BAB I
PENDAHULUAN
A.
Hakikat Foklor
Kata foklor adalah pengindonesiaan kata inggris
folklore. Kata itu adalah kata majemuk yang berasal dari dua kata dasar folk
dan lore.
Folk yang sama artinya dengan kata kolektif
(collectivity). Menurut Alam Dundes, folk adalah sekelompok orang yang memiliki
cirri-ciri mengenak fisik, sosial dan kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari
kelompok-kelompok lainnya. Cirri-ciri pengenal itu antara lain dapat berwujud
warna kulit yang sama, bentuk rambut yang sama, mata pencaharian yang sama,
bahasa yang sama, taraf pendidikan yang sama dan agama yang sama.
Namun yang lebih penting lagi adalah bahwa mereka telah
memiliki suatu tradisi, yakni kebudayaan yang telah mereka warisi turun
temurun, sedikitnya dua generasi, yang dapat mereka akui sebagai milik
bersamanya. Di samping itu, yang paling penting adalah bahwa mereka sadar akan
identitas kelompok mereka sendiri (Dundes, 1965:2). Jadi, folk adalah sinonim
dengan kolektif, yang juga memiliki cirri-ciri pengenal fisik atau kebudayaan
yang sama, serta mempunyai kesadaran kepribadian sebagai kesatuan masyarakat.
B.
Sejarah Perkembangan Folklor
Folklor hanya merupakan sebagian kebudayaan yang
penyebarannya pada umumnya melalui tutut kata atau lisan, itulah sebabnya ada
yang menyebutnya sebagai tradisi lisan (oral tradition).
Orang yang pertama kali memperkenalkan folklore kedalam
dunia ilmu pengetahuan adalahWilliam John Thoms, seorang ahli kebudayaan antic.
Minat terhadap antiquities timbul di inggris pada masa kebangkitan romantisme
dan nasionalisme abad ke 19 yang pada masa itu kebudayaan rakyat jelata yang
dianggap hampir punah, sangat disanjung-sanjung (Dundes, 1965:4).
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Penelitian Folklor di Indonesia
1.
Masa dahulu
Setelah membaca kedua
bibliografi itu, kita dapat memperoleh kesimpulan bahwa pecinta folklore
Indonesia pada masa silam telah menghasilkan pekerjaan yang sangat berharga,
karena dapat dijadikan bahan dasar untuk mengembangkan ilmu folklor Indonesia
pada masa kini. Sayangnya mereka itu pada umumnya bukan ahli folklor. Apabila
mereka itu ahli folklor sudah tentu perkembangan ilmu folklor di Indonesia
bukan lagi berada dalam taraf permulaan seperti sekarang ini.
2.
Masa kini
Kegiatan-kegiatan yang
mencakup pengumpulan folklor itu luas sekali. Karena mencakup pengumpulan semua
bentuk-bentuk folklor dari semua suku bangsa yang ada di Indonesia. Pada
umumnya pengumpulan atau inventarisasi folklor ada dua macam yaitu:
a.
Pengumpulan semua judul
karangan (buku dan artikel) yang pernah ditulis orang mengenai folklor
Indonesia untuk kemudian diterbitkan berupa buku bibliografi folklor Indonesia
(baik yang beranotasi maupun tidak)
b.
Pengumpulan bahan-bahan folklor
langsung dari tutur kata orang-orang anggota kelompok yang empunya folklor dan
hasilnya kemudian diterbitkan atau diarsipkan.
Mengenai tujuan
inventarisasi yang pertama ada dua macam yaitu:
a.
Menghasilkan bibliografi biasa
yakni buku yang hanya memuat daftar judul-judul karangan mengenai folklor yang
juga mengandung nama pengarang, tempat terbit, tanggal terbit, penerbit, dan
judul karangan saja tana diberi anotasinya (ringkasan isi karangan)
b.
Menghasilkan bibliografi yang
beranotasi, yakni buku yang bukan saja mengandung daftar judul-judul karangan
mengenai folklor tetapi juga anotasi masing-masing judul karangan yakni yang
berupa antara lain ringkasan, masing-masing isi karangan dan penilaian
3.
Penggunaan Folklor di Indonesia
Sebelum kita mendalami
masing-masing bentuk folklor Indonesia, perlu kiranya kita mengetahui dahulu
sebab-sebabnya mengapa kita perlu meneliti folklor, khususnya folklor lisan dan
sebagian lisan Indonesia. Sebab utamanya adalah bahwa folklor mengungkapkan kepada
kita secara sadar atau tidak sadar bagaimana folklornya berpikir. Selain itu
folklor juga mengabadikan apa-apa yang dirasakan penting (dalam suatu masa)
oleh folk pendukungnya.
B.
Bentuk-bentuk Folklor Indonesia
Jika kebudayaan mempunyai tujuh unsur kebudayaan
universal, yakni sistem mata pencaharian hidup (ekonomi), sistem peralatan dan
perlengkapan hidup (teknologi), sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem
pengetahuan, dan sistem religi, maka folklor menurut Jan Harold Brunvand,
seorang ahli folklor dari As, dapat digolongkan kedalam tiga kelompok besar
berdasarkan tipenya yaitu:
1.
Folklor lisan
Folklor lisan adalah
folklor yang bentuknya memang murni lisan. Bentuk-bentuk yang bentuknya memang
murni lisan. Bentuk-bentuk (genre) folklor termasuk kedalam kelompok besar ini
antara lain :
a.
Bahasa rakyat (folk speech)
seperti logat, julukan, pangkat tradisional dan titel kebangsaan
b.
Ungkapan tradisional seperti
peribahasa, pepatah, dan pemeo
c.
Pertanyaan tradisional, seperti
teka-teki
d.
Puisi rakyat seperti pantun,
gurindam dan syair
e.
Cerita prosa rakyat seperti
mite, legenda, dan dongeng
f.
Dan nyanyian rakyat
1.
Folklor sebagian lisan
Folklor sebagian
lisan adalah folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan unsur
bukan lisan.,
2.
Folklor bukan lisan
Folklor bukan
lisan adalah folklor yang bentuknya bukan lisan, walaupun cara pembuatannya
diajarkan secara lisan.
C.
Beberapa contoh folklor lisan
di Indonesia
Beberapa contoh folklor lisan Indonesia yang kami
sajikan dalam karangan ini adalah mengenai
1.
Bahasa rakyat
Bentuk-bentuk folklor
Indonesia yang termasuk dalam kelompok bahasa rakyat adalah logat (dialek)
bahasa-bahasa Nusantara. Bentuk lain bahasa rakyat adalah slang. Asal slang
adalah kosa kata dan idiom para penjahat glandangan atau kolektif khusus.
Maksud diciptakannya bahasa slang ini adalah untuk menyamarkan arti bahasanya
terhadap orang luar. Pada masa kini slang dalam arti khusus itu bahasa rahasia
disebut cant.
2.
Ungkapan tradisional
Menurut Alan Dundes
peribahasa atau ungkapan tradisional sukar sekali untuk didefinisikan, bahkan
menurut Archer Taylor peribahasa tidak mungkin diberi definisi. Peribahasa
dapat dibagi menjadi empat golongan besar yaitu:
a.
Peribahasa yang sesungguhnya
adalah ungkapan tradisional yang mempunyai sifat-sifat
1)
Kalimatnya lengkap
2)
Bentuknya biasanya kurang
mengalami perubahan
3)
Mengandung kebenaran atau
kebijaksanaan
b.
Peribahasa yang tidak lengkap
kalimatnya juga mempunyai sifat-sifat seperti:
1)
Kalimatnya tidak lengkap
2)
Bentuknya sering berubah
3)
Jarang mengungkapkan kebijaksanaan
4)
Biasanya bersifat kiasan
c.
Peribahasa peumpamaan adalah
ungkapan tradisional yang biasanya dimulai
dengan kata-kata seperti atau bagai dan lain-lain.
d.
Ungkapan-ungkapan yang mirip
peribahasa adalah ungkapan-ungkapan yang dipergunakan untuk penghinaan (insult)
nyeletuk (reton) atau suatu jawaban pendek, tajam, lucu dan merupakan
peringatan yang dapat menyakitkan hati.
Selain
klasifikasi itu khusus untuk peribahasa Indonesia pernah dicoba orang untuk
mempergunakan cara yang lain yakni dengan mempergunakan cara klasifikasi yang
telah dibuat oleh folknya sendiri S Keyzer misalnya telah mengklasifikasikan
himpunan peribahasa Jawanya kedalam golongan:
a.
Peribahasa mengenai binatang
(ikan, burung, serangga dan binatang menyusui)
b.
Peribahasa mengenai
tanam-tanaman (pepohonan, buah-buahan, dan tanaman lainnya)
c.
Peribahasa mengenai manusia
d.
Peribahasa mengenai anggota
kerabat
e.
Peribahasa mengenai fungsi
anggota tubuh
3.
Pertanyaan tradisional
Pertanyaan tradisional di
Indonesia lebih dikenal dengan nama teka-teki adalah pertanyaan yang bersifat
tradisional dan mempunyai jawaban yang tradisional pula. Pertanyaan dibuat
sedemikian rupa, sehingga jawabannya sukar, bahkan seringkali juga baru dapat
dijawab setelah mengetahui lebih dahulu jawabnya. Walaupun peribahasa dan
teka-teki adalah bentuuk kecil jika dibandingkan dengan cerita prosa rakyat dan
nyanyian rakyat.
Selanjutnya menurut kedua
sarjana itu teka-teki dapat digolongkan kedalam dua kategori umum yaitu:
a.
Teka-teki yang tidak
bertentangan (no oppositional riddles)
b.
Teka-teki yang bertentangan
(oppositional riddles)
Selanjutnya
teka-teki sesungguhnya menurut Archer Taylor paling banyak mengandung enam
unsure yang ia beri nama:
a.
Pengantar (introduction)
b.
Pelukisan (description)
c.
Nama (name)
d.
Pembatas (block)
e.
Penutup (close)
f.
Jawaban (answer)
Kemudian Archer
Taylor mencoba untuk mengklasifikasikan teka-teki berdasarkan sifat hal yang
digambarkan didalam pertanyaan yang menurut dia ada tujuh ketegori umum yaitu:
a.
Persamaan dengan makhluk hidup
b.
Persamaan dengan binatang
c.
Persamaan dengan beberapa
binatang
d.
Persamaan dengan manusia
e.
Persamaan dengan beberapa orang
f.
Persamaan dengan tanaman
g.
Persamaan dengan benda
Selain ketujuh
kategori umum itu, masih ada empat ketegori lagi yaitu yang bukan berdasarkan
sifat hal yang digambarkan didalam pertanyaan, melainkan karena pertambahan
keterangan yang lebih mendetail yaitu:
a.
Pertambahan keterangan
perumpamaan
b.
Pertambahan keterangan pada
bentuk dan fungsi
c.
Pertambangan keterangan pada
warna
d.
Pertambangan keterangan dalam
tindakan
Teka-teki yang
tergolong bentuk-bentuk lainnya teka-teki yang termasuk dalam golongan ini
adalah:
a.
Pertanyaan yang bersifat
teka-teki (riddling questions) atau disebut dengan pertanyaan yang cerdik
b.
Pertanyaan yang bersifaty
permainan kata-kata
c.
Pertanyaan yang bersifat
permasalahan
d.
Pertanyaan perangkap
e.
Pertanyaan yang bernada lelucon
4.
Sajak dan puisi rakyat
Kekhususan genre folklore
ini adalah bahwa kalimatnya tidak berbentuk bebas (free phrase) melainkan
berbentuk terikat (fix phrase). Sajak atau puisi rakyat adalah kesusastraan
rakyat yang sudah tertentu bentuknya, biasanya terjadi dari beberapa deret
kalimat, ada yang berdasarkan mantra, ada yang berdasarkan panjang pendek suku
kata, lemah tekanan suara atau hanya berdasarkan irama.
5.
Cerita prosa rakyat
Dari semua bentuk genre
folklot yang paling banyak diteliti para ahli folklore adalah cerita prosa
rakyat. Menurut William R Bascom cerita prosa rakyat dapat dibagi dalam tiga
golongan yaitu :
a.
Mite
Menurut Bascom
mite adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta
dianggap suci oleh empunya cerita.
b.
Legenda
Legenda adalah prosa rakyat yang mempunyai cirri-ciri
yang mirip dengan mite yaitu dianggap pernah benar-benar terjadi tetapi tidak
dianggap suci.
c.
Dongeng
Dongeng adalah prosa rakyat yang tidak dianggap
benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita dan dongeng tidak terikat oleh
waktu maupun tempat.
6.
Dan nyanyian rakyat
Menurut Jan Harold
Brunvand nyanyian rakyat adalah salah satu genre atau bentuk folklore yang
terdiri dari kata-kata dan lagu yang beredar secara lisan diantara anggota
kolektif tertentu berbentuk tradisional serta banyak mempunyai varians.
Berbeda dengan kebanyakan
bentuk-bentuk folklore lainnya nyanyian rakyat berasal dari bermacam-macam
sumber dan timbul dalam berbagai macam media. Sering kali juga nyanyian rakyat
ini kemudian di pinjam oleh penggubah nyanyian professional untuk diolah lebih
lanjut menjadi nyanyian pop atau klasik (seriosa).
DAFTAR PUSTAKA
James. Panandjaja. 1984. Folklor Indonesia. Jakarta : PT. Temprin
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Hakikat Foklor............................................................................ 1
B.
Sejarah Perkembangan Folklor.................................................... 1
BAB IIPEMBAHASAN
A.
Penelitian Folklor di Indonesia................................................... 2
B.
Bentuk-bentuk Folklor Indonesia............................................... 3
C.
Beberapa contoh folklor lisan
di Indonesia................................. 6
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar