A. Pengertian
Kata tugas adalah kata yang hanya
memiliki arti gramatikal dan tidak memiliki makna leksikal, sehingga maknanya
bisa menjadi jelas jika dihubungkan dengan kata lain.
B. Ciri-ciri Kata Tugas
Kata tugas baru bermakna apabila dirangkai
dengan kelas kata lain. Hampir semua kata tugas tidak dapat menjadi dasar untuk
membentuk kata lain.
C. Macam-macam Kata Tugas
Berikut rumpun kata tugas dalam Bahasa
Indonesia yang berdasarkan peranannya dalam frasa atau kalimat, diantaranya :
1. Preposisi (kata depan)
Preposisi adalah yaitu kata tugas yang terletak di depan sebuah
kata, terutama pada kata benda, yang berfungsi untuk menentukan hubungan suatu
kata.
Contoh :
di Jakarta
dari sekolah
ke sawahNenek duduk di kursi.
Ayah menulis surat dengan pensil.
a. Preposisi yang menandai tempat. Misalnya di, ke, dari.
Contohnya :
a. Kain itu terletak di lemaro
b. Bermain sajalah di sini
c. Di mana Siti sekarang?
d. Ke mana saja ia selama ini?
e. Ia datang dari Surabaya kemarin
f. Si amin lebih
tua daripada Si Ahmad
g. Kami percaya sepenuhnya kepadanya
b. Preposisi yang menandai maksud dan
tujuan. Misalnya untuk, guna.
Contohnya :
a. Sumbangan ini untuk pembangunan
Masjid
b. Wajib pajak adalah kewajiban semua warga
negara gunaterciptanya kesejahteraan bersama
c. Preposisi yang menandai waktu.
Misalnya hingga, hampir.
Contohnya :
a. Hirman berada hingga siang hari
di sekolah.
b. Amin hampir kemalaman
datang ke rumah Anik.
d. Preposisi yang menandai sebab. Misalnya demi, atas.
Contohnya :
a. Siska rela berkorban demi Roni.
b. Jamal dihukum
mati atas kesalahannya membunuh istrinya.
2. Konjungsi atau kata hubung
Konjungsi ialah jenis kata yang dapat
menggabungkan dua satuan bahasa yang sederajat. Dengan kata lain, jenis kata
tugas yang mampu menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau
klausa dengan klausa, misalnya : dan, karena.
Contoh :
Ibu dan ayah pergi ke Yogjakarta.
Rasya tidak sekolah karena sakit.
Konjungsi atau kata sambung dapat dibagi
menjadi empat, yaitu:
1. Konjungsi koordinatif yaitu konjungsi yang
menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih yang sama pentingnya atau memiliki
status yang sama, misalnya : dan, dengan dan serta.
Contoh :
Nenek dan kakek pergi ke Makassar.
Adik dengan ayah belum pulang.
Mereka menyanyi serta menari
sepanjang malam.
2. Konjungsi korelatif yaitu konjungsi yang
menghubungkan dua kata, frasa atau klausa yang memiliki status sintaksis yang
sama. Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh satu frasa,
kata atau klausa yang dihubungkan, misalnya : baik ....
maupun, tidak .... tetapi.
Contoh :
Baik Andi maupun Toni ingin
kursus piano.
Tidak hanya kehilangan
rumah, tetapi ia juga kehilangan seluruh keluarganya.
3. Konjungsi antarkalimat yaitu konjungsi
yang digunakan untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain
yang berada dalam satu paragraf, misalnya : Namun, Oleh sebab itu,
Selain itu.
Contoh :
Sejak kecil dia kami rawat dan kami
sekolahkan. Namun, setelah dewasa dan berhasil dia lupa kepada kami.
Roni dan Jali seringkali berkelahi di
sekolah. Oleh sebab itu, mereka seringkali dihukum guru.
Satia membeli buku cerita. Selain itu,
dia juga membeli sepatu dan tas.
4. Konjungsi subordinatif yaitu konjungsi
yang menghubungkan dua klausa atau lebih dan klausa itu merupakan anak kalimat.
Konjungsi subordinatif dibedakan pula dengan konjungsi yang menghubungkannya,
diantaranya :
a. Konjungsi subordinatif menyatakan waktu,
misalnya : sejak, sewaktu, ketika.
Contoh :
Sejak matahari terbit sampai sekarang
pekerjaanku belum selesai juga.
Sewaktu terjadi gempa saya sedang tidak
ada di rumah.
nenek datang ketika kami sedang
makan siang.
b. Konjungsi subordinatif menyatakan syarat,
misalnya : jika, bila, kalau.
Contoh :
Jika diizinkan ayah, kami akan ikut
serta.
Bila cuaca baik, kami akan pergi
menggail.
Saya akan datang kalau diberi
ongkos.
c. Konjungsi subordinatif menyatakan
pengandaian, misalnya : seandainya, andaikata.
Contoh :
Seandainya saya punya uang satu miliar
kamu akan saya belikan mobil.
Saya pasti akan
celaka andaikata saya jadi berangkat.
d. Konjungsi subordinatif menyatakan
penegasan, misalnya : biarpun, meskipun.
Contoh :
Biarpun hujan lebat pertandingan sepak
bola itu berjalan terus.
Mereka berangkat juga ke
Bandung meskipun tidak diizinkan oleh orangtua mereka.
e. Konjungsi subordinatif menyatakan
perbandingan, misalnya : bagaikan, seperti.
Contoh :
Muka mereka bagaikan pinang di
belah dua.
Kedua anak itu selalu saja
bertengkar seperti kucing dengan anjing.
f. Konjungsi subordinatif menyatakan sebab
akibat, misalnya : sebab, karena.
Contoh :
Banyak petani yang
mengeluh sebab harga pupuk makin mahal.
Kami tidak dapat melanjutkan
perjalanan karena hari sudah malam.
g. Konjungsi subordinatif menyatakan batas
kejadian, misalnya : hingga, sampai.
Contoh :
Mereka berjalan kaki di tengah
hutan hingga bertemu dengan sebuah gubuk kecil.
Kami menyelasaikan pekerjaan
itu sampai pukul tiga dinihari.
h. Konjungsi subordinatif menyatakan tujuan
atau sasaran, misalnya : untuk, guna.
Contoh :
Untuk mengatasi banjir bahaya banjir
Pemerintah akan membuat saluran baru.
Murid-murid dikumpulkan di
aula guna mendapat pengarahan dari kepala sekolah.
i. Konjungsi subordinatif menyatakan tujuan,
misalnya : agar, supaya.
Contoh :
Ani berangkat pagi-pagi agar tidak
terlambat tiba di sekolah.
Supaya lalu lintas lancer, maka akan
dibangun jmebatan layang di situ.
3. Interjeksi atau kata seru
Interjeksi ialah kata yang mengungungkapkan
perasaan, seperti marah, sedih, terharu, kaget, kagum, dan sebagainya. Cara
penggunaannya pun disesuaikan dengan intonasi pengucapan, baik dengan nada
meninggi atau menurun. Macam-macam kata seru yang masih dipakai hingga sekarang
ialah :
1. Kata seru asli, misalnya : hai,
wah, nah.
Contoh :
“Hai, siapa namamu?” tanya kakak kepada
anak itu.
“Wah,
mahal sekali!” kata ibu itu.
“Nah,
rasakanlah olehmu akibatnya!” kata ayah kepada orang itu.
2. Kata seru yang berasal dari kata-kata
biasa, artinya kata seru yang berasal dari kata-kata benda atau kata-kata lain
yang digunakan, misalnya: aduh, astaga, kasihan.
Contoh :
“Aduh, sakitnya
perutku?”
“Astaga,
sudah siang begini kamu belum bangun juga” teriak ibu kepada kakak.
“Kasihan,
nasib anak kecil itu,” kata nenek.
3. Kata seru yang berasal dari beberapa
ungkapan, baik yang berasal dari ungkapan Indonesia maupun yang berasal dari
ungkapan asing, misalnya : ya ampun, demi Allah, InsyaAllah.
Contoh :
“Ya
ampun, aku lupa membawa buku pelajaran Bahasa Indonesia!” teriak Sona.
“Demi
Allah, aku tidak mencuri uangmu,” kata kakak itu.
“Insyaallah, aku akan datang ke rumahmu
malam ini?” kata kakak itu.
Kata Seru
|
Penerangan
|
Ayat Contoh
|
Aduh
|
Digunakan untuk
(a)Menyatakan perasaan sakit
(b)Menyatakan perasaan kagum/hairan
|
1. Aduh, sakitnya tanganku!
2. Aduh, indah sekali pemandangan di
sini!
|
Aduhai
|
Digunakan untuk menyatakan perasaan
sedih/dukacita
|
1. Aduhai, malang sekali nasib peminta
sedekah itu!
2. Aduhai, apalah malang nasibku ini!
|
Ah
|
Digunakan untuk menyatakan perasaan
penolakan/tidak bersetuju/membantah
|
1. Ah, aku tidak bersetuju!
2. Ah, aku tiada masa untuk melayan
engkau!
|
Amboi
|
Digunakan untuk menyatakan perasaan
kagum/hairan
|
1. Amboi, sombongnya dia!
2. Amboi, hebat sekali engkau beraksi!
|
Cis/cih
|
Digunakan untuk
(a) Menyatakan perasaan marah
(b) Menyatakan perasaan mengejek/menyindir
|
1. Cis, kalau kail panjang sejengkal,
lautan dalam jangan diduga!
2. Cih, harimau di hutan lagi dapat
kujinakkan, inikan pula cicak mengkarung!
|
Eh
|
Digunakan untuk menyatakan perasaan
hairan/terkejut
|
1. Eh, bilakah kau pulang ke tanah air!
2. Eh, Salim pun ada di sini!
|
Hai
|
Digunakan untuk
(a) Menyatakan perasaan hendak menegur atau
menyapa seseorang
(b) Cuba menarik perhatian
|
1. Hai, nama saya Patsy!
2. Hai, lihat anak kecil di hujung
sana itu!
|
Nah
|
Digunakan untuk menarik perhatian dan
pelbagai maksud lain
|
1. Nah, ambillah pemberikanku ini!
2. Nah, serahkan saja perkara ini
kepada mereka!
|
Wah
|
Digunakan untuk menyatakan perasaan
kagum/takjub
|
1. Wah, tinggi sungguh cita-citamu!
2. Wah, mulia sekali hatimu!
|
Wahai
|
Digunakan untuk
(a) Menyatakan perasaan dukacita
(b) Mendapatkan perhatian
|
1. Wahai kawan-kawanku, marilah
kita bersatu padu!
2. Wahai anak-anak bangsaku,
janganlah leka dengan kemewahan dunia!
|
4. Artikula atau kata sandang
Artikula ialah jenis kata yang mendampingi
kata benda atau yang membatasi makna jumlah orang atau benda. Kata sandang
tidak mengandung suatu arti tapi memiliki fungsi. Fungsi kata sandang sendiri
ialah untuk menentukan kata benda, mensubstansikan suatu kata yang
besar, yang jangkung, dan lain-lain. Dalam Bahasa Indonesia terdapat
beberapa kelompok artikula, yaitu:
1. Artikula yang bersifat gelar ialah
artikula yang bertalian dengan orang yang dianggap bermartabat, misalnya
kata sang, sri, hang.
Contoh :
Sang merah putih berkibar di depan
istana negara.
Kedatangan Sri Baginda disambut
dengan meriah oleh seluruh rakyat.
Segera hang Tuah pergi merantau.
2. Artikula yang mengacu ke makna
kelompok atau makna korelatif ialah kata para. Karena artikula ini
bermakna ketaktunggalan, maka nomina yang diiringinya tidak dinyatakan dalam
bentuk kata ulang. Jadi, untuk menyatakan kelompok guru sebagai
kesatuan bentuk yang dipakai ialah para guru bukan para
guru-guru.
Contoh :
Para guru itu sedang mengikuti pelatihan
sertifikasi.
3. Artikula yang menominalkan. Artikula si yang
menominalkan dapat mengacu ke makna tunggal atau genetik, tergantung pada
konteks kalimat.
Contoh :
Mana si gendut, sejak tadi belum
muncul.
5. Partikel Penegas
Partikel ialah kategori yang meliputi kata
yang tidak tunduk pada perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur
yang diiringinya. Ada empat macam partikel penegas,
yaitu: -lah, -kah, -tah, per dan pun.
Contoh :
a. Partikel -kah
Dipakai dalam kalimat interogatif dan
berfungsi menegaskan.
1. Mengubah kalimat deklaratif menjadi
kalimat interogatif: Diakah yang akan datang?
2. Bersifat manasuka dalam kalimat
interogatif yang telah memiliki kata tanya seperti apa, di mana,
dan bagaimana: Apakah ayahmu sudah datang?
3. Memperjelas kalimat interogatif yang
tidak memiliki kata tanya: Akan datangkah dia nanti malam?
b. Partikel -lah
Dipakai dalam kalimat imperatif atau
deklaratif.
1. Menghaluskan sedikit nada perintah kalimat
imperatif: Pergilah sekarang, sebelum hujan turun!
2. Memberikan ketegasan yang lebih keras
dalam kalimat deklaratif: Dari ceritamu, jelaslah kamu yang salah.
c. Partikel -tah
Dipakai dalam kalimat interogatif. Bersifat
retoris: penanya tidak berharap mendapat jawaban dan seolah hanya bertanya pada
diri sendiri. Partikel -tah banyak digunakan dalam sastra lama tapi kini tak
banyak dipakai lagi.
Contoh: Apatah artinya hidup ini tanpa
engkau?
d. Partikel pun
Dipakai dalam kalimat deklaratif.
1. Mengeraskan arti kata yang
diiringinya: Mereka pun akhirnya setuju dengan usul kami.
2. Menandakan perbuatan atau proses mulai
berlaku atau terjadi jika dipakai bersama -lah: Tidak lama kemudian
hujan pun turunlah dengan derasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar