BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa adalah sarana komunikasi terpenting dalam
dialog. Dialog tidak dapat terjadi tanpa bahasa. Dialogika adalah ilmu tentang
seni berbicara secara dialog, dimana dua orang atau lebih berbicara atau
mengambil bagian dalam satu proses pembicaraan. Bentuk dialogika yang penting
adalah diskusi, tanya jawab, perundingan, percakapan dan debat.
Dialogika berarti ilmu tentang berbagai hakikat dari
dialog dan penerapan praktis ilmu ini dalam pembicaraan antarmanusia. Dialogika
terbagi atas dialogika spesialis dan dialogika generalis. Dalogika spesialis
adalah pembicaraan antar dan bersama dua atau tiga orang atau dalam kelompok
kecil (dengan peserta 3-4 orang). Dialogika generalis adalah segala bentuk
tukar-menukar pikiran dalam kelompok yang lebih besar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan dialogika?
2. Apa saja jenis-jenis dialogika dalam retorika?
C.Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, maka kami memiliki tujuan penulisan makalah ini sebagai
berikut:
1. Dapat
mengetahui apa yang dimaksud dengan dialogika.
2. Dapat
menentukan jenis retorika yang termasuk kedalam dialogika.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dialogika
Dialogiaka
adalah ilmu tentang seni berbicara secara dialog, di mana dua orang atau lebih
berbicara atau mengambil bagian dalam satu proses pembicaraan. Bentuk-bentuk
dialogika yang penting adalah diskusi, tanya jawab, perundingan, percakapan dan
debat.
1. Diskusi
Diskusi
berasal dari bahasa latin yaitu “Discutere”,
yang berarti membeberkan masalah. Dalam arti luas, diskusi berati
memberikan jawaban atas pertanyaan serius tentang suatu masalah objektif. Dalam
proses ini, orang mengeluarkan titik tolak pendapatnya, menjelaskan hubungan
antar masalah. Sedang dalam arti sempit diskusi berarti tukar-menukar pikiran
yang terjadi di dalam kelompok kecil atau kelompok besar.
a.
Bentuk-bentuk
diskusi
Bentuk-bentuk dialog
atau diskusi sebearnya ditentukan lebih tepat oleh tujuan dan isi diskusi.
Selanjutnya bentuk itu juga menentukn fungsi dari pemimpin diskusi atau para
peserta yang mengambil bagian dalam diskusi. Pembagian diskusi dalam uraian ini
berdasarkan tujuan, isi, dan para peserta.
1.
Diskusi
Fak
Bentuk
diskusi ini bertujuan mengolah suatu bahan di bawah bimbingan seorang ahli. Hal
ini berfungsi untuk menghindarkan kemungkinan penyimpangan dari tema dan
terutama untuk memaksa para peserta agar mengungkapkan pikirannya secara
singkat, tepat, padat, dan efektif.
2.
Diskusi
Podium
Diskusi
podium adalah penjelasan masalah dari seorang wakil kelompok dan pendapat.
Dalam diskusi podium, masalah-masalh yang bersifat umum dijelaskan secara
terbuka.
3.
Forum
Diskusi
Forum diskusi merupakan
bentuk yang sering digunakan dalam diskusi politik. Forum diskusi sebenarnya
merupakan perpaduan dari beberapa dialog. Dalam pencaturan politik para
pemimpin partai sering melakukan forum diskusi secara terbuka kepada para
pendengar atau pemirsa televisi, untuk menjelaskan program, sikap dan tujuan
partai.
4.
Diskusi
kasualis
Diskusi kasualis adalah
penelitian bersama atau suatu masalah yang kongkret atau suatu situasi kongkret
yang mengandung berbagai kemungkinan jalan keluar untuk mencapai jalan keluar
yang tepat.
Demi kelancarannya
dapat diundang seorang ahli atau yang mengetahui masalah itu untuk menjadi
pengarah atau pendamping.
b.
Persiapan
Diskusi
Dalam mempersiapkan diskusi ada tiga
bidang yang perlu diperhatikan:
1. Persiapan
Bahan
Persiapan bahan atau isi
pembicaraan suatu diskusi diawali dengan membatasi tujuan diskusi. Pembatasan
tujuan ini mencakup sasaran dan pokok pikiran untuk kesimpulan, meskipun tidak
mengandung isi konkret dari hasil yang ditargetkan. Berdasarkan tujuan diskusi
perlu juga dibatasi pokok-pokok penting isi diskusi, sehingga proses diskusi
dapat berjalan terarah. Apabila masalah yang didiskusikan itu penting,
sebaiknya mengundang seorang ahli.
Kepada para peserta yang akan
mengambil bagian dalam diskusi, diberikan informasi pada waktu mengenai bahan
diskusi, sehingga mereka dapat menyiapkan diri. Bahan informasi untuk para
peserta dapat dicantumkan sebagai lampiran dalam surat undangan yang
disampaikan kepada mereka. Dalam surat undangan dijelaskan tema, tujuan
diskusi, tempat, waktu berlangsung dan waktu diskusi.
2. Persiapan
Personal
Sejak awal hendaknya dipastikan
ahli atau pakar dan jenis kelompok pendengar yang akan diundang untuk mengambil
bagian dalam diskusi. Jumlah peserta yang ideal adalah 8-12 orang, meskipun
tidak tertutup kemungkinan untuk mengorganisasi diskusi dengan kelompok yang
besar jumlah pesertanya. Kesulitan yang dapat muncul karena kelompok peserta
yang besar adalah bahwa percaturan pendapat tidak dapat tejadi dengan setiap
peserta. Sebagian akan menjadi pendengar yang pasif.
Jauh sebelumnya hendaknya
dijelaskan kepada pakar yang ditunjuk tentang tujuan diskusi, peranannya dalam
diskusi dan diberi informasi secukupnya mengenai jenis, tingkatan pendidikan
dan harapan para peserta diskusi. Dengan ini dia dapat menyiapkan bahan yang
sesuai dengan situasi dan harapan para peserta.
3.
Persiapan Ruangan
Dalam hubungan dengan persiapan
ruangan, perlu diperhatikan aspek estetis (keindahan) fungsi dan cara duduk.
Aspek-aspek ini sangat menentukan dalam diskusi. Untuk diskusi dengan jumlah
yang tidak lebih dari 18 peserta, Schlenzka memberikan beberapa kemungkinan
seperti model c yang berbentuk huruf U, para peserta tidak terbatas pada jumlah
10 orang, tetapi dapat diatur untuk peserta yang terlalu banyak jumlahnya.
Schlenzka tidak memperhitungkan model pengaturan tempat duduk yang berbentuk
lingkaran. Bentuk ini memungkinkan kontak yang lebih dekat dan langsung antara
pemimpin diskusi dan peserta. Hanya jumlah peserta yang terbatas. Bentuk
lingkaran memberi keuntungan yakni bahwa semua peserta yang duduk pada meja
bundar atau dalam lingkaran, memiliki tingkat dan hak yang sama.
4. Pemimpin
Diskusi
Di bawah ini diberikan beberapa norma
yang dapat diubah sesuai dengan kebutuhan:
a. Pemimpin
diskusi memegang kendali dalam diskusi. Dalam situasi tertentu tugas ini dapat
diserahkan kepada orang lain yang dianggap mampu.
b. Pemimpin
membuka diskusi secara resmi. Para peserta tidak boleh berbicara tanpa melalui
pemimpin. Ketenangan selama diskusi menjadi tanggung jawab pemimpin diskusi.
c.
Giliran berbicara diberikan menurut
urutan orang yang mengangkat tangan. Tetapi pemimpin diskusi berhak mengatur
sesuai dengan pendapat pro dan kontra untuk menjadikan diskusi lebih hangat.
d.
Pemimpin juga menentukan lamanya
pembicaraan. Peserta yang berbicara lebih dari waktu yang ditetapkan harus
diperingatkan atau distop.
e.
Selama diskusi tidak boleh mengubah
tema. Apabila harus mengubah tema, maka pemimpin menjelaskan alasannya secara
tuntas.
f.
Penceramah dapat selalu diminta untuk
memberikan jawaban atau penjelasan, dan apabila dia ingin berbicara harus
diberi kesempetan.
g.
Pemimpin harus menjaga agar diskusi
hanya berkisar pada masalah, tidak boleh ada argumentatio ad hominem. Bila ada peserta yang berbicara menyimpang
dari tema, maka dia harus memperingatkan
atau membatasi. Apabila peringatan itu tidak diperhatikan, maka dia dapat
menghentikan pembicaraannya.
h.
Apabila diskusi berkembang menjadi
pertentangan yang hebat, maka pemimpin dapat mengehentikannya. Tidak semua
orang yang mengangkat tangan harus diberi kesempatan untuk berbicara. Oleh
karena itu, sebaiknya sejak awal sudah ditetapkan kapan diskusi harus ditutup.
i.
Pada akhir diskusi, setelah penceramah
menyampaikan kata-kata penutup, pemimpin dapat merangkumkan hasil diskusi lalu
dapat menutup pertemuan.
5.
Proses Diskusi
Setiap diskusi pada
umumnya melewati fase-fase seperti di bawah ini:
a. Fase
1: perkenalan dan ucapan selamat datang
b. Fase
2: pengantar ke dalam diskusi, pembatasan masalah, dan rumusan tujuan/sasaran
c. Fase
3: menciptakan situasi paling percaya.
d. Fase
4: penjelasan mengenai jalannya diskusi.
e. Fase
5: diskusi, pendaftaran nama peserta yang mau bertanya, pemberian kesempatan
bicara kepada peserta yang terdaftar, memperhatikan waktu bicara, merangkum dan
mengungkapkan kembali pendapat yang sudah diajukan, merumuskan tujuan yang
sudah tercapai, mencatat hal-hal yang penting, dan tawaran jalan keluar.
f. Fase
6: rangkuman, meringkaskan hal yang menjadi titik berat, menampilkan hal yang
telah disepakati bersama, membeberkan pendapat pro dan kontra, menawarkan jalan
keluar yang akan direalisasi, dan merangkum hasil diskusi.
g. Fase
7: penutup, rumusan penutup, ucapan terima kasih kepada para peserta atas kerja
sama yang telah dijalin, dan penghargaan atas hasil yang sudah dicapai.
h. Fase
8: pengolahan notulen
6.
Peserta diskusi
Setiap diskusi
memiliki sasaran yang berbeda sesuai dengan masalah yang dibicarakan. Oleh
karena itu juga memiliki suasana yang berbeda-beda. Tuntutan yang berlaku bagi
pemimpin diskusi pada dasarnya dapat juga berlaku bagi para peserta. Sikap para
peserta sangat mempengaruhi proses diskusi. Sikap agresif hendaknya
dihindarkan, terutama dalam diskusi bersama seorang ahli.
Dalam proses diskusi hal-hal yang
perlu diperhatikan oleh peserta adalah:
a. Masuklah
ke dalam ruangan diskusi agak lebih dahulu
b. Mendengar
dengan penuh perhatian adalah hal yang penting bagi setiap peserta diskusi
c. Informasi
itu efektif, apabila jelas dan sesuai dengan masalah yang didiskusikan
d. Apabila
rekan diskusi mengemukakan argumentasi yang sulit dimengerti dan pembuktiannya
tidak jelas, dapat dikemukakan pertanyaan untuk meminta penjelasan
e. Cara
yang sangat efektif juga adalah menuntut supaya rekan diskusi mendefinisikan
ide yang dilontarkan
f. Antara
satu argumentasi dengan argumentasi lain harus ada hubungan pikiran yang logis
g. Diskusi
harus bertumpu atas dasar kerekanan
h. Anjuran
bagi para peserta diskusi
i. Beranilah
mengambil resiko
j. Hindarkan
diri dari sikap ingat diri!
k. Bicaralah
tenang, lambat, tetapi pasti!
l. Yakinlah
bahwa setiap peserta juga sama penting!
2. TANYA JAWAB
1.
Pengertian
dan Bentuk Tanya Jawab
Tanya jawab adalah proses dialog
antara orang yang mencari informasi dengan orang yang memberikan informasi.
Pemberi informasi adalah seorang yang ahli karena sipenanya mengharapkan
informasi yang luas. Ada tiga bentuk tanya jawab, yaitu interview, konverensi
pers, dan tanya jawab pengadilan.
2.
Interview
Interview adalah dialog
antara peliput berita dengan tokoh terkemuka mengenai masalah-masalah aktual
atau masalah-masalah khusus yang menarik.
a. Persiapan
Interview
Supaya dapat membuat interview yang baik dan terarah
perlu di ketahui keterangan-keterangan mengenai pribadi yang akan di interview
dan tema. Orang yang bertanya harus menguasai bahan. Pertanyaan harus di
rencanakan dengan teliti. Pertanyaan dirumuskan dengan bahasa yang baik dan
jelas dan diucapkan dengan ramah, sehingga tercipta suasana baik. Jawan yang
menyimpang hendaknya ditanggapi secara cepat.
b.
Aturan Interview
Beberapa ketentusn yang perlu diperhatikan oleh
penanya dan penjawab :
1. Penanya
harus mengenal pribadi yang ditanya
2. Penanya
hendaknya memperhatikan jalan fikiran atau hubungan logis antara
pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan
3. Untuk
tema dan situasi tertentu, sebaiknya penanyan memberikan kuessioner kepada
orang yang di tanya sebelumnya.
4. Karena
hasil interview itu direkam atau di tulis secara stenografis
3.
Teknik
Bertanya
a. Fungsi
Pertanyaan
Pertanyaan adalah impuls untuk
mengaktifkan. Pertanyaan membantu untuk menjajagi, mendirigasi dan mempengaruhi
pendapat. Pertanyaan pada hakikatnya juga alat untuk memberi sugesti dan dalam
hal tertentu memiliki daya paksaan.
Ada dua belas pertanyaan yang dapat
membantu setiap orang untuk memulai suatu dialog yaitu tentang:
1.
Masalah-masalah umum
2.
Hal-hal khusus sampai sekecil-kecilnya
3.
Pendapat seseorang
4.
Penilaian seseorang
5.
Keinginan kehendaknya
6.
Pengalaman-pengalamanya
7.
Pendidiksn seseorang
8.
Gambaran masa depan seseorang
9.
Masalah dan kecemasan hidup
10. Rekan
kerja
11. Sanak
– keluarga
12. Hobi
b. Jenis
Pertanyaan
Dalam ilmu retorika ada berbagai macam
pertanyaan yaitu :
1. Pertanyaan
informatif
2. Pertanyaan
untuk mengontrol
3. Pertanyaan
untuk menjebak
4. Pertanyaan
untuk mengaktifkan
5. Pertanyaan
Socrates
6. Pertanyaan
retoris
7. Pertanyaan
yang ofensif
8. Pertanyaan
untuk membuka masalah baru
9. Pertanyaan
untuk menutup pertanyaan
10. Pertanyaan
alternatif
11. Pertanyaan
balik
12. Pertanyaan
yang mendirigasi
13. Pertanyaan
provokatif
14. Pertanyaan
untuk membuka pembicaraan
A. DEBAT
1. Pengertian Debat
Pada hakikatnya debat adalah saling adu argumentasi (pendapat) antarpribadi
atau antarkelompok manusia, dengan tujuan mencapai kemenangan untuk satu pihak.
Dalam debat, setiap pribadi atau kelompok mencoba menjatuhkan lawannya, supaya
pihaknya berada pada posisi yang benar.
Debat dalam bidang politik bentuk percaturan pendapat ini sering
dipraktikkan. Debat sesungguhnya adalah satu bentuk pertentangan dalam diskusi
atau dialog. Dalam proses ini para peserta sungguh-sungguh berbantah lewat
argumentasi dan bukan sekedar mau memperoleh pengertian atau pengetahuan baru.
Debat dimulai dengan meneliti pendapat dan posisi argumentatif lawan
bicara, sesudah itu berkosentrasi pada titik-titik lemah argumentasi lawan.
Selanjutnya terjadi proses adu pikiran dan pendapat secara sungguh-sungguh
sampai seorang atau sekelompok menyerah. Dapat juga terjadi bahwa perdebatan
dihentikan tanpa hasil, tanpa seorang pemenang.
Jika kelompok atau pribadi yang mengambil bagian dalam debat itu memiliki
kadar dan tingkatan pengetahuan yang sama, maka debat merupakan satu percaturan
rohani yang mengasah pikiran dan dapat membina sikap-sikap kepahlawanan.
2. Bentuk-bentuk
Debat
Ada dua
macam bentuk debat, yaitu sebagai berikut:
a. Debat Inggris
Debat Inggris ada dua kelompok yang
berhadapan: kelompok pro dan kelompok kontra. Sebelum dimulai ditentukan dua
pembicara dari setiap kelompok. Tema dan nama pembicara diperkenalkan kepada
para pendengar sebelumnya. Pada awal debat pemimpin menjelaskan secara singkat
tata tertib debat, tetapi dia tidak berbicara tentang isi tema. Moderator hanya
bertanggung jawab bahwa setiap pihak menyampaikan pendapat dan posisinya tas
cara yang wajar dan pada akhir debat mengorganisasi pemungutan suara untuk
menentukan pemenang.
Debat dimulai dengan memberi
kesempatan kepada pembicara pertama dari salah satu kelompok. Dia menyampaikan
tema. Ia tidak boleh berbicara terlalu lama, sekurang-kurangnya tidak lebih
dari sepuluh menit. Pembicara pertama harus merumuskan argumentasinya dengan
jelas dan teliti. Uraiannya skematis supaya dapat diikuti dengan mudah oleh
pendengar. Dia harus berbicara dengan keyakinan dan mengesankan, supaya dapat
menarik para pendengar untuk mengikuti kebijaksanaan kelompoknya.
Pembicara dari kelompok lain
menanggapi pendapat pembicara pertama, tetapi tidak boleh mengulang pikiran
yang sudah disampaikan. Dia harus meyakinkan para pendengarnya bahwa tentang
masalah yang sama dia atau kelompoknya juga memiliki pikiran dan pendapat
sendiri.
Para pembicara kedua dari setiap
kelompok diberi kesempatan untuk berbicara denga urutan seperti pada para
pembicara pertama. Sering kali para pembicara sudah merundingkan pokok-pokok
yang akan dibicarakan oleh masing-masing mereka.
Sesudah para pembicara dari
masing-masing kelompok menyampaikan pendapat, tiba giliran para pendengar untuk
berbicara. Meraka dapat mengemukakan pertanyaan atau menyatakan sikapnya.
Pendengar yang berbicara harus secara jelas menunjukkan pada pihak mana dia
berada.
Dalam debat
tertutup, setiap orang hanya berbicara satu kali. Oleh karena itu, pembicara
harus menyiapkan diri dan menyusun jalan pikirannya secara cermat dan teliti.
Dia harus menyampaikan sesuatu yang padat dan berisi dalam batas waktu yang
singkat. Sebaliknya, dalam debat terbuka, orang dapat berbicara lebih dari satu
kali. Sesudah semua peserta berbicara, kedua pembicara pertama dari
masing-masing kelompok manyamaikan kata penutup.
Pada akhirnya moderator memimpin
proses pemungutan suara untuk menentukan pemenang. Persetujuan dapat dinyatakan
dengan mengangkat tangan atau berdiri. Debat ditutup sesudah pengumuman
pemenang.
b. Debat Amerika
Dalam debat Amerika juga dua regu
berhadapan, tetapi masing-maisng regu menyiapkan tema melalui pengumpulan bahan
secara teliti dan penyusunan argumentasi yang cermat. Para anggota kelompok
debat ini adalah orang-orang yang terlatih dalam seni berbicara. Mereka
berdebat di depan sekelompok Juri da publikum.
Debat dimulai, apabila salah seorang
anggota regu membuka pembicaraan dengan mengemukakan ‘tesis’ dan dijawab oleh
pembicara pertama dari regu yang kedua. Proses selanjutnya berlangsung apabila
setiap anggota regu berbicara dalam urutan yang bergantian dengan anggota regu
yang lain. Semua anggota dari kedua regu mendapatkan kesempatan untuk
berbicara. Setiap pembicara harus menyampaikan pandangannya mengenai tema dan
tesis yang diperdebatkan.
Sering kali
setiap regu membagi tema ke dalam pokok-pokok penting. Pokok-pokok itu dibagi
kepada setiap anggota untuk dipelajari dan diperdalam. Dalam debat setiap orang
berbicara sebagai ahli dari pokok tersebut. Sesudah semua anggota berbicara
babak pertama selesai dan dibuka babak yang kedua.
Dalam babak
kedua, orang pertama dari regu penyanggah membuka pembicaraan. Proses
selanjutnya seperti dalam babak pertama. Setiap anggota kelompok berbicara
dalam urutan yang bergantian. Apabila setiap anggota regu sudah mendapat
kesempatan dua kali untuk berbicara, maka debat dinyatakan selesai.
Sesudah debat selesai, para Juri membuat
penilaian untuk menentukan pemenang. Aspek-aspek yang dinilai yaitu kejelian
mencari dan menyusun bahan, rumusan yang baik, keterampilan berbicara,
argumentasi yang jitu dan tersusun baik dan kesegaran berbicara.
Para Juri menjelaskan dasar
penilaiannya, sebab publikum juga ingin menimba makna dari seluruh proes debat.
Di samping itu, dipertimbangkan oleh para Juri dalam menentukan pemenang.
3. Patokan
dalam Berdebat
Ada enam belas patokan yang dapat dipergunakan dalam proses berdebat, yaitu
sebagai berikut:
1.
Kita harus berkosentrasi dan membataskan diri pada
pokok pikiran lawan bicara yang menjadi titik lemah. Apabila ternyata dari
sepuluh pikiran ada Sembilan yang benar, maka kita bertumpu pada satu pokok
yang lemah itu, di mana ada kemungkinan untuk menjatuhkan lawan.
2.
Apabila posisi kita lemah, maka kita tidak dapat
mengemukakan argumentasi yang efektif. Oleh karena itu, kita harus kembali
kepada titik lemah lawan bicara.
3.
Kita hanya boleh mengemukakan pembuktian apabila kita
tahu pasti bahwa alasan lawan bicara tidak lebih kuat daripada alasan kita
sendiri.
4.
Apabila lawan menunjukkan kelemahan argumentasi kita,
maka kita harus juga menunjukkan hal yang sama pada pihak lawan. Dengan ini
kita membuktikan bahwa pada pihak lawan juga ada kelemahan. Perdebatan menjadi
seimbang dan proses adu argumentasi dapat dilanjutkan.
5.
Kita harus membedakan antara kesalahan-kesalahan yang
terjadi dalam hubungan dengan tata sopan santun dan kesalahan-kesalahan
argumentatif yang dapat menjebak lawan bicara.
6.
Kita harus menunjukkan secara jelas kebenaran dan
kekuatan kita, sebelum lawan melihat kelemahan-kelemahan kita. Sementara itu
kita juga menyingkapkan kelemahan dan kekurangan yang tampak atau yang akan
muncul dari pihak lawan dan membeberkn secara meyakinkan kepada lawan bicara.
7.
Pikiran atau ide itu tidak menentukan. Yang menentukan
adalah tindakan. Siapa yang menerima ide itu lalu memasukkan ide itu secara
terencana, dialah pelaksana, penguasa dan pemilik ide itu dan bukan orang yang
melahirkan ide itu.
8.
Dapat terjadi bahwa karena mempergunakan suatu
perbandingan atau suatu ungkapan, seluruh pikiran tampak tidak berbobot. Tetap
segala celaan dapat diatasi dengan sikap yang sungguh-sungguh. Sebaliknya,
kesungguhan dapat dihancurkan oleh ejekan dan celaan.
9.
Orang menanggapi argumentasi lawan hanya terhadap apa
yang dikatakan pertama atau yang terakhir. apabila tidak ada kata atau
pengertian yang menghubungkan jalan pikiran kedua bagian itu, maka argumentasi
akan lemah.
10.
Siapa yang ingin menemukan kesalahan pada pikiran
lawan bicara, dia harus menyingkap sesuatu, yang tidak pernah dimunculkan dalam
proses debat itu.
11.
Apabila lawan bicara mau mengemukakan suatu hal yang
khusus, maka kita harus mencoba menggeneralisasikannya. Selama kita masih dapat
membuktikannya sebagai suatu kekelirian yang bersifat umum, kita berada pada
pihak yang beruntung.
12.
Apabila ternyata bahwa pembuktian lawan itu kuat, maka
kita harus mencoba memaparkannya kembali, tetapi dengan memanipulasikan
akibat-akibatnya, sebab akibat dari setiap proses biasanya sekurang-kurangnya
mengandung keraguan.
13.
Seringkai seseorang dapat berhasil menang dalam debat,
apabila dia menyerang pelbagai pendapat yang muncul dengan cara mengejek.
14.
Pengamatan yang tepat, pengertian yang dalam dan
logika, mengkarakterisasi suatu debat yang baik, dan ini terbukti apabila
seseorang sanggup menunjukkan bahwa argumentasi lawan itu lebih tepat dikenakan
pada satu masalah lain.
15.
Debat itu dapat dilatarbelakangi oleh sifat ingat diri
dan menuntut satu disiplin rohani-akademis yang tinggi. Berdebat pada dasarnya
mengandalkan penguasaan bahan. Di lain pihak, dalam debat orang harus tetap
menjaga sopan santun, juga dalam argumentasi ad hominem.
16.
Berdebat berarti menundukkkan lawan lewat argumentasi
atau dengan kata lain menaklukkan lawana bicara, tetapi harus dengan cara yang fair dan sportif sebagaimana dalam pertandingan olahraga.
4. Skema Pembicaraan dalam Debat
Ada dua
skema yang dapat dipergunakan sebagai senjata untuk menenangkan suatu
perdebatan, yaitu sebagai berikut:
a. Skema
Mempertahankan Posisi
Dalam debat, dimana orang harus mempertahankan posisi
dapat dipergunakan skema sebagai berikut:
1) Menunjukkan titik tolak pendapat kita.
2) Mengemukakan dasar, alasan pendapat
kita.
3) Membeberkan contoh-contoh konkret untuk
memperkuat pembuktian.
4) Menari kesimpulan.
5) Seruan untuk bertindak.
b. Skema
Dialektis
Dalam suatu debat, orang dapat mengemukakan pikiran
atau pendapatnya secara dialektis. Untuk menyusun jalan pikiran secara
dialektis dapat dipergunakan skema di bawah ini:
1)
Menyajikan titik tolak.
2)
Mengemukakan argumentasi.
3)
Menguraikan kemungkinan-kemungkinan argumentasi kontra.
4)
Penjelasan argumentasi kontra secara lebih terinci.
5)
Seruan untuk bertindak.
5. Petunjuk-petunjuk Teknis
Keberhasilan atau kegagalan suatu debat pada hakikatnya tergantung dari
kualitas pemimpin atau moderator debat. Untuk memilih dan menentukan seorang
moderator, perlu diperhatikan hal-hal di
bawah ini:
a. Ragam Pendengar
Debat yang dihadiri oleh pendengar
dari berbagai golongan dan tingkat umur, moderator hendaknya tidak boleh
terlalu mudah. Dia harus sungguh-sungguh menguasai bahan dan tema debat, atau
sekurang-kurangnya memiliki pengetahuan yang cukup tentang masalah yang
diperdebatkan.
Proses debat, moderator berusaha
untuk tetap bersikap objektif. Dia hendaknya memperhatikan tata sopan santun,
disiplin dan kalau perlu menciptakan suasana yang segar lewat humor yang sehat.
Di samping itu dia seharusnya memiliki saraf yang sehat dan suatu elastisitas jiwa
dan rohani yang baik untuk dapat menghadapi segala kesulitan yang muncul dalam
debat.
Hubungan dengan penampilan,
moderator harus memancarkan kepastian dan kewibawaan. Ia harus memancarkan
autoritas, sehingga orang dengan mudah menuruti petunjuknya. Dalam sikap dan
tingkah laku dia harus tetap netral, tidak boleh membuat pembedaan antara kawan
atau lawan. Di harus mengambil jarak dalam percaturan pendapat dan argumentasi
peserta debat. Dia harus menjadi seorang yng tidak dapat digantikan selama
debat berlangsung. Keputusannya adalah mutlak, tidak boleh diganggu gugat.
b. Peran Moderator
Sebagai pemimpin debat, dalam menjalankan
kekuasaannya, hendaknya penuh tenggang rasa dan penuh pertimbangan. Pada
dasarnya dia tidak boleh memerintah, melainkan menawarkan, tidak boleh
menteror, tetapi memberi kebebasan bergerak. Jangan menggurui, tetapi
membimbing. Dia seharusnya berhati-hati dalam mempergunakan haknya. Dia hanya
boleh bersikap tegas kalau memang perlu. Siapa yang memperhatikan tuntutan ini,
dia adalah pemimpin atau moderator yang ideal. Jarang sekali ditemukan orang
seperti ini, tetapi siapa yang berusaha, dia akan berhasil.
c.
Batas Waktu
Waktu untuk bebricara harus
ditetapkan sebelumnya. Pembicara atau pembawa referat harus diberi waktu
secukupnya untuk memaparkan temanya secara jelas. Referat atau makalah yang
dibawakan dalam debat ebaiknya tidak lebih dari 20 menit. Setiap pembicara
sebaiknya ditetapkan waktu bicaranya antara 3-5 menit. Meskipun dari
pengalaman, banyak orang tidak dapat mengungkapkan hal-hal yang penting dalam
waktu 3-5 menit, tetapi dalam hal ini moderator harus tegas, sebab jika tidak,
proses debat akan terganggu dan sasaran tidak kan tercapai atau tidak memuaskan
semua pihak.
d. Kata Penutup
Pada akhir seluruh debat, pembawa
referat atau wakil kelompok menyampaikan kata penutup. Sesudah itu moderator
mengumumkan hasil debat dan menyampaikan kata akhir untuk menutup seluruh acara
debat.
6. Kegunaan
Debat
Dalam memiliki karakter pembinaan yang tinggi, sebab lewat debat orang dilatih
dan dibina untuk menyiapkan bahan diskusi secara teliti, berpikir rasional dan
tajam, merumuskan pikiran secara teliti dan tepat sasaran, mempertenggangkan
pendnegar yang bakal ditarik untuk menerima kebijaksanaan kelompok.
Selanjutnya, debat dapat membina para peserta untuk berbicara singkat, padat
dan mengesankan.
Di lain pihak, debat dapat menyadarkan pembicara
tentang ketidakjelasan dalam berpikir dan mengungkapkan pikiran. Dalam debat
orang terbina untuk mengangkat suara pada saat yang tepat.
B. SARANA-SARANA
DIALOGIKA
Menjadikan suatu diskusi, tanya jawab atau debat berhasil, dalam arti
mencapai tujuan, bukanlah tugas yang mudah. Tidak hanya dari moderator, tetapi
juga dari setiap peserta dituntut suatu keterampilan tinggi dalam berpikir,
dalam menganalisis dan dalam merumuskan masalah. Sebagai bantuan untuk setiap
orang, dibawah ini dijelaskan dua sarana yang dapat dipergunakan dalam
dialogika untuk mempertinggi efektivitas komunkasi retoris.
1.
Mendengar
Mendengar adalah sikap yang penting dalam proses dialog dan diskusi. Setiap
peserta dalam diskusi selalu berganti peranan antara berbicara dan mendengar.
Oleh karena itu, berbicara dan mendengar saling mengarahkan, berbicara dan
mendnegar adalah dua unsur penting dalam proses komunikasi retoris, berbicara
dan mendnegar menghilangkan banyak rintangan di antara para peserta.
a. Skema Mendengar
Skema mendengar, dilihat dari segi
pendengar dapat dirumuskan sebagai berikut: “Siapa
mendnegar dan mengerti, di mana, kapan, apa, bagaimana, tentang apa, mengapa,
untuk apa, dari siapa, dan berapa lama”.
b.
Sikap Mendengar
Mendengar yang sesungguhnya menuntut kesabaran. Mendengar yang sesungghnya
berarti menangkap isi pembicaraan secara tepat, atau mendnegar sambil
menganalisis. Hal ini sangat sukit. Kebanyakan mausia tidak dapat mendengar
dengan baik, dalam arti mendengar dengan teliti dan menangkap isi pembicaraan
secara tepat, meskipun mereka dilatih untuk itu. Dalam dialogika, langkah
pertama untuk bersikap positif kepada pembicara adalah menaruh perhatian dan
mendnegarkan dia, tidak hanya mengangguk-anggukan kepala, tetapi juga
menganalisis dan menangkap isi pembicaraannya.
Dalam proses mendengar, manusia diwarnai oleh sejumlah faktor seperti
pendidikan, pengalaman, pengetahuan, perhatian, relasi dan sikap bathin.
Faktor-faktor ini akan menjadi semacam filter dalam proses mendengar, dank
arena itu dia dapat salah mengerti. Di lain pihak, siapa yang berusaha untuk
mendengar dengan sabar dan teliti, perlahan-lahan akan membina satu kesanggupan
mendnegar yang bersifat analitis, dalam arti tepat dan tajam melihat masalah
dan hubungan antarmasalah, serta turut memikirkan prasyarat atau konsejuensi
dari apa yang didengar.
c. Seni Mendengar
Mendengar adalah satu kesenian. Setiap orang hendaknya membina sikap
mendengar dalam dirinya.
2. Taktik-taktik
Retoris
Setiap orang
dapat mempergunakan taktik-taktik ini sesuai dengan situasi yang dihadapi dan
tujuan yang akan dicapai. Taktik-taktik itu sebagai berikut:
a. Taktik Afirmasi
Taktik-taktik
afirmasi adalah sebagai berikut:
1) Taktik “Ya”
Menurut taktik ini, pertanyaan
dirumuskan sedemikian rupa sehingga lawan bicara hanya dapat menjawab: “Ya” dan
perlahan-lahan menuntunnya kepada kesimpulan akhir yang jelas atau mengejutkan,
yang harus diterima tanpa syarat. Jawaban “Ya” menuntun dari lawan bicara tidak
hanya persetujuan rasional, tetapi juga secara emosional yang tidak dapat
dihindarkan. Ketika berhadapan dengan Euthypron, Socrates sudah menggunakan
taktik ini dengan sangat berhasil:
S: Karena
keahlian memelihara kuda adalah perhatian yang tepat untuk kuda, bukan?
E: Ya.
S: Dan bukan
setiap orang mengerti anjing pemburu, kecuali si pemburu, bukan?
E: Ya.
S: Karena
keahlian memburu adalah perhatian yang tepat untuk sapi, bukan?
E: Ya.
S: Dan
keahlian beternak sapi adalah perhatian yang tepat untuk sapi, bukan?
E: Ya,
tentu.
S: Jadi,
kalau begitu Euthypron, kesalehan adalah perhatian yang tepat untuk para dewa,
bukan?
E: Ya.
2)
Taktik Mengulang
Ini adalah gaya bahasa yang tidak
hanya dikenal pada zaman antik Yunani, tetapi juga pada zaman modern. Napoleon
mengatakan: pengulangan adalah satu-satunya gaya bahasa yang benar. Senator
Robert Kennedy menyebutkan di dalam pidatonya yang terkenal pada tanggal 16
Maret 1968, hanya dalam kalimat pertama enam kali pencalonannya sebagai
Presiden. Gaya bahasa ini juga sangat efektif dalam dunia reklame.
Contoh: orang tidak sering
menunjukkan hal ini bahwa…. Sekali lagi saya katakan, betapa penting hal ini….
Secara khusus saya mau tekankan…. Saya mengulangi….
Sebaliknya, gaya bahasa ini tidak boleh dipergunakan untuk menyampaikan
yang palsu, yang tidak benar, karena akan membawa efek negatif: orang tidak
percaya kepada pembicara.
3) Taktik Sugesti
Taktik ini bermaksud mempermudah
lawan bicara menyetujui pikiran, anjuran dan hasil pertimbangan kita.
Contoh: Inilah yang paling tepat dan
cocok bagi anda. Hanya saja, anda memiliki dalam koleksi anda….Program baru ini
akan memberi keuntungan kepada anda….Dalam satu tahun, pasti modal anda akan
kembali….Saya serahkan buku petunjuk ini kepada anda. Silahkan!
4) Taktik Kebersamaan
Untuk menumbuhkan rasa kebersamaan
(perasaan “kita”), atas sukses yang diraih bersama hingga saat ini, atau
himbauan tentang kerja sama yang efektif sampai saat ini, dapat membantu untuk
keluar dari jalan buntu.
Contoh: Pikirkan segala kerja sama
kita yang berhasil baik selama ini! Bukankah sampai saat ini kita selalu
menyelesaikan segala asalah dengan cara yang baik? Oleh karena itu marilah kita
bersama-sama berusaha menanggulangi masalah ini. Apa yang dapat kita lakukan?
5) Taktik Kompromi
Kompromi adalah satu taktik yang
dipakai dalam situasi yang sulit untuk mencapai keseimbangan rasional.
Contoh: Pendapat kami tidak jau
berbeda sebagaimana diperkirakan. Menurut saya kita sependapat dalam hal
ini….Mari kita pusatkan perhatian kita selanjutnya pada pokok ini….F. Schleger
mengatakan: Perbedaan pendapat justru memperkuat kesepakatan yang murni.
6)
Taktik Konsensus
Taktik ini menampilkan di depan mata
pendengar rangkuman pendapat kita yang sudah disetujui dan menggerakkan hati
mereka untuk menuruti pendapat kita, menyetujui perjanjian yang dibuat,
menerima anjuran atau membeli hasil produksi kita.
Contoh: Coba kita lihat kembali apa
yang sudah kita bicarakan. Lihat: kita semua sepakat khususnya dalam
mengartikan apa itu “demokrasi”. Oleh karena itu kita sebenarnya sependapat
bahwa….Kita setuju, bahwa….Maka dari itu marilah kita bersama-sama….
b. Taktik Defensif
Taktik-taktik defensif adalah sebagai
berikut:
1)
Taktik Menunda
Taktik ini
dipergunakan apabila ada keberatan bahwa ceramah atau penjelasan yang
dikemukakan kurang jelas atau kurang mengandung argumentasi yang kuat.
Pembicara dapat secara taktis menunda penjelasan pada kesempatan berikut.
Contoh: Saya
akan menanggapi pertanyaan anda. Tetapi pada kesempatan ini rasanya tidak cukup
waktu untuk menanggapi pertanyaan anda. Dalam ceramah berikut saya baru akan
memberikan tanggapan mengenai pertanyaan ini.
2) Taktik Mengelak
Dapat
terjadi bahwa pikiran atau pendapat pembicara diragukan. Pembicara menghadapi
kesulitan untuk menjelaskan posisinya. Dalam kesempitan dn kesulitan seperti
ini, pembicaa menyebutkan kutipan atau ucapan seorang ahli sehingga lawan
bicara dapat dikonfrontasikan langsung dengan pendapat ahli tersebut.
Contoh:
Andre Cide mengatakan: “Di dalam silogismus, saya hanya menemukan apa yang
sebelumnya saya siratkan”. Perdana Menteri X beberapa saat lalu mengatakan hal
yang sama. Albert Einstein pernah menegaskan bahwa….Coba anda baca tentang hal
tersebut dalam prospek ini.
3)
Taktik “Ya…tetapi”
Menurut taktik ini, kita menghargai
dan menyetujui pendapat lawan bicara, tetapi aplikasinya disesuaikan dengan
pendapat kita. Ini adalah satu cara untuk menyimpang secara halus dari titik
tolak lawan bicara.
Contoh: Saya dapat memahami secara
jelas pendapat anda, tetapi…. Sampai pada tingkat tertentu anda benar, hanya…
Saya setuju sekali dengan pendapat anda, hanya saja orang tidak boleh
mengabaikan, bahwa… Saya mengerti baik sekali kecemasan anda. Tetapi harus
disadari dengan itu orang lupa akan…
4)
Taktik Mengangkat
Untuk memperoleh persetujuan peserta
atas pendapat kita, kita mengangkat dan menghormati pendapat yang berbeda dari
lawan bicara. Dengan itu dia dapat lebih baik belajar menghargai pendapat kita.
Contoh: Saudara-saudara, saya tahu,
bahwa beberapa di antara anda memiliki pendapat yang berbeda dari pendapat
saya. Saya menghormati pendapat anda. Tetapi coba anda pahami juga pendapat
saya… Coba anda menempatkan diri ke dalam situasi saya. Mungkin anda akan bertindak
sama seperti saya!
5)
Taktik Berterima Kasih
Orang datang kepada kita dengan
banyak kesulitan yang membebani. Kita mengucapkan terima kasih kepadanya atas
informasi itu, meskipun tidak menyenangkan kita, tetapi justru dengan itu
mereka dibebaskan dari tekanan emosional.
Contoh: Saya berterima kasih karena
anda mau menyampaikan kesulitan anda secara terus terang. Memang tugas kami
untuk membantu anda. Saya mengucapkan terima kasih karena dengan begitu kami
menyadari kesalahan ini, dan kami terbantu untuk menolong banyak orang lain.
6)
Taktik Merelativasi
Taktik ini menempatkan keberatan
lawan bicara ke dalam konteks dan relasi, sehingga dengan itu pendapatnya
menjadi relatif.
Contoh: Bukankah segala sesuatu
harus dipandang secara relatif? Apa artinya
mahal? Bukankah sering terjadi bahwa barang yang paling murah justru sebenarnya
yang paling mahal? Bukankah pengertian “sukar” dimengerti secara relatif?
Nietzsche mengatakan, “Kalimat ‘Semuanya adalah interpretasi’ sebenarnya adalah
interpretasi”.
7)
Taktik Menguraikan
Apabila lawan bicara menyampaikan
seonggok keberatan, kesulitan dan kritikan, maka kita menguraikan dan
menganalisis semua beberan itu satu persatu secara teliti, sambil menunjukkan
titik-titik lemahnya.
Contoh: Coba kita teliti catalog
keberatan anda satu demi satu. Mari kita lihat bersama-sama di mna ada titik
lemah. Mungkin saya dapat membantu. Apakah mungkin anda melihat pokok ini
terlalu dramatis? Di sini dapat muncul salah pengertian yang dapat dijelaskan
sebagai berikut…
8)
Taktik Membiarkan
Taktik ini membiarkan lawan bicara
menyampaikan maksud dan pikiran, sementara kita endengarkan dengan penuh
perhatian tanpa memberikan reaksi. Yang penting ialah tidak menghalangi
pembicaraannya, kecuali ada pertanyaan. Sesudah selesai, kita menjelaskan
sambil memberikan tanggapan yang bertentangan dengan pendapatnya.
Contoh: Bolehkah saya merangkum
pembicaraan anda? Anda berpendapat bahwa…. Apa saya tidak keliru? Anda yakin
bahwa…. Dalam hal ini saya punya pendapat lain…. Dan saya mohon untuk
dipertimbangkan lagi….
c. Taktik Ofensif
Taktik-taktik ofensif adalah sebagai berikut:
1)
Taktik Antisipasi
Sementara lawan bicara menyampaikan pendapat, kita
sudah mengantisipasi kelemahannya. Sesudah itu kita langsung menjatuhkan
pendapatnya dengan mengemukakan argumentasi kontra.
Contoh: Barangkali anda akan menyampaikan kebaratan
bahwa… Pasti anda mau bertanya kepada saya entah…. Pikiran sebaliknya adalah
bahwa….Oleh karena itu jawabannya adalah bahwa…
2)
Taktik Mengagetkan
Lawan bicara menentang dengan satu pertanyaan
negative. Kita mengejutkan dia dengan satu jawaban balik dari sudut pandangan
yang tak diduganya. Jawaban balik ini dapat bersifat paradox untuk
menghilangkan keseimbangan dalam dirinya dan untuk dapat mengarahkan dia.
Contoh: Oleh karena itu saya menasihati anda supaya… Justru karena itulah… Maka dari itu saya menganjurkan kepada
anda… Keberatan ini memang sudah
lama saya nantikan. Sebagaimana
saya, anda mengerti bahwa… Bahkan
anda mengerti lebih baik daripada saya bahwa…
3) Taktik Bertanya Balik
Taktik ini melemparkan kepada lawan bicara satu
pertanyaan balik yang menyebabkan dia melepaskan pendasaran keberatannya, dan
menerima kekeliruannya sendiri.
Contoh: Mengapa anda percaya bahwa titik tolak adalah
satu-satunya yang paling baik? Apakah
anda juga tidak berpendapat bahwa…? Apakah
saya tidak keliru? Jadi anda mengatakan bahwa…? Izinkan saya bertanya: mengapa anda katakan bahwa pembicaraan
melantur? Apakah tidak mungkin
bahwa…? Apakah tidak bisa juga
dipikirkan bahwa…?
4)
Taktik Provokasi
Taktik ini memaksa lawna bicara untuk berbicara terus
terang. Ini adalah satu model pertanyaan agresif, yang sering dipergunakan oleh
para wartawan.
Contoh: Itu saya tidak percaya! Saya meragukan pendapat itu.
Itu tidak benar, itu omong kosong! Anda
sendiri tidak percaya pada apa yang anda katakan. Katakan, kapan anda
meletakkan jabatan? Berapa lama lagi
anda mau membohongi kami? Sejak
kapan anda memperkaya keluarga anda?
5)
Taktik Mencakup
Taktik ini melihat argumentasi lawan dnegan satu
pengamatan yang mencakup dan lebih tinggi, sehingga dengan itu argumentasi itu
sendiri dilemahkan dan tidak berlaku untuk dirinya sendiri.
Contoh: Jawaban “tidak” dari anda, pada mlanya
sebenarnya adalah “ya”. Apabila sekarang anda mengatakan “tidak”, maka menurut
hemat saya anda pada hakikatnya mengiyakan hal itu. Sebab “jawaban ‘ya’ itu
terdiri dari banyak jawaban “tidak” dalam hal-hal kecil”.
6)
Taktik Melebih-lebihkan
Lewat taktik ini orang secara sadar melebih-lebihkan
pernyataan lawna bicara untuk mempengaruhi lawan bicara atau supaya dia menarik
kembali pernyataannya.
Contoh: Dengan itu anda ingin mengatakan bahwa semua
pejabat itu koruptor? Tidak, saya tidak bermaksud begitu….
7)
Taktik Memotong
Taktik ini dipergunakan untuk mengontrol pembicaraan
yang berbicara terlalu banyak. Pembicaraannya dipotong dnegan tiba-tiba dengan
alas an untuk menyampaikan sesuatu yang penting.
Contoh: Bolehkah saya menyampaikan sesuatu yang
penting secara singkat? Sabar, boleh saya jawab sebentar? Coba beri kesempatan
kepada Tuan X untuk mengungkapkan pendapatnya atas apa yang baru anda katakan?
Saya tidak mau memotong pembicaraan anda, tetapi hanya mau berbicara sedikit.
d. Taktik Negasi
Taktik-taktik negasi adalah sebagai berikut:
1) Taktik “Tidak”
Taktik ini menyangkal pendapat lawan
bicara secara langsung karena menuntut penjelasan yang tuntas. Di lain pihak
cara ini dapat menciptakan permusuhan, karena melukai lawan bicara. Oleh karena
itu sebaiknya mengemukakan pertanyaan-pertanyaan retoris.
Contoh : Bukan, itu tidak benar!
Bukan, tentang hal ini saya tahu lebih baik! Helmut Schmidt dalam suatu
interview menjawab kepada Reporter
Rohlinger sebagai berikut: Itu satu pertanyaan yang bodoh, tetapi saya
tidak keberatan, andaikan anda… Untuk menghindarkan perasaan tersinggung pada
lawan bicara, dapat dipergunakan rumusan-rumusan yang yang lebih moderat
seperti di bawah ini: Jangan katakan: Anda bohong! Lebih baik: Apakah anda
sungguh-sungguh mengatakan yang benar? atau, jangan katakana: Anda tidak
membaca keterangan yang dilampirkan! Lebih baik mengatakan: Apakah anda sudah
membaca keterangan-keterangan yang dilampirkan? Dengan cara ini, tak seorang
pun merasa diremehkan atau terluka, tetapi setiap orang yang mendengar, tahu
apa yang sebenarnya dimaksudkan.
2)
Taktik Kontradiksi
Taktik ini mengemukakan pernyataan
kontradiktoris (pertentangan secara esensial) atas apa yang dikatakan oleh
lawan bicara.
Contoh: Meskipun keberatan anda itu
benar, tetapi tidak membuktikan apa-apa!
(Maksudnya, apa yang dikatakan tidak benar.) Itu tidak pernah terjadi, tetapi
anda terlalu melebih-lebihkan! (Membuktikan bahwa lawan bicara melebih-lebihkan
masalah).
BAB
III
PEMBAHASAN
A. Hal
pokok yang dijadikan materi pembahasan
1. Apa
saja jenis-jenis komunikasi dalam dialogika?
2. Apa
saja bentuk-bentuk diskusi?
3. Persiapan
yang harus dilakukan dalam diskusi?
4. Aturan-aturan
dalam sebuah interview?
5. Bentuk-bentuk
debat?
6. Skema
pembicaraan dalam debat?
B. Jawaban
materi pembahasan
1. Jenis-jenis
atau bentuk komunikasi dalam dialogik yaitu: diskusi, tanya jawab, dan debat
2. Bentuk-bentuk
dialog atau diskusi sebearnya ditentukan lebih tepat oleh tujuan dan isi
diskusi. Selanjutnya bentuk itu juga menentukn fungsi dari pemimpin diskusi
atau para peserta yang mengambil bagian dalam diskusi. Pembagian diskusi dalam
uraian ini berdasarkan tujuan, isi, dan para peserta.
Ø
Diskusi
Fak
Bentuk diskusi ini
bertujuan mengolah suatu bahan di bawah bimbingan seorang ahli. Hal ini
berfungsi untuk menghindarkan kemungkinan penyimpangan dari tema dan terutama
untuk memaksa para peserta agar mengungkapkan pikirannya secara singkat, tepat,
padat, dan efektif.
Ø Diskusi Podium
Diskusi podium adalah
penjelasan masalah dari seorang wakil kelompok dan pendapat. Dalam diskusi
podium, masalah-masalh yang bersifat umum dijelaskan secara terbuka.
Ø Forum Diskusi
Forum diskusi merupakan
bentuk yang sering digunakan dalam diskusi politik. Forum diskusi sebenarnya
merupakan perpaduan dari beberapa dialog. Dalam pencaturan politik para
pemimpin partai sering melakukan forum diskusi secara terbuka kepada para
pendengar atau pemirsa televisi, untuk menjelaskan program, sikap dan tujuan
partai.
Ø Diskusi kasualis
Diskusi kasualis adalah
penelitian bersama atau suatu masalah yang kongkret atau suatu situasi kongkret
yang mengandung berbagai kemungkinan jalan keluar untuk mencapai jalan keluar
yang tepat.
Demi kelancarannya
dapat diundang seorang ahli atau yang mengetahui masalah itu untuk menjadi
pengarah atau pendamping.
3. Persiapan
dalam sebuah diskusi meliputi:
Ø Persiapan
Bahan
Persiapan bahan atau isi
pembicaraan suatu diskusi diawali dengan membatasi tujuan diskusi. Pembatasan
tujuan ini mencakup sasaran dan pokok pikiran untuk kesimpulan, meskipun tidak
mengandung isi konkret dari hasil yang ditargetkan. Berdasarkan tujuan diskusi
perlu juga dibatasi pokok-pokok penting isi diskusi, sehingga proses diskusi
dapat berjalan terarah. Apabila masalah yang didiskusikan itu penting,
sebaiknya mengundang seorang ahli.
Kepada para peserta yang akan
mengambil bagian dalam diskusi, diberikan informasi pada waktu mengenai bahan
diskusi, sehingga mereka dapat menyiapkan diri. Bahan informasi untuk para
peserta dapat dicantumkan sebagai lampiran dalam surat undangan yang
disampaikan kepada mereka. Dalam surat undangan dijelaskan tema, tujuan
diskusi, tempat, waktu berlangsung dan waktu diskusi.
Ø Persiapan
Personal
Sejak awal hendaknya dipastikan
ahli atau pakar dan jenis kelompok pendengar yang akan diundang untuk mengambil
bagian dalam diskusi. Jumlah peserta yang ideal adalah 8-12 orang, meskipun
tidak tertutup kemungkinan untuk mengorganisasi diskusi dengan kelompok yang
besar jumlah pesertanya. Kesulitan yang dapat muncul karena kelompok peserta
yang besar adalah bahwa percaturan pendapat tidak dapat tejadi dengan setiap
peserta. Sebagian akan menjadi pendengar yang pasif.
Jauh sebelumnya
hendaknya dijelaskan kepada pakar yang ditunjuk tentang tujuan diskusi,
peranannya dalam diskusi dan diberi informasi secukupnya mengenai jenis,
tingkatan pendidikan dan harapan para peserta diskusi. Dengan ini dia dapat
menyiapkan bahan yang sesuai dengan situasi dan harapan para peserta.
Ø Persiapan
Ruangan
Dalam hubungan dengan persiapan ruangan,
perlu diperhatikan aspek estetis (keindahan) fungsi dan cara duduk. Aspek-aspek
ini sangat menentukan dalam diskusi. Untuk diskusi dengan jumlah yang tidak
lebih dari 18 peserta, Schlenzka memberikan beberapa kemungkinan seperti model
c yang berbentuk huruf U, para peserta tidak terbatas pada jumlah 10 orang,
tetapi dapat diatur untuk peserta yang terlalu banyak jumlahnya. Schlenzka
tidak memperhitungkan model pengaturan tempat duduk yang berbentuk lingkaran.
Bentuk ini memungkinkan kontak yang lebih dekat dan langsung antara pemimpin
diskusi dan peserta. Hanya jumlah peserta yang terbatas. Bentuk lingkaran memberi
keuntungan yakni bahwa semua peserta yang duduk pada meja bundar atau dalam
lingkaran, memiliki tingkat dan hak yang sama.
4. Aturan
Interview
Beberapa ketentusn yang perlu
diperhatikan oleh penanya dan penjawab :
Ø Penanya
harus mengenal pribadi yang ditanya
Ø Penanya
hendaknya memperhatikan jalan fikiran atau hubungan logis antara
pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan
Ø Untuk
tema dan situasi tertentu, sebaiknya penanyan memberikan kuessioner kepada
orang yang di tanya sebelumnya.
Ø Karena
hasil interview itu direkam atau di tulis secara stenografis
5.
Bentuk-bentuk Debat
Ada dua macam bentuk debat, yaitu sebagai berikut:
Ø Debat Inggris
Debat Inggris ada dua kelompok yang berhadapan:
kelompok pro dan kelompok kontra. Sebelum dimulai ditentukan dua pembicara dari
setiap kelompok. Tema dan nama pembicara diperkenalkan kepada para pendengar
sebelumnya. Pada awal debat pemimpin menjelaskan secara singkat tata tertib
debat, tetapi dia tidak berbicara tentang isi tema. Moderator hanya bertanggung
jawab bahwa setiap pihak menyampaikan pendapat dan posisinya tas cara yang
wajar dan pada akhir debat mengorganisasi pemungutan suara untuk menentukan
pemenang.
Debat dimulai dengan memberi kesempatan kepada
pembicara pertama dari salah satu kelompok. Dia menyampaikan tema. Ia tidak boleh
berbicara terlalu lama, sekurang-kurangnya tidak lebih dari sepuluh menit.
Pembicara pertama harus merumuskan argumentasinya dengan jelas dan teliti.
Uraiannya skematis supaya dapat diikuti dengan mudah oleh pendengar. Dia harus
berbicara dengan keyakinan dan mengesankan, supaya dapat menarik para pendengar
untuk mengikuti kebijaksanaan kelompoknya.
Pembicara dari kelompok lain menanggapi pendapat
pembicara pertama, tetapi tidak boleh mengulang pikiran yang sudah disampaikan.
Dia harus meyakinkan para pendengarnya bahwa tentang masalah yang sama dia atau
kelompoknya juga memiliki pikiran dan pendapat sendiri.
Para pembicara kedua dari setiap kelompok diberi
kesempatan untuk berbicara denga urutan seperti pada para pembicara pertama.
Sering kali para pembicara sudah merundingkan pokok-pokok yang akan dibicarakan
oleh masing-masing mereka.
Sesudah para pembicara dari masing-masing kelompok
menyampaikan pendapat, tiba giliran para pendengar untuk berbicara. Meraka
dapat mengemukakan pertanyaan atau menyatakan sikapnya. Pendengar yang
berbicara harus secara jelas menunjukkan pada pihak mana dia berada.
Dalam debat tertutup, setiap orang hanya berbicara
satu kali. Oleh karena itu, pembicara harus menyiapkan diri dan menyusun jalan
pikirannya secara cermat dan teliti. Dia harus menyampaikan sesuatu yang padat
dan berisi dalam batas waktu yang singkat. Sebaliknya, dalam debat terbuka,
orang dapat berbicara lebih dari satu kali. Sesudah semua peserta berbicara,
kedua pembicara pertama dari masing-masing kelompok manyamaikan kata penutup. Pada
akhirnya moderator memimpin proses pemungutan suara untuk menentukan pemenang.
Persetujuan dapat dinyatakan dengan mengangkat tangan atau berdiri. Debat
ditutup sesudah pengumuman pemenang.
Ø Debat Amerika
Dalam debat Amerika juga dua regu berhadapan, tetapi
masing-maisng regu menyiapkan tema melalui pengumpulan bahan secara teliti dan
penyusunan argumentasi yang cermat. Para anggota kelompok debat ini adalah
orang-orang yang terlatih dalam seni berbicara. Mereka berdebat di depan
sekelompok Juri da publikum.
Debat dimulai, apabila salah seorang anggota regu
membuka pembicaraan dengan mengemukakan ‘tesis’ dan dijawab oleh pembicara
pertama dari regu yang kedua. Proses selanjutnya berlangsung apabila setiap
anggota regu berbicara dalam urutan yang bergantian dengan anggota regu yang
lain. Semua anggota dari kedua regu mendapatkan kesempatan untuk berbicara.
Setiap pembicara harus menyampaikan pandangannya mengenai tema dan tesis yang
diperdebatkan.
Sering kali setiap regu membagi tema ke dalam
pokok-pokok penting. Pokok-pokok itu dibagi kepada setiap anggota untuk
dipelajari dan diperdalam. Dalam debat setiap orang berbicara sebagai ahli dari
pokok tersebut. Sesudah semua anggota berbicara babak pertama selesai dan
dibuka babak yang kedua.
Dalam babak kedua, orang pertama dari regu penyanggah
membuka pembicaraan. Proses selanjutnya seperti dalam babak pertama. Setiap
anggota kelompok berbicara dalam urutan yang bergantian. Apabila setiap anggota
regu sudah mendapat kesempatan dua kali untuk berbicara, maka debat dinyatakan
selesai.
Sesudah debat selesai, para Juri membuat penilaian
untuk menentukan pemenang. Aspek-aspek yang dinilai yaitu kejelian mencari dan
menyusun bahan, rumusan yang baik, keterampilan berbicara, argumentasi yang
jitu dan tersusun baik dan kesegaran berbicara.
Para Juri menjelaskan dasar penilaiannya, sebab
publikum juga ingin menimba makna dari seluruh proes debat. Di samping itu,
dipertimbangkan oleh para Juri dalam menentukan pemenang.
6.
Ada dua skema yang dapat dipergunakan sebagai senjata
untuk menenangkan suatu perdebatan, yaitu sebagai berikut:
a. Skema Mempertahankan Posisi
Dalam debat, dimana orang harus mempertahankan posisi
dapat dipergunakan skema sebagai berikut:
1) Menunjukkan titik tolak pendapat kita.
2) Mengemukakan dasar, alasan pendapat
kita.
3) Membeberkan contoh-contoh konkret untuk
memperkuat pembuktian.
4) Menari kesimpulan.
5) Seruan untuk bertindak.
b. Skema Dialektis
Dalam suatu debat, orang dapat mengemukakan pikiran
atau pendapatnya secara dialektis. Untuk menyusun jalan pikiran secara
dialektis dapat dipergunakan skema di bawah ini:
1) Menyajikan titik
tolak.
2) Mengemukakan
argumentasi.
3) Menguraikan
kemungkinan-kemungkinan argumentasi kontra.
4) Penjelasan argumentasi
kontra secara lebih terinci.
5) Seruan untuk bertindak.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Sebagai
salah satu jenis keterampilan dalam retorika dialogika sangat penting untuk
dipelajari. Karena dalam dialogika memuat jenis-jenis dialogika seperti diskusi,
tanya jawab, dan debat. Yang masing-masing dari ketiga jenis itu sering kita
gunakan dalam beretorika selain pidato.
B.
Saran
Dalam
pembahasan ini banyak hal-hal yang penting yang wajib kita pelajari dalam
melakukan diskusi, debat, dan tanya jawab. Maka pelajari keterampilan tersebut
dengan memperhatikan teknik-tekniknya.
DAFTAR
PUSTAKA
Hendrikus, Dori Wuwur. Retorika.Yogyakarta: Penerbit
Kanisius, 1991.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar