Selasa, 20 Maret 2018

Dialogika dalam Retorika


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa adalah sarana komunikasi terpenting dalam dialog. Dialog tidak dapat terjadi tanpa bahasa. Dialogika adalah ilmu tentang seni berbicara secara dialog, dimana dua orang atau lebih berbicara atau mengambil bagian dalam satu proses pembicaraan. Bentuk dialogika yang penting adalah diskusi, tanya jawab, perundingan, percakapan dan debat.
Dialogika berarti ilmu tentang berbagai hakikat dari dialog dan penerapan praktis ilmu ini dalam pembicaraan antarmanusia. Dialogika terbagi atas dialogika spesialis dan dialogika generalis. Dalogika spesialis adalah pembicaraan antar dan bersama dua atau tiga orang atau dalam kelompok kecil (dengan peserta 3-4 orang). Dialogika generalis adalah segala bentuk tukar-menukar pikiran dalam kelompok yang lebih besar.

B. Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan dialogika?
2.       Apa saja jenis-jenis dialogika dalam retorika?

C.Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka kami memiliki tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:
1.      Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan dialogika.
2.      Dapat menentukan jenis retorika yang termasuk kedalam dialogika.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Dialogika
Dialogiaka adalah ilmu tentang seni berbicara secara dialog, di mana dua orang atau lebih berbicara atau mengambil bagian dalam satu proses pembicaraan. Bentuk-bentuk dialogika yang penting adalah diskusi, tanya jawab, perundingan, percakapan dan debat.

1. Diskusi
Diskusi berasal dari bahasa latin yaitu “Discutere”, yang berarti membeberkan masalah. Dalam arti luas, diskusi berati memberikan jawaban atas pertanyaan serius tentang suatu masalah objektif. Dalam proses ini, orang mengeluarkan titik tolak pendapatnya, menjelaskan hubungan antar masalah. Sedang dalam arti sempit diskusi berarti tukar-menukar pikiran yang terjadi di dalam kelompok kecil atau kelompok besar.
a.      Bentuk-bentuk diskusi
Bentuk-bentuk dialog atau diskusi sebearnya ditentukan lebih tepat oleh tujuan dan isi diskusi. Selanjutnya bentuk itu juga menentukn fungsi dari pemimpin diskusi atau para peserta yang mengambil bagian dalam diskusi. Pembagian diskusi dalam uraian ini berdasarkan tujuan, isi, dan para peserta.
1.         Diskusi Fak
Bentuk diskusi ini bertujuan mengolah suatu bahan di bawah bimbingan seorang ahli. Hal ini berfungsi untuk menghindarkan kemungkinan penyimpangan dari tema dan terutama untuk memaksa para peserta agar mengungkapkan pikirannya secara singkat, tepat, padat, dan efektif.
2.         Diskusi Podium
Diskusi podium adalah penjelasan masalah dari seorang wakil kelompok dan pendapat. Dalam diskusi podium, masalah-masalh yang bersifat umum dijelaskan secara terbuka.


3.      Forum Diskusi
Forum diskusi merupakan bentuk yang sering digunakan dalam diskusi politik. Forum diskusi sebenarnya merupakan perpaduan dari beberapa dialog. Dalam pencaturan politik para pemimpin partai sering melakukan forum diskusi secara terbuka kepada para pendengar atau pemirsa televisi, untuk menjelaskan program, sikap dan tujuan partai.

4.      Diskusi kasualis
Diskusi kasualis adalah penelitian bersama atau suatu masalah yang kongkret atau suatu situasi kongkret yang mengandung berbagai kemungkinan jalan keluar untuk mencapai jalan keluar yang tepat.
Demi kelancarannya dapat diundang seorang ahli atau yang mengetahui masalah itu untuk menjadi pengarah atau pendamping.

b.      Persiapan Diskusi
Dalam mempersiapkan diskusi ada tiga bidang yang perlu diperhatikan:
1.      Persiapan Bahan
Persiapan bahan atau isi pembicaraan suatu diskusi diawali dengan membatasi tujuan diskusi. Pembatasan tujuan ini mencakup sasaran dan pokok pikiran untuk kesimpulan, meskipun tidak mengandung isi konkret dari hasil yang ditargetkan. Berdasarkan tujuan diskusi perlu juga dibatasi pokok-pokok penting isi diskusi, sehingga proses diskusi dapat berjalan terarah. Apabila masalah yang didiskusikan itu penting, sebaiknya mengundang seorang ahli.

Kepada para peserta yang akan mengambil bagian dalam diskusi, diberikan informasi pada waktu mengenai bahan diskusi, sehingga mereka dapat menyiapkan diri. Bahan informasi untuk para peserta dapat dicantumkan sebagai lampiran dalam surat undangan yang disampaikan kepada mereka. Dalam surat undangan dijelaskan tema, tujuan diskusi, tempat, waktu berlangsung dan waktu diskusi.


2.      Persiapan Personal
Sejak awal hendaknya dipastikan ahli atau pakar dan jenis kelompok pendengar yang akan diundang untuk mengambil bagian dalam diskusi. Jumlah peserta yang ideal adalah 8-12 orang, meskipun tidak tertutup kemungkinan untuk mengorganisasi diskusi dengan kelompok yang besar jumlah pesertanya. Kesulitan yang dapat muncul karena kelompok peserta yang besar adalah bahwa percaturan pendapat tidak dapat tejadi dengan setiap peserta. Sebagian akan menjadi pendengar yang pasif.

Jauh sebelumnya hendaknya dijelaskan kepada pakar yang ditunjuk tentang tujuan diskusi, peranannya dalam diskusi dan diberi informasi secukupnya mengenai jenis, tingkatan pendidikan dan harapan para peserta diskusi. Dengan ini dia dapat menyiapkan bahan yang sesuai dengan situasi dan harapan para peserta.

3.    Persiapan Ruangan
Dalam hubungan dengan persiapan ruangan, perlu diperhatikan aspek estetis (keindahan) fungsi dan cara duduk. Aspek-aspek ini sangat menentukan dalam diskusi. Untuk diskusi dengan jumlah yang tidak lebih dari 18 peserta, Schlenzka memberikan beberapa kemungkinan seperti model c yang berbentuk huruf U, para peserta tidak terbatas pada jumlah 10 orang, tetapi dapat diatur untuk peserta yang terlalu banyak jumlahnya. Schlenzka tidak memperhitungkan model pengaturan tempat duduk yang berbentuk lingkaran. Bentuk ini memungkinkan kontak yang lebih dekat dan langsung antara pemimpin diskusi dan peserta. Hanya jumlah peserta yang terbatas. Bentuk lingkaran memberi keuntungan yakni bahwa semua peserta yang duduk pada meja bundar atau dalam lingkaran, memiliki tingkat dan hak yang sama.

4.      Pemimpin Diskusi
Di bawah ini diberikan beberapa norma yang dapat diubah sesuai dengan kebutuhan:
a.       Pemimpin diskusi memegang kendali dalam diskusi. Dalam situasi tertentu tugas ini dapat diserahkan kepada orang lain yang dianggap mampu.
b.      Pemimpin membuka diskusi secara resmi. Para peserta tidak boleh berbicara tanpa melalui pemimpin. Ketenangan selama diskusi menjadi tanggung jawab pemimpin diskusi.
c.    Giliran berbicara diberikan menurut urutan orang yang mengangkat tangan. Tetapi pemimpin diskusi berhak mengatur sesuai dengan pendapat pro dan kontra untuk menjadikan diskusi lebih hangat.
d.   Pemimpin juga menentukan lamanya pembicaraan. Peserta yang berbicara lebih dari waktu yang ditetapkan harus diperingatkan atau distop.
e.    Selama diskusi tidak boleh mengubah tema. Apabila harus mengubah tema, maka pemimpin menjelaskan alasannya secara tuntas.
f.     Penceramah dapat selalu diminta untuk memberikan jawaban atau penjelasan, dan apabila dia ingin berbicara harus diberi kesempetan.
g.    Pemimpin harus menjaga agar diskusi hanya berkisar pada masalah, tidak boleh ada argumentatio ad hominem. Bila ada peserta yang berbicara menyimpang dari  tema, maka dia harus memperingatkan atau membatasi. Apabila peringatan itu tidak diperhatikan, maka dia dapat menghentikan pembicaraannya.
h.    Apabila diskusi berkembang menjadi pertentangan yang hebat, maka pemimpin dapat mengehentikannya. Tidak semua orang yang mengangkat tangan harus diberi kesempatan untuk berbicara. Oleh karena itu, sebaiknya sejak awal sudah ditetapkan kapan diskusi harus ditutup.
i.      Pada akhir diskusi, setelah penceramah menyampaikan kata-kata penutup, pemimpin dapat merangkumkan hasil diskusi lalu dapat menutup pertemuan.

5.         Proses Diskusi
Setiap diskusi pada umumnya melewati fase-fase seperti di bawah ini:
a.     Fase 1: perkenalan dan ucapan selamat datang
b.    Fase 2: pengantar ke dalam diskusi, pembatasan masalah, dan rumusan tujuan/sasaran
c.     Fase 3: menciptakan situasi paling percaya.
d.    Fase 4: penjelasan mengenai jalannya diskusi.
e.    Fase 5: diskusi, pendaftaran nama peserta yang mau bertanya, pemberian kesempatan bicara kepada peserta yang terdaftar, memperhatikan waktu bicara, merangkum dan mengungkapkan kembali pendapat yang sudah diajukan, merumuskan tujuan yang sudah tercapai, mencatat hal-hal yang penting, dan tawaran jalan keluar.
f.     Fase 6: rangkuman, meringkaskan hal yang menjadi titik berat, menampilkan hal yang telah disepakati bersama, membeberkan pendapat pro dan kontra, menawarkan jalan keluar yang akan direalisasi, dan merangkum hasil diskusi.
g.    Fase 7: penutup, rumusan penutup, ucapan terima kasih kepada para peserta atas kerja sama yang telah dijalin, dan penghargaan atas hasil yang sudah dicapai.
h.    Fase 8: pengolahan notulen

6.         Peserta diskusi
Setiap diskusi memiliki sasaran yang berbeda sesuai dengan masalah yang dibicarakan. Oleh karena itu juga memiliki suasana yang berbeda-beda. Tuntutan yang berlaku bagi pemimpin diskusi pada dasarnya dapat juga berlaku bagi para peserta. Sikap para peserta sangat mempengaruhi proses diskusi. Sikap agresif hendaknya dihindarkan, terutama dalam diskusi bersama seorang ahli.
Dalam proses diskusi hal-hal yang perlu diperhatikan oleh peserta adalah:
a.     Masuklah ke dalam ruangan diskusi agak lebih dahulu
b.    Mendengar dengan penuh perhatian adalah hal yang penting bagi setiap peserta diskusi
c.    Informasi itu efektif, apabila jelas dan sesuai dengan masalah yang didiskusikan
d.   Apabila rekan diskusi mengemukakan argumentasi yang sulit dimengerti dan pembuktiannya tidak jelas, dapat dikemukakan pertanyaan untuk meminta penjelasan
e.    Cara yang sangat efektif juga adalah menuntut supaya rekan diskusi mendefinisikan ide yang dilontarkan
f.     Antara satu argumentasi dengan argumentasi lain harus ada hubungan pikiran yang logis
g.    Diskusi harus bertumpu atas dasar kerekanan
h.    Anjuran bagi para peserta diskusi
i.      Beranilah mengambil resiko
j.      Hindarkan diri dari sikap ingat diri!
k.    Bicaralah tenang, lambat, tetapi pasti!
l.      Yakinlah bahwa setiap peserta juga sama penting!

2. TANYA JAWAB
1.        Pengertian dan Bentuk Tanya Jawab
Tanya jawab adalah proses dialog antara orang yang mencari informasi dengan orang yang memberikan informasi. Pemberi informasi adalah seorang yang ahli karena sipenanya mengharapkan informasi yang luas. Ada tiga bentuk tanya jawab, yaitu interview, konverensi pers, dan tanya jawab pengadilan.

2.        Interview
Interview adalah dialog antara peliput berita dengan tokoh terkemuka mengenai masalah-masalah aktual atau masalah-masalah khusus yang menarik.
a.       Persiapan Interview
Supaya dapat membuat interview yang baik dan terarah perlu di ketahui keterangan-keterangan mengenai pribadi yang akan di interview dan tema. Orang yang bertanya harus menguasai bahan. Pertanyaan harus di rencanakan dengan teliti. Pertanyaan dirumuskan dengan bahasa yang baik dan jelas dan diucapkan dengan ramah, sehingga tercipta suasana baik. Jawan yang menyimpang hendaknya ditanggapi secara cepat.
b.         Aturan Interview
Beberapa ketentusn yang perlu diperhatikan oleh penanya dan penjawab :
1.    Penanya harus mengenal pribadi yang ditanya
2.    Penanya hendaknya memperhatikan jalan fikiran atau hubungan logis antara pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan
3.    Untuk tema dan situasi tertentu, sebaiknya penanyan memberikan kuessioner kepada orang yang di tanya sebelumnya.
4.    Karena hasil interview itu direkam atau di tulis secara stenografis

3.        Teknik Bertanya
a.    Fungsi Pertanyaan
Pertanyaan adalah impuls untuk mengaktifkan. Pertanyaan membantu untuk menjajagi, mendirigasi dan mempengaruhi pendapat. Pertanyaan pada hakikatnya juga alat untuk memberi sugesti dan dalam hal tertentu memiliki daya paksaan.
Ada dua belas pertanyaan yang dapat membantu setiap orang untuk memulai suatu dialog yaitu tentang:
1.         Masalah-masalah umum
2.         Hal-hal khusus sampai sekecil-kecilnya
3.         Pendapat seseorang
4.         Penilaian seseorang
5.         Keinginan kehendaknya
6.         Pengalaman-pengalamanya
7.         Pendidiksn seseorang
8.         Gambaran masa depan seseorang
9.         Masalah dan kecemasan hidup
10.     Rekan kerja
11.     Sanak – keluarga
12.     Hobi

b.    Jenis Pertanyaan
Dalam ilmu retorika ada berbagai macam pertanyaan yaitu :
1.    Pertanyaan informatif
2.    Pertanyaan untuk mengontrol
3.    Pertanyaan untuk menjebak
4.    Pertanyaan untuk mengaktifkan
5.    Pertanyaan Socrates
6.    Pertanyaan retoris
7.    Pertanyaan yang ofensif
8.    Pertanyaan untuk membuka masalah baru
9.    Pertanyaan untuk menutup pertanyaan
10.     Pertanyaan alternatif
11.     Pertanyaan balik
12.     Pertanyaan yang mendirigasi
13.     Pertanyaan provokatif
14.     Pertanyaan untuk membuka pembicaraan

A. DEBAT
1. Pengertian Debat
Pada hakikatnya debat adalah saling adu argumentasi (pendapat) antarpribadi atau antarkelompok manusia, dengan tujuan mencapai kemenangan untuk satu pihak. Dalam debat, setiap pribadi atau kelompok mencoba menjatuhkan lawannya, supaya pihaknya berada pada posisi yang benar.
Debat dalam bidang politik bentuk percaturan pendapat ini sering dipraktikkan. Debat sesungguhnya adalah satu bentuk pertentangan dalam diskusi atau dialog. Dalam proses ini para peserta sungguh-sungguh berbantah lewat argumentasi dan bukan sekedar mau memperoleh pengertian atau pengetahuan baru.
Debat dimulai dengan meneliti pendapat dan posisi argumentatif lawan bicara, sesudah itu berkosentrasi pada titik-titik lemah argumentasi lawan. Selanjutnya terjadi proses adu pikiran dan pendapat secara sungguh-sungguh sampai seorang atau sekelompok menyerah. Dapat juga terjadi bahwa perdebatan dihentikan tanpa hasil, tanpa seorang pemenang.
Jika kelompok atau pribadi yang mengambil bagian dalam debat itu memiliki kadar dan tingkatan pengetahuan yang sama, maka debat merupakan satu percaturan rohani yang mengasah pikiran dan dapat membina sikap-sikap kepahlawanan.

2. Bentuk-bentuk Debat
Ada dua macam bentuk debat, yaitu sebagai berikut:

a. Debat Inggris
Debat Inggris ada dua kelompok yang berhadapan: kelompok pro dan kelompok kontra. Sebelum dimulai ditentukan dua pembicara dari setiap kelompok. Tema dan nama pembicara diperkenalkan kepada para pendengar sebelumnya. Pada awal debat pemimpin menjelaskan secara singkat tata tertib debat, tetapi dia tidak berbicara tentang isi tema. Moderator hanya bertanggung jawab bahwa setiap pihak menyampaikan pendapat dan posisinya tas cara yang wajar dan pada akhir debat mengorganisasi pemungutan suara untuk menentukan pemenang.
Debat dimulai dengan memberi kesempatan kepada pembicara pertama dari salah satu kelompok. Dia menyampaikan tema. Ia tidak boleh berbicara terlalu lama, sekurang-kurangnya tidak lebih dari sepuluh menit. Pembicara pertama harus merumuskan argumentasinya dengan jelas dan teliti. Uraiannya skematis supaya dapat diikuti dengan mudah oleh pendengar. Dia harus berbicara dengan keyakinan dan mengesankan, supaya dapat menarik para pendengar untuk mengikuti kebijaksanaan kelompoknya.
Pembicara dari kelompok lain menanggapi pendapat pembicara pertama, tetapi tidak boleh mengulang pikiran yang sudah disampaikan. Dia harus meyakinkan para pendengarnya bahwa tentang masalah yang sama dia atau kelompoknya juga memiliki pikiran dan pendapat sendiri.
Para pembicara kedua dari setiap kelompok diberi kesempatan untuk berbicara denga urutan seperti pada para pembicara pertama. Sering kali para pembicara sudah merundingkan pokok-pokok yang akan dibicarakan oleh masing-masing mereka.
Sesudah para pembicara dari masing-masing kelompok menyampaikan pendapat, tiba giliran para pendengar untuk berbicara. Meraka dapat mengemukakan pertanyaan atau menyatakan sikapnya. Pendengar yang berbicara harus secara jelas menunjukkan pada pihak mana dia berada.
Dalam debat tertutup, setiap orang hanya berbicara satu kali. Oleh karena itu, pembicara harus menyiapkan diri dan menyusun jalan pikirannya secara cermat dan teliti. Dia harus menyampaikan sesuatu yang padat dan berisi dalam batas waktu yang singkat. Sebaliknya, dalam debat terbuka, orang dapat berbicara lebih dari satu kali. Sesudah semua peserta berbicara, kedua pembicara pertama dari masing-masing kelompok manyamaikan kata penutup.
Pada akhirnya moderator memimpin proses pemungutan suara untuk menentukan pemenang. Persetujuan dapat dinyatakan dengan mengangkat tangan atau berdiri. Debat ditutup sesudah pengumuman pemenang.

b. Debat Amerika
Dalam debat Amerika juga dua regu berhadapan, tetapi masing-maisng regu menyiapkan tema melalui pengumpulan bahan secara teliti dan penyusunan argumentasi yang cermat. Para anggota kelompok debat ini adalah orang-orang yang terlatih dalam seni berbicara. Mereka berdebat di depan sekelompok Juri da publikum.
Debat dimulai, apabila salah seorang anggota regu membuka pembicaraan dengan mengemukakan ‘tesis’ dan dijawab oleh pembicara pertama dari regu yang kedua. Proses selanjutnya berlangsung apabila setiap anggota regu berbicara dalam urutan yang bergantian dengan anggota regu yang lain. Semua anggota dari kedua regu mendapatkan kesempatan untuk berbicara. Setiap pembicara harus menyampaikan pandangannya mengenai tema dan tesis yang diperdebatkan.
Sering kali setiap regu membagi tema ke dalam pokok-pokok penting. Pokok-pokok itu dibagi kepada setiap anggota untuk dipelajari dan diperdalam. Dalam debat setiap orang berbicara sebagai ahli dari pokok tersebut. Sesudah semua anggota berbicara babak pertama selesai dan dibuka babak yang kedua.
Dalam babak kedua, orang pertama dari regu penyanggah membuka pembicaraan. Proses selanjutnya seperti dalam babak pertama. Setiap anggota kelompok berbicara dalam urutan yang bergantian. Apabila setiap anggota regu sudah mendapat kesempatan dua kali untuk berbicara, maka debat dinyatakan selesai.
Sesudah debat selesai, para Juri membuat penilaian untuk menentukan pemenang. Aspek-aspek yang dinilai yaitu kejelian mencari dan menyusun bahan, rumusan yang baik, keterampilan berbicara, argumentasi yang jitu dan tersusun baik dan kesegaran berbicara.
Para Juri menjelaskan dasar penilaiannya, sebab publikum juga ingin menimba makna dari seluruh proes debat. Di samping itu, dipertimbangkan oleh para Juri dalam menentukan pemenang.


3. Patokan dalam Berdebat
Ada enam belas patokan yang dapat dipergunakan dalam proses berdebat, yaitu sebagai berikut:
1.    Kita harus berkosentrasi dan membataskan diri pada pokok pikiran lawan bicara yang menjadi titik lemah. Apabila ternyata dari sepuluh pikiran ada Sembilan yang benar, maka kita bertumpu pada satu pokok yang lemah itu, di mana ada kemungkinan untuk menjatuhkan lawan.
2.    Apabila posisi kita lemah, maka kita tidak dapat mengemukakan argumentasi yang efektif. Oleh karena itu, kita harus kembali kepada titik lemah lawan bicara.
3.    Kita hanya boleh mengemukakan pembuktian apabila kita tahu pasti bahwa alasan lawan bicara tidak lebih kuat daripada alasan kita sendiri.
4.    Apabila lawan menunjukkan kelemahan argumentasi kita, maka kita harus juga menunjukkan hal yang sama pada pihak lawan. Dengan ini kita membuktikan bahwa pada pihak lawan juga ada kelemahan. Perdebatan menjadi seimbang dan proses adu argumentasi dapat dilanjutkan.
5.    Kita harus membedakan antara kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam hubungan dengan tata sopan santun dan kesalahan-kesalahan argumentatif yang dapat menjebak lawan bicara.
6.    Kita harus menunjukkan secara jelas kebenaran dan kekuatan kita, sebelum lawan melihat kelemahan-kelemahan kita. Sementara itu kita juga menyingkapkan kelemahan dan kekurangan yang tampak atau yang akan muncul dari pihak lawan dan membeberkn secara meyakinkan kepada lawan bicara.
7.    Pikiran atau ide itu tidak menentukan. Yang menentukan adalah tindakan. Siapa yang menerima ide itu lalu memasukkan ide itu secara terencana, dialah pelaksana, penguasa dan pemilik ide itu dan bukan orang yang melahirkan ide itu.
8.    Dapat terjadi bahwa karena mempergunakan suatu perbandingan atau suatu ungkapan, seluruh pikiran tampak tidak berbobot. Tetap segala celaan dapat diatasi dengan sikap yang sungguh-sungguh. Sebaliknya, kesungguhan dapat dihancurkan oleh ejekan dan celaan.
9.    Orang menanggapi argumentasi lawan hanya terhadap apa yang dikatakan pertama atau yang terakhir. apabila tidak ada kata atau pengertian yang menghubungkan jalan pikiran kedua bagian itu, maka argumentasi akan lemah.
10.     Siapa yang ingin menemukan kesalahan pada pikiran lawan bicara, dia harus menyingkap sesuatu, yang tidak pernah dimunculkan dalam proses debat itu.
11.     Apabila lawan bicara mau mengemukakan suatu hal yang khusus, maka kita harus mencoba menggeneralisasikannya. Selama kita masih dapat membuktikannya sebagai suatu kekelirian yang bersifat umum, kita berada pada pihak yang beruntung.
12.     Apabila ternyata bahwa pembuktian lawan itu kuat, maka kita harus mencoba memaparkannya kembali, tetapi dengan memanipulasikan akibat-akibatnya, sebab akibat dari setiap proses biasanya sekurang-kurangnya mengandung keraguan.
13.     Seringkai seseorang dapat berhasil menang dalam debat, apabila dia menyerang pelbagai pendapat yang muncul dengan cara mengejek.
14.     Pengamatan yang tepat, pengertian yang dalam dan logika, mengkarakterisasi suatu debat yang baik, dan ini terbukti apabila seseorang sanggup menunjukkan bahwa argumentasi lawan itu lebih tepat dikenakan pada satu masalah lain.
15.     Debat itu dapat dilatarbelakangi oleh sifat ingat diri dan menuntut satu disiplin rohani-akademis yang tinggi. Berdebat pada dasarnya mengandalkan penguasaan bahan. Di lain pihak, dalam debat orang harus tetap menjaga sopan santun, juga dalam argumentasi ad hominem.
16.     Berdebat berarti menundukkkan lawan lewat argumentasi atau dengan kata lain menaklukkan lawana bicara, tetapi harus dengan cara yang fair dan sportif sebagaimana dalam pertandingan olahraga.

4. Skema Pembicaraan dalam Debat
Ada dua skema yang dapat dipergunakan sebagai senjata untuk menenangkan suatu perdebatan, yaitu sebagai berikut:
a. Skema Mempertahankan Posisi
Dalam debat, dimana orang harus mempertahankan posisi dapat dipergunakan skema sebagai berikut:
1)   Menunjukkan titik tolak pendapat kita.
2)   Mengemukakan dasar, alasan pendapat kita.
3)   Membeberkan contoh-contoh konkret untuk memperkuat pembuktian.
4)   Menari kesimpulan.
5)   Seruan untuk bertindak.



b. Skema Dialektis
Dalam suatu debat, orang dapat mengemukakan pikiran atau pendapatnya secara dialektis. Untuk menyusun jalan pikiran secara dialektis dapat dipergunakan skema di bawah ini:
1)   Menyajikan titik tolak.
2)   Mengemukakan argumentasi.
3)   Menguraikan kemungkinan-kemungkinan argumentasi kontra.
4)   Penjelasan argumentasi kontra secara lebih terinci.
5)   Seruan untuk bertindak.

5. Petunjuk-petunjuk Teknis
Keberhasilan atau kegagalan suatu debat pada hakikatnya tergantung dari kualitas pemimpin atau moderator debat. Untuk memilih dan menentukan seorang moderator,  perlu diperhatikan hal-hal di bawah ini:
a.   Ragam Pendengar
Debat yang dihadiri oleh pendengar dari berbagai golongan dan tingkat umur, moderator hendaknya tidak boleh terlalu mudah. Dia harus sungguh-sungguh menguasai bahan dan tema debat, atau sekurang-kurangnya memiliki pengetahuan yang cukup tentang masalah yang diperdebatkan.
Proses debat, moderator berusaha untuk tetap bersikap objektif. Dia hendaknya memperhatikan tata sopan santun, disiplin dan kalau perlu menciptakan suasana yang segar lewat humor yang sehat. Di samping itu dia seharusnya memiliki saraf yang sehat dan suatu elastisitas jiwa dan rohani yang baik untuk dapat menghadapi segala kesulitan yang muncul dalam debat.
Hubungan dengan penampilan, moderator harus memancarkan kepastian dan kewibawaan. Ia harus memancarkan autoritas, sehingga orang dengan mudah menuruti petunjuknya. Dalam sikap dan tingkah laku dia harus tetap netral, tidak boleh membuat pembedaan antara kawan atau lawan. Di harus mengambil jarak dalam percaturan pendapat dan argumentasi peserta debat. Dia harus menjadi seorang yng tidak dapat digantikan selama debat berlangsung. Keputusannya adalah mutlak, tidak boleh diganggu gugat.
b.   Peran Moderator
Sebagai pemimpin debat, dalam menjalankan kekuasaannya, hendaknya penuh tenggang rasa dan penuh pertimbangan. Pada dasarnya dia tidak boleh memerintah, melainkan menawarkan, tidak boleh menteror, tetapi memberi kebebasan bergerak. Jangan menggurui, tetapi membimbing. Dia seharusnya berhati-hati dalam mempergunakan haknya. Dia hanya boleh bersikap tegas kalau memang perlu. Siapa yang memperhatikan tuntutan ini, dia adalah pemimpin atau moderator yang ideal. Jarang sekali ditemukan orang seperti ini, tetapi siapa yang berusaha, dia akan berhasil.
c.   Batas Waktu
Waktu untuk bebricara harus ditetapkan sebelumnya. Pembicara atau pembawa referat harus diberi waktu secukupnya untuk memaparkan temanya secara jelas. Referat atau makalah yang dibawakan dalam debat ebaiknya tidak lebih dari 20 menit. Setiap pembicara sebaiknya ditetapkan waktu bicaranya antara 3-5 menit. Meskipun dari pengalaman, banyak orang tidak dapat mengungkapkan hal-hal yang penting dalam waktu 3-5 menit, tetapi dalam hal ini moderator harus tegas, sebab jika tidak, proses debat akan terganggu dan sasaran tidak kan tercapai atau tidak memuaskan semua pihak.
d.   Kata Penutup
Pada akhir seluruh debat, pembawa referat atau wakil kelompok menyampaikan kata penutup. Sesudah itu moderator mengumumkan hasil debat dan menyampaikan kata akhir untuk menutup seluruh acara debat.

6. Kegunaan Debat
Dalam memiliki karakter pembinaan yang tinggi, sebab lewat debat orang dilatih dan dibina untuk menyiapkan bahan diskusi secara teliti, berpikir rasional dan tajam, merumuskan pikiran secara teliti dan tepat sasaran, mempertenggangkan pendnegar yang bakal ditarik untuk menerima kebijaksanaan kelompok. Selanjutnya, debat dapat membina para peserta untuk berbicara singkat, padat dan mengesankan.
Di lain pihak, debat dapat menyadarkan pembicara tentang ketidakjelasan dalam berpikir dan mengungkapkan pikiran. Dalam debat orang terbina untuk mengangkat suara pada saat yang tepat.

B. SARANA-SARANA DIALOGIKA
Menjadikan suatu diskusi, tanya jawab atau debat berhasil, dalam arti mencapai tujuan, bukanlah tugas yang mudah. Tidak hanya dari moderator, tetapi juga dari setiap peserta dituntut suatu keterampilan tinggi dalam berpikir, dalam menganalisis dan dalam merumuskan masalah. Sebagai bantuan untuk setiap orang, dibawah ini dijelaskan dua sarana yang dapat dipergunakan dalam dialogika untuk mempertinggi efektivitas komunkasi retoris.
1.        Mendengar
Mendengar adalah sikap yang penting dalam proses dialog dan diskusi. Setiap peserta dalam diskusi selalu berganti peranan antara berbicara dan mendengar. Oleh karena itu, berbicara dan mendengar saling mengarahkan, berbicara dan mendnegar adalah dua unsur penting dalam proses komunikasi retoris, berbicara dan mendnegar menghilangkan banyak rintangan di antara para peserta.
a.      Skema Mendengar
Skema mendengar, dilihat dari segi pendengar dapat dirumuskan sebagai berikut: “Siapa mendnegar dan mengerti, di mana, kapan, apa, bagaimana, tentang apa, mengapa, untuk apa, dari siapa, dan berapa lama.
b.   Sikap Mendengar
Mendengar yang sesungguhnya menuntut kesabaran. Mendengar yang sesungghnya berarti menangkap isi pembicaraan secara tepat, atau mendnegar sambil menganalisis. Hal ini sangat sukit. Kebanyakan mausia tidak dapat mendengar dengan baik, dalam arti mendengar dengan teliti dan menangkap isi pembicaraan secara tepat, meskipun mereka dilatih untuk itu. Dalam dialogika, langkah pertama untuk bersikap positif kepada pembicara adalah menaruh perhatian dan mendnegarkan dia, tidak hanya mengangguk-anggukan kepala, tetapi juga menganalisis dan menangkap isi pembicaraannya.
Dalam proses mendengar, manusia diwarnai oleh sejumlah faktor seperti pendidikan, pengalaman, pengetahuan, perhatian, relasi dan sikap bathin. Faktor-faktor ini akan menjadi semacam filter dalam proses mendengar, dank arena itu dia dapat salah mengerti. Di lain pihak, siapa yang berusaha untuk mendengar dengan sabar dan teliti, perlahan-lahan akan membina satu kesanggupan mendnegar yang bersifat analitis, dalam arti tepat dan tajam melihat masalah dan hubungan antarmasalah, serta turut memikirkan prasyarat atau konsejuensi dari apa yang didengar.
c.   Seni Mendengar
Mendengar adalah satu kesenian. Setiap orang hendaknya membina sikap mendengar dalam dirinya.

2.  Taktik-taktik Retoris
Setiap orang dapat mempergunakan taktik-taktik ini sesuai dengan situasi yang dihadapi dan tujuan yang akan dicapai. Taktik-taktik itu sebagai berikut:
a.    Taktik Afirmasi
Taktik-taktik afirmasi adalah sebagai berikut:
1)   Taktik “Ya”
Menurut taktik ini, pertanyaan dirumuskan sedemikian rupa sehingga lawan bicara hanya dapat menjawab: “Ya” dan perlahan-lahan menuntunnya kepada kesimpulan akhir yang jelas atau mengejutkan, yang harus diterima tanpa syarat. Jawaban “Ya” menuntun dari lawan bicara tidak hanya persetujuan rasional, tetapi juga secara emosional yang tidak dapat dihindarkan. Ketika berhadapan dengan Euthypron, Socrates sudah menggunakan taktik ini dengan sangat berhasil:
S: Karena keahlian memelihara kuda adalah perhatian yang tepat untuk kuda, bukan?
E: Ya.
S: Dan bukan setiap orang mengerti anjing pemburu, kecuali si pemburu, bukan?
E: Ya.
S: Karena keahlian memburu adalah perhatian yang tepat untuk sapi, bukan?
E: Ya.
S: Dan keahlian beternak sapi adalah perhatian yang tepat untuk sapi, bukan?
E: Ya, tentu.
S: Jadi, kalau begitu Euthypron, kesalehan adalah perhatian yang tepat untuk para dewa, bukan?
E: Ya.

2)   Taktik Mengulang
Ini adalah gaya bahasa yang tidak hanya dikenal pada zaman antik Yunani, tetapi juga pada zaman modern. Napoleon mengatakan: pengulangan adalah satu-satunya gaya bahasa yang benar. Senator Robert Kennedy menyebutkan di dalam pidatonya yang terkenal pada tanggal 16 Maret 1968, hanya dalam kalimat pertama enam kali pencalonannya sebagai Presiden. Gaya bahasa ini juga sangat efektif dalam dunia reklame.
Contoh: orang tidak sering menunjukkan hal ini bahwa…. Sekali lagi saya katakan, betapa penting hal ini…. Secara khusus saya mau tekankan…. Saya mengulangi….
Sebaliknya, gaya bahasa ini tidak boleh dipergunakan untuk menyampaikan yang palsu, yang tidak benar, karena akan membawa efek negatif: orang tidak percaya kepada pembicara.

3)   Taktik Sugesti
Taktik ini bermaksud mempermudah lawan bicara menyetujui pikiran, anjuran dan hasil pertimbangan kita.
Contoh: Inilah yang paling tepat dan cocok bagi anda. Hanya saja, anda memiliki dalam koleksi anda….Program baru ini akan memberi keuntungan kepada anda….Dalam satu tahun, pasti modal anda akan kembali….Saya serahkan buku petunjuk ini kepada anda. Silahkan!

4)   Taktik Kebersamaan
Untuk menumbuhkan rasa kebersamaan (perasaan “kita”), atas sukses yang diraih bersama hingga saat ini, atau himbauan tentang kerja sama yang efektif sampai saat ini, dapat membantu untuk keluar dari jalan buntu.
Contoh: Pikirkan segala kerja sama kita yang berhasil baik selama ini! Bukankah sampai saat ini kita selalu menyelesaikan segala asalah dengan cara yang baik? Oleh karena itu marilah kita bersama-sama berusaha menanggulangi masalah ini. Apa yang dapat kita lakukan?

5)   Taktik Kompromi
Kompromi adalah satu taktik yang dipakai dalam situasi yang sulit untuk mencapai keseimbangan rasional.
Contoh: Pendapat kami tidak jau berbeda sebagaimana diperkirakan. Menurut saya kita sependapat dalam hal ini….Mari kita pusatkan perhatian kita selanjutnya pada pokok ini….F. Schleger mengatakan: Perbedaan pendapat justru memperkuat kesepakatan yang murni.



6)   Taktik Konsensus
Taktik ini menampilkan di depan mata pendengar rangkuman pendapat kita yang sudah disetujui dan menggerakkan hati mereka untuk menuruti pendapat kita, menyetujui perjanjian yang dibuat, menerima anjuran atau membeli hasil produksi kita.
Contoh: Coba kita lihat kembali apa yang sudah kita bicarakan. Lihat: kita semua sepakat khususnya dalam mengartikan apa itu “demokrasi”. Oleh karena itu kita sebenarnya sependapat bahwa….Kita setuju, bahwa….Maka dari itu marilah kita bersama-sama….


b.   Taktik Defensif
Taktik-taktik defensif adalah sebagai berikut:
1)   Taktik Menunda
Taktik ini dipergunakan apabila ada keberatan bahwa ceramah atau penjelasan yang dikemukakan kurang jelas atau kurang mengandung argumentasi yang kuat. Pembicara dapat secara taktis menunda penjelasan pada kesempatan berikut.
Contoh: Saya akan menanggapi pertanyaan anda. Tetapi pada kesempatan ini rasanya tidak cukup waktu untuk menanggapi pertanyaan anda. Dalam ceramah berikut saya baru akan memberikan tanggapan mengenai pertanyaan ini.

2)   Taktik Mengelak
Dapat terjadi bahwa pikiran atau pendapat pembicara diragukan. Pembicara menghadapi kesulitan untuk menjelaskan posisinya. Dalam kesempitan dn kesulitan seperti ini, pembicaa menyebutkan kutipan atau ucapan seorang ahli sehingga lawan bicara dapat dikonfrontasikan langsung dengan pendapat ahli tersebut.
Contoh: Andre Cide mengatakan: “Di dalam silogismus, saya hanya menemukan apa yang sebelumnya saya siratkan”. Perdana Menteri X beberapa saat lalu mengatakan hal yang sama. Albert Einstein pernah menegaskan bahwa….Coba anda baca tentang hal tersebut dalam prospek ini.

3)   Taktik “Ya…tetapi”
Menurut taktik ini, kita menghargai dan menyetujui pendapat lawan bicara, tetapi aplikasinya disesuaikan dengan pendapat kita. Ini adalah satu cara untuk menyimpang secara halus dari titik tolak lawan bicara.
Contoh: Saya dapat memahami secara jelas pendapat anda, tetapi…. Sampai pada tingkat tertentu anda benar, hanya… Saya setuju sekali dengan pendapat anda, hanya saja orang tidak boleh mengabaikan, bahwa… Saya mengerti baik sekali kecemasan anda. Tetapi harus disadari dengan itu orang lupa akan…

4)   Taktik Mengangkat
Untuk memperoleh persetujuan peserta atas pendapat kita, kita mengangkat dan menghormati pendapat yang berbeda dari lawan bicara. Dengan itu dia dapat lebih baik belajar menghargai pendapat kita.
Contoh: Saudara-saudara, saya tahu, bahwa beberapa di antara anda memiliki pendapat yang berbeda dari pendapat saya. Saya menghormati pendapat anda. Tetapi coba anda pahami juga pendapat saya… Coba anda menempatkan diri ke dalam situasi saya. Mungkin anda akan bertindak sama seperti saya!

5)   Taktik Berterima Kasih
Orang datang kepada kita dengan banyak kesulitan yang membebani. Kita mengucapkan terima kasih kepadanya atas informasi itu, meskipun tidak menyenangkan kita, tetapi justru dengan itu mereka dibebaskan dari tekanan emosional.
Contoh: Saya berterima kasih karena anda mau menyampaikan kesulitan anda secara terus terang. Memang tugas kami untuk membantu anda. Saya mengucapkan terima kasih karena dengan begitu kami menyadari kesalahan ini, dan kami terbantu untuk menolong banyak orang lain.

6)   Taktik Merelativasi
Taktik ini menempatkan keberatan lawan bicara ke dalam konteks dan relasi, sehingga dengan itu pendapatnya menjadi relatif.
Contoh: Bukankah segala sesuatu harus dipandang secara relatif? Apa artinya mahal? Bukankah sering terjadi bahwa barang yang paling murah justru sebenarnya yang paling mahal? Bukankah pengertian “sukar” dimengerti secara relatif? Nietzsche mengatakan, “Kalimat ‘Semuanya adalah interpretasi’ sebenarnya adalah interpretasi”.

7)   Taktik Menguraikan
Apabila lawan bicara menyampaikan seonggok keberatan, kesulitan dan kritikan, maka kita menguraikan dan menganalisis semua beberan itu satu persatu secara teliti, sambil menunjukkan titik-titik lemahnya.
Contoh: Coba kita teliti catalog keberatan anda satu demi satu. Mari kita lihat bersama-sama di mna ada titik lemah. Mungkin saya dapat membantu. Apakah mungkin anda melihat pokok ini terlalu dramatis? Di sini dapat muncul salah pengertian yang dapat dijelaskan sebagai berikut…

8)   Taktik Membiarkan
Taktik ini membiarkan lawan bicara menyampaikan maksud dan pikiran, sementara kita endengarkan dengan penuh perhatian tanpa memberikan reaksi. Yang penting ialah tidak menghalangi pembicaraannya, kecuali ada pertanyaan. Sesudah selesai, kita menjelaskan sambil memberikan tanggapan yang bertentangan dengan pendapatnya.
Contoh: Bolehkah saya merangkum pembicaraan anda? Anda berpendapat bahwa…. Apa saya tidak keliru? Anda yakin bahwa…. Dalam hal ini saya punya pendapat lain…. Dan saya mohon untuk dipertimbangkan lagi….

c. Taktik Ofensif
Taktik-taktik ofensif adalah sebagai berikut:
1)   Taktik Antisipasi
Sementara lawan bicara menyampaikan pendapat, kita sudah mengantisipasi kelemahannya. Sesudah itu kita langsung menjatuhkan pendapatnya dengan mengemukakan argumentasi kontra.
Contoh: Barangkali anda akan menyampaikan kebaratan bahwa… Pasti anda mau bertanya kepada saya entah…. Pikiran sebaliknya adalah bahwa….Oleh karena itu jawabannya adalah bahwa…

2)   Taktik Mengagetkan
Lawan bicara menentang dengan satu pertanyaan negative. Kita mengejutkan dia dengan satu jawaban balik dari sudut pandangan yang tak diduganya. Jawaban balik ini dapat bersifat paradox untuk menghilangkan keseimbangan dalam dirinya dan untuk dapat mengarahkan dia.
Contoh: Oleh karena itu saya menasihati anda supaya… Justru karena itulah… Maka dari itu saya menganjurkan kepada anda… Keberatan ini memang sudah lama saya nantikan. Sebagaimana saya, anda mengerti bahwa… Bahkan anda mengerti lebih baik daripada saya bahwa…

3)   Taktik Bertanya Balik
Taktik ini melemparkan kepada lawan bicara satu pertanyaan balik yang menyebabkan dia melepaskan pendasaran keberatannya, dan menerima kekeliruannya sendiri.
Contoh: Mengapa anda percaya bahwa titik tolak adalah satu-satunya yang paling baik? Apakah anda juga tidak berpendapat bahwa…? Apakah saya tidak keliru? Jadi anda mengatakan bahwa…? Izinkan saya bertanya: mengapa anda katakan bahwa pembicaraan melantur? Apakah tidak mungkin bahwa…? Apakah tidak bisa juga dipikirkan bahwa…?

4)   Taktik Provokasi
Taktik ini memaksa lawna bicara untuk berbicara terus terang. Ini adalah satu model pertanyaan agresif, yang sering dipergunakan oleh para wartawan.
Contoh: Itu saya tidak percaya! Saya meragukan pendapat itu. Itu tidak benar, itu omong kosong! Anda sendiri tidak percaya pada apa yang anda katakan. Katakan,  kapan anda meletakkan jabatan? Berapa lama lagi anda mau membohongi kami? Sejak kapan anda memperkaya keluarga anda?



5)   Taktik Mencakup
Taktik ini melihat argumentasi lawan dnegan satu pengamatan yang mencakup dan lebih tinggi, sehingga dengan itu argumentasi itu sendiri dilemahkan dan tidak berlaku untuk dirinya sendiri.
Contoh: Jawaban “tidak” dari anda, pada mlanya sebenarnya adalah “ya”. Apabila sekarang anda mengatakan “tidak”, maka menurut hemat saya anda pada hakikatnya mengiyakan hal itu. Sebab “jawaban ‘ya’ itu terdiri dari banyak jawaban “tidak” dalam hal-hal kecil”.

6)   Taktik Melebih-lebihkan
Lewat taktik ini orang secara sadar melebih-lebihkan pernyataan lawna bicara untuk mempengaruhi lawan bicara atau supaya dia menarik kembali pernyataannya.
Contoh: Dengan itu anda ingin mengatakan bahwa semua pejabat itu koruptor? Tidak, saya tidak bermaksud begitu….

7)   Taktik Memotong
Taktik ini dipergunakan untuk mengontrol pembicaraan yang berbicara terlalu banyak. Pembicaraannya dipotong dnegan tiba-tiba dengan alas an untuk menyampaikan sesuatu yang penting.
Contoh: Bolehkah saya menyampaikan sesuatu yang penting secara singkat? Sabar, boleh saya jawab sebentar? Coba beri kesempatan kepada Tuan X untuk mengungkapkan pendapatnya atas apa yang baru anda katakan? Saya tidak mau memotong pembicaraan anda, tetapi hanya mau berbicara sedikit.



d. Taktik Negasi
Taktik-taktik negasi adalah sebagai berikut:
1)   Taktik “Tidak”
Taktik ini menyangkal pendapat lawan bicara secara langsung karena menuntut penjelasan yang tuntas. Di lain pihak cara ini dapat menciptakan permusuhan, karena melukai lawan bicara. Oleh karena itu sebaiknya mengemukakan pertanyaan-pertanyaan retoris.
Contoh : Bukan, itu tidak benar! Bukan, tentang hal ini saya tahu lebih baik! Helmut Schmidt dalam suatu interview menjawab kepada Reporter  Rohlinger sebagai berikut: Itu satu pertanyaan yang bodoh, tetapi saya tidak keberatan, andaikan anda… Untuk menghindarkan perasaan tersinggung pada lawan bicara, dapat dipergunakan rumusan-rumusan yang yang lebih moderat seperti di bawah ini: Jangan katakan: Anda bohong! Lebih baik: Apakah anda sungguh-sungguh mengatakan yang benar? atau, jangan katakana: Anda tidak membaca keterangan yang dilampirkan! Lebih baik mengatakan: Apakah anda sudah membaca keterangan-keterangan yang dilampirkan? Dengan cara ini, tak seorang pun merasa diremehkan atau terluka, tetapi setiap orang yang mendengar, tahu apa yang sebenarnya dimaksudkan.

2)   Taktik Kontradiksi
Taktik ini mengemukakan pernyataan kontradiktoris (pertentangan secara esensial) atas apa yang dikatakan oleh lawan bicara.
Contoh: Meskipun keberatan anda itu benar, tetapi tidak  membuktikan apa-apa! (Maksudnya, apa yang dikatakan tidak benar.) Itu tidak pernah terjadi, tetapi anda terlalu melebih-lebihkan! (Membuktikan bahwa lawan bicara melebih-lebihkan masalah).



BAB III
PEMBAHASAN
A.    Hal pokok yang dijadikan materi pembahasan
1.      Apa saja jenis-jenis komunikasi dalam dialogika?
2.      Apa saja bentuk-bentuk diskusi?
3.      Persiapan yang harus dilakukan dalam diskusi?
4.      Aturan-aturan dalam sebuah interview?
5.      Bentuk-bentuk debat?
6.      Skema pembicaraan dalam debat?
B.     Jawaban materi pembahasan
1.      Jenis-jenis atau bentuk komunikasi dalam dialogik yaitu: diskusi, tanya jawab, dan debat
2.      Bentuk-bentuk dialog atau diskusi sebearnya ditentukan lebih tepat oleh tujuan dan isi diskusi. Selanjutnya bentuk itu juga menentukn fungsi dari pemimpin diskusi atau para peserta yang mengambil bagian dalam diskusi. Pembagian diskusi dalam uraian ini berdasarkan tujuan, isi, dan para peserta.
Ø  Diskusi Fak
Bentuk diskusi ini bertujuan mengolah suatu bahan di bawah bimbingan seorang ahli. Hal ini berfungsi untuk menghindarkan kemungkinan penyimpangan dari tema dan terutama untuk memaksa para peserta agar mengungkapkan pikirannya secara singkat, tepat, padat, dan efektif.
Ø  Diskusi Podium
Diskusi podium adalah penjelasan masalah dari seorang wakil kelompok dan pendapat. Dalam diskusi podium, masalah-masalh yang bersifat umum dijelaskan secara terbuka.
Ø  Forum Diskusi
Forum diskusi merupakan bentuk yang sering digunakan dalam diskusi politik. Forum diskusi sebenarnya merupakan perpaduan dari beberapa dialog. Dalam pencaturan politik para pemimpin partai sering melakukan forum diskusi secara terbuka kepada para pendengar atau pemirsa televisi, untuk menjelaskan program, sikap dan tujuan partai.
Ø  Diskusi kasualis
Diskusi kasualis adalah penelitian bersama atau suatu masalah yang kongkret atau suatu situasi kongkret yang mengandung berbagai kemungkinan jalan keluar untuk mencapai jalan keluar yang tepat.
Demi kelancarannya dapat diundang seorang ahli atau yang mengetahui masalah itu untuk menjadi pengarah atau pendamping.
3.      Persiapan dalam sebuah diskusi meliputi:
Ø  Persiapan Bahan
Persiapan bahan atau isi pembicaraan suatu diskusi diawali dengan membatasi tujuan diskusi. Pembatasan tujuan ini mencakup sasaran dan pokok pikiran untuk kesimpulan, meskipun tidak mengandung isi konkret dari hasil yang ditargetkan. Berdasarkan tujuan diskusi perlu juga dibatasi pokok-pokok penting isi diskusi, sehingga proses diskusi dapat berjalan terarah. Apabila masalah yang didiskusikan itu penting, sebaiknya mengundang seorang ahli.

Kepada para peserta yang akan mengambil bagian dalam diskusi, diberikan informasi pada waktu mengenai bahan diskusi, sehingga mereka dapat menyiapkan diri. Bahan informasi untuk para peserta dapat dicantumkan sebagai lampiran dalam surat undangan yang disampaikan kepada mereka. Dalam surat undangan dijelaskan tema, tujuan diskusi, tempat, waktu berlangsung dan waktu diskusi.
Ø  Persiapan Personal
Sejak awal hendaknya dipastikan ahli atau pakar dan jenis kelompok pendengar yang akan diundang untuk mengambil bagian dalam diskusi. Jumlah peserta yang ideal adalah 8-12 orang, meskipun tidak tertutup kemungkinan untuk mengorganisasi diskusi dengan kelompok yang besar jumlah pesertanya. Kesulitan yang dapat muncul karena kelompok peserta yang besar adalah bahwa percaturan pendapat tidak dapat tejadi dengan setiap peserta. Sebagian akan menjadi pendengar yang pasif.

Jauh sebelumnya hendaknya dijelaskan kepada pakar yang ditunjuk tentang tujuan diskusi, peranannya dalam diskusi dan diberi informasi secukupnya mengenai jenis, tingkatan pendidikan dan harapan para peserta diskusi. Dengan ini dia dapat menyiapkan bahan yang sesuai dengan situasi dan harapan para peserta.
Ø  Persiapan Ruangan
Dalam hubungan dengan persiapan ruangan, perlu diperhatikan aspek estetis (keindahan) fungsi dan cara duduk. Aspek-aspek ini sangat menentukan dalam diskusi. Untuk diskusi dengan jumlah yang tidak lebih dari 18 peserta, Schlenzka memberikan beberapa kemungkinan seperti model c yang berbentuk huruf U, para peserta tidak terbatas pada jumlah 10 orang, tetapi dapat diatur untuk peserta yang terlalu banyak jumlahnya. Schlenzka tidak memperhitungkan model pengaturan tempat duduk yang berbentuk lingkaran. Bentuk ini memungkinkan kontak yang lebih dekat dan langsung antara pemimpin diskusi dan peserta. Hanya jumlah peserta yang terbatas. Bentuk lingkaran memberi keuntungan yakni bahwa semua peserta yang duduk pada meja bundar atau dalam lingkaran, memiliki tingkat dan hak yang sama.
4.      Aturan Interview
Beberapa ketentusn yang perlu diperhatikan oleh penanya dan penjawab :
Ø  Penanya harus mengenal pribadi yang ditanya
Ø  Penanya hendaknya memperhatikan jalan fikiran atau hubungan logis antara pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan
Ø  Untuk tema dan situasi tertentu, sebaiknya penanyan memberikan kuessioner kepada orang yang di tanya sebelumnya.
Ø  Karena hasil interview itu direkam atau di tulis secara stenografis
5.      Bentuk-bentuk Debat
Ada dua macam bentuk debat, yaitu sebagai berikut:
Ø  Debat Inggris
Debat Inggris ada dua kelompok yang berhadapan: kelompok pro dan kelompok kontra. Sebelum dimulai ditentukan dua pembicara dari setiap kelompok. Tema dan nama pembicara diperkenalkan kepada para pendengar sebelumnya. Pada awal debat pemimpin menjelaskan secara singkat tata tertib debat, tetapi dia tidak berbicara tentang isi tema. Moderator hanya bertanggung jawab bahwa setiap pihak menyampaikan pendapat dan posisinya tas cara yang wajar dan pada akhir debat mengorganisasi pemungutan suara untuk menentukan pemenang.
Debat dimulai dengan memberi kesempatan kepada pembicara pertama dari salah satu kelompok. Dia menyampaikan tema. Ia tidak boleh berbicara terlalu lama, sekurang-kurangnya tidak lebih dari sepuluh menit. Pembicara pertama harus merumuskan argumentasinya dengan jelas dan teliti. Uraiannya skematis supaya dapat diikuti dengan mudah oleh pendengar. Dia harus berbicara dengan keyakinan dan mengesankan, supaya dapat menarik para pendengar untuk mengikuti kebijaksanaan kelompoknya.
Pembicara dari kelompok lain menanggapi pendapat pembicara pertama, tetapi tidak boleh mengulang pikiran yang sudah disampaikan. Dia harus meyakinkan para pendengarnya bahwa tentang masalah yang sama dia atau kelompoknya juga memiliki pikiran dan pendapat sendiri.
Para pembicara kedua dari setiap kelompok diberi kesempatan untuk berbicara denga urutan seperti pada para pembicara pertama. Sering kali para pembicara sudah merundingkan pokok-pokok yang akan dibicarakan oleh masing-masing mereka.
Sesudah para pembicara dari masing-masing kelompok menyampaikan pendapat, tiba giliran para pendengar untuk berbicara. Meraka dapat mengemukakan pertanyaan atau menyatakan sikapnya. Pendengar yang berbicara harus secara jelas menunjukkan pada pihak mana dia berada.
Dalam debat tertutup, setiap orang hanya berbicara satu kali. Oleh karena itu, pembicara harus menyiapkan diri dan menyusun jalan pikirannya secara cermat dan teliti. Dia harus menyampaikan sesuatu yang padat dan berisi dalam batas waktu yang singkat. Sebaliknya, dalam debat terbuka, orang dapat berbicara lebih dari satu kali. Sesudah semua peserta berbicara, kedua pembicara pertama dari masing-masing kelompok manyamaikan kata penutup. Pada akhirnya moderator memimpin proses pemungutan suara untuk menentukan pemenang. Persetujuan dapat dinyatakan dengan mengangkat tangan atau berdiri. Debat ditutup sesudah pengumuman pemenang.
Ø  Debat Amerika
Dalam debat Amerika juga dua regu berhadapan, tetapi masing-maisng regu menyiapkan tema melalui pengumpulan bahan secara teliti dan penyusunan argumentasi yang cermat. Para anggota kelompok debat ini adalah orang-orang yang terlatih dalam seni berbicara. Mereka berdebat di depan sekelompok Juri da publikum.
Debat dimulai, apabila salah seorang anggota regu membuka pembicaraan dengan mengemukakan ‘tesis’ dan dijawab oleh pembicara pertama dari regu yang kedua. Proses selanjutnya berlangsung apabila setiap anggota regu berbicara dalam urutan yang bergantian dengan anggota regu yang lain. Semua anggota dari kedua regu mendapatkan kesempatan untuk berbicara. Setiap pembicara harus menyampaikan pandangannya mengenai tema dan tesis yang diperdebatkan.
Sering kali setiap regu membagi tema ke dalam pokok-pokok penting. Pokok-pokok itu dibagi kepada setiap anggota untuk dipelajari dan diperdalam. Dalam debat setiap orang berbicara sebagai ahli dari pokok tersebut. Sesudah semua anggota berbicara babak pertama selesai dan dibuka babak yang kedua.
Dalam babak kedua, orang pertama dari regu penyanggah membuka pembicaraan. Proses selanjutnya seperti dalam babak pertama. Setiap anggota kelompok berbicara dalam urutan yang bergantian. Apabila setiap anggota regu sudah mendapat kesempatan dua kali untuk berbicara, maka debat dinyatakan selesai.
Sesudah debat selesai, para Juri membuat penilaian untuk menentukan pemenang. Aspek-aspek yang dinilai yaitu kejelian mencari dan menyusun bahan, rumusan yang baik, keterampilan berbicara, argumentasi yang jitu dan tersusun baik dan kesegaran berbicara.
Para Juri menjelaskan dasar penilaiannya, sebab publikum juga ingin menimba makna dari seluruh proes debat. Di samping itu, dipertimbangkan oleh para Juri dalam menentukan pemenang.
6.      Ada dua skema yang dapat dipergunakan sebagai senjata untuk menenangkan suatu perdebatan, yaitu sebagai berikut:
a. Skema Mempertahankan Posisi
Dalam debat, dimana orang harus mempertahankan posisi dapat dipergunakan skema sebagai berikut:
1)   Menunjukkan titik tolak pendapat kita.
2)   Mengemukakan dasar, alasan pendapat kita.
3)   Membeberkan contoh-contoh konkret untuk memperkuat pembuktian.
4)   Menari kesimpulan.
5)   Seruan untuk bertindak.
b. Skema Dialektis
Dalam suatu debat, orang dapat mengemukakan pikiran atau pendapatnya secara dialektis. Untuk menyusun jalan pikiran secara dialektis dapat dipergunakan skema di bawah ini:
1)   Menyajikan titik tolak.
2)   Mengemukakan argumentasi.
3)   Menguraikan kemungkinan-kemungkinan argumentasi kontra.
4)   Penjelasan argumentasi kontra secara lebih terinci.
5)   Seruan untuk bertindak.

BAB IV
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Sebagai salah satu jenis keterampilan dalam retorika dialogika sangat penting untuk dipelajari. Karena dalam dialogika memuat jenis-jenis dialogika seperti diskusi, tanya jawab, dan debat. Yang masing-masing dari ketiga jenis itu sering kita gunakan dalam beretorika selain pidato.

B.     Saran
Dalam pembahasan ini banyak hal-hal yang penting yang wajib kita pelajari dalam melakukan diskusi, debat, dan tanya jawab. Maka pelajari keterampilan tersebut dengan memperhatikan teknik-tekniknya.


















DAFTAR PUSTAKA

Hendrikus, Dori Wuwur. Retorika.Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1991.

Tidak ada komentar:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda