Selasa, 20 Maret 2018

Penelitian Sastra Lisan Dalam Enam Sastra Nusantara


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pengumpulan dan penelitian sastra lisan sudah dilakukan dimasa yang lalu, terutama oleh peneliti bangsa Belanda, akan tetapi belum menyuluruh, di zaman kemerdekaan sastralisan tidak banyak menarik perhatian,walaupun usaha mengumpulkan.
1.2 Rumusan Masalah
Materi yang akan dibahas dalam makalah ini adalah “ Penelitian Sastra Lisan Dalam Enam Sastra Nusantara.
1.3 Tujuan
Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah folklor. Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui Penelitian Sastra Lisan Dalam Enam Sastra Nusantara.










BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penelitian Sastra Lisan Dalam Enam Sastra Indonesia
Pengumpulan dan penelitian sastra lisan sudah dilakukan dimasa lalu, terutama oleh peneliti bangsa Belanda, akan tetapi belum menyeluruh.Dizaman kemerdekaan sastra lisan tidak hanya menarik perhatian, walaupun usaha mengumpulkan dan meninjaunya ada juga dilakukan oleh perseorangan-perseorangan yang menaruh minat, oleh proyek swasta, dan oleh mahasiswa yang membut skiripsi. Mulai pada tahun 1975/1976 proyek penelitian bahasa dan sastra pada pusat bahasa memasukkan penelitian sastra lisan itu kedalam program kegiatannya.
Dalam tahun 1975/1976 itu telah dilakukan inventarisasi dan penelitian terhadap sastra-sastra lisan dalam enam bahasa nusantara, yaitu sastra lisan Sunda, Jawa, Madura, Bali, Makassar, Minangkabau, hasil penelitian terhadap sastra- sastra lisan tersebut telah dilaporkan dalam sanggar kerja penelitian bahasa, sastra daerah dan istilah di cempaka putih Jakarta, tanggal 31 maret sampai dengan 3 April 1976, yang diselenggarakan oleh proyek penelitian pada pusat bahasa.Untuk sekedar mendapat gambaran, di bawah ini di kemukakan beberapa hal tentang laporan penelitian itu.

a. Sastra Lisan Sunda
Sastra lisan sunda yang diteliti dibatasi kepada ceritora, terutama dari daerah kabupaten Bandung, Tujuan penelitian adalah untuk mengumpulkan ceritora, menyalinnya kedalam bentuk tertulis, menterjemahkannya kedalam bahasa Indonnesia mengumpulkan keterangan berkenaan dengan lingkungan penceritaan dan mengetahui bagaimana sturukturnya, dalam penelitian ini dicoba dilakukan analisis terhadap sturuktur ceritera untuk memperoleh gambaran tentang sturuktur alur, amanat, ceritera, serta torem dan fungsinya. Dicantumkan pula 35 buah ceritora dalam bahasa sunda, terjemahnya dalam bahasa Indonesia, serta keterangan tentang lingkungan ceritora itu.

b. Sastra Lisan Jawa di Jatim
Penelitian dilakukan terhadap ceritera, umumnya dari (golongan  legenda dan babad).Tujuan penelitian adalah untuk menghimpun sastra lisan itu dan memberi anotasi.Ceritera dikumpulkan dari berbagai daerah seperti Bojonegoro dan sekitarnya, Surabaya dan sekitarnya, madiun dan sekitarnya, banyuwangidan sekitarnya, dan sekitar Gunung Bromo. Telah dikumpulkan dan kemudian diterjemahkan sejumlah 57 ceritera, dan 52 ceritera yang diikhtisarkan.
c. Sastra Lisan Madura
Penelitian dilakukan terhadap baik ceritera maupun puisi dari empat kabupaten di Madura. Menurut penelitian ini ceritera prosa Madura banyak yang mengandung kemiripan dengan ceritera Jawa. Isinya banyak yang menceritakan kehidupan ki yai dan santri, sering pula mengandung sindiran kepada mereka disamping ceritera sekitar laut dan ikan. Puisi yang terhimpunkan misalnya dari jenis peperangan dan tombang.

d. Sastra Lisan Bali
Penelitian sastra lisan bali dilakukan terhadap ceritera dan versi-versinya. Dihimpunkan delapan buah ceritera masing- masing dengan tiga buah versinya, dari daerah bulelang dan klungkung. Diteliti pula latar belakang masyarakat dan budayanya, dan sturuktur ceritera dari beberapa seginya. Dalam laporan penelitian dicantumkan salinan ceritera sebanyak 24 buah versi, terjemahan dari delapan versi yang dianggap terbaik, disertai anotasi tentang versi-versi itu.

e. Sastra Lisan Makassar
Penelitian telah dapat menghimpun bentuk puisi seperti kolong, prosa berirama seperti royong, dan prosa  seperti rupamanna, yang berasal dari daerah Sulawesi selatan. Dalam penelitian ini setiap, jenis dari bentuk-bentuk itu diterangkan bentuk sastranya, isinya, dan pemakaiannya di masyarakat.

f. Sastra Lisan Minangkabau
Penelitian dilakukan terhadap sastra lisan yang disebut kaba. Telah dihimpun tujuh buah kaba yang kemudian disalin kedalam bentuk tertulis, dan diikhtisarkan dalam bahasa Indonesia. Kaba-kaba itu berasal dari kabupaten Pasaman, lima puluh Kota, Agama, Tanah Datar, Solok, Padang Pariaman, dan Pesisir Selatan. Telah pula dilakukan analisa tentang temanya, alurnya, isinya, dan sikap masyarakat terhadap kaba itu.
Para peneliti itu menyadari apa yang telah dilakukannya itu terbatas baik dalam hal obyek yang diteliti, maupun dalam hal masalah yang dibahas. Karena itu baik dalam laporan peneliti maupun dalam diskusi, selalu dikemukakan perlunya dilakukan penelitian lanjutan yang lebih luas atau lebih mendalam.
Akan tetapi walaupun bagaimana apa yang telah dikerjakan itu cukup berharga. Pertama, telah terkumpul sejumlah besar hasil sastra lisan, dengan cara pengumpulan yang sahih, himpunan cerita yang telah tersaji itu member kemungkinan untuk penelitian lebih lanjut. Sedangkan untuk kepentingan lain,  misalnya penyusunan bahan bacaan, tak usah diragukan lagi. Seorang penerbit yang terkemuka langsung berkata, sadurlah barang sepuluh ceritera dari setiap daerah itu, jika baik sadurannya, akan saya terbitkan. Kedua, telah diperoleh pengalaman dalam penelitian sastra lisan, baik pengalaman lapangan, maupun pengalaman analisis.
Regu peneliti dari keenam penelitian itu telah mencoba menuangkan pengalamannya dalam bentuk petunjuk .petunjuk itu diharapkan tidak terlalu umum atau terlalu khusus, dan memungkinkan orang lain yang bermaksud meneliti dalam mempergunakannya. Dalam laporan penelitian itu terdapat berbagai hal yang berharga untuk diangkat kedalam petunjuk penelitian seperti misalnya tentang pemilihan obyek penelitian, pemilihan informan, teknik rekaman, teknik transkripsi, teknik pemilihan versi, teknik anotasi, teknik membuat ikhtisar, teknik membuat terjemahan dan saduran, dan teknik analisis.
Kegiatan penelitian antara lisan secara terencana seperti yang sudah mulai, dilakukan itu mudah-muddahan dapat diteruskan, sehingga kekayaan budaya rakyat Indonesia itu dapat diselamatkan dari kepunahan, kemudian dipelihara, dan dikembangkan. Dengan adanya harta budaya itu diharapkan bahwa putra-putri Indonesia akan dapat lebih mengenal dirinya sendiri, sehingga dapat berkembang dengan seimbang di tengah-tengah dunia ramai sekarang dimasa yang akan datang.

2.2 Pemilihan Obyek Penelitian
Dalam berbagai penelitian itu dikemukakan dasar dalam memilih obyek penelitian, seperti keaslian (orisinalitas) seperti dikemukakan oleh peneliti Bali dalam menghadapi ceritera yang bermacam-macam, atau oleh peneliti Madura dalam menghadapi ceritera Madura yang banyak mengandung persamaan dengan ceritera Jawa. Disamping itu dikemukakan bagaimana mengahadapi variasi yang ada.

a. Pemilihan Informan
Berbagai penelitian telah pula mengemukakan bagaimana memilih informan, misalnya dengan mengutamakan pendukung aktif, usia lanjut, kedudukan sosial, dll.
b. Teknik Rekaman
Sebelum melakukan rekaman ada hal yang dianjurkan untuk diketahui, misalnya penulis Bali menganjurkan kepastian tentang judul karangan, sedangkan peneliti sunda tidak menentukannya terlebih dahulu, melainkan hanya memancing- mincing saja. Dalam berbagai penelitian dikemukakan pula pentingnya situasi rekaman oleh peneliti Bali, dan bagaimana pengaruh situasi itu kepada tema, amanat, sturuktur, alur, bahasa, dll. Seperti dikemukakan peneliti Minang, dan bagaimana usaha untuk mencoba membangun suasana yang mendakati wajar, seperti dilakukan oleh peneliti Sunda, dan Jawa Timur. Dikemukakan pula tentang bagaimana memilih hasil rekaman seperti dikemukakan oleh peneliti jawa timur yang pernah menghadapi kasus” pemalsuan” data.
c. Teknik Transkripsi
Untuk kesaksamaan transkripsi ada dikemukakan perlu nya membeda- bedakan bagian- bagian dalam teks itu, misalnya peneliti bali membedakan narasi dan dialog agar tak terjadi salah tafsir bagi pembaca transkripsi.

d. Teknik Pemilihan Versi
Butir (item) sastra lisan ada yang mempunyai versi. Apakah semua versi mau diambil atau tidak, jika tidak mana yang harus dipilih. Bali melakukan pemilihan misalnya dengan dasar panjang pendeknya ceritera, dan bahasanya.

e. Teknik Anotasi
Berbagai penelitian telah menunjukkan cara membuat anotasi tentang ceritera, penutur, perekam, dan perekaman.

f. Teknik Membuat Sinopsis
         Berbagai penelitian telah membuat sinopsis ceritera. Untuk itu perlu ada dasarnya berupa satuan tertentu, pengikhtisaran dengan satuan tertentu misalnya dilakukan dalam penelitian Sunda.

g. Teknik Membuat Terjemahan dan Saduran
Dasar yang dipergunakan dalam menterjemahkan berlain-lainan, misalnya kata perkata, kalimat perkalimat, atau wacana perwacana, dan malah ada yang melakukannya dalam bentuk saduran.

h. Teknik Analisis
         Dalam penelitian itu ada yang telah melakukan analisis tentang berbagai aspek misalnya analisis lingkungan penceteraan, analisis sturuktur ceritera, analisis gaya bahasa, dalam menganalisis lingkungan dan penyampaian ceritera misalnya telah disinggung pula alat- alat yang dipakai mengiringi pembawaan ceritera, seperti lagu kentrung, rebab, gendang, kecapi, dll. Tautan ceritera dengan lingkungan sosial budaya dikemukakan misalnya dalam penelitian Makassar.
Dari contoh-contoh yang dikemukakan diatas, jelaslah banyak hal-hal yang berharga yang dapat diangkat dari hasil penelitian untuk keperluan penyusunan petunjuk penelitian, mengingat hal itu hendaknya ada waktu leluasa untuk membaca hasil- hasil penelitian itu dan kemudian menggunakannya untuk penyusunan petunjuk itu.
2.3 Petujuk Penelitian Sastra Lisan
a. Pendahuluan
Menjelaskan masalah yang diteliti dan menggambarkan luas cakupan penelitian. Misalnya: sastra lisan dengan segala bentuknya, terbatas kepada bentuk ceritera, drama, puisi, dsb.
Kemudian tentukan populasi dan sample, tujuan penelitian (misalnya untuk tujuan pengarsipan saja atau untuk analis), anggapan dasar dan hipotesis, dan metode penelitian baik dalam pengumpulan data maupun dalam menganalisis.
b. Studi Teoritis
Hendaknya dibuat studi teoritis tentang masalah sastra lisan, dengan melakukan studi keperpustakaan, yang hasilnya dapat dipergunakan untuk titik tolak penelitian yang dilakukan.
Ø  Masalah yang diteliti
Ø  Tujuan penelitian
Ø  Metode yang dipergunakan
Ø  Hasil penelitian
c. Analisis
·    Data yang sudah terkumpul dipilih dan disusun.
·    Data dikelompokan atas
    Keterangan tentang lingkungan penceritaan danbentuk sastra yang diteliti.
·    Analisis dilakukan dengan metode yang telah ditetapkan, sesuai dengan tujuan penelitian
·    Analisis tentang lingkungan penceriteraan dilakukan berkenaan dengan:
a. Penutur ceritera
b. kesempatan berceritera
c. tujuan berceritera
d. hubungan ceritera dengan lingkungannya
·    Analisis tentang ceritera (hasil sastra lisan) dilakukan berkenaan dengan:
a. Struktur ceritera
b. Pelaku ceritera
c. Amanat ceritera
d. Gaya bahasanya
·    Penggolongan ceritera dibuat berdasarkan hasil analisis, menurut:
a. Struktur alur cerita
b. Pelaku cerita dan peranannya
d. Teks Ceritera, Terjemahan, dan Keterangan
          Teks ceritera yang berasal dari salinan reekaman dicantumkan dalam bentuk bahasa aslinya, disertai terjemahan dalam bahasa Indonesia, dan keterangan tentang ceritera, penutur dan penceriteranya.
2.4 Lembar Pencatatan
I. 1. Judul sastra lisan   :
2. Genre                    :
3. Daerah asal                        :
4. Suku pemilik         :
II. Penceritera
1. Nama                      :
2. TTL                         :
3. Pekerjaan                :
4. Suku                        :      
5. Bahasa yang dikuasai:
6. Tempat perekaman  :
III. Keterangan tentang lingkungan penceriteraan
1. Dari siapa pencerita menerima sastra lisan itu?
     Dari:                               Di:                               Tahun:
2. Pada kesempatan apa sastra lisan itu diceritakan? Apakah sekarang masih biasa diceritakan?
3. Untuk maksud apa sastra lisan itu diceritakan?
4. Oleh siapa sastra lisan itu diceritakan?
5. Kepada siapa sastra lisan itu diceritakan?
6. Bagaimana suasana penceritaan?
IV. 1. Bagaimana pendapat dan penilaian si pencerita terhadap sastra lisan itu?
          Mengapaia berpendapat demikian?
2. Bagaimana pendapat dan penilaian pengumpul?
          Mengapa ia berpendapat demikian?
V. Pengumpul
1. Nama                  :
Lahir di                   :                                               Tahun:
    Jenis kelamin      : L/P
2.Alamat                 :          
2.5 Kerja Lapangan Dalam Pengumpulan Sastra Lisan
          Kita mencari dan memilih informasi yang akan kita minta untuk berceritera. Dari siapa kita mengetahui adanya informan untuk itu? Berbgai keterangan kita pergunakan, mungkin kita dapat dari instansi-instansi, mungkin melalui sesepuh di suatu tempat. Biasanya kalau kita sudah menemukan seorang informan, dari informan ini akan diperoleh juga keteerangan tentang siapa yang dimintauntuk menceritakan tentang suatu ceritera. Jika mungkin kita dapat mendahulukan menggunakan informan pendukung aktif (seperti tukang ceritera), dan yang berusia lanjut. Tetapi jika tak ada tukang ceritera dapat juga kita pergunakan penduduk ditempat itu yang oleh masyarakat disana dianggap mengetahui ceritera-ceritera atau adat istiadat di sana.
          Kita juga hendakya mempelajari lingkungan kehidupan tempat kita mengumpulkan ceritera, baik lingkungan sosial budayanya, maupun lingkungan alamnya. Ceritera-ceritera dan unsur sastra lisan lainnya banyak sekali yang erat sangkut pautnya dengan lingkungan itu. Dan kita akan lebih memahaminya dalam tautan lingkungan itu. Oleh karena itu kita seharusnya bergaul dengan masyarakat itu. Melalui pergaulan itu kita dapat menbiasakan diri, dan jika pergaulan itu baik mungkin kita tidak dianggap orang luar. Untuk mengurangi mata keasingan dari penduduk, saya biasanya disertai oleh salah seorang penduduk disana, dan saya berperan sebagai orang yang hanya ikut saja mendengarkan ceritera.
          Kalau kita sudah mendapat orang yang akan berceritera, maka kita minta kapan kita dapat mendengarkan ceritera itu. Harus dibangun suasana baik untuk berceritera. Sebelum melakukan perekaman peneliti sastra lisan Bali untuk menentukan judul ceritera yang akan direkam, sedang peneliti sastra Sunda tidak menentukannya terlebih dahulu, melainkan hanya memancing-mancing saja.
          Setelah selesai suatu rekaman kita tanyakan keterangan tentang penutur ceritera, dan tentang lingkungan penceriteraan. Dalam lembaran catatan kita tuliskan judul ceritera yang telah direkam, daerah asal, suku pemilik, nama penutur ceritera, umur dan tempat lahir, pekerjaan, suku, bahasa yang dikuasai, tempat perekaman, dan tanggal perekaman.
          Tentang lingkungan penceriteraan kita catat: dari siapa penutur menerima sastra lisan itu, tahun berapa pada kesempatan apa sastra lisan itu diceriterakan, apakah sekarang masih sering diceriterakan; untuk maksud apa sastra lisan itu diceriterakan; bagaimana suasana penceriteraan. Kita catat pula bagaimana pendapat dan penilaian si penutur terhadap sastra lisan yang diceriterakannya, mengapa ia berpendapat demikian. Kita tanyakan pula keterangan lain yang diperlukan misalnya arti kata-kata, wujud benda atau tumbuhan yang ada teersebut dalam ceritera tidak kita ketahui atau mungkin wujudnya berbeda, peninggalan-peninggalan yang ada sangkut pautnya, tempat yang dianggap sebagai tempat terjadinya peristiwa yang diceriterakan,dll.
          Setelah kita melakukan suatu rekaman, ditempat kita bekerja kita dengarkan reekaman itu. Saya sering mendengarkan rekaman bersama si penutur di tempat merekam, dan biasanya ia sangat senang. Sering ia memberi komentar yang penting bagi kita. Rekaman itu hendaknya kita transkripsi, dan segera pula kita susun keterangan tentang lingkungan penceritaan yang segera kita lampirkan kepada transkripsi ceritera itu. Saya mentranskripsi tanpa membubuhkan tanda baca. Kemudian saya dengar lagi rekaman itu sambil membubuhkan tanda baca.
          Mungkin ada rekaman yang tidak perlu ditranskripsi karena kita anggap tidak baik. Tentulah kita harus menentukan mana yang baik dan mana yang tidak. Peneliti sastra bali menghadapi beberapa versi untuk sebuah ceritera, yang dipilih inilah yang dianggap asli, demikian pula peneliti sastra lisan Madura yang menemukan ceritera yang dianggap sebagai pengaruh sastra Jawa. Disamping itu penelitian sastra Bali memilih juga berdasarkan panjang pendeknya ceritera, bahasanya.
          Ceritera yang telah ditranskripsi itu diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Dasar yang dipergunakan pada penelitian yang lalu berlain-lainan, ada yang kata perkata, kalimat perkalimat, wacana perwacana, dan malah ada yang berbentuk sanduran.
          Mungkin pula dilakukan istilah ceritera. Untuk itu hendaknya ada dasarnya satuan tertentu. Peneliti sastra lisan sunda mengiktisarkan ceritera berdasarkan satuan terem dan fungsi. 



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penelitian Sastra Lisan Dalam Enam Sastra Indonesia yaitu:
a. Sastra Lisan Sunda
b. Sastra Lisan Jawa di Jatim
c. Sastra Lisan Madura
d. Sastra Lisan Bali
e. Sastra Lisan Makassar
f. Sastra Lisan Minangkabau.
Pemilihan Obyek Penelitian:
a. Pemilihan Informan
b.TeknikRekaman
c. Teknik Transkripsi
d. Teknik Pemilihan Versi
e. Teknik Anotasi
f. Teknik Membuat Sinopsis
g. Teknik Membuat Terjemahan dan Saduran
h. Teknik Analisis
Petujuk Penelitian Sastra Lisan:
a. Pendahuluan
b. Studi Teoritis
c. Analisis
d. Teks Ceritera, Terjemahan, dan Keterangan
Lembar Pencatatan:
        yaitu lembaran yang di gunakan dalam pencatatan hasil penelitian ceritera sastra lisan.

Kerja Lapangan Dalam Pengumpulan Sastra Lisan:
Yaitu pemaparan hasil cara pemerolehan ceritera sastra lisan dan sebagainya yang di paparkan di pertemuan-pertemuan umum seperti ceramah, pidato dll.

3.2 Saran
Penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan untuk rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi. Dan demi sempurnanya makalah ini saya selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna untuk perbaikan penulis saat penulis akan membuat sebuah makalah pada lain waktu.

                                             


Tidak ada komentar:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda