Senin, 18 April 2016

Retorika Raga Bahasa Ilmiah Dan Alasan Untuk Mempelajari Retorika

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan kesempatan yang masih Allah SWT sediakan bagi kami sehingga kami dapat menyelesaikan  makalah yang berjudul “Retorika Raga Bahasa Ilmiah Dan Alasan Untuk Mempelajari Retorikauntuk memenuhi tugas mata kuliah “Retorika”. Dan terimakasih kepada dosen Pengampu Mata Kuliah “Retorika” Dra, Hj. Lisdwiana Kurniati, M.Pd ,  yang telah membantu kami dalam mengerjakan makalah ini, serta teman-teman semua yang telah mendukung. Dan kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, baik dalam penulisan maupun isinya.
Untuk itu kami sebagai penulis menerima setiap kritik dan saran yang membangun. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan hasil pendidikan dan meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas.


                                                                       Pringsewu, 18 Maret 2016

                                                                      
                                                  Kelompok VIII




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menggunakan bahasa sebagai alat berkomunikasi dengan sesama kita baik melalui bahasa langsung (berbicara) maupun tidak langsung (bahas tulis). Ada berbagai macam maksud yang hendak kita sampaikan seperti meyakinkan, mempengaruhi, mengajak, memerintah dan lain-lain. Keberhasilan kita dalam berkomunikasi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah logos (meyakinkan dengan logika-logika), patos (kejiwaan atau aspek pisikologi), etos (kepercayaan atau kredibilitas). Dalam kajian ilmu pengetahuan seni berbicara atau komunikasi ini sering disebut dengan retorika. Orang yang menguasai ilmu retorika atau memiliki retorika yang bagus dalam berkomunikasi maka akan lebih mudah menyampaikan maksud dan tujuan dari apa yang dibicarakannya serta terasa enak didengarkannya dan tidak membuat bosan pendengarnya. Retorika, bukan hanya ilmu pidato, tetapi meliputi pengetahuan sastra, gramatika, dan logika.Karena dengan rasio tidak cukup untuk meyakinkan orang, untuk meyakinkan orang lain memerlukan teknik-teknik memanipulasi emosi dan menggunakan prasangka untuk menyentuh hati pendengar. Berbicara telah membedakan manusia dari makhluklain. Dengan berbicara, manusia mengungkapkan dirinya, mengaturlingkungannya, dan pada akhirnya menciptakan bangunan budya insane. Lama sebelum lambang-lambang tulisan digunakan, orang sudahmenggunakan bicara sebagai alat komunikasi. Bahkan setelah tulisan ditemukansekalipun, bicara tetap lebih banyak digunakan. Ada beberapa kelebihan bicarayang tidak dapat digantikan dengan tulisan. Bicara lebih akrab, lebih pribadi(personal), lebih manusiawi. Tidak menghenrankan, bila ilmu bicara telah dansedang menjadi perhatian manusia. Kemampuan bicara bukan saja diperlukan di depan sidang parlemen, dimuka hakim atau dihadapan massa. Kemampuan ini dihajatkan dalam hampirseluruh kegiatan manusia sehari-hari. Penelitian membuktikan bahwa 75% waktubangun kita berada dalam kegiatan komunikasi. Kemampuan bicara bisa merupakat bakat. Tetapi kepandaian bicara yangbaik memerlukan bicara dan latihan. Retorika sebagai ilmu bicara sebenarnyadiperlukan setiap orang. Bagi ahli komunikasi atau komunikator retorika adalahcondition sine qua non. Dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa hal tentang retorika besertaperkembangannya. Dengan uraian historis ini kita ingin mengingatkan bahwaretorika adalah bidang studi komunikasi yang telah berumur tua, disampingmenujukkan tempatnya yang layak dalam perkembangan ilmu komunikasi.
1.2 Pokok Pembahasan
A.    Karya Tulis Karangan Ilmiah
B.     Bahasa Karangan Ilmiah
C.     Aspek-Aspek Retorika Kalimat
D.    Aspek-Aspek Retorika Paragraf
E.     Retorika Bahasa Ragam Ilmiah 
F.      Alasan Untuk Mempelajari Retorika
1.3 Tujuan Penulisan
A.    Untuk Mengetahui Tentang Karya Tulis Karangan Ilmiah
B.     Untu Mengetahui Tentang Bahasa Karangan Ilmiah
C.     Untuk Mengetahui Tentang Aspek-Aspek Retorika Kalimat
D.    Untuk Mengetahui Tentang Aspek-Aspek Retorika Paragraf
G.    Untuk Mengetahui Tentang Retorika Bahasa Ragam Ilmiah  
E.     Untuk Mengetahui Tentang Alasan Untuk Mempelajari Retorika







BAB II
MATERI
A.    Karya Tulis  Atau Karangan Ilmiah
Karangan ilmiah adalah karangan yang menyajikan hasil-hasil penyelidikan ilmiah, baik hasil penelitian lapangan maupun hasil penelitian perpustakaan. Suatu penyelidikn baru dikatakan ilmiah apabila mengikuti prosedur atau metode ilmiah. Metode ilmiah yang diikuti dalam karangan ilmiah antara lain : perumusan masalah, perumusan hipotesis, engamatan dan pengumpulan data, pengujian hipotesis jika ada , analisis dan penyajian data. Selain metode yang menjadi karangan ilmiah, karangan ilmiah dapat pula ditinjau dari segi bahasa yang digunakannya. Karena karangan ilmiah mengungkapkan fakta atau temuan ilmiah melalui prosedur ilmiah yang sistematik, maka diperlukan ragam bahasa tertentu untuk mengkomunikasikannya agar dapat dipahami dengan baik.

B.     Bahasa Karangan Ilmiah
Ragam bahasa ilmiah disebut sebagai ragam bahsa bergaya. Bahasa bergaya adalah bahasa yang sengaja diperbesar daya gunanya. Ragam bahasa ini berciri ringkas dan merupakan bahasa pikiran, karena yang disampaikan adalah kegiatan-kegiatan pikiran yang harus pula ditangkap dengan pikiran. Dalam bahasa ilmiah hampir setiap kata dan kalimat digunakan dengan cermat agar serasi benar dengan pengertian-pengertian yang akan dikomunikasikan. Untuk mencapai kecermatan itu, kalimat dan paragraph yang digunakan dalam karangan ilmiah harus memenuhi aspek-aspek retorika. Seorang penulis karangan ilmiah harus dapat menerapkan aspek-aspek retorika itu dalam karangan ilmiah yang ditulisnya agar tulisan ilmiah itu dapat dikomunikasikan secara efektif kepada pembaca.

C.    Aspek-aspek Retorika Kalimat
Ada lima asperk retorika kalimat yang hares diperhatikan oleh penulis karangan ilmiah agar is dapat menghasilkan kalimat yang efektif. Kelima aspek retorika itu adalah kesatuan (unity), kepaduan (coherence), kehematan (economisation), penekanan (emphasis), dan kevariasian (variety).
1.      Kesatuan (Unity)
Kesatuan merupakan kualitas retorika pertama yang hares dimiliki oleh kalimat efektif. Kesatuan kalimat berarti trap-snap bagian dalam kalimatitu berhubungar_secara logic dalam tuturan kalimat secara keseluruhan tanpa menghiiangkan unsur yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Secara praktis, suatu kesatuan gagasan diwakili oleh subjek, predikat, atau dapat diperluas oleh objek serta keterangan lain. Unsur-unsur inilah kemudian yang membentuk kalimat dalam kesatuan-kesatuan tunggal, gabungan, pilihan, dan kesatuan yang mengandung pertentangan.
Kesatuan gagasan akan menjadi kabur apabila penggunaan kata sambung atau kata depan dalam kalimat tidak tepat. Di samping itu, gagasan kalimat akan kabur apabila penulis menggunakan kalimat yang terlalu panjang sehingga penulis tidak tahu lagi apa sebenarnya yang ingin disampaikannya. Dalam kasus seperti ini, kalimat kehilangan unsur yang diperlukan sehingga tidak berhubungan secara logis dengan tujuan kalimat secara keseluruhan.
Ada tujuh hal yang perlu diperhatikan penulis untuk mencapai gagasan kalimat yang menyatu dan logis. Ketujuh hal tersebut adalah sebagai berikut :
1.   Gunakan dua kalimat atau lebih untuk mengungkapkan gagasan-gagasan yang     tidak berhubungan,
2.   Hindari pemakaian pola bawahan (subordination) yang berlebihan,
3.   Hindari rincian yang berlebihan,
4.   Hindari generalisasi yang kurang bukti atau keterangan,
5.   Buang kata-kata atau frase-frase yang tidak perlu,
6.   Hindari pengulangan kata atau frase yang kurang perlu, dan
7.   Hindari penumpukan pikiran dalam satu kalimat dengan banyak anak kalimat.






2.      Kepaduan (Coherence)
Kepaduan adalah kualitas retorika yang kedua yang hares dimiliki oleh kalimat efektif. Aspek kepaduan ini berhubungan dengan struktur atau interelasi antara kata dalam kalimat. Artinya, unsur-unsur yang membentuk kalimat hares menampilkan hubungan timbal balik yang jelas. Hubungan subjek dengan predikat, predikat dengan objek dan keterangan-keterangan lainnya menj elaskan tiap-tiap unsur itu. Jadi, konsep kepaduan menyangkut jelas tidaknya hubungan timbal balik antarunsur yang membangun kalimat, sedangkan konsep kesatuan berhubungan dengan ada tidaknya, dan jelas tidaknya unsur-unsur tersebut dalam kalimat.
Untuk menghasilkan kalimat yang padu, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1.      Penulis harus dapat membedakan fragmen dengan kalimat. Penggunaan fragmen hendaknya dihindari,
2.      Penulis juga hares dapat menghubungkan unsur-unsur kalimat secara tepat. Dalam hal ini, pemakaian kalimat yang unsur-unsurnya dihubungkan secara tidak tepat hares dihindari dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1)      Hubungan kalimat menjadi tidak tepat apabila klausa dihubungkan hanya dengan sebuah koma.
2)      Hubungan kalimat juga akan kabur, jika dua klausa dihubungkan secara sewenang-wenang tanpa sebuah pungtuasi pun.
3.      Penulis harus menempatkan berbagai keterangan, kata keterangan, frase keterangan, atau klausa keterangan; sesuai dengan tempatnya, yaitu pada kata atau kata-kata yang diterangkannya.
4.      Penulis juga harus menghindari pemakaian pewatas atau modifikator yang kabur (dangling modfiers) dalain membentuk kalimat yang menggunakan pewatas atau modifilator tersebut.

3. Kehematan (Economisation)
Aspek retorika ini dimaksudkan agar orang dalam menulis tidak boros pada pemakaian kata, ungkapan, atau kalimat. Penggunaan kata, ungkapan, atau kalimat yang tidak penting dapat dihindarkan.Untuk mencapai kehematan dalam penulisan kalimat, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut.
1.  hindari pengulangan subjek kalimat yang sama dalam satu kalimat,
2.  hindari penulisan kembali kata hari, bulan, tanggal, bulan, dan tahun,
3.  hindari kemungkinan hiponimi,
4. hindari pemakaian kata penghubung bahwa dan setelah dalam konteks yang tidak diperlukan,
5.  hindari pengulangan apa yang telah dikatakan dalam sate kalimat, dan
6.  tata gagasan dan pikiran secermat mungkin sehingga tidak mengakibatkan masuknya pikiran baru dalam kalimat.

4. Penekanan (Emphasis)
Penekanan berkaitan dengan tujuan dan bentuk ekspresi. Pemakaian aspek retorika penekanan ini dalam kalimat dilakukan untuk lebih menonjolkan gagasan pokok sehingga lebih menarik perhatian pembaca. Untuk itu, berbagai metode dapat digunakan untuk memberikan penekanan kalimat. Metode-metode itu antara lain:
1)      Menggunakan urutan kata, artinya kata atau kata-kata yang mengandung materi yang paling penting ditempatkan pada posisi awal atau posisi akhir kalimat. Penempatan kata atau kata-kata yang mengandung gagasan pokok pada posisi-posisi yang disebutkan itu dilakukan karena posisi awal dan akhir itu paling kuat memberikan tekanan. Jika cara ini yang dipilih oleh penulis, satu prinsip yang hares diperhatikan adalah penekanan retorik hares merefleksikan penekanan yang logis, artinya tetap memperhatikan kegramatikalan kalimat.
2)      Penekanan tingkatan bagian-bagian kalimat, artinya pernyataan yang kurang penting dikurangi tingkat-     nya dari pernyataan yang lebih penting. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan kalimat setara (parallel sentence) untuk menekankan gagasan-gagasan yang sama pentingnya. Artinya, gagasan-gagasan yang sama pentingnya itu ditempatkan dalam susunan yang sederajat (coordinative). Jika ingin menekankan gagasan pokok pada akhir kalimat, penulis dapat menggunakan kalimat periodik (periodic sentence), yaitu kalimat yang mensubordinasikan gagasan utama pada bagian akhir untuk membangkitkan klimaks sehingga bagian-bagian awal kalimat kurang ditekankan.
3)      Pemakaian bentuk kata dan pengulangan yang disengaja, penggunaan verba aktif dan pasif secara bergantian, termasuk penekanan dengan menggunakan bentuk kata. Dalam hal ini, jika subjek yang dipentingkan, penulis dapat menggunakan verba aktif, sebaliknya apabila objek yang dipentingkan, penulis dapat menggunakan verba pasif. Penulis juga dapat menekankan kalimat dengan mengulang kata-kata kunci untuk memperoleh efek retorik. Jika cara yang disebut terakhir itu yang dilakukan, berarti penulis menggunakan--;-nttode or,gulangan yang disengaja.      
4)      Menggunakan susunan inversi, artinya susunan kalimat yang wajar dibalikkan, dari subjek predikat, menjadi predikat subjek
5)      Menggunakan pertentangan dan partikel penegas, misalnya: -lah, kah, -tah, -pun

Jadi dapat disimpulkan, paling tidak ada tujuh teknik retorika yang dapat digunakan untuk memberi penekanan, yakni:
1)      mengubah-ubah urutan kata,
2)       membeda-bedakan tingkatan bagian-bagian kalimat,
3)      memvariasikan bentuk kata,
4)      mengulang kata-kata kunci,
5)      menggunakan pola inversi,
6)       menggunakan pertentangan, dan
7)      menggunakan partikel penegasan.
5. Kevariasian (Variety)
Kevariasian berkaitan dengan keanekaragaman kalimat yang digunakan untuk mengungkapkan temuan dalam karangan ilmiah. Keanekaragaman itu menyangkut pola kalimat maupun panjang kalimat untuk inenghindari kebosanan pembaca. Kalimat yang bervariasi itu sangat penting dalam karangan untuk memelihara minat dan perhatian pembaca terhadap karangan yang dibaca. Kevariasian dalam kalimat efektif lebih banyak berhubungan dengan kalimat dalam tataran paragraf daripada kalimat secara individual. Oleh karena itu aspek retorika yang disebut kevariasian ini lebih dipandang sebagai aspek retorika paragraf.


D.    Aspek-Aspek Retorika Paragraf
Paragraf yang baik, dalam arti komunikatif, harus memenuhi empat syarat kualitas retorika. Keempat syarat kualitas retorika itu adalah :
1) kelengkapan (completeness)
2) kesatuan (unity)
3) keurutan (order)
4) kepaduan (coherence).

Kelengkapan berhubungan dengan jumlah rincian yang diperlukan oleh sebuah paragraf. Kesatuan menyangkut topik yang dibahas oleh sebuah paragraf. Keurutan berhubungan dengan urut-urutan gagasan dalam sebuah paragra£ Kepaduan menyangkut hubungan antarunsur yang membangun paragraf. Jika keempat aspek retorika ini dipenuhi oleh sebuah paragraf, maka paragraf yang demikian dapat dikatakan paragraf yang komunikatif.
1.      Kelengkapan (Completeness)
Kelengkapan berarti suatu paragraf dapat menyampaikan semua gagasan yang ingin disampaikan melalui paragraf itu. Paragraf yang lengkap ditandai oleh adanya kalimat topik dan kalimat penjelas. Selain itu, paragraf yang lengkap harus memiliki kalimat penjelas yang cukup untuk mendukung gagasan pokok yang ingin disampaikan sehingga paragraf tersebut berhasil mengkomunikasikan suatu gagasan secara memuas-kan. Untuk mencapai aspek retorika yang disebut kelengkapan itu, maka paragraf harus dikembangkan.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencapai aspek retorika kelengkapan paragraf tersebut, yakni:
1)      Dengan rincian penunjang (supporting details). De.ngau cara..ini, kalimat-kalimat penjelas dibangkitkan dengan cara memberikan rincian penunjang terhadap pernyataan urnum yang terdapat di dalam kalimat topik. Makin luas cakupan kalimat topik, makin banyak rincian yang diperlukan. Akibatnya, paragraf menjadi semakin panjang dan semakin kompleks.
2)      Dengan pemberian contoh. Pemberian contoh juga merupakan cara yang digunakan untuk membangkitkan kalimat-kalimat penjelas. Melalui cara ini kalimat pokok dikembangkan dengan memberikan contoh-contoh. Untuk paragraf argumentatif, pengembangan untuk mencapai kelengkapan paragraf dapat dilakukan dengan menggunakan anekdot.
3)      Dengan menggunakan perbandingan dan analogi. Kelengkapan paragraf dapat pula dicapai dengan mengembangkan paragraf dengan cara menggunakan perbandingan dan analogi. Pada cara ini, kalimat-kalimat penjelas dibangkitkan dengan menyatakan kesamaan antara dua hal atau lebih. Cara ini biasanya digunakan jika penulis mengemukakan suatu topik yang agak sulit atau belum dikenal pembaca.
4)      Dengan menggunakan metode pertentangan. Kelengkapan paragraf dapat dicapai dengan menyatakan perbedaan antara dua hal, konsep, atau benda. Dua hal, konsep, atau benda yang berbeda itu masingmasing dibeberkan perbedaannya secara silih berganti. Dengan cara ini, maka kelengkapan paragraf dapat diperoleh.
5)      Dengan menggunakan cara analisis. Pada cara ini, gagasan pokok dikembangkan dengan memilah-milah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Bagian.-bagian yang lebih kecil ini selanjutnya diuraikan dengan analisis kronologis, analisis ruang, atau analisis struktural.
6)      Dengan menggunakan definisi. Pada cara ini suatu konsep dikembangkan dengan menyatakan pengertian atau definisinya. Dengan definisi ini, maka suatu konsep yang dulunya belum jelas menjadi jelas.
7)      Dengan menggunakan parafrase. Pada cara ini, suatu gagasan atau pernyataan yang belum jelas dinyatakan kembali dengan menggunakan satu atau beberapa kalimat. Cara-cara yang digunakan untuk mengembangkan gagasan pokok sehingga dapat dicapai kelengkapan paragraf dapat digunakan secara sendiri-sendiri, tetapi juga dapat digunakan secara kombinasi. Misalnya cara pertentangan dikombinasikan dengan cara pemberian contoh, cara definisi dikombinasikan dengan cara pemberian contoh, dan seterusnya.

2.      Kesatuan (Unity)
Kesatuan berarti semua kalimat yang membangun paragraf hanya mengemukakan satu topik. Dengan demikian, unsur-unsur yang membangun paragraf hares menciptakan kesatuan pikiran atau kesatuan ;agasan. Untuk menghasilkan paragraf yang menghasilkan kesatuan pikiran, penulis hares menghindari penggunaan kalimat yang tidak ada hubungannya dengan topik yang ingin dikembangkan.
Adanya kalimat topik dalam satu paragraf sangat membantu penulis untuk menciptakan paragraf yang menyatu. Hal ini disebabkan kalimat topik menyajikan gagasan pengendali (controlling idea). Berdasarkan gagasan pengendali ini, paragraf dapat dikembangkan dengan menggunakan kalimat-kaliniat penjelas. Bila gagasan yang menjadi pengendali terlalu rumit, paragraf dapat dikembangkan dengan cara menciptakan kalimat-kalimat penjelas utama yang bertingkat-tingkat, yakni kalimat penjelas utama dan kalimat penjelas bawahan. Misalnya :
Kalimat topik; dijelaskan dengan:
1)      Kalimat penjelas utama 1; dijelaskan oleh:
a)   kalimat penjelas bawahan 1.1
b)   kalimat penjelas bawahan 1.2
2)      Kalimat penjelas utama 2; dijelaskan oleh:
a)      kalimat penjelas bawahan 2.1
b)      kalimat penjelas bawahan 2.2
3)      Kalimat penjelas utama 3; dijelaskan oleh:
a)      kalimat penjelas bawahan 3.1
b)      kalimat penjelas bawahan 3.2

3.      Keurutan (Orderly Movement)
Keurutan artinya pengembangan paragraf menikuti urutan yang jelas. Dengan pendekatan ini, unsur-unsur yang membangun paragraf itu tersusun secara sistematis sehingga tidak meloncat-loncat. Keurutan paragraf ini ditandai oleh susunan materinya yang terurut secara logis, misalnya dari umum ke khusus atau sebaliknya. Keurutan paragraf dapat diwujudkan dengan cara menata hubungan materi yang membangun paragraf tersebut sedemikian rupa. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh dalam membangun paragraf yang memiliki aspek retorika ini, yakni:
1)      Dengan menyusun materi secara kronologis. Materi paragraf disusun menurut urutan kronologis. Dengan cara ini, materi paragraf disusun menurut waktu kejadiannya. Biasanya urutan kronologis ini digunakan dalam paragraf naratif. Akan tetapi, urutan kronologis ini biasanya juga digunakan untuk menjelaskan proses pelaksanaan atau pengerjaan sesuatu yang disusun langkah demi langkah.
2)      Dengan menyusun menurut urutan ruang. Dalam urutan ruang ini, materi paragraf diurutkan berdasarkan tempat kej adian di mana sesuatu itu terj adi. Dengan demikian, urutan paragraf mengikuti gerakan pandangan penulis dalam melihat suatu objek atau kejadian. Teknik retorika ini banyak digunakan dalam paragraf deskriptif sehingga pembaca dapat mengikuti apa yang dideskripsikan oleh penulis sesuai dengan apa yang dilihat oleh penulis . Dengan kata lain, pembaca akan merasa seolah-olah ia sendiri melihat objek atau kejadian yang dideskripsikan oleh penulis. Perbedaan urutan ruang dengan urutan kronologis adalah, urutan ruang ini berdasarkan tempat suatu objek berada atau tempat suatu kejadian terjadi, sedangkan urutan kronologis berdasarkan waktu suatu peristiwa terjadi.
3)      Dengan menyusun materi dari khusus ke umum. Cara ketiga yang dapat ditempuh untuk dapat mencapai aspek retorika keurutan paragraf adalah menyusun materi paragraf dengan cara menyajikan materi paragraf dari khusus ke umum sehingga membentuk sajian induktif. Beberapa materi yang bersifat khusus disajikan terlebih dahulu kemudian disusul oleh pernyataan yang.bersifat umurn yang merupakan kesimpulan yang ditarik berdasarkan materi-materi khusus sebelumnya. Urutan khusus ke umum ini sering digunakan dalam uraian ekspositori.
4)      Dengan menyusun materi dari umum ke khusus. Berlawanan dengan cara ketiga di atas, urutan materi paragraf disusun dari pernyataan yang umum ke yang khusus. Uraian model ini sering disebut model deduktif. Dalam cara ini, pernyataan umum pertama-tama disajikan di dalam paragraf. Kemudian disusul dengan pernyataan-pernyataan khusus yang berkaitan langsung dengan pemyataan umum yang telah disebutkan. Sebagaimana halnya dengan hubungan induktif, paragraf yang berhubungan secara deduktif ini juga banyak digunakan untuk uraian ekspositori.
5)      Dengan menyusun dari pertanyaan ke jawaban. Aspek retorika keurutan paragraf dapat juga dicapai dengan menyusun materi dari pertanyaan ke jawaban. Pada awal paragraf model ini disajikan suatu pertanyaan. Materi paragraf berikutnya merupakan jawaban atas pertanyaan tersebut.
6)      Dengan menyusun materi berdasarkan hubungan kausal. Pada cara ini, pertama-tama materi yang menyatakan sebab disajikan. Selanjutnya, disajikan materi yang menyatakan akibat-akibat dari sebab yang dinyatakan sebelumnya. Susunan seperti ini biasa pula dibalikkan dari akibat ke sebab.
7)      Dengan menyusun mengikuti hubungan kecaraan. Untuk mendapatkan paragraf yang memiliki hubungan yang urut, materi paragraf dapat disusun dengan mengikuti hubungan kecaraan. Pada cara ini, materi paragraf yang pertama kali disajikan adalah pernyataan yang mengacu kepada pengerjaan atau pelaksanaan suatu pekerjaan. Materi-materi berikutnya merupakan penjabaran cara-cara melaksanakan pekerjaan tersebut.
8)      Dengan menyusun menurut hubungan kondisional. Keurutan paragraf dapat juga dicapai dengan cara menyusun materi-materinya dalam hubungan kondisional. Cara ini dilakukan dengan pertama-tama menyajikan pernyataan. Selanjutnya, disajikan pula prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kenyataan yang sudah disebutkan pada pernyataan terdahulu. Hubungan ini juga dapat dibalikkan, yakni pernyataan yang merupakan prasyarat disajikan terlebih dahulu, kemudian diikuti oleh kenyataan yang akan diperoleh sehubungan dengan prasyarat tersebut.
9)      Dengan menyusun menurut hubungan akumulatif. Materi paragraf dapat pula diurutkan dengan memakai kata mulai      sampai dengan. Apabila paragraf diurutkan sedemikian rupa, berarti paragraf tersebut memakai hubungan akumulatif.
10)  Dengan menyusun dari yang paling penting ke yang kurang penting. Materi paragraf juga dapat disusun dari yang paling penting ke yang kurang penting. Pada cara ini, pertama-tama disajikan materi yang terpenting. Selanjutnya disajikan materi yang sedikit menurun tingkat kepentingannya secara berangsur-angsur sampai dengan materi yang tingkat kepentingannya paling rendah. Paragraf yang disusun seperti ini mengikuti urutan antiklimaks. Sebaliknya, materi-materi dapat pula disajikan dari yang kurang penting sampai dengan yang paling penting. Susunan seperti ini disebut susunan klamaks.
11)  Urutan familiaritas merupakan cara lain yang dapat digunakan untuk mencapai aspek retorika keurutan. Pada cara ini, materi-materi paragraf disusun dari yang sudah diketahui ke yang belum diketahui oleh pembaca. Cara seperti ini biasanya digunakan untuk menjelaskan suatu hal, keadaan, atau konsep yang rumit dan masih barni.
12)   Cara lain yang dapat dilalcukan untuk mencapai aspek retorika keurutan paragraf adalah dengan cara menyusun materi paragraf dari yang paling sederhana ke yang paling rumit. Cara seperti ini biasanya digunakan untuk menjelaskan suatu fakta, konsep, atau bagian-bagian dari suatu benda. Susunan materi paragraf seperti ini disebut urutan kompleksitas.
Dari apa yang dipaparkan di atas, maka dapat diringkas bahwa aspek retorika keurutan paragraf dapat dicapai dengan :
1) urutan kronologis,
2) urutan ruang,
3) urutan induktif /urutan deduktif,
4) urutan pertanyaan jawaban,
                 5) urutan kausal (sebab akibat/ akibat sebab),
                 6) urutan pertanyaan jawaban,
                 7)urutan kecaraan,
                 8) urutan kondisional,
                 9) urutan akumulatif, 
                10) urutan antiklimaks/klimaks,
                11 urutan familiaritas, dan
                12) urutan kompleksitas.

4.      Kepaduan (Coherence)
Kepaduan berarti bahwa kalimat-kalimat yang membangun paragraf bertalian erat antara satu dengan yang lain. Dengan demikian, tidak boleh ada satu kalimat pun yang tidak bertalian dengan kalimat-kalimat lain dalam satu paragraf Kalimat yang satu dalam paragraf yang padu akan mengantarkan pembaca kepada kalimat yang lainnya sehingga pembaca dapat dengan mudah mengikuti jalan pikiran yang terkandung dalam paragraf tersebut. Untuk dapat menghasilkan aspek retorika kepaduan, maka perlu diperhatikan halhal berikut.
1)      Gunakan kata-kata atau frase transisi. Penggunaan kata-kata atau frase transisi merupakan salah satu cara untuk menghasilkan paragraf yang padu. Kata-kata atau frase transisi itu digunakan untuk menghubungkan antara satu kalimat dengan kalimat yang lain. Dalam hal ini, berbagai hubungan dapat dinyatakan oleh pemarkah transisi itu. Pemarkah-pemarkah itu digunakan sesuai dengan makna hubungan yang terjadi. Misalnya apakah hubungan: tambahan/urutan, pertentangan, kesamaan/perbandingan, contoh/ilustrasi, pernyataan kembali/ penyingkatan, penekanan, kesimpulan, akibat/hasil, tujuan, tempat, atau waktu.
2)      Gunakan kata-kata, frase, atau istilah-istilah kunci. Pemakaian kata-kata, frase, atau istilah-istilah kunci dapat digunakan untuk mencapai aspek retorika kepaduan dalam paragraf. Dalam hal ini, suatu kata, frase, atau istilah penting yang sudah dikemukakan pada awal paragraf diulang kembali pada kalimat-kalimat berikutnya. Dengan diulangnya kata-kata atau frase kunci itu, kepaduan paragraf dapat dicapai, bahkan juga penekanan gagasan yang ingin disampaikan dapat dilakukan.
3)      Gunakan pengacuan pronomina. Pengacuan pronomina (pronoun reference) dapat digunakan untuk mencapai aspek retorika kepaduan dalam paragraf. Berbeda dengan teknik repetisi, kata-kata kunci tidak diulang berkali-kali dalam sate paragraf, tetapi suatu kata penting yang sudah dikemukakan pada kalimat pertama diacu dengan menggunakan pronomina. Cara ini juga dapat mengikat kalimat secara bersama-sama dalam satu paragraf.
4)      Gunakan struktur yang paralel. Teknik menggunakan struktur yang setara (paralel) dapat Pula dipakai untuk mencapai aspek retorika kepaduan dalam paragraf. Dengan teknik ini, gagasan yang ingin disampaikan, dipertahankan dalam struktur gramatikal yang lama. Jika suatu gagasan dimulai dengan kata Benda, maka gagasan yang lain juga dinyatakan dengan kata benda. Pengulangan bentuk-bentuk gramatikal yang sama ini memungkinkan paragraf berdaya guna dan mudah diikuti.
5)      Gunakan model sudut Pandang. Kepaduan paragraf juga dapat dicapai dengan menggunakan model sudut Pandang (point of view). Yang dimaksud dengan sudut Pandang adalah nisi dari mana seseorang melihat sesuatu. Dalam hal ini, sudut Pandang dapat dibedakan atas:
1) sudut Pandang dari orang keberapa (pertama, kedua),
2) jumlah persona (jamak, tunggal), atau
3) cara penulis memandang suatu masalah (meremehkan, mengecam, bersimpati, antipati, dll). Apabila penulis menggunakan sudut Pandang orang pertama dalam bentuk tunggal, maka sudut Pandang ini hares dipertahankan dalam paragraf. Demikian juga, jika penulis memandang suatu masalah dengan cara mengecam, maka sudut Pandang ini hares terus dipertahankan dalam paragraf tersebut. Jika sudut Pandang penulis meloncat-loncat atau berubah-ubah, maka kepaduan paragraf tidak akan dapat dicapai.
Jadi dapat dibuat ringkasan bahwa, ada empat aspek retorika yang dapat dimanfaatkan dalam paragraf, jika paragraf yang disusun itu diinginkan memiliki sifat yang komunikatif. Keempat aspek retorika itu adalah :
 1) kelengkapan,
 2) kesatua
 3) keurutan, dan
 4) kepaduan. Paragraf yang mengabaikan salah satu atau lebih aspek tersebut, maka paragraf itu akan menjadi paragraf yang tidak komunikatif. Dalam menyusun kalimat perlu memperhatikan aspek retorika kalimat agar dapat menghasilkan kalimat yang efektif. Demikian juga dalam menyusun paragraf perlu memperhatikan aspek retorika paragraf agar dapat menghasilkan paragraf yang komunikatif.

E.     RETORIKA BAHASA RAGAM ILMIAH 
Hasil-hasil temuan ilmiah akan dikomunikasikan secara luas. agar temuan-temuan ilmiah itu dapat dikomunikasikan dengan baik, maka diperlukan kemampuan penulis untuk mengkomunikasikannya dengan baik, untuk itu, penulis harus dapat menguasai dan menggunakan bahasa ragam ilmiah dengan baik. Ragam bahasa yang mampu mengkomunikasikan temuan-temuan  ilmiah secara  baik , adalah ragam bahasa yang memperhatikan aspek retorika, baik aspek retorika dalam kalimat maupun aspek retorika dalam paragrafnya. Jika aspek retorika dipenuhi dengan kalimat-kalimat yang digunakan untuk mengkomunikasikan hasil temuan, maka kalimat itu akan menjadi kalimat efektif, dan jika aspek retorika itu dipenuhi oleh paragraph-paragraf yang digunakan untuk mengkomunikasikan hasil temuan, maka paragraph itu akan menjadi pargraf yang komunikatif. Kedua aspek retorika tersebut sama-sama mendukung terhadap keberhasilan mengkomunikasikan hasil temuan. Kaitan kedua aspek retorika itu dalam mendukung keberhasilan penulis mengkomunikasikan hasil-hasil temuan ilmiahnya dapat dinyatakan sebagai berikut :
          Hasil-hasil temuan ilmiah
                                                            ↓
       Pengungkapan dengan Bahasa
                   Ragam Bahasa

             Kalimat Efektif
                  Aspek Retorikanya :
Kesatuan
Kepaduan
Kehematan
Penekanan
Paragrafnya Komunikatif
Aspek Retorikanya :
Kelengkapan
Kesatuan
Keurutan
Kepaduan


                                        ↓
         Komunikasi Ilmiah

F.     ALASAN UNTUK MEMPELAJARI RETORIKA
Quintilianus mengatakan : “tidak ada anugerah yang lebih indah, yang diberikan oleh para dewa, daripada keluhuran berbicara”. St Agustinus, yang juga seorang retor, mengatakan : “kepandaian berbicara adalah seni yang mencakup segala-galanya”. Sebuah pepatah tua mengatakan : “berbicaralah, supaya saya dapat melihat dan mengenal anda.” Martin Luther berpendapat : “ siapa yang pandai berbicara adalah seorang manusia : sebab berbicara adalah kebijaksanaan, dan kebijaksanaan adalah berbicara. Diatas selembar papyrus yang ditemukan disebuah makam tua dimesir tertulis, binalah dirimu menjadi seorang ahli pidato, sebab dengan itu engkau akan menang.
Mengapa orang belajar retorika ? mengapa orang mau menguasai ilmu pandai berbicara ?
Di dalam masyarakat umumnya dicari para pemimpin atau orang-orang berpengaruh yang memiliki kepandaian didalam hal berbicara. Juga dibidang-bidang lain seperti perindustrian, perekonomian dan bidang sosial, kepandaian berbicara atau keterampilan mempergunakan bahasa secara efektif sanagt diandalkan. Menguasai kesanggupan berbahasa dan keterampilan berbicara menjadi alasan utama keberhasilan orang-orang terkenal di dalam sejarah dunia seperti: DHEMOSTENES, SOCRATES, J. CAESAR. ST. AGUSTINUS, ST. AMBROSIUS, MARTHIN LUTHER, MARTIN LUTHER KING, J.F. KENNEDY, SOEKARNO dan lain-lain. dalam sejarah dunia justru kepandaian berbicara atau berpidato merupakan isntrumen utama untuk mempengaruhi massa. Bahasa dipergunakan untuk meyakinkan orang lain. ketidakmampuan mempergunakan bahasa, sehingga tidak jelas mengungkapkan masalah atau pikiran akan membawa dampak negatif, dalam hidup dan karya seorang pemimpin. Oleh karena itu, pengetahuan tentang retorika dan ilmu komunikasi yang memadai akan membawa keuntungan bagi pribadi bersangkutan dalam bidang-bidang di bawah ini :
1.      Kemampuan Pribadi
Menguasai ilmu retorika dan keterampilan dalam mempergunakan bahasa secara tepat, dapat meningkatkan kemampuan pribadi orang yang bersangkutan. Keuntungan-keuntungannya antara lain :
·         Rasa tertekan,tegang, takut dan cemas di depan public dapat dikurangi atau dilenyapkan.
·         Rasa pasti terhadap diri dapat dipupuk dan bertumbuh
·         Kesadaran dan kepercayaan terhadap diri dapat semakin bertambah
·         Dia dapat mengalami perembangan dalam hal teknik bersuara
·         Artikulasi dalam mengucapkan kata-kata menjadi lebih jelas
·         Bahasanya dapat memiliki daya persuasi
·         Lewat komunikasi retoris kemampuan pedagogis dan psikologis dapat dibina
·         Kemampuan untuk berbicara secara spontan (improvisasi) dapat diekembangkan
·         Kemampuan untuk member motivasi dapat dipertinggi
·         Dapat menjadi lebih terampil dan cekatan dalam mengemukakan dan mempertahankan pendapat atau ide
·         Dapat memperluas perbendahraan kata
·         Dapat mengkoordinasi dengan lebih mudah mimic dan gerak-gerik selama berbicara atau berdialog
·         Kesediaan untuk mendengarkan orang lain dapat dikembangkan
·         Keterampilan untuk mengolah artikel dapat dikembagkan

2.      Keberhasilan Pribadi
Orang yang menguasai ilmu retorika dan terampil dalam mempergunakan bahasa, dapat mengalami banyak sukses dalam hidup  dan karyanya, antara lain :
·         Mengalami kemudahan dalam proses komunikasi
·         Baginya terbuka kesempatan dan kemungkinan yang lebih luas untuk mendapat kerja
·         Dapat lebih berhasil dalam usaha-usaha pribadi
·         Lebih mudah mendapat pengakuan dan penghargaan dari orang lain
·         Memperoleh kemungkinan lebih besar untuk menanam pengaruh
·         Dapat terbina sikap batin yang positif terhadap sesame dan dunia sekitar, yang dapat memperbesar sukses dalam hidup dan karyanya.



3.      Tugas dan Jabatan
Dalam mengemban suatu tugas atau jabatan, penguasaan ilmu retorika dapat member keuntungan-keuntungan sebagai berikut :
·         Orang dapat mengemukakan pikiran secara singkat, jelas tetai padat, sehingga mudah meyakinkan orang lain.
·         Orang memiliki keterampialn dan kekuatan dalam mempertahankan pikiran atau pendapat
·         Orang dapat membina relasi yang menguntungkan dengan organisasi, perusahaan, institute atau partai-partai politik
·         Penguasaan yang lebih baik tentang seni membawakan ceramah atau pidato dalam situasi atau kesempatan-kesempatan penting.
·         Membantu dalam memperluas orientasi dan wawasan pribadi
·         Mempertinggi keterampilan para produsen untuk menjual dan menawarkan hasil-hasl produksinya
·         Memperluas pengetahuan, khususnya mengenai sumber-sumber informasi
·         Memperkecil kemungkinan kesalahan komunikasi, yang dapat membawa dampak negative bagi tugas dan jabatan.
4.      Kehidupan Pada Umumnya
Secara umum penguasaan ilmu retorika dapat mendatangkan keuntungan-keuntungan dibawah ini :
·         Member kesempatan dan kemungkinan untuk mengontrol diri
·         Dalam proses komunikasi yang sering, orang dapat menjadi semakin terbuka terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain.
·         Menghantar orang yang bersangkutan ke dalam bidang interese yang baru
·         Mengaktifkan dan mengembangkan kesanggupan-kesanggupan laten
·         Lewat proses komunikasi retoris, dapat terbina sikap objektif dan toleran
·         Menjadi lebih lincah dalam pergaulan dan komunikasi antar manusia.

BAB III
PEMBAHASAN
A.    Hal-hal Pokok yang Dijadikan Materi Pembahasan
a.       Apa yang dimaksud dengan karya tulis atau karangan ilmiah ?
b.      Apa yang dimaksud dengan bahasa karangan ilmiah ?
c.       Ada berapakah aspek retorika dalam kalimat ? sebutkan dan jelaskan  secara singkat !
d.      Sebutkan empat syarat kualitas retorika dalam aspek-aspek retorika paragraf !
e.       Apa yang dimaksud dengan retorika ragam bahasa ilmiah ?
f.       Apa alasan untuk  mempelajari retorika ?

B.     Jawaban materi pembahasan
a.       Karangan ilmiah adalah karangan yang menyajikan hasil-hasil penyelidikan ilmiah, baik hasil penelitian lapangan maupun hasil penelitian perpustakaan. Suatu penyelidikn baru dikatakan ilmiah apabila mengikuti prosedur atau metode ilmiah. Metode ilmiah yang diikuti dalam karangan ilmiah antara lain : perumusan masalah, perumusan hipotesis, engamatan dan pengumpulan data, pengujian hipotesis jika ada , analisis dan penyajian data. Selain metode yang menjadi karangan ilmiah, karangan ilmiah dapat pula ditinjau dari segi bahasa yang digunakannya.
b.      Bahasa karangan ilmiah adalah Ragam bahasa ilmiah disebut sebagai ragam bahsa bergaya. Bahasa bergaya adalah bahasa yang sengaja diperbesar daya gunanya. Ragam bahasa ini berciri ringkas dan merupakan bahasa pikiran, karena yang disampaikan adalah kegiatan-kegiatan pikiran yang harus pula ditangkap dengan pikiran. Dalam bahasa ilmiah hampir setiap kata dan kalimat digunakan dengan cermat agar serasi benar dengan pengertian-pengertian yang akan dikomunikasikan.

c.       Ada lima asperk retorika kalimat yang hares diperhatikan oleh penulis karangan ilmiah agar is dapat menghasilkan kalimat yang efektif. Kelima aspek retorika itu adalah kesatuan (unity), kepaduan (coherence), kehematan (economisation), penekanan (emphasis), dan kevariasian (variety).
1.      Kesatuan (Unity)
Kesatuan merupakan kualitas retorika pertama yang hares dimiliki oleh kalimat efektif. Kesatuan kalimat berarti trap-snap bagian dalam kalimatitu berhubungar_secara logic dalam tuturan kalimat secara keseluruhan tanpa menghiiangkan unsur yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
2.      Kepaduan (Coherence)
Kepaduan adalah kualitas retorika yang kedua yang hares dimiliki oleh kalimat efektif. Aspek kepaduan ini berhubungan dengan struktur atau interelasi antara kata dalam kalimat. Artinya, unsur-unsur yang membentuk kalimat hares menampilkan hubungan timbal balik yang jelas.
3.      Kehematan (Economisation)
Aspek retorika ini dimaksudkan agar orang dalam menulis tidak boros pada pemakaian kata, ungkapan, atau kalimat. Penggunaan kata, ungkapan, atau kalimat yang tidak penting dapat dihindarkan.
4.      Penekanan (Emphasis)
Penekanan berkaitan dengan tujuan dan bentuk ekspresi. Pemakaian aspek retorika penekanan ini dalam kalimat dilakukan untuk lebih menonjolkan gagasan pokok sehingga lebih menarik perhatian pembaca.
5.      Kevariasian (Variety)
Kevariasian berkaitan dengan keanekaragaman kalimat yang digunakan untuk mengungkapkan temuan dalam karangan ilmiah.

d.      Paragraf yang baik, dalam arti komunikatif, harus memenuhi empat syarat kualitas retorika. Keempat syarat kualitas retorika itu adalah :
1) kelengkapan (completeness)
2) kesatuan (unity)
3) keurutan (order)
4) kepaduan (coherence).

e.       retorika ragam bahasa ilmiah adalah Hasil-hasil temuan ilmiah akan dikomunikasikan secara luas. agar temuan-temuan ilmiah itu dapat dikomunikasikan dengan baik, maka diperlukan kemampuan penulis untuk mengkomunikasikannya dengan baik, untuk itu, penulis harus dapat menguasai dan menggunakan bahasa ragam ilmiah dengan baik.

f.       Alasan mempelajari retorika adalah Di dalam masyarakat umumnya dicari para pemimpin atau orang-orang berpengaruh yang memiliki kepandaian didalam hal berbicara. Juga dibidang-bidang lain seperti perindustrian, perekonomian dan bidang sosial, kepandaian berbicara atau keterampilan mempergunakan bahasa secara efektif sanagt diandalkan. Menguasai kesanggupan berbahasa dan keterampilan berbicara menjadi alasan utama keberhasilan orang-orang terkenal di dalam sejarah dunia seperti: DHEMOSTENES, SOCRATES, J. CAESAR. ST. AGUSTINUS, ST. AMBROSIUS, MARTHIN LUTHER, MARTIN LUTHER KING, J.F. KENNEDY, SOEKARNO dan lain-lain.
















BAB IV
PENUTUP
KESMPULAN
Karangan ilmiah adalah karangan yang menyajikan hasil-hasil penyelidikan ilmiah, baik hasil penelitian lapangan maupun hasil penelitian perpustakaan. Ragam bahasa ilmiah disebut sebagai ragam bahsa bergaya. Bahasa bergaya adalah bahasa yang sengaja diperbesar daya gunanya. Ragam bahasa ini berciri ringkas dan merupakan bahasa pikiran, karena yang disampaikan adalah kegiatan-kegiatan pikiran yang harus pula ditangkap dengan pikiran. Ada lima asperk retorika kalimat yang hares diperhatikan oleh penulis karangan ilmiah agar is dapat menghasilkan kalimat yang efektif. Kelima aspek retorika itu adalah kesatuan (unity), kepaduan (coherence), kehematan (economisation), penekanan (emphasis), dan kevariasian (variety). Paragraf yang balk, dalam arti komunikatif, liarus memenuhi empat syarat kualitas retorika. Keempat syarat kualitas retorika itu adalah :
1) kelengkapan (completeness)
2) kesatuan (unity)
3) keurutan (order)
4) kepaduan (coherence).

Hasil-hasil temuan ilmiah akan dikomunikasikan secara luas. agar temuan-temuan ilmiah itu dapat dikomunikasikan dengan baik, maka diperlukan kemampuan penulis untuk mengkomunikasikannya dengan baik, untuk itu, penulis harus dapat menguasai dan menggunakan bahasa ragam ilmiah dengan baik. Ragam bahasa yang mampu mengkomunikasikan temuan-temuan  ilmiah secara  baik , adalah ragam bahasa yang memperhatikan aspek retorika, baik aspek retorika dalam kalimat maupun aspek retorika dalam paragrafnya. Di dalam masyarakat umumnya dicari para pemimpin atau orang-orang berpengaruh yang memiliki kepandaian didalam hal berbicara. Juga dibidang-bidang lain seperti perindustrian, perekonomian dan bidang sosial, kepandaian berbicara atau keterampilan mempergunakan bahasa secara efektif sanagt diandalkan







DAFTAR PUSTAKA


Prof. Dr. I Nengah Marta, M.Pd.2014.Retorika Edisi 2.Yogyakarta:Graha Ilmu
Dori Wuwur Hendrikus.1991.Retorika terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi, Bernegosiasi.Yogyakarta: PT Kanisius (Anggota JKPI)

Tidak ada komentar:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda