BAYANGAN
Bayanganmu terekam pada permukaan piring, pada dinding
Pada langit, awan, ah, ke mana pun aku berpaling:
Dan di atas atap rumah angin pun bangkit berdesir
Menyampaikan bisikmu dalam dunia penuh bisik.
Masihkah dinihari Januari yang renyai
Suatu tempat bagi tanganku membelai?
Telah habis segala kata namun tak terucapkan
Rindu yang berupa suatu kebenaran.
Bayangan, ah, bayanganmu yang menagih selalu
Tidakkah segalanya sudah kusumpahkan demi Waktu?
Tahun-tahun pun akan sepi berlalu, kutahu
Karena dunia resah 'kan diam membisu.
Pada langit, awan, ah, ke mana pun aku berpaling:
Dan di atas atap rumah angin pun bangkit berdesir
Menyampaikan bisikmu dalam dunia penuh bisik.
Masihkah dinihari Januari yang renyai
Suatu tempat bagi tanganku membelai?
Telah habis segala kata namun tak terucapkan
Rindu yang berupa suatu kebenaran.
Bayangan, ah, bayanganmu yang menagih selalu
Tidakkah segalanya sudah kusumpahkan demi Waktu?
Tahun-tahun pun akan sepi berlalu, kutahu
Karena dunia resah 'kan diam membisu.
ANALISIS
A.
STRUKTUR
FISIK
1.
Diksi
Dalam
menulis puisi, pengarang sangat memperhatikan diksi yang akan digunakan. Diksi
akan membuat suatu puisi menjadi indah. Selain itu, diksi juga menimbulkan
kesan dan makna tersendiri bagi pembaca.
Pada puisi `BAYANGAN
` karya Ajip Rosidi, penggunaan
diksinya sangat bagus dan indah. Pengarang dengan pandainya menggunakan diksi
yang menimbulkan makna semakin kuat.
Misalnya
pada bait dua disebutkan
kata `renyai` yang berarti baru, membuat rangkaian kata dalam satu baris menjadi
indah. Antara kata `renyai` dan `baru` mempunyai makna yang sama, namun kata
`renyai` terkesan lebih indah. Selain itu
juga ada kata ‘langit dan awan’ pada bait pertama yang menandai memandang ke atas ‘’ kata tersebut membuat rangkaian kata menjadi lebih indah. Oleh karena
itu, pengarang menggunakan permainan kata.
Puisi yang
berjudul `bayangan` mencerminkan suatu perjalanan hidup yang keras. Untuk itu,
pengarang berusaha memilih kata yang terkesan indah dan menekan. Hal itu dibuktikan adanya kata-kata yang menekan yaitu ` Rindu yang berupa suatu kebenaran. ’.
2.
Bahasa Figuratif (Bahasa kiasan)
a)
Personifikasi
Bahasa kiasan yang menganggap
benda mati seolah-olah hidup.
Pada kalimat “permukaan
piring”, dapat terlihat bahwa
benda-benda mati memiliki sifat seperti manusia. piring yang seolah-olah menempel didinding.
b)
Hiperbola
Hiperbola dalah kiasan yang
berlebih-lebihan yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu.
Dalam ungkapan ‘Bayanganmu terekam pada permukaan
piring, pada dinding
Pada langit, awan, ah, ke mana pun aku berpaling:
’, ada hal yang sangat berlebih-lebihan sekali yakni pada kalimat tersebut pada kata bayanganmu terekam pada permukaan piring. Pada langit,awan,ah, ke mana pun aku berpaling terdapat penekanan dalam peryataan tersebut dan pada kenyataan sebenarnya hanya bayangan dirinya di piring padahal piring digunakan untuk alat makan karena dia berupa alat bukan manusia yang bisa berkaca. Kemudian pada bait kedua yaitu ‘Telah habis segala kata namun tak terucapkan
’, hal ini dianggap berlebihan karena seseorang itu pasti bias mengungkapkan perasaan .
Pada langit, awan, ah, ke mana pun aku berpaling:
’, ada hal yang sangat berlebih-lebihan sekali yakni pada kalimat tersebut pada kata bayanganmu terekam pada permukaan piring. Pada langit,awan,ah, ke mana pun aku berpaling terdapat penekanan dalam peryataan tersebut dan pada kenyataan sebenarnya hanya bayangan dirinya di piring padahal piring digunakan untuk alat makan karena dia berupa alat bukan manusia yang bisa berkaca. Kemudian pada bait kedua yaitu ‘Telah habis segala kata namun tak terucapkan
’, hal ini dianggap berlebihan karena seseorang itu pasti bias mengungkapkan perasaan .
3.
Kata Konkret
Kata konkret adalah kata-kata
yang digunakan untuk merujuk kepada arti yang menyeluruh.
Dalam puisi ‘Bayangan’ kita dapat melihat gambaran yang sangat jelas dari cara penyair dalam
memilih diksi. Kita dapat mengetahui bahwa situasi yang tergambar dalam puisi
tersebut yaitu kesedihan sebuah
kehidupan kesendirian, yang dimana iya merasa bahwa
semua yang dia lakukan selalu hanya bisa terdiam sepi karna dia melakukan hanya
terhadap bayangannya.
4.
Citraan
Menurut Wachid (2002:131)
citraan dinyatakan sebagai pengalaman indera dan merupakan bentuk bahasa yang
diperguanakan untuk menyampaikan pengalaman indera tersebut.
a)
Citraan
suasana
Dalam sajak tersebut, penyair
hendak menampilkan kisah tentang kesepian kehidupan “rindu yang berupa suatu kebenaran. Karena hidup”
sebagai proyeksi dari keadaan diri yang dari sisi manapun hidupnya selalu
terancap oleh bahaya, namun ia terus berusaha untuk bertahan karena iya merasa
kehidupannya memang layak utuk dipertahankan.
5.
Versifikasi
(Rima dan Ritma)
Versifikasi berkaitan dengan
bunyi-bunyi yang diciptakan dari dalam puisi.
Dalam puisi tersebut, dipenuhi
dengan bunyi-bunyian yang sangat indah bila dibaca. Puisi tersebut berisi
tentang sebuah kesendirian hidup yang
luar biasa berat, kata-kata yang digunakan sangat menarik, pembacaan dilakunan
dengan penekanan, intonansi yang lantang dan pengahyatan yang baik, sehingga
menimbulkan irama yang indah.
6.
Wujud Visual
Tata visual adalah bentuk
tampilan puisi yang ditulis oleh penyair. Wujud visual merupakan salah satu hal
yang menjadi tanda kemampuan penyair dalam mengukuhkan pengalaman-pengalaman
kemanusiaannya dalam puisi yang ditulisnya.
a)
Pembaitan
Dari puisi diatas terdapat
perbedaan yang dapat ditemukan terkait dengan pembaitan yang dilakukan oleh
penyair. Pada puisi “Bayangan” tampak
jelas bahwa pembaitan yang dipilih adalh pembaitan terikat. Artinya bait-bait
yang terdapat dalam puisi tersebut memiliki kesamaan banyaknya baris dan tiap-tiap baitnya.
Bait pertama terdiri dari empat baris, bait kedua terdiri dari 4 baris, dan bait ke tiga terdiri dari empat baris juga.
b)
Enjebemen
Dari penggalan-penggalan puisi diatas kita akan menemukan enjebemen yang
dilakukan penyair. Kalimat ’ Bayanganmu terekam pada permukaan
piring, pada dinding Pada langit, awan, ah, ke mana pun aku berpaling: Dan di
atas atap rumah angin pun bangkit berdesir, Menyampaikan bisikmu dalam dunia
penuh bisik.’. Namun kalimat tersebut juga
seolah dapat menjadi bagian dari baris selanjutnya yaitu ‘Bayangan,
ah, bayanganmu yang menagih selalu dan Tahun-tahun pun akan sepi berlalu,
kutahu.
’.
B. STRUKTUR BATIN
1.
Tema
Merupakan gagasan pokok yang
dikemukakan oleh penyair.
Puisi milik Ajip Rosidi
berjudul “BAYANGAN” bertemakan kesedihan, yakni bercerita tentang perjuangan hidup seseorang dalam memperjuangkan
hidupnya, yang dipenuhi dengan cobaan dan ujian yang datang bertubi-tubi. Namun
ia tetap berusaha untuk bertahan demi mempertahankan hidupnya.
2.
Nada
Merupakan bunyi yang memiliki
getaran teratur tiap diksi.
Nada yang terbentuk dalam
puisi tersebut adalah dengan adanya sederetan huruf /u/ pada beberapa kata.
3.
Suasana
Suasana yang terdapat dalam
puisi “bayangan” adalah dalam keadaan yang mencekam. Kita bisa merasakannya pada bait ke-2
‘Telah habis
segala kata namun tak terucapkan’.
4.
Amanat
Merupakan ajaran moral yang
ingin disampaikan oleh pengarang.
Amanat yang terkandung
didalmya adalah menceritakan tentang kepedihan kesendirian kehidupan.
HARITUAKU
Pabila harituaku tiba, kelak suatu masa
Kacamata tebal atas hidung, bersenandung
Menembangkan lelakon lama. La1u tersenyum
Memandang bayangan atas kaca jendela
Yang putih warnanya, sampai pun alis, bulu mata ...
Maka namamu 'kan kusebut, dengan bibir gemetar
Bagai ayat kitab suci, tak sembarang boleh terdengar
Namun kala itu yang empunya nama entah di mana
Apakah lagi menyulam, duduk bungkuk atas kursi rotan
Ataukah sedang menimang cucu, mungkin pula telah lama
Aman berbaring dalam tilam penghabisan.
Dan pabila giliranku tiba, telentang
Dengan kedua belah tangan bersilang
Sebelum Sang Maut menjemput
Sekali lagi namamu 'kan kusebut, lalu diam,mati.
Kacamata tebal atas hidung, bersenandung
Menembangkan lelakon lama. La1u tersenyum
Memandang bayangan atas kaca jendela
Yang putih warnanya, sampai pun alis, bulu mata ...
Maka namamu 'kan kusebut, dengan bibir gemetar
Bagai ayat kitab suci, tak sembarang boleh terdengar
Namun kala itu yang empunya nama entah di mana
Apakah lagi menyulam, duduk bungkuk atas kursi rotan
Ataukah sedang menimang cucu, mungkin pula telah lama
Aman berbaring dalam tilam penghabisan.
Dan pabila giliranku tiba, telentang
Dengan kedua belah tangan bersilang
Sebelum Sang Maut menjemput
Sekali lagi namamu 'kan kusebut, lalu diam,mati.
ANALISIS
A.
STRUKTUR
FISIK
1.
Diksi
Dalam
menulis puisi, pengarang sangat memperhatikan diksi yang akan digunakan. Diksi
akan membuat suatu puisi menjadi indah. Selain itu, diksi juga menimbulkan
kesan dan makna tersendiri bagi pembaca.
Pada puisi `Harituaku
` karya Ajip Rosidi, penggunaan
diksinya sangat bagus dan indah. Pengarang dengan pandainya menggunakan diksi
yang menimbulkan makna semakin kuat.
Misalnya pada bait pertama
yaitu ‘bagai ayat
kitab suci’ yang berarti
al-quran membuat rangkaian kata dalam satu baris menjadi indah.
2.
Bahasa
Figuratif
a)
Metafora
Dalam puisi tersebut metafora
terlihat pada ungkapan ‘Maka namamu 'kan kusebut’ sebenarnya dalam ungkapan tersebut ada kata-kata seperti ‘Maka
namamulah kan kusebut’.
3.
Citraan
a)
Citraan
suasana
Dalam puisi tersebut, penyair
hendak menyampaikan sebuah ungkapan yang berisi sebuah doa yang ditujukan untuk
sang pencipta.
4.
Versifikasi
(Rima dan Ritma)
Dalam sajak tersebut, dipenuhi
dengan bunyi-bunyian yang sangat indah bila dibaca. Ada kesamaan bunyi yang
apbila dibaca akan seperti mantera yang sedang dilantunkan.
5.
Wujud Visual
a.
pembaitan
Pada puisi “Harituaku” pembaitan yang digunakan tidak terikat , artinya bahwa bait-bait yang
terdapat dalam puisi tersebut tidak sama, bait pertama terdiri dari lima baris, bait kedua enam baris dan bait yang ketiga empat baris.
b.
Enjabemen
Dari puisi diatas kita akan
menemukan ejabemen yang dilakukan oleh penyair kalimat Pabila
harituaku tiba : kelak suatu masa’ terasa
belum selesai dan memiliki kelanjutannya yaitu ‘ Kacamata
tebal atas hidung, bersenandung
Menembangkan lelakon lama ’.
Menembangkan lelakon lama ’.
B.
STRUKTUR
BATIN
1.
Tema
Tema merupakan gagasan pokok
yang dikemukan oleh penyair.
Puisi milik Ajip Rosidi
berjudul “Harituaku” bertemakan religi
(keagamaan). Yakni mengungkapkan bahwa kita harus selalu mengingat-Nya.
2.
Nada
merupakan bunyi yang memiliki
getaran teratur tiap diksi.
Nada yang terbentuk dalam
puisi tersebut adalah dengan adanya sederetan huruf /m/ /i/ /n/ pada beberapa kata.hal ini bukanlah sebuah kebetulan, melainkan sebagai
hal yang disengaja ketika dibaca ada bunyi yang teratur.
3.
Suasana
Suasana adalah kondisi
psikologi yang dirasakan oleh pembaca yang tercipta akibat adanya interaksi
antara pembaca dengan puisi yang dibaca.
Suasana yang terdapat dalam
puisi tersebut yaitu situasi yang tenang hening penuh hikmat karena puisi
tersebut berisikan sebuah doa.
4.
Amanat
Amanat adalah ajaran moral
yang ingin disampaikan oleh pengarang.
Amanat yang terdapat dalam
puisi tersebut adalah kita sebagai manusia harus selalu bersyukur, selalu
mengingat-Nya atas karunia yang diberikan tak lupa doa yang dipanjatkan
untuk-Nya untuk apa yang telah diberikan oleh
sang pencipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar