Minggu, 25 Maret 2018

bahan uts PBSI


A. Pengertian
Kata tugas adalah kata yang hanya memiliki arti gramatikal dan tidak memiliki makna leksikal, sehingga maknanya bisa menjadi jelas jika dihubungkan dengan kata lain.
B. Ciri-ciri Kata Tugas
Kata tugas baru bermakna apabila dirangkai dengan kelas kata lain. Hampir semua kata tugas tidak dapat menjadi dasar untuk membentuk kata lain.
C. Macam-macam Kata Tugas
Berikut rumpun kata tugas dalam Bahasa Indonesia yang berdasarkan peranannya dalam frasa atau kalimat, diantaranya :
1. Preposisi (kata depan)
Preposisi adalah yaitu kata tugas yang terletak di depan sebuah kata, terutama pada kata benda, yang berfungsi untuk menentukan hubungan suatu kata.
Contoh :
di Jakarta
dari sekolah
ke sawahNenek duduk di kursi.
Ayah menulis surat dengan pensil.

a. Preposisi yang menandai tempat. Misalnya di, ke, dari.
Contohnya :
a. Kain itu terletak di lemaro
b. Bermain sajalah di sini
c. Di mana Siti sekarang?
d. Ke mana saja ia selama ini?
e. Ia datang dari Surabaya kemarin
f. Si amin lebih tua daripada Si Ahmad
g. Kami percaya sepenuhnya kepadanya

b. Preposisi yang menandai maksud dan tujuan. Misalnya untuk, guna.
Contohnya :
a. Sumbangan ini untuk pembangunan Masjid
b. Wajib pajak adalah kewajiban semua warga negara gunaterciptanya kesejahteraan bersama
c. Preposisi yang menandai waktu. Misalnya hingga, hampir.
Contohnya :
a. Hirman berada hingga siang hari di sekolah.
b. Amin hampir kemalaman datang ke rumah Anik.
d. Preposisi yang menandai sebab. Misalnya demi, atas.
Contohnya :
a. Siska rela berkorban demi Roni.
b. Jamal dihukum mati atas kesalahannya membunuh istrinya.
2. Konjungsi atau kata hubung
Konjungsi ialah jenis kata yang dapat menggabungkan dua satuan bahasa yang sederajat. Dengan kata lain, jenis kata tugas yang mampu menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa, misalnya : dan, karena.
Contoh :
Ibu dan ayah pergi ke Yogjakarta.
Rasya tidak sekolah karena sakit.
Konjungsi atau kata sambung dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
1. Konjungsi koordinatif yaitu konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih yang sama pentingnya atau memiliki status yang sama, misalnya : dan, dengan dan serta.
Contoh :
Nenek dan kakek pergi ke Makassar.
Adik dengan ayah belum pulang.
Mereka menyanyi serta menari sepanjang malam.
2. Konjungsi korelatif yaitu konjungsi yang menghubungkan dua kata, frasa atau klausa yang memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh satu frasa, kata atau klausa yang dihubungkan, misalnya : baik .... maupun, tidak .... tetapi.
Contoh :
Baik Andi maupun Toni ingin kursus piano.
Tidak hanya kehilangan rumah, tetapi ia juga kehilangan seluruh keluarganya.
3. Konjungsi antarkalimat yaitu konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain yang berada dalam satu paragraf, misalnya : Namun, Oleh sebab itu, Selain itu.
Contoh :
Sejak kecil dia kami rawat dan kami sekolahkan. Namun, setelah dewasa dan berhasil dia lupa kepada kami.
Roni dan Jali seringkali berkelahi di sekolah. Oleh sebab itu, mereka seringkali dihukum guru.
Satia membeli buku cerita. Selain itu, dia juga membeli sepatu dan tas.
4. Konjungsi subordinatif yaitu konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih dan klausa itu merupakan anak kalimat. Konjungsi subordinatif dibedakan pula dengan konjungsi yang menghubungkannya, diantaranya :
a. Konjungsi subordinatif menyatakan waktu, misalnya : sejak, sewaktu, ketika.
Contoh :
Sejak matahari terbit sampai sekarang pekerjaanku belum selesai juga.
Sewaktu terjadi gempa saya sedang tidak ada di rumah.
nenek datang ketika kami sedang makan siang.
b. Konjungsi subordinatif menyatakan syarat, misalnya : jika, bila, kalau.
Contoh :
Jika diizinkan ayah, kami akan ikut serta.
Bila cuaca baik, kami akan pergi menggail.
Saya akan datang kalau diberi ongkos.

c. Konjungsi subordinatif menyatakan pengandaian, misalnya : seandainya, andaikata.
Contoh :
Seandainya saya punya uang satu miliar kamu akan saya belikan mobil.
Saya pasti akan celaka andaikata saya jadi berangkat.
d. Konjungsi subordinatif menyatakan penegasan, misalnya : biarpun, meskipun.
Contoh :
Biarpun hujan lebat pertandingan sepak bola itu berjalan terus.
Mereka berangkat juga ke Bandung meskipun tidak diizinkan oleh orangtua mereka.
e. Konjungsi subordinatif menyatakan perbandingan, misalnya : bagaikan, seperti.
Contoh :
Muka mereka bagaikan pinang di belah dua.
Kedua anak itu selalu saja bertengkar seperti kucing dengan anjing.
f. Konjungsi subordinatif menyatakan sebab akibat, misalnya : sebab, karena.
Contoh :
Banyak petani yang mengeluh sebab harga pupuk makin mahal.
Kami tidak dapat melanjutkan perjalanan karena hari sudah malam.
g. Konjungsi subordinatif menyatakan batas kejadian, misalnya : hingga, sampai.
Contoh :
Mereka berjalan kaki di tengah hutan hingga bertemu dengan sebuah gubuk kecil.
Kami menyelasaikan pekerjaan itu sampai pukul tiga dinihari.
h. Konjungsi subordinatif menyatakan tujuan atau sasaran, misalnya : untuk, guna.
Contoh :
Untuk mengatasi banjir bahaya banjir Pemerintah akan membuat saluran baru.
Murid-murid dikumpulkan di aula guna mendapat pengarahan dari kepala sekolah.
i. Konjungsi subordinatif menyatakan tujuan, misalnya : agar, supaya.
Contoh :
Ani berangkat pagi-pagi agar tidak terlambat tiba di sekolah.
Supaya lalu lintas lancer, maka akan dibangun jmebatan layang di situ.

3. Interjeksi atau kata seru
Interjeksi ialah kata yang mengungungkapkan perasaan, seperti marah, sedih, terharu, kaget, kagum, dan sebagainya. Cara penggunaannya pun disesuaikan dengan intonasi pengucapan, baik dengan nada meninggi atau menurun. Macam-macam kata seru yang masih dipakai hingga sekarang ialah :
1. Kata seru asli, misalnya : hai, wah, nah.
Contoh :
 “Hai, siapa namamu?” tanya kakak kepada anak itu.
 “Wah, mahal sekali!” kata ibu itu.
 “Nah, rasakanlah olehmu akibatnya!” kata ayah kepada orang itu.
2. Kata seru yang berasal dari kata-kata biasa, artinya kata seru yang berasal dari kata-kata benda atau kata-kata lain yang digunakan, misalnya: aduh, astaga, kasihan.
Contoh :
 “Aduh,  sakitnya perutku?”
 “Astaga, sudah siang begini kamu belum bangun juga” teriak ibu kepada kakak.
 “Kasihan, nasib anak kecil itu,” kata nenek.
3. Kata seru yang berasal dari beberapa ungkapan, baik yang berasal dari ungkapan Indonesia maupun yang berasal dari ungkapan asing, misalnya : ya ampun, demi Allah, InsyaAllah.
Contoh :
 “Ya ampun, aku lupa membawa buku pelajaran Bahasa Indonesia!” teriak Sona.
 “Demi Allah, aku tidak mencuri uangmu,” kata kakak itu.
 “Insyaallah, aku akan datang ke rumahmu malam ini?” kata kakak itu.

Kata Seru
Penerangan
Ayat Contoh
Aduh
Digunakan untuk
(a)Menyatakan perasaan sakit
(b)Menyatakan perasaan kagum/hairan
1. Aduh, sakitnya tanganku!
2. Aduh, indah sekali pemandangan di sini!
Aduhai
Digunakan untuk menyatakan perasaan sedih/dukacita
1. Aduhai, malang sekali nasib peminta sedekah itu!
2. Aduhai, apalah malang nasibku ini!
Ah
Digunakan untuk menyatakan perasaan penolakan/tidak bersetuju/membantah
1. Ah, aku tidak bersetuju!
2. Ah, aku tiada masa untuk melayan engkau!
Amboi
Digunakan untuk menyatakan perasaan kagum/hairan
1. Amboi, sombongnya dia!
2. Amboi, hebat sekali engkau beraksi!
Cis/cih
Digunakan untuk
(a) Menyatakan perasaan marah
(b) Menyatakan perasaan mengejek/menyindir
1. Cis, kalau kail panjang sejengkal, lautan dalam jangan diduga!
2. Cih, harimau di hutan lagi dapat kujinakkan, inikan pula cicak mengkarung!
Eh
Digunakan untuk menyatakan perasaan hairan/terkejut
1. Eh, bilakah kau pulang ke tanah air!
2. Eh, Salim pun ada di sini!
Hai
Digunakan untuk
(a) Menyatakan perasaan hendak menegur atau menyapa seseorang
(b) Cuba menarik perhatian
1. Hai, nama saya Patsy!
2. Hai, lihat anak kecil di hujung sana itu!
Nah
Digunakan untuk menarik perhatian dan pelbagai maksud lain
1. Nah, ambillah pemberikanku ini!
2. Nah, serahkan saja perkara ini kepada mereka!
Wah
Digunakan untuk menyatakan perasaan kagum/takjub
1. Wah, tinggi sungguh cita-citamu!
2. Wah, mulia sekali hatimu!
Wahai
Digunakan untuk
(a) Menyatakan perasaan dukacita
(b) Mendapatkan perhatian
1. Wahai kawan-kawanku, marilah kita bersatu padu!
2. Wahai anak-anak bangsaku, janganlah leka dengan kemewahan dunia!

4. Artikula atau kata sandang
Artikula ialah jenis kata yang mendampingi kata benda atau yang membatasi makna jumlah orang atau benda. Kata sandang tidak mengandung suatu arti tapi memiliki fungsi. Fungsi kata sandang sendiri ialah untuk menentukan kata benda, mensubstansikan suatu kata yang besar, yang jangkung, dan lain-lain. Dalam Bahasa Indonesia terdapat beberapa kelompok artikula, yaitu:
1. Artikula yang bersifat gelar ialah artikula yang bertalian dengan orang yang dianggap bermartabat, misalnya kata sang, sri, hang.
Contoh :
Sang merah putih berkibar di depan istana negara.
Kedatangan Sri Baginda disambut dengan meriah oleh seluruh rakyat.
Segera hang Tuah pergi merantau.
2. Artikula yang mengacu ke makna kelompok atau makna korelatif ialah kata para. Karena artikula ini bermakna ketaktunggalan, maka nomina yang diiringinya tidak dinyatakan dalam bentuk kata ulang. Jadi, untuk menyatakan kelompok guru sebagai kesatuan bentuk yang dipakai ialah para guru bukan para guru-guru.
Contoh :
Para guru itu sedang mengikuti pelatihan sertifikasi.
3. Artikula yang menominalkan. Artikula si yang menominalkan dapat mengacu ke makna tunggal atau genetik, tergantung pada konteks kalimat.
Contoh :
Mana si gendut, sejak tadi belum muncul.
5. Partikel Penegas
Partikel ialah kategori yang meliputi kata yang tidak tunduk pada perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Ada empat macam partikel penegas, yaitu: -lah, -kah, -tah, per dan pun.
Contoh :

a. Partikel -kah
Dipakai dalam kalimat interogatif dan berfungsi menegaskan.
1. Mengubah kalimat deklaratif menjadi kalimat interogatif: Diakah yang akan datang?
2. Bersifat manasuka dalam kalimat interogatif yang telah memiliki kata tanya seperti apa, di mana, dan bagaimana: Apakah ayahmu sudah datang?
3. Memperjelas kalimat interogatif yang tidak memiliki kata tanya: Akan datangkah dia nanti malam?
b. Partikel -lah
Dipakai dalam kalimat imperatif atau deklaratif.
1. Menghaluskan sedikit nada perintah kalimat imperatif: Pergilah sekarang, sebelum hujan turun!
2. Memberikan ketegasan yang lebih keras dalam kalimat deklaratif: Dari ceritamu, jelaslah kamu yang salah.
c. Partikel -tah
Dipakai dalam kalimat interogatif. Bersifat retoris: penanya tidak berharap mendapat jawaban dan seolah hanya bertanya pada diri sendiri. Partikel -tah banyak digunakan dalam sastra lama tapi kini tak banyak dipakai lagi.
Contoh: Apatah artinya hidup ini tanpa engkau?
d. Partikel pun
Dipakai dalam kalimat deklaratif.
1. Mengeraskan arti kata yang diiringinya: Mereka pun akhirnya setuju dengan usul kami.
2. Menandakan perbuatan atau proses mulai berlaku atau terjadi jika dipakai bersama -lah: Tidak lama kemudian hujan pun turunlah dengan derasnya.


Tidak ada komentar:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda