Selasa, 20 Maret 2018

HAKIKAT FOKLOR


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Hakikat Foklor
Kata foklor adalah pengindonesiaan kata inggris folklore. Kata itu adalah kata majemuk yang berasal dari dua kata dasar folk dan lore.
Folk yang sama artinya dengan kata kolektif (collectivity). Menurut Alam Dundes, folk adalah sekelompok orang yang memiliki cirri-ciri mengenak fisik, sosial dan kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok lainnya. Cirri-ciri pengenal itu antara lain dapat berwujud warna kulit yang sama, bentuk rambut yang sama, mata pencaharian yang sama, bahasa yang sama, taraf pendidikan yang sama dan agama yang sama.

Namun yang lebih penting lagi adalah bahwa mereka telah memiliki suatu tradisi, yakni kebudayaan yang telah mereka warisi turun temurun, sedikitnya dua generasi, yang dapat mereka akui sebagai milik bersamanya. Di samping itu, yang paling penting adalah bahwa mereka sadar akan identitas kelompok mereka sendiri (Dundes, 1965:2). Jadi, folk adalah sinonim dengan kolektif, yang juga memiliki cirri-ciri pengenal fisik atau kebudayaan yang sama, serta mempunyai kesadaran kepribadian sebagai kesatuan masyarakat.

B.     Sejarah Perkembangan Folklor
Folklor hanya merupakan sebagian kebudayaan yang penyebarannya pada umumnya melalui tutut kata atau lisan, itulah sebabnya ada yang menyebutnya sebagai tradisi lisan (oral tradition).
                                               
Orang yang pertama kali memperkenalkan folklore kedalam dunia ilmu pengetahuan adalahWilliam John Thoms, seorang ahli kebudayaan antic. Minat terhadap antiquities timbul di inggris pada masa kebangkitan romantisme dan nasionalisme abad ke 19 yang pada masa itu kebudayaan rakyat jelata yang dianggap hampir punah, sangat disanjung-sanjung (Dundes, 1965:4).




BAB II
PEMBAHASAN


A.    Penelitian Folklor di Indonesia
1.      Masa dahulu
Setelah membaca kedua bibliografi itu, kita dapat memperoleh kesimpulan bahwa pecinta folklore Indonesia pada masa silam telah menghasilkan pekerjaan yang sangat berharga, karena dapat dijadikan bahan dasar untuk mengembangkan ilmu folklor Indonesia pada masa kini. Sayangnya mereka itu pada umumnya bukan ahli folklor. Apabila mereka itu ahli folklor sudah tentu perkembangan ilmu folklor di Indonesia bukan lagi berada dalam taraf permulaan seperti sekarang ini.

2.      Masa kini
Kegiatan-kegiatan yang mencakup pengumpulan folklor itu luas sekali. Karena mencakup pengumpulan semua bentuk-bentuk folklor dari semua suku bangsa yang ada di Indonesia. Pada umumnya pengumpulan atau inventarisasi folklor ada dua macam yaitu:
a.       Pengumpulan semua judul karangan (buku dan artikel) yang pernah ditulis orang mengenai folklor Indonesia untuk kemudian diterbitkan berupa buku bibliografi folklor Indonesia (baik yang  beranotasi maupun tidak)
b.      Pengumpulan bahan-bahan folklor langsung dari tutur kata orang-orang anggota kelompok yang empunya folklor dan hasilnya kemudian diterbitkan atau diarsipkan.

Mengenai tujuan inventarisasi yang pertama ada dua macam yaitu:
a.       Menghasilkan bibliografi biasa yakni buku yang hanya memuat daftar judul-judul karangan mengenai folklor yang juga mengandung nama pengarang, tempat terbit, tanggal terbit, penerbit, dan judul karangan saja tana diberi anotasinya (ringkasan isi karangan)
b.      Menghasilkan bibliografi yang beranotasi, yakni buku yang bukan saja mengandung daftar judul-judul karangan mengenai folklor tetapi juga anotasi masing-masing judul karangan yakni yang berupa antara lain ringkasan, masing-masing isi karangan dan penilaian

3.      Penggunaan Folklor di Indonesia
Sebelum kita mendalami masing-masing bentuk folklor Indonesia, perlu kiranya kita mengetahui dahulu sebab-sebabnya mengapa kita perlu meneliti folklor, khususnya folklor lisan dan sebagian lisan Indonesia. Sebab utamanya adalah bahwa folklor mengungkapkan kepada kita secara sadar atau tidak sadar bagaimana folklornya berpikir. Selain itu folklor juga mengabadikan apa-apa yang dirasakan penting (dalam suatu masa) oleh folk pendukungnya.

B.     Bentuk-bentuk Folklor Indonesia
Jika kebudayaan mempunyai tujuh unsur kebudayaan universal, yakni sistem mata pencaharian hidup (ekonomi), sistem peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi), sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, dan sistem religi, maka folklor menurut Jan Harold Brunvand, seorang ahli folklor dari As, dapat digolongkan kedalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya yaitu:
1.      Folklor lisan
Folklor lisan adalah folklor yang bentuknya memang murni lisan. Bentuk-bentuk yang bentuknya memang murni lisan. Bentuk-bentuk (genre) folklor termasuk kedalam kelompok besar ini antara lain :
a.       Bahasa rakyat (folk speech) seperti logat, julukan, pangkat tradisional dan titel kebangsaan
b.      Ungkapan tradisional seperti peribahasa, pepatah, dan pemeo
c.       Pertanyaan tradisional, seperti teka-teki
d.      Puisi rakyat seperti pantun, gurindam dan syair
e.       Cerita prosa rakyat seperti mite, legenda, dan dongeng
f.       Dan nyanyian rakyat

1.      Folklor sebagian lisan
Folklor sebagian lisan adalah folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan unsur bukan lisan.,
2.      Folklor bukan lisan
Folklor bukan lisan adalah folklor yang bentuknya bukan lisan, walaupun cara pembuatannya diajarkan secara lisan.

C.     Beberapa contoh folklor lisan di Indonesia
Beberapa contoh folklor lisan Indonesia yang kami sajikan dalam karangan ini adalah mengenai
1.      Bahasa rakyat
Bentuk-bentuk folklor Indonesia yang termasuk dalam kelompok bahasa rakyat adalah logat (dialek) bahasa-bahasa Nusantara. Bentuk lain bahasa rakyat adalah slang. Asal slang adalah kosa kata dan idiom para penjahat glandangan atau kolektif khusus. Maksud diciptakannya bahasa slang ini adalah untuk menyamarkan arti bahasanya terhadap orang luar. Pada masa kini slang dalam arti khusus itu bahasa rahasia disebut cant.
2.      Ungkapan tradisional
Menurut Alan Dundes peribahasa atau ungkapan tradisional sukar sekali untuk didefinisikan, bahkan menurut Archer Taylor peribahasa tidak mungkin diberi definisi. Peribahasa dapat dibagi menjadi empat golongan besar yaitu:
a.       Peribahasa yang sesungguhnya adalah ungkapan tradisional yang mempunyai sifat-sifat
1)      Kalimatnya lengkap
2)      Bentuknya biasanya kurang mengalami perubahan
3)      Mengandung kebenaran atau kebijaksanaan
b.      Peribahasa yang tidak lengkap kalimatnya juga mempunyai sifat-sifat seperti:
1)      Kalimatnya tidak lengkap
2)      Bentuknya sering berubah
3)      Jarang mengungkapkan kebijaksanaan
4)      Biasanya bersifat kiasan
c.       Peribahasa peumpamaan adalah ungkapan tradisional yang biasanya dimulai  dengan kata-kata seperti atau bagai dan lain-lain.
d.      Ungkapan-ungkapan yang mirip peribahasa adalah ungkapan-ungkapan yang dipergunakan untuk penghinaan (insult) nyeletuk (reton) atau suatu jawaban pendek, tajam, lucu dan merupakan peringatan yang dapat menyakitkan hati.

Selain klasifikasi itu khusus untuk peribahasa Indonesia pernah dicoba orang untuk mempergunakan cara yang lain yakni dengan mempergunakan cara klasifikasi yang telah dibuat oleh folknya sendiri S Keyzer misalnya telah mengklasifikasikan himpunan peribahasa Jawanya kedalam golongan:
a.       Peribahasa mengenai binatang (ikan, burung, serangga dan binatang menyusui)
b.      Peribahasa mengenai tanam-tanaman (pepohonan, buah-buahan, dan tanaman lainnya)
c.       Peribahasa mengenai manusia
d.      Peribahasa mengenai anggota kerabat
e.       Peribahasa mengenai fungsi anggota tubuh

3.      Pertanyaan tradisional
Pertanyaan tradisional di Indonesia lebih dikenal dengan nama teka-teki adalah pertanyaan yang bersifat tradisional dan mempunyai jawaban yang tradisional pula. Pertanyaan dibuat sedemikian rupa, sehingga jawabannya sukar, bahkan seringkali juga baru dapat dijawab setelah mengetahui lebih dahulu jawabnya. Walaupun peribahasa dan teka-teki adalah bentuuk kecil jika dibandingkan dengan cerita prosa rakyat dan nyanyian rakyat.

Selanjutnya menurut kedua sarjana itu teka-teki dapat digolongkan kedalam dua kategori umum yaitu:
a.       Teka-teki yang tidak bertentangan (no oppositional riddles)
b.      Teka-teki yang bertentangan (oppositional riddles)

Selanjutnya teka-teki sesungguhnya menurut Archer Taylor paling banyak mengandung enam unsure yang ia beri nama:
a.       Pengantar (introduction)
b.      Pelukisan (description)
c.       Nama (name)
d.      Pembatas (block)
e.       Penutup (close)
f.       Jawaban (answer)

Kemudian Archer Taylor mencoba untuk mengklasifikasikan teka-teki berdasarkan sifat hal yang digambarkan didalam pertanyaan yang menurut dia ada tujuh ketegori umum yaitu:
a.       Persamaan dengan makhluk hidup
b.      Persamaan dengan binatang
c.       Persamaan dengan beberapa binatang
d.      Persamaan dengan manusia
e.       Persamaan dengan beberapa orang
f.       Persamaan dengan tanaman
g.      Persamaan dengan benda

Selain ketujuh kategori umum itu, masih ada empat ketegori lagi yaitu yang bukan berdasarkan sifat hal yang digambarkan didalam pertanyaan, melainkan karena pertambahan keterangan  yang lebih mendetail yaitu:
a.       Pertambahan keterangan perumpamaan
b.      Pertambahan keterangan pada bentuk dan fungsi
c.       Pertambangan keterangan pada warna
d.      Pertambangan keterangan dalam tindakan

Teka-teki yang tergolong bentuk-bentuk lainnya teka-teki yang termasuk dalam golongan ini adalah:
a.       Pertanyaan yang bersifat teka-teki (riddling questions) atau disebut dengan pertanyaan yang cerdik
b.      Pertanyaan yang bersifaty permainan kata-kata
c.       Pertanyaan yang bersifat permasalahan
d.      Pertanyaan perangkap
e.       Pertanyaan yang bernada lelucon

4.      Sajak dan puisi rakyat
Kekhususan genre folklore ini adalah bahwa kalimatnya tidak berbentuk bebas (free phrase) melainkan berbentuk terikat (fix phrase). Sajak atau puisi rakyat adalah kesusastraan rakyat yang sudah tertentu bentuknya, biasanya terjadi dari beberapa deret kalimat, ada yang berdasarkan mantra, ada yang berdasarkan panjang pendek suku kata, lemah tekanan suara atau hanya berdasarkan irama.

5.      Cerita prosa rakyat
Dari semua bentuk genre folklot yang paling banyak diteliti para ahli folklore adalah cerita prosa rakyat. Menurut William R Bascom cerita prosa rakyat dapat dibagi dalam tiga golongan yaitu :
a.       Mite
Menurut Bascom mite adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh empunya cerita. 


b.      Legenda
Legenda adalah prosa rakyat yang mempunyai cirri-ciri yang mirip dengan mite yaitu dianggap pernah benar-benar terjadi tetapi tidak dianggap suci.
c.       Dongeng
Dongeng adalah prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu maupun tempat.

6.      Dan nyanyian rakyat
Menurut Jan Harold Brunvand nyanyian rakyat adalah salah satu genre atau bentuk folklore yang terdiri dari kata-kata dan lagu yang beredar secara lisan diantara anggota kolektif tertentu berbentuk tradisional serta banyak mempunyai varians.

Berbeda dengan kebanyakan bentuk-bentuk folklore lainnya nyanyian rakyat berasal dari bermacam-macam sumber dan timbul dalam berbagai macam media. Sering kali juga nyanyian rakyat ini kemudian di pinjam oleh penggubah nyanyian professional untuk diolah lebih lanjut menjadi nyanyian pop atau klasik (seriosa).





DAFTAR PUSTAKA



James. Panandjaja. 1984. Folklor Indonesia. Jakarta : PT. Temprin


DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL............................................................................        i
KATA PENGANTAR.........................................................................        ii
DAFTAR ISI.........................................................................................        iii

BAB I   PENDAHULUAN
A.    Hakikat Foklor............................................................................        1
B.     Sejarah Perkembangan Folklor....................................................        1

BAB IIPEMBAHASAN
A.    Penelitian Folklor di Indonesia...................................................        2
B.     Bentuk-bentuk Folklor Indonesia...............................................        3
C.     Beberapa contoh folklor lisan di Indonesia.................................        6

DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda