka pun menyadari bahwa bangsa kita sebenarnya telah dijajah.
Sehingga pada abad ke- 19 mereka membuat surat-surat kabar yang bertujuan
memberikan penerangan kepada rakyat.
-
Di Surabaya terbit
surat kabar Bintang Timoer (1862)
-
Di Padang terbit surat
kabar Pelita Ketjil (1882)
-
Di Jakarta terbit surat
kabar Bianglala (1867) dll.
Awal abad 20 di Bandung terbit
surat kabar Medan Prijaji memuat cerita bersambung berbentuk roman berbahasa
melayu. Yang sangat menarik adalah roman yang berjudul Hikajat Siti Mariah
karya H. moekti. Pimpinan redaksi Rd. Mas (Djokonomo) Tirto Adhisurjo (lahir
1875). Telah menulis dua buah roman yaitu. Boesono (1910) dan Njai Permana
(1912). Pengarang lain yang produktif dan sebagai wartawan yaitu Mas Marco
Martodikromo. Berkali-kali dijatuhi hukuman oleh pemerintah Belanda dan ahirnya
meninggal dalam
pembuanganya
di Digul-Atas Irian Barat. Karyanya yaitu Mata Gelap (1914), Studen Hidjo
(1919), Sjair Rempah-rempah (1919) dan Rasa Merdeka (1924). Hikajat Kadiroen
(1924) karya Semaun yang di larang beredar oleh pemerintah Belanda.
Roman
yang menghibur yaitu kisah Njai Dasima (1896) karya G. Francis menceritakan
nasib wanita kampong yang di jadikan nyai-nyai orang inggris kemudian tertawan
hatinya oleh guna-guna bang samiun.
Buku-buku
buah tangan Martatuli misalnya Max Havelaar sangat besar membangkitkan
kesadaran dan keinginan bangsa untuk merdeka. “Aku Telah Banyak Menderita”
karya Martatuli Atau Eduard Douwes Dekker (1820-1887).
Tahun
1908 berdiri Komisi Bacaan Rakyat (Commisie voor de Inlandsche schoolen
Volkslectuur). Tahun 1917 berubah menjadi Kantor Bacaan Rakyat (Kantoor voor de
Volkslectuur) atau Balai Pustaka. Sekertaris badan itu yaitu Dr. A. Rinkes.
Tahun
1914 bali pustaka menerbitkan roman bahasa Sunda karangan D. K. Ardiwinata
(1866-1947) Baruang Ka Nu Ngarora (ratjun bagi paramuda). Tjerita Si Djamin dan
Sin Djohan (1918) di sandur Merari Siregar dari Jan Smess karangan J. Van
Maurik. Azab dan Sengsara Anak Gadis (1920) karya Merari Siregar. Sitti Nurbaya
(1922) karya Marah Rusli. Muda Taruna (1922) karya Muhammad Kasim.
2.1.1.2 Sajak-sajak Yamin dan Roestam
Efendi
Dalam majalah Jong Sumatra (1920)
memuat sajak-sajak calon politikus yaitu Muh. Yamin yang berjudul “Tanah Air”
terdiri dari Sembilan seuntai .
Kemudian di ikuti sajak-sajak lainnya yang
berbentuk
Soneta. Kemudian Yamin menulis sajak-sajak Lirika (1920- 1922). Kemudian tahun
1922 sajak “Tanah Air” di buat menjadi buku kecil sebagai peringatan
perkumpulan tersebut selama 5 tahun. 1928 Yamin Menerbitkan Indonesia Tumpah
Darahku (sumpah pemuda). Muh. Yamin lahir di Sawahlunto, 23 Agustus 1903 dan
wafat Jakarta, 26 Okt 1962. Selain sajak ia juga menulis drama yang berlatar
belakang sejarah yaitu Ken Angrok dan Ken Dedes (1934) dan Kalau Dewi Tara
Sudah Berkata (1932). Romannya yaitu Gadjah Mada (1946) dan Pangeran Diponegoro
(1950). Ia pula menerjemahkan sastra asing “Julius Caesar (1952)” karya William
Shakespeare (1564-1616), “Menantikan Surat Dari Raja” dan “Di dalam Dan Di luar
Lingkungan Rumah Tangga” karya Rabindranath Tagore (1861-1941).
Penyahir
yang berjuang demi kemerdekaan yang sezaman dengan Muh Yamin adalah Roestam
Effendi (lahir 1902). Karyanya “Debasari (1924)” dan “Pertjikan Permenugan
(1926) “. Berjenis drama bersajak.
2.1.1.3 Balai Pustaka dan
Roman-romannya.
Merupan
keritikan terhadap adat:
a. Azab dan Sengsara
(Merari Siregar)
b. Muda Taruna (M.
Kasim)
c. Sitti Nurbaya, La
Hami, Anak dan Kemenakan (Marah Rusli)
d. Darah Muda dan
Asmara Djaja (Adi Negoro atau Djamaluddin)
Persoalan
Pemilihan Jodoh:
a. Karam Dalam
Gelombang Pertjintaan, Buah Tangan Kejora, Pertemuan, Buah Tangan Abas Soetan
Pamoentjak Salah Pilih (Nur Sutan Iskandar).
b. Tjinta Jang Membawa Maut (Abd. Ager dan
Nursinah Iskandar)
Pemuda yang
mengecap Pendidikan:
a. Djeupa Atjeh (H. M.
Zainuddin)
b. Tak disangka (Sutan
Sati)
c. Tak Putus Dirundung
Malang (Sutan Takdir Alisjahbana)
Roman terpenting
terbitan Balai pustaka:
a. Salah Asuhan karya
Abdul Muis
2.1.1.4 Sanusi Pane (1905-1968)
Bukunya yang pertama berupa kupulan
prosa lirik berjudul Pantjaran Tjinta (1926), sajak Puspa Mega (1927) sajaknya
berbentuk sonata terdiri dari 14 baris yang umumnya dua bait pertama (octavo),
berupa empat seuntai dan baris terahir (sektet) tiga seuntai.yang empat seuntai
biasanya digunakan penyair untuk melukiskan (keindahan) alam (lahir) dan yang
tiga seuntai di gunakan unntuk mengajuk hatinya sendiri. Drama karya pane yang
di tulis dalam bahasa belanda yaitu Airlangga (1928) dan Eazame Garoedavlucht
(1930). Dalam bahasa Indonesia “ Kertadjaja (1932)” dan “Sandyakala Ning
Madjapahit (1933). “Manusia Baru (1940)”. Sanusi Pane bekerja pada redaktur
balai pustaka tapi lebih aktif dalam dunia pendidikan. Tahun 1932-1933 ia
memimpin majalah Timbul edisi bahasa Indonesia. Terus menulis buku “Sedjarah
Indonesia(1942)” dan Indonesia Sepanjang Masa (1952). Dan minatnya dalam sastra
lama ia menerjemahkan Ardjuna Wiwaha(1948) dari bahasa Kawi dan menyusun
Bungarampai dari Hikayat Lama (1946). Wafat 2 januari 1968 di Jakarta.
2.1.2
Periode 1933 sampai 1942
2.1.2.1 Lahirnya Majalah Pujangga
Baroe
Pada
tahun 1933 Armijn Pane, Amir Hamzah dan Sutan Takdir Alisjahbana. Mendirikan
majalah Pujangga Baroe (1933-1942 dan 1949-1953). Tujuan penerbitan majalah Pujangga
Baru adalah:
(1)
Sebagai wadah berkumpulnya para sastrawan yag sebelumnya tercerai-berai menulis
dalam beberapa majalah.
(2)
Sebagai terompet dalam melahirkan perasaan, pikiran, dan pandangan mereka
sesuai dengan zamannya.
(3)
Memberikan apresiasi/penghargaan terhadap kesusastraan.
(4)
Untuk memberikan arahan dan bimbingan bagi pengarang- pengarang muda.
(5)
Untuk memberikan pandangan mengenai kesusastraan.
(6)
Untuk memberikan kritik-kritik yang membangun.
2.1.2.2 Tokoh-tokoh Pujangga Baroe
1. S. Takdir Alisjahbana
Dilahirkan di
Natal Tapanuli, 11 Februari 1908. Pendidikan
beraneka ragam pernah dialaminya serta semangatdan keinginan keras itu, menyebabkan keahlian yang bermacam-macam pula pada
dirinya. Beliau adalah motor semangat. Karya-karyanya antara lain:
a.
Tak Putus Dirundung Malang (roman, 1929)
b.
Dian Tak Kunjung Padam (roman, 1932)
c.
Anak Perawan Disarang Penyamun (roman, 1941)
d.
Layar Terkembang (roman tendenz, 1936)
e.
Tebaran Mega (kumpulan puisi/prosa lirik, 1936)
f. Melawat
Ke Tanah Sriwijaya (kisah, 1931/1952)
g.
Puisi Lama (1942)
h.
Puisi Baru (1946)
2. Armijn Pane
Armijn Pane adalah adik dari Sanusi Pane. Lahir di
Muarasipongi, Tapanuli Selatan,18 Agustus 1908. Tahun 1923 ia mengunjungi sekolah
kedokteran (Stovia dan kemudian Nias) tapi keinginan hatinya tertumpu pada
bahasa dan sastra. Maka ia pindah di
Solo. dan bergerak di surat kabar serta perguruan kebangsaan.
Karyanya antara lain:
a. Belenggu (roman jiwa, 1940)
b.
Kisah
Antara Manusia (kumpulan cerita pendek, 1953)
c.
Nyai
Lenggang Kencana (sandiwara, 1937)
d. Djiwa Berjiwa (kumpulan sajak, 1939)
e. Ratna (sandiwara, 1943)
f. Lukisan Masa (sandiwara, 1957)
g. Habis Gelap Terbitlah Terang
(uraian dan terjemahan surat- surat R.A Kartini, 1938)
3.
Amir Hamzah
Amir
Hamzah yang bergelar Pangeran Indera Putra,
lahir pada 28 Februari 1911 di Tanjungpura (Langkat), dan
meninggal pada bulan Maret 1946. Ia keturunan bangsawan, kemenakan dan menantu Sultan
Langkat, serta hidup ditengah-tengah keluarga yang taat beragama Islam.
Ia menuntut ilmu pada Sekolah Hakim Tinggi sampai kandidat. Amir Hamzah lebih
banyak mengubah puisi sehingga mendapat sebutan “Raja Penyair” Pujangga Baru.
Karya-karyanya antara lain:
a. yanyi Sunyi (kumpulan sajak, 1937)
b.
Buah Rindu (kumpulan sajak, 1941)
c. Setanggi
Timur (kumpulan sajak, 1939)
d. Bhagawad
Gita (terjemahan salah satu bagian mahabarata)
4. J. E. Tatengkeng
Lahir di Kalongan, Sangihe, 19 Oktober 1907
dan beragama Kristen. Karyanya bercorak religious dia juga sering melukiskan
Tuhan yang bersifat Universal. Karyanya antara lain Rindu Dendam (kumpulan
sajak, 1934).
2.1.3 Periode 1942 sampai 1945
2.1.3.1 Saat Mematangkan
Para
pengarang dan seniman Indonesia di kumpulkan jepang untuk membuat lagu,
lukisan, slogan, sajak, sandiwara bahkan Film untuk membangkitkan semangat
balatentara Dai Nippon.
2.1.3.2 Para Penyair
1.
Usmar Ismail
Seorang
pemuda Minangkabau kelahiran Bukit Tinggi, 20 Maret 1921. Terkenal seorang
Dramawan dan Cineast (pembuat film). Dalam dunia sastra ia terkenal sebagai
penulis drama.
2.
Amal Hamzah
Adik
Amir Hamjah yang Lahir diBinjai Lngkat, 31 Agustus 1922. Dia terkenal dengan
sajak-sajaknya. Kemudian ia teertarik teosofi dan pengarang india Rabindranath
Tagore. Ia menerjemahkan sebagian karyanya yang pernah mendapatkan Nobel
tahun1913, antaranya karya utama Gitanjali(1947).
3.
Rosihan Anwar
Lahir
Padang,10 Mei 1922. Seorang wartawan dan kolumnis terkemuka. Karyanya cerpen
“Radio Masyarakat”, roman “Radja Ketjil, Badjak Laut di Selat Malaka(1967)”.
2.1.4
Periode 1945 sampai 1953
2.1.4.1 Angkatan 45
1. Chairil Anwar
Chairil
Anwar lahir di Medan, 22 Juli 1922.
Sekolahnya hanya sampai MULO (SMP) dan itu pun tidak tamat.
Kemudian ia pindah ke Jakarta. Ia merupakan orang yang banyak membaca dan
belajar sendiri, sehingga tulisan-tulisannya matang dan padat berisi.
Chairil Anwar berusaha memperbarui penulisan
puisi. Puisi yang diubahnya berbentuk bebas,
sehingga disebut puisi bebas. Ia diakui
sebagai pelopor Angkatan ‘45 di bidang
sebagai alat untuk mencapai isi. penyair
yang penuh vitalitas dan individualistis
Puisi ubahannya berirama keras (bersemangat), tetapi ada juga yang
bernafas ketuhanan seperti “Isa” dan “Do’a”. Karya-karya Chairil Anwar
antara lain:
a. Deru Campur Debu (kumpulan puisi)
b.
Tiga Menguak Takdir (kumpulan puisi karya bersama Rivai Apin dan Asrul Sani)
c.
Kerikil Tajam dan Yang Terhempas dan Yang Putus (kumpulan puisi)
d
Pulanglah Dia Si Anak Hilang (terjemahan dari karya Andre Gide)
e.
Kena Gempur (terjemahan dari karya Steinbeck)
2. Asrul
Sani
Asrul
Sani lahir di Rao, Sumatera Barat, 10 Juni 1926. Ia seorang dokter hewan.
Pernah memimpin majalah Gema dan harian Suara Bogor. Tulisannya berpegang pada
moral dan
keluhuran jiwa. Asrul Sani adalah sarjana kedokteran
kemudian menjadi direktur Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI) dan
menjadi ketua Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (LESBUMI),
juga pernah duduk sebagai anggota DPRGR/MPRS
wakil seniman. Asrul Sani juga dikenal sebagai penulis skenario film
hingga sekarang. Karya-karya Asrul Sani antara lain:
a. Sahabat Saya Cordiaz (cerpen)
b. Bola Lampu (cerpen)
c. Anak
Laut (sajak)
d. On
Test (sajak)
e. Surat
dari Ibu
(sajak)
3.
Idrus
Lahir
di Padang, 21 September 1921. Idrus dianggap sebagai salah seorang tokoh
pelopor Angkatan’45 di bidang prosa, walaupun ia
selalu menolak penamaan itu. Karyanya bersifat realis-naturalis (berdasarkan
kenyataan dalam alam kehidupan) dengan sindiran tajam. Karya-karyanya antara
lain:
a. Dari Ave Maria ke Jalan Lain
ke Roma (novel)
b. AKI (novel)
c. Hikayat Puteri
Penelope (novel, terjemahan)
d. Anak Buta (cerpen)
e. Perempuan dan Kebangsaan
f. Jibaku Aceh (drama)
g. Dokter Bisma (drama)
h. Keluarga Surono ( drama )
i. Kereta Api Baja(terjemahan dari karya Vsevold
Iyanov, sastrawan Rusia)
4.
Achdiat Karta Mihardja
Ia menguasai ilmu politik, tasawuf, filsafat, dan kemasyarakatan. Pernah
menjadi staf Kedubes RI di Canberra, Australia. Karya-karyanya antara lain:
a. Atheis (roman)
b. Bentrokan Dalam Asmara
(drama).
c. Polemik Kebudayaan
(esai)
d. Keretakan dan Ketegangan
(kumpulan cerpen)
e. Kesan dan Kenangan (kumpulan
cerpen)
5. Pramoedya
Ananta Toer
Lahir di Blora, 2 Februari 1925. Meskipun sudah mulai
mengarang sejak jaman Jepang dan pada awal revolusi telah menerbitkan
buku Kranji dan Beai Jatuh (1947), namun baru menarik perhatian dunia sastra
Indonesia pada tahun 1949, yaitu ketika cerpennya Blora, yang
ditulis dalam penjara diumumkan serta ketika romannya Perburuan (1950)
mendapat hadiah sayembara mengarang yang diselenggarakan oleh Balai
Pustaka. Karya-karyanya antara lain:
a. Bukan Pasar Malam (1951)
b.Di Tepi Kali Bekasi (1951)
c. Gadis Pantai Keluarga Gerilja
(1951)
d. Mereka yang Dilumpuhkan (1951)
e. Perburuan (1950)
f. Tjerita dari Blora (1963)
6. Mukhtar
Lubis
Lahir
di Padang, 7 Maret 1922. Sejak jaman Jepang ia sudah bekerja di bidang
penerangan. Idenya bersifat kritik-demokrasi-konstruktif (membangun). Di bidang
kewartawanan ia pernah mendapathadiah Ramon Magsay dari Filipina. Karyanya
banyak menggambarkan perjuangan masa revolusi, terutama aksi polisional
Belanda. Karya-karyanya antara lain:
a. Tak Ada Esok (roman)
b. Jalan Tak Ada Ujung (roman
jiwa)
c. Tanah Gersang (novel)
d. Si Jamal (cerpen)
e. Perempuan (cerpen)
f. Kisah dari Eropah
(terjemahan)
h. Maut dan Cinta (novel)
7. Utuy Tatang Sontani
Pada
saat-saat pertama Jepang menginjakan kaki di bumi Indonesia, pengarang
kelahiran Cianjur tahun 1920 ini, telah mulai menulis beberapa buah buku dalam
bahasa Sunda, di antaranya sebuah roman yang berjudul Tambera (1943).
Karya-karyanya antara lain:
a.
Suling (1948)
b.
Bunga Rumah Makan (1948)
c.
Awal dan Mira (1952)
d.
Manusia Iseng
e.
Sayang Ada Orang Lain
f. Di
Langit Ada Bintang
g.
Saat yang Genting
h. Selamat Jalan Anak Kufur
8.
Sitor Situmorang
Lahir di Tapanuli Utara, 21Oktober 1924.
Ia cukup lama bermukim di Prancis. Sitor juga diakui
sebagai kritikus sastra Indonesia. Karya-karya Sitor
Situmorang antara lain:
a. Surat Kertas Hijau
(1954)
b. Jalan Mutiara (kumpulan drama)
c. Dalam Sajak (1955)
d. Wajah Tak Bernama (1956)
e. Zaman Baru (kumpulan sajak)
f. Pertempuran dan Salju di
Paris
g. Peta Pelajaran (1976)
h. Dinding Waktu (1976)
i. Angin Danau (1982)
j. Danau Toba (1982)
2.1.5
Periode 1953 sampai 1961
2.1.5.1
Krisis Sastra Indonesia
Setelah Chairil Anwar meninggal dunia “
Gelanggang Seniman Indonesia ” seakan-akan kehilangan vitalitas.
2.1.5.2
Beberapa Tokoh
1.
Nugroho Notosusanto
2.
AA Navis
3.
Trisnojuwono
4.
Iwan Simatupang
5.
Toha Mohtar
6.
Subagio Sastrowardojo
7.
Motinggo Boesje
2.1.6
Periode 1961 sampai Sekarang
2.1.6.1
Sastra dan Politik
Para pengarang selain membuat hasil sastra mereka juga aktif
dalam pergerakan kemerdekaan sehingga setelah Indonesia merdeka teerjadi sebuah
polmik yang sangat besar. Yaitu faham “seni untuk seni” dan faham seni untuk
rakyat. Orang yang berfaham realisme social berfaham seni untuk rakyat.
Mengutuk orang yang berfaham “seni untuk seni” sebagai penganut “humanisma
universil” sebagai kaum borjuis yang bobrok.
2.1.6.2 Manifes Kebudayaan dan Konferensi Karyawan Pengarang
Indonesia
Melahirkan
manifes kebudayaan:
Ø Kami para seniman dan cendekiawan
Indonesia dengan ini mengumumkan manifes kebudayaan, yang menyatakan pendirian,
cita-cita dan politik kebudayaan nasional kami.
Ø Bagi kami kebudayaan adalah
perjuangan yang menyempurnakan kondisi hidup manusia. Kami tidak mengutamakan
salah satu sektor kebudayaan yang lain. Setiap sektor berjuang bersama untuk
kebudayaan itu sesuai kodratnya.
Ø Dalam melaksanakan kebudayaan
nasional kami berusaha mencipta dengan kesungguhan yang jujur sebagai pejuang
untuk mempertahankan dan mengembangkan martabat diri kami di tengah masyarakat
dan bangsa.
Ø Pancasila adalah falsafah kebudayaan
kami.
BAB III
Penutup
3.1
Kesimpulan
Mengetahui
sejarah sastra Periode 1900 sampai 1933, Periode 1933 sampai 1942, Periode 1942
sampai 1945, Periode 1945 sampai 1953, Periode 1953 sampai 1961, Periode 1961 sampai Sekarang.
Berawal
dari orang-orang Bumiputra dan Priyayi yang dibolehkan bersekolah sampai
menjadi cerdas dan pitar lalu mulai menyadari bahwa bangsa Indonesia ini adalah
bangsa yang di jajah. Untuk menyadarkan masyarakat bahwa bangsa Indonesia di
jajah mereka membuat surat-surat kabar agar para Priyayi yang hobi membaca buku
atau lainya dapat menyampaikan kepada masyarakat yang belum dapat membaca
dikarekan oleh pembodohan yang di lakukan orang belanda. Sehingga berdirilah
surat- kabar di Indonesia pada Abad 20 yaitu seperti: Di Surabaya terbit surat
kabar Bintang Timoer (1862), Di Padang terbit surat kabar Pelita Ketjil (1882),
Di Jakarta terbit surat kabar Bianglala (1867) dll. Sampai ahirnya muncul
pergerakan untuk melawan penjajah Belanda sehingga Indonesia dapat Merdeka.
3.2
Saran
Penulis
berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan pembaca tentang
Sejarah Sastra Indonesia. Sehingga dapat bermanfaat dalam membantu kami dan
teman- teman sekalian dalam mengetahui perjuangan para pengarang dan penulis sampai
ahirnya terbentuk menjadi sebuah sejarah..
Penulis
menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi
tata tulis, bahasa yang di pakai maupun isi. Maka dari itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun supaya lebih baik dalam penulisan
makalah berikutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Rosidi, Ajip.
1965. Iktisar Sejarah Sastra Indonesia.
Bandung: Binacipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar