KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan kesempatan yang masih
Allah SWT sediakan bagi kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Retorika Raga Bahasa
Ilmiah Dan Alasan Untuk Mempelajari Retorika” untuk memenuhi tugas mata
kuliah “Retorika”. Dan terimakasih kepada dosen Pengampu Mata Kuliah
“Retorika” Dra, Hj. Lisdwiana Kurniati, M.Pd , yang telah membantu kami dalam mengerjakan
makalah ini, serta teman-teman semua yang telah mendukung. Dan kami menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, baik dalam penulisan maupun isinya.
Untuk itu kami sebagai penulis menerima setiap kritik dan saran yang
membangun. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan hasil
pendidikan dan meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Pringsewu, 18 Maret 2016
Kelompok VIII
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
kehidupan sehari-hari kita selalu menggunakan bahasa sebagai alat berkomunikasi
dengan sesama kita baik melalui bahasa langsung (berbicara) maupun tidak
langsung (bahas tulis). Ada berbagai macam maksud yang hendak kita sampaikan
seperti meyakinkan, mempengaruhi, mengajak, memerintah dan lain-lain.
Keberhasilan kita dalam berkomunikasi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah logos (meyakinkan dengan logika-logika), patos (kejiwaan
atau aspek pisikologi), etos (kepercayaan atau kredibilitas). Dalam kajian ilmu
pengetahuan seni berbicara atau komunikasi ini sering disebut dengan retorika.
Orang yang menguasai ilmu retorika atau memiliki retorika yang bagus dalam
berkomunikasi maka akan lebih mudah menyampaikan maksud dan tujuan dari apa
yang dibicarakannya serta terasa enak didengarkannya dan tidak membuat bosan
pendengarnya. Retorika, bukan hanya ilmu pidato, tetapi meliputi pengetahuan
sastra, gramatika, dan logika.Karena dengan rasio tidak cukup untuk meyakinkan
orang, untuk meyakinkan orang lain memerlukan teknik-teknik memanipulasi emosi
dan menggunakan prasangka untuk menyentuh hati pendengar. Berbicara telah
membedakan manusia dari makhluklain. Dengan berbicara, manusia mengungkapkan
dirinya, mengaturlingkungannya, dan pada akhirnya menciptakan bangunan budya
insane. Lama sebelum lambang-lambang tulisan digunakan, orang sudahmenggunakan
bicara sebagai alat komunikasi. Bahkan setelah tulisan ditemukansekalipun,
bicara tetap lebih banyak digunakan. Ada beberapa kelebihan bicarayang tidak
dapat digantikan dengan tulisan. Bicara lebih akrab, lebih pribadi(personal),
lebih manusiawi. Tidak menghenrankan, bila ilmu bicara telah dansedang menjadi
perhatian manusia. Kemampuan bicara bukan saja diperlukan di depan sidang
parlemen, dimuka hakim atau dihadapan massa. Kemampuan ini dihajatkan dalam
hampirseluruh kegiatan manusia sehari-hari. Penelitian membuktikan bahwa 75%
waktubangun kita berada dalam kegiatan komunikasi. Kemampuan bicara bisa
merupakat bakat. Tetapi kepandaian bicara yangbaik memerlukan bicara dan
latihan. Retorika sebagai ilmu bicara sebenarnyadiperlukan setiap orang. Bagi
ahli komunikasi atau komunikator retorika adalahcondition sine qua non. Dalam
makalah ini akan dijelaskan beberapa hal tentang retorika besertaperkembangannya.
Dengan uraian historis ini kita ingin mengingatkan bahwaretorika adalah bidang
studi komunikasi yang telah berumur tua, disampingmenujukkan tempatnya yang
layak dalam perkembangan ilmu komunikasi.
1.2 Pokok Pembahasan
A.
Karya Tulis Karangan Ilmiah
B.
Bahasa Karangan Ilmiah
C.
Aspek-Aspek Retorika Kalimat
D.
Aspek-Aspek Retorika Paragraf
E.
Retorika Bahasa Ragam Ilmiah
F.
Alasan Untuk Mempelajari Retorika
1.3 Tujuan Penulisan
A.
Untuk Mengetahui Tentang Karya Tulis Karangan Ilmiah
B.
Untu Mengetahui Tentang Bahasa Karangan Ilmiah
C.
Untuk Mengetahui Tentang Aspek-Aspek Retorika Kalimat
D.
Untuk Mengetahui Tentang Aspek-Aspek Retorika Paragraf
G.
Untuk Mengetahui Tentang Retorika Bahasa Ragam Ilmiah
E.
Untuk Mengetahui Tentang Alasan Untuk Mempelajari Retorika
BAB II
MATERI
A.
Karya Tulis Atau Karangan
Ilmiah
Karangan ilmiah adalah karangan yang menyajikan hasil-hasil
penyelidikan ilmiah, baik hasil penelitian lapangan maupun hasil penelitian
perpustakaan. Suatu penyelidikn baru dikatakan ilmiah apabila mengikuti
prosedur atau metode ilmiah. Metode ilmiah yang diikuti dalam karangan ilmiah
antara lain : perumusan masalah, perumusan hipotesis, engamatan dan pengumpulan
data, pengujian hipotesis jika ada , analisis dan penyajian data. Selain metode
yang menjadi karangan ilmiah, karangan ilmiah dapat pula ditinjau dari segi
bahasa yang digunakannya. Karena karangan ilmiah mengungkapkan fakta atau
temuan ilmiah melalui prosedur ilmiah yang sistematik, maka diperlukan ragam
bahasa tertentu untuk mengkomunikasikannya agar dapat dipahami dengan baik.
B.
Bahasa Karangan Ilmiah
Ragam bahasa ilmiah disebut sebagai ragam bahsa bergaya. Bahasa
bergaya adalah bahasa yang sengaja diperbesar daya gunanya. Ragam bahasa ini
berciri ringkas dan merupakan bahasa pikiran, karena yang disampaikan adalah
kegiatan-kegiatan pikiran yang harus pula ditangkap dengan pikiran. Dalam
bahasa ilmiah hampir setiap kata dan kalimat digunakan dengan cermat agar
serasi benar dengan pengertian-pengertian yang akan dikomunikasikan. Untuk
mencapai kecermatan itu, kalimat dan paragraph yang digunakan dalam karangan
ilmiah harus memenuhi aspek-aspek retorika. Seorang penulis karangan ilmiah
harus dapat menerapkan aspek-aspek retorika itu dalam karangan ilmiah yang
ditulisnya agar tulisan ilmiah itu dapat dikomunikasikan secara efektif kepada
pembaca.
C.
Aspek-aspek Retorika Kalimat
Ada lima asperk retorika kalimat yang hares diperhatikan oleh
penulis karangan ilmiah agar is dapat menghasilkan kalimat yang efektif. Kelima
aspek retorika itu adalah kesatuan (unity), kepaduan (coherence), kehematan
(economisation), penekanan (emphasis), dan kevariasian (variety).
1.
Kesatuan (Unity)
Kesatuan merupakan kualitas retorika pertama yang hares dimiliki
oleh kalimat efektif. Kesatuan kalimat berarti trap-snap bagian dalam
kalimatitu berhubungar_secara logic dalam tuturan kalimat secara keseluruhan
tanpa menghiiangkan unsur yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Secara praktis, suatu kesatuan gagasan diwakili oleh subjek,
predikat, atau dapat diperluas oleh objek serta keterangan lain. Unsur-unsur
inilah kemudian yang membentuk kalimat dalam kesatuan-kesatuan tunggal,
gabungan, pilihan, dan kesatuan yang mengandung pertentangan.
Kesatuan gagasan akan menjadi kabur apabila penggunaan kata sambung
atau kata depan dalam kalimat tidak tepat. Di samping itu, gagasan kalimat akan
kabur apabila penulis menggunakan kalimat yang terlalu panjang sehingga penulis
tidak tahu lagi apa sebenarnya yang ingin disampaikannya. Dalam kasus seperti
ini, kalimat kehilangan unsur yang diperlukan sehingga tidak berhubungan secara
logis dengan tujuan kalimat secara keseluruhan.
Ada tujuh hal yang perlu diperhatikan penulis untuk mencapai
gagasan kalimat yang menyatu dan logis. Ketujuh hal tersebut adalah sebagai
berikut :
1.
Gunakan dua kalimat atau lebih untuk mengungkapkan gagasan-gagasan
yang tidak berhubungan,
2.
Hindari pemakaian pola bawahan (subordination) yang berlebihan,
3.
Hindari rincian yang berlebihan,
4.
Hindari generalisasi yang kurang bukti atau keterangan,
5.
Buang kata-kata atau frase-frase yang tidak perlu,
6.
Hindari pengulangan kata atau frase yang kurang perlu, dan
7.
Hindari penumpukan pikiran dalam satu kalimat dengan banyak anak
kalimat.
2.
Kepaduan (Coherence)
Kepaduan adalah kualitas retorika yang kedua yang hares dimiliki
oleh kalimat efektif. Aspek kepaduan ini berhubungan dengan struktur atau
interelasi antara kata dalam kalimat. Artinya, unsur-unsur yang membentuk
kalimat hares menampilkan hubungan timbal balik yang jelas. Hubungan subjek
dengan predikat, predikat dengan objek dan keterangan-keterangan lainnya menj
elaskan tiap-tiap unsur itu. Jadi, konsep kepaduan menyangkut jelas tidaknya
hubungan timbal balik antarunsur yang membangun kalimat, sedangkan konsep
kesatuan berhubungan dengan ada tidaknya, dan jelas tidaknya unsur-unsur
tersebut dalam kalimat.
Untuk menghasilkan kalimat yang padu, perlu diperhatikan hal-hal
berikut:
1.
Penulis harus dapat membedakan fragmen dengan kalimat. Penggunaan
fragmen hendaknya dihindari,
2.
Penulis juga hares dapat menghubungkan unsur-unsur kalimat secara
tepat. Dalam hal ini, pemakaian kalimat yang unsur-unsurnya dihubungkan secara
tidak tepat hares dihindari dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1)
Hubungan kalimat menjadi tidak tepat apabila klausa dihubungkan
hanya dengan sebuah koma.
2)
Hubungan kalimat juga akan kabur, jika dua klausa dihubungkan
secara sewenang-wenang tanpa sebuah pungtuasi pun.
3.
Penulis harus menempatkan berbagai keterangan, kata keterangan,
frase keterangan, atau klausa keterangan; sesuai dengan tempatnya, yaitu pada
kata atau kata-kata yang diterangkannya.
4.
Penulis juga harus menghindari pemakaian pewatas atau modifikator
yang kabur (dangling modfiers) dalain membentuk kalimat yang menggunakan
pewatas atau modifilator tersebut.
3. Kehematan (Economisation)
Aspek retorika ini dimaksudkan agar orang dalam menulis tidak boros
pada pemakaian kata, ungkapan, atau kalimat. Penggunaan kata, ungkapan, atau
kalimat yang tidak penting dapat dihindarkan.Untuk mencapai kehematan dalam
penulisan kalimat, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut.
1. hindari pengulangan subjek kalimat yang sama
dalam satu kalimat,
2. hindari penulisan kembali kata hari, bulan,
tanggal, bulan, dan tahun,
3. hindari kemungkinan hiponimi,
4. hindari
pemakaian kata penghubung bahwa dan setelah dalam konteks yang tidak
diperlukan,
5. hindari pengulangan apa yang telah dikatakan
dalam sate kalimat, dan
6. tata gagasan dan pikiran secermat mungkin
sehingga tidak mengakibatkan masuknya pikiran baru dalam kalimat.
4. Penekanan (Emphasis)
Penekanan berkaitan dengan tujuan dan bentuk ekspresi. Pemakaian
aspek retorika penekanan ini dalam kalimat dilakukan untuk lebih menonjolkan
gagasan pokok sehingga lebih menarik perhatian pembaca. Untuk itu, berbagai
metode dapat digunakan untuk memberikan penekanan kalimat. Metode-metode itu
antara lain:
1)
Menggunakan urutan kata, artinya kata atau kata-kata yang
mengandung materi yang paling penting ditempatkan pada posisi awal atau posisi
akhir kalimat. Penempatan kata atau kata-kata yang mengandung gagasan pokok
pada posisi-posisi yang disebutkan itu dilakukan karena posisi awal dan akhir
itu paling kuat memberikan tekanan. Jika cara ini yang dipilih oleh penulis,
satu prinsip yang hares diperhatikan adalah penekanan retorik hares
merefleksikan penekanan yang logis, artinya tetap memperhatikan kegramatikalan
kalimat.
2)
Penekanan tingkatan bagian-bagian kalimat, artinya pernyataan yang
kurang penting dikurangi tingkat- nya dari
pernyataan yang lebih penting. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan
kalimat setara (parallel sentence) untuk menekankan gagasan-gagasan yang sama
pentingnya. Artinya, gagasan-gagasan yang sama pentingnya itu ditempatkan dalam
susunan yang sederajat (coordinative). Jika ingin menekankan gagasan pokok pada
akhir kalimat, penulis dapat menggunakan kalimat periodik (periodic sentence),
yaitu kalimat yang mensubordinasikan gagasan utama pada bagian akhir untuk
membangkitkan klimaks sehingga bagian-bagian awal kalimat kurang ditekankan.
3)
Pemakaian bentuk kata dan pengulangan yang disengaja, penggunaan
verba aktif dan pasif secara bergantian, termasuk penekanan dengan menggunakan
bentuk kata. Dalam hal ini, jika subjek yang dipentingkan, penulis dapat menggunakan
verba aktif, sebaliknya apabila objek yang dipentingkan, penulis dapat
menggunakan verba pasif. Penulis juga dapat menekankan kalimat dengan mengulang
kata-kata kunci untuk memperoleh efek retorik. Jika cara yang disebut terakhir
itu yang dilakukan, berarti penulis menggunakan--;-nttode or,gulangan yang
disengaja.
4)
Menggunakan susunan inversi, artinya susunan kalimat yang wajar
dibalikkan, dari subjek predikat, menjadi predikat subjek
5)
Menggunakan pertentangan dan partikel penegas, misalnya: -lah, kah,
-tah, -pun
Jadi dapat disimpulkan, paling tidak ada tujuh teknik retorika yang
dapat digunakan untuk memberi penekanan, yakni:
1)
mengubah-ubah urutan kata,
2)
membeda-bedakan tingkatan
bagian-bagian kalimat,
3)
memvariasikan bentuk kata,
4)
mengulang kata-kata kunci,
5)
menggunakan pola inversi,
6)
menggunakan pertentangan,
dan
7)
menggunakan partikel penegasan.
5. Kevariasian (Variety)
Kevariasian berkaitan dengan keanekaragaman kalimat yang digunakan
untuk mengungkapkan temuan dalam karangan ilmiah. Keanekaragaman itu menyangkut
pola kalimat maupun panjang kalimat untuk inenghindari kebosanan pembaca.
Kalimat yang bervariasi itu sangat penting dalam karangan untuk memelihara
minat dan perhatian pembaca terhadap karangan yang dibaca. Kevariasian dalam
kalimat efektif lebih banyak berhubungan dengan kalimat dalam tataran paragraf
daripada kalimat secara individual. Oleh karena itu aspek retorika yang disebut
kevariasian ini lebih dipandang sebagai aspek retorika paragraf.
D.
Aspek-Aspek Retorika Paragraf
Paragraf yang baik, dalam arti komunikatif, harus memenuhi empat
syarat kualitas retorika. Keempat syarat kualitas retorika itu adalah :
1) kelengkapan
(completeness)
2) kesatuan
(unity)
3) keurutan
(order)
4) kepaduan
(coherence).
Kelengkapan berhubungan dengan jumlah rincian yang diperlukan oleh
sebuah paragraf. Kesatuan menyangkut topik yang dibahas oleh sebuah paragraf.
Keurutan berhubungan dengan urut-urutan gagasan dalam sebuah paragra£ Kepaduan
menyangkut hubungan antarunsur yang membangun paragraf. Jika keempat aspek
retorika ini dipenuhi oleh sebuah paragraf, maka paragraf yang demikian dapat
dikatakan paragraf yang komunikatif.
1.
Kelengkapan (Completeness)
Kelengkapan
berarti suatu paragraf dapat menyampaikan semua gagasan yang ingin disampaikan
melalui paragraf itu. Paragraf yang lengkap ditandai oleh adanya kalimat topik
dan kalimat penjelas. Selain itu, paragraf yang lengkap harus memiliki kalimat
penjelas yang cukup untuk mendukung gagasan pokok yang ingin disampaikan sehingga
paragraf tersebut berhasil mengkomunikasikan suatu gagasan secara memuas-kan.
Untuk mencapai aspek retorika yang disebut kelengkapan itu, maka paragraf harus
dikembangkan.
Ada beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk mencapai aspek retorika kelengkapan paragraf
tersebut, yakni:
1)
Dengan rincian penunjang (supporting details). De.ngau cara..ini,
kalimat-kalimat penjelas dibangkitkan dengan cara memberikan rincian penunjang
terhadap pernyataan urnum yang terdapat di dalam kalimat topik. Makin luas
cakupan kalimat topik, makin banyak rincian yang diperlukan. Akibatnya,
paragraf menjadi semakin panjang dan semakin kompleks.
2)
Dengan pemberian contoh. Pemberian contoh juga merupakan cara yang
digunakan untuk membangkitkan kalimat-kalimat penjelas. Melalui cara ini
kalimat pokok dikembangkan dengan memberikan contoh-contoh. Untuk paragraf
argumentatif, pengembangan untuk mencapai kelengkapan paragraf dapat dilakukan
dengan menggunakan anekdot.
3)
Dengan menggunakan perbandingan dan analogi. Kelengkapan paragraf dapat
pula dicapai dengan mengembangkan paragraf dengan cara menggunakan perbandingan
dan analogi. Pada cara ini, kalimat-kalimat penjelas dibangkitkan dengan
menyatakan kesamaan antara dua hal atau lebih. Cara ini biasanya digunakan jika
penulis mengemukakan suatu topik yang agak sulit atau belum dikenal pembaca.
4)
Dengan menggunakan metode pertentangan. Kelengkapan paragraf dapat
dicapai dengan menyatakan perbedaan antara dua hal, konsep, atau benda. Dua
hal, konsep, atau benda yang berbeda itu masingmasing dibeberkan perbedaannya
secara silih berganti. Dengan cara ini, maka kelengkapan paragraf dapat
diperoleh.
5)
Dengan menggunakan cara analisis. Pada cara ini, gagasan pokok
dikembangkan dengan memilah-milah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
Bagian.-bagian yang lebih kecil ini selanjutnya diuraikan dengan analisis
kronologis, analisis ruang, atau analisis struktural.
6)
Dengan menggunakan definisi. Pada cara ini suatu konsep
dikembangkan dengan menyatakan pengertian atau definisinya. Dengan definisi
ini, maka suatu konsep yang dulunya belum jelas menjadi jelas.
7)
Dengan menggunakan parafrase. Pada cara ini, suatu gagasan atau
pernyataan yang belum jelas dinyatakan kembali dengan menggunakan satu atau
beberapa kalimat. Cara-cara yang digunakan untuk mengembangkan gagasan pokok
sehingga dapat dicapai kelengkapan paragraf dapat digunakan secara
sendiri-sendiri, tetapi juga dapat digunakan secara kombinasi. Misalnya cara
pertentangan dikombinasikan dengan cara pemberian contoh, cara definisi
dikombinasikan dengan cara pemberian contoh, dan seterusnya.
2.
Kesatuan (Unity)
Kesatuan berarti semua kalimat yang membangun paragraf hanya
mengemukakan satu topik. Dengan demikian, unsur-unsur yang membangun paragraf
hares menciptakan kesatuan pikiran atau kesatuan ;agasan. Untuk menghasilkan
paragraf yang menghasilkan kesatuan pikiran, penulis hares menghindari
penggunaan kalimat yang tidak ada hubungannya dengan topik yang ingin
dikembangkan.
Adanya kalimat topik dalam satu paragraf sangat membantu penulis
untuk menciptakan paragraf yang menyatu. Hal ini disebabkan kalimat topik menyajikan
gagasan pengendali (controlling idea). Berdasarkan gagasan pengendali ini,
paragraf dapat dikembangkan dengan menggunakan kalimat-kaliniat penjelas. Bila
gagasan yang menjadi pengendali terlalu rumit, paragraf dapat dikembangkan
dengan cara menciptakan kalimat-kalimat penjelas utama yang bertingkat-tingkat,
yakni kalimat penjelas utama dan kalimat penjelas bawahan. Misalnya :
Kalimat topik; dijelaskan dengan:
1)
Kalimat penjelas utama 1; dijelaskan oleh:
a)
kalimat penjelas bawahan 1.1
b)
kalimat penjelas bawahan 1.2
2)
Kalimat penjelas utama 2; dijelaskan oleh:
a)
kalimat penjelas bawahan 2.1
b)
kalimat penjelas bawahan 2.2
3)
Kalimat penjelas utama 3; dijelaskan oleh:
a)
kalimat penjelas bawahan 3.1
b)
kalimat penjelas bawahan 3.2
3.
Keurutan (Orderly Movement)
Keurutan artinya pengembangan paragraf menikuti urutan yang jelas.
Dengan pendekatan ini, unsur-unsur yang membangun paragraf itu tersusun secara
sistematis sehingga tidak meloncat-loncat. Keurutan paragraf ini ditandai oleh
susunan materinya yang terurut secara logis, misalnya dari umum ke khusus atau
sebaliknya. Keurutan paragraf dapat diwujudkan dengan cara menata hubungan
materi yang membangun paragraf tersebut sedemikian rupa. Ada beberapa cara yang
dapat ditempuh dalam membangun paragraf yang memiliki aspek retorika ini,
yakni:
1)
Dengan menyusun materi secara kronologis. Materi paragraf disusun
menurut urutan kronologis. Dengan cara ini, materi paragraf disusun menurut
waktu kejadiannya. Biasanya urutan kronologis ini digunakan dalam paragraf
naratif. Akan tetapi, urutan kronologis ini biasanya juga digunakan untuk
menjelaskan proses pelaksanaan atau pengerjaan sesuatu yang disusun langkah
demi langkah.
2)
Dengan menyusun menurut urutan ruang. Dalam urutan ruang ini,
materi paragraf diurutkan berdasarkan tempat kej adian di mana sesuatu itu terj
adi. Dengan demikian, urutan paragraf mengikuti gerakan pandangan penulis dalam
melihat suatu objek atau kejadian. Teknik retorika ini banyak digunakan dalam
paragraf deskriptif sehingga pembaca dapat mengikuti apa yang dideskripsikan
oleh penulis sesuai dengan apa yang dilihat oleh penulis . Dengan kata lain,
pembaca akan merasa seolah-olah ia sendiri melihat objek atau kejadian yang
dideskripsikan oleh penulis. Perbedaan urutan ruang dengan urutan kronologis
adalah, urutan ruang ini berdasarkan tempat suatu objek berada atau tempat
suatu kejadian terjadi, sedangkan urutan kronologis berdasarkan waktu suatu
peristiwa terjadi.
3)
Dengan menyusun materi dari khusus ke umum. Cara ketiga yang dapat
ditempuh untuk dapat mencapai aspek retorika keurutan paragraf adalah menyusun
materi paragraf dengan cara menyajikan materi paragraf dari khusus ke umum
sehingga membentuk sajian induktif. Beberapa materi yang bersifat khusus
disajikan terlebih dahulu kemudian disusul oleh pernyataan yang.bersifat umurn
yang merupakan kesimpulan yang ditarik berdasarkan materi-materi khusus
sebelumnya. Urutan khusus ke umum ini sering digunakan dalam uraian
ekspositori.
4)
Dengan menyusun materi dari umum ke khusus. Berlawanan dengan cara
ketiga di atas, urutan materi paragraf disusun dari pernyataan yang umum ke
yang khusus. Uraian model ini sering disebut model deduktif. Dalam cara ini,
pernyataan umum pertama-tama disajikan di dalam paragraf. Kemudian disusul
dengan pernyataan-pernyataan khusus yang berkaitan langsung dengan pemyataan
umum yang telah disebutkan. Sebagaimana halnya dengan hubungan induktif,
paragraf yang berhubungan secara deduktif ini juga banyak digunakan untuk
uraian ekspositori.
5)
Dengan menyusun dari pertanyaan ke jawaban. Aspek retorika keurutan
paragraf dapat juga dicapai dengan menyusun materi dari pertanyaan ke jawaban.
Pada awal paragraf model ini disajikan suatu pertanyaan. Materi paragraf
berikutnya merupakan jawaban atas pertanyaan tersebut.
6)
Dengan menyusun materi berdasarkan hubungan kausal. Pada cara ini,
pertama-tama materi yang menyatakan sebab disajikan. Selanjutnya, disajikan
materi yang menyatakan akibat-akibat dari sebab yang dinyatakan sebelumnya.
Susunan seperti ini biasa pula dibalikkan dari akibat ke sebab.
7)
Dengan menyusun mengikuti hubungan kecaraan. Untuk mendapatkan
paragraf yang memiliki hubungan yang urut, materi paragraf dapat disusun dengan
mengikuti hubungan kecaraan. Pada cara ini, materi paragraf yang pertama kali
disajikan adalah pernyataan yang mengacu kepada pengerjaan atau pelaksanaan
suatu pekerjaan. Materi-materi berikutnya merupakan penjabaran cara-cara
melaksanakan pekerjaan tersebut.
8)
Dengan menyusun menurut hubungan kondisional. Keurutan paragraf
dapat juga dicapai dengan cara menyusun materi-materinya dalam hubungan
kondisional. Cara ini dilakukan dengan pertama-tama menyajikan pernyataan.
Selanjutnya, disajikan pula prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kenyataan
yang sudah disebutkan pada pernyataan terdahulu. Hubungan ini juga dapat
dibalikkan, yakni pernyataan yang merupakan prasyarat disajikan terlebih
dahulu, kemudian diikuti oleh kenyataan yang akan diperoleh sehubungan dengan
prasyarat tersebut.
9)
Dengan menyusun menurut hubungan akumulatif. Materi paragraf dapat
pula diurutkan dengan memakai kata mulai
sampai dengan. Apabila paragraf diurutkan sedemikian rupa, berarti paragraf
tersebut memakai hubungan akumulatif.
10)
Dengan menyusun dari yang paling penting ke yang kurang penting.
Materi paragraf juga dapat disusun dari yang paling penting ke yang kurang
penting. Pada cara ini, pertama-tama disajikan materi yang terpenting.
Selanjutnya disajikan materi yang sedikit menurun tingkat kepentingannya secara
berangsur-angsur sampai dengan materi yang tingkat kepentingannya paling
rendah. Paragraf yang disusun seperti ini mengikuti urutan antiklimaks.
Sebaliknya, materi-materi dapat pula disajikan dari yang kurang penting sampai
dengan yang paling penting. Susunan seperti ini disebut susunan klamaks.
11)
Urutan familiaritas merupakan cara lain yang dapat digunakan untuk
mencapai aspek retorika keurutan. Pada cara ini, materi-materi paragraf disusun
dari yang sudah diketahui ke yang belum diketahui oleh pembaca. Cara seperti
ini biasanya digunakan untuk menjelaskan suatu hal, keadaan, atau konsep yang
rumit dan masih barni.
12)
Cara lain yang dapat
dilalcukan untuk mencapai aspek retorika keurutan paragraf adalah dengan cara
menyusun materi paragraf dari yang paling sederhana ke yang paling rumit. Cara
seperti ini biasanya digunakan untuk menjelaskan suatu fakta, konsep, atau
bagian-bagian dari suatu benda. Susunan materi paragraf seperti ini disebut
urutan kompleksitas.
Dari apa yang dipaparkan di atas, maka dapat diringkas bahwa aspek
retorika keurutan paragraf dapat dicapai dengan :
1)
urutan kronologis,
2)
urutan ruang,
3)
urutan induktif /urutan deduktif,
4)
urutan pertanyaan jawaban,
5) urutan kausal (sebab
akibat/ akibat sebab),
6) urutan pertanyaan jawaban,
7)urutan kecaraan,
8) urutan kondisional,
9) urutan akumulatif,
10) urutan antiklimaks/klimaks,
11 urutan familiaritas, dan
12) urutan kompleksitas.
4.
Kepaduan (Coherence)
Kepaduan berarti bahwa kalimat-kalimat yang membangun paragraf
bertalian erat antara satu dengan yang lain. Dengan demikian, tidak boleh ada
satu kalimat pun yang tidak bertalian dengan kalimat-kalimat lain dalam satu
paragraf Kalimat yang satu dalam paragraf yang padu akan mengantarkan pembaca
kepada kalimat yang lainnya sehingga pembaca dapat dengan mudah mengikuti jalan
pikiran yang terkandung dalam paragraf tersebut. Untuk dapat menghasilkan aspek
retorika kepaduan, maka perlu diperhatikan halhal berikut.
1)
Gunakan kata-kata atau frase transisi. Penggunaan kata-kata atau
frase transisi merupakan salah satu cara untuk menghasilkan paragraf yang padu.
Kata-kata atau frase transisi itu digunakan untuk menghubungkan antara satu
kalimat dengan kalimat yang lain. Dalam hal ini, berbagai hubungan dapat
dinyatakan oleh pemarkah transisi itu. Pemarkah-pemarkah itu digunakan sesuai
dengan makna hubungan yang terjadi. Misalnya apakah hubungan: tambahan/urutan,
pertentangan, kesamaan/perbandingan, contoh/ilustrasi, pernyataan kembali/
penyingkatan, penekanan, kesimpulan, akibat/hasil, tujuan, tempat, atau waktu.
2)
Gunakan kata-kata, frase, atau istilah-istilah kunci. Pemakaian
kata-kata, frase, atau istilah-istilah kunci dapat digunakan untuk mencapai
aspek retorika kepaduan dalam paragraf. Dalam hal ini, suatu kata, frase, atau
istilah penting yang sudah dikemukakan pada awal paragraf diulang kembali pada
kalimat-kalimat berikutnya. Dengan diulangnya kata-kata atau frase kunci itu,
kepaduan paragraf dapat dicapai, bahkan juga penekanan gagasan yang ingin
disampaikan dapat dilakukan.
3)
Gunakan pengacuan pronomina. Pengacuan pronomina (pronoun
reference) dapat digunakan untuk mencapai aspek retorika kepaduan dalam
paragraf. Berbeda dengan teknik repetisi, kata-kata kunci tidak diulang
berkali-kali dalam sate paragraf, tetapi suatu kata penting yang sudah
dikemukakan pada kalimat pertama diacu dengan menggunakan pronomina. Cara ini
juga dapat mengikat kalimat secara bersama-sama dalam satu paragraf.
4)
Gunakan struktur yang paralel. Teknik menggunakan struktur yang
setara (paralel) dapat Pula dipakai untuk mencapai aspek retorika kepaduan
dalam paragraf. Dengan teknik ini, gagasan yang ingin disampaikan,
dipertahankan dalam struktur gramatikal yang lama. Jika suatu gagasan dimulai
dengan kata Benda, maka gagasan yang lain juga dinyatakan dengan kata benda.
Pengulangan bentuk-bentuk gramatikal yang sama ini memungkinkan paragraf
berdaya guna dan mudah diikuti.
5)
Gunakan model sudut Pandang. Kepaduan paragraf juga dapat dicapai
dengan menggunakan model sudut Pandang (point of view). Yang dimaksud dengan
sudut Pandang adalah nisi dari mana seseorang melihat sesuatu. Dalam hal ini,
sudut Pandang dapat dibedakan atas:
1) sudut Pandang dari orang keberapa (pertama, kedua),
2) jumlah persona (jamak, tunggal), atau
3) cara penulis memandang suatu masalah (meremehkan, mengecam,
bersimpati, antipati, dll). Apabila penulis menggunakan sudut Pandang orang
pertama dalam bentuk tunggal, maka sudut Pandang ini hares dipertahankan dalam
paragraf. Demikian juga, jika penulis memandang suatu masalah dengan cara
mengecam, maka sudut Pandang ini hares terus dipertahankan dalam paragraf
tersebut. Jika sudut Pandang penulis meloncat-loncat atau berubah-ubah, maka
kepaduan paragraf tidak akan dapat dicapai.
Jadi dapat dibuat ringkasan bahwa, ada empat aspek retorika yang
dapat dimanfaatkan dalam paragraf, jika paragraf yang disusun itu diinginkan
memiliki sifat yang komunikatif. Keempat aspek retorika itu adalah :
1) kelengkapan,
2) kesatua
3) keurutan, dan
4) kepaduan. Paragraf yang
mengabaikan salah satu atau lebih aspek tersebut, maka paragraf itu akan
menjadi paragraf yang tidak komunikatif. Dalam menyusun kalimat perlu
memperhatikan aspek retorika kalimat agar dapat menghasilkan kalimat yang efektif.
Demikian juga dalam menyusun paragraf perlu memperhatikan aspek retorika
paragraf agar dapat menghasilkan paragraf yang komunikatif.
E.
RETORIKA BAHASA RAGAM ILMIAH
Hasil-hasil temuan ilmiah akan dikomunikasikan secara luas. agar
temuan-temuan ilmiah itu dapat dikomunikasikan dengan baik, maka diperlukan
kemampuan penulis untuk mengkomunikasikannya dengan baik, untuk itu, penulis
harus dapat menguasai dan menggunakan bahasa ragam ilmiah dengan baik. Ragam
bahasa yang mampu mengkomunikasikan temuan-temuan ilmiah secara
baik , adalah ragam bahasa yang memperhatikan aspek retorika, baik aspek
retorika dalam kalimat maupun aspek retorika dalam paragrafnya. Jika aspek retorika
dipenuhi dengan kalimat-kalimat yang digunakan untuk mengkomunikasikan hasil
temuan, maka kalimat itu akan menjadi kalimat efektif, dan jika aspek retorika
itu dipenuhi oleh paragraph-paragraf yang digunakan untuk mengkomunikasikan
hasil temuan, maka paragraph itu akan menjadi pargraf yang komunikatif. Kedua
aspek retorika tersebut sama-sama mendukung terhadap keberhasilan
mengkomunikasikan hasil temuan. Kaitan kedua aspek retorika itu dalam mendukung
keberhasilan penulis mengkomunikasikan hasil-hasil temuan ilmiahnya dapat
dinyatakan sebagai berikut :
Hasil-hasil temuan ilmiah
|
↓
Pengungkapan dengan Bahasa
Ragam Bahasa
|
Kalimat Efektif
Aspek Retorikanya :
Kesatuan
Kepaduan
Kehematan
Penekanan
Paragrafnya
Komunikatif
Aspek
Retorikanya :
Kelengkapan
Kesatuan
Keurutan
Kepaduan
|
↓
Komunikasi Ilmiah
|
F.
ALASAN UNTUK MEMPELAJARI RETORIKA
Quintilianus mengatakan : “tidak ada anugerah yang lebih indah,
yang diberikan oleh para dewa, daripada keluhuran berbicara”. St Agustinus,
yang juga seorang retor, mengatakan : “kepandaian berbicara adalah seni yang
mencakup segala-galanya”. Sebuah pepatah tua mengatakan : “berbicaralah, supaya
saya dapat melihat dan mengenal anda.” Martin Luther berpendapat : “ siapa yang
pandai berbicara adalah seorang manusia : sebab berbicara adalah kebijaksanaan,
dan kebijaksanaan adalah berbicara. Diatas selembar papyrus yang ditemukan
disebuah makam tua dimesir tertulis, binalah dirimu menjadi seorang ahli
pidato, sebab dengan itu engkau akan menang.
Mengapa orang belajar retorika ? mengapa orang mau menguasai ilmu
pandai berbicara ?
Di dalam masyarakat umumnya dicari para pemimpin atau orang-orang
berpengaruh yang memiliki kepandaian didalam hal berbicara. Juga
dibidang-bidang lain seperti perindustrian, perekonomian dan bidang sosial,
kepandaian berbicara atau keterampilan mempergunakan bahasa secara efektif sanagt
diandalkan. Menguasai kesanggupan berbahasa dan keterampilan berbicara menjadi
alasan utama keberhasilan orang-orang terkenal di dalam sejarah dunia seperti:
DHEMOSTENES, SOCRATES, J. CAESAR. ST. AGUSTINUS, ST. AMBROSIUS, MARTHIN LUTHER,
MARTIN LUTHER KING, J.F. KENNEDY, SOEKARNO dan lain-lain. dalam sejarah dunia
justru kepandaian berbicara atau berpidato merupakan isntrumen utama untuk
mempengaruhi massa. Bahasa dipergunakan untuk meyakinkan orang lain.
ketidakmampuan mempergunakan bahasa, sehingga tidak jelas mengungkapkan masalah
atau pikiran akan membawa dampak negatif, dalam hidup dan karya seorang
pemimpin. Oleh karena itu, pengetahuan tentang retorika dan ilmu komunikasi
yang memadai akan membawa keuntungan bagi pribadi bersangkutan dalam bidang-bidang
di bawah ini :
1.
Kemampuan Pribadi
Menguasai ilmu
retorika dan keterampilan dalam mempergunakan bahasa secara tepat, dapat
meningkatkan kemampuan pribadi orang yang bersangkutan.
Keuntungan-keuntungannya antara lain :
·
Rasa tertekan,tegang, takut dan cemas di depan public dapat
dikurangi atau dilenyapkan.
·
Rasa pasti terhadap diri dapat dipupuk dan bertumbuh
·
Kesadaran dan kepercayaan terhadap diri dapat semakin bertambah
·
Dia dapat mengalami perembangan dalam hal teknik bersuara
·
Artikulasi dalam mengucapkan kata-kata menjadi lebih jelas
·
Bahasanya dapat memiliki daya persuasi
·
Lewat komunikasi retoris kemampuan pedagogis dan psikologis dapat
dibina
·
Kemampuan untuk berbicara secara spontan (improvisasi) dapat
diekembangkan
·
Kemampuan untuk member motivasi dapat dipertinggi
·
Dapat menjadi lebih terampil dan cekatan dalam mengemukakan dan
mempertahankan pendapat atau ide
·
Dapat memperluas perbendahraan kata
·
Dapat mengkoordinasi dengan lebih mudah mimic dan gerak-gerik
selama berbicara atau berdialog
·
Kesediaan untuk mendengarkan orang lain dapat dikembangkan
·
Keterampilan untuk mengolah artikel dapat dikembagkan
2.
Keberhasilan Pribadi
Orang yang
menguasai ilmu retorika dan terampil dalam mempergunakan bahasa, dapat
mengalami banyak sukses dalam hidup dan
karyanya, antara lain :
·
Mengalami kemudahan dalam proses komunikasi
·
Baginya terbuka kesempatan dan kemungkinan yang lebih luas untuk
mendapat kerja
·
Dapat lebih berhasil dalam usaha-usaha pribadi
·
Lebih mudah mendapat pengakuan dan penghargaan dari orang lain
·
Memperoleh kemungkinan lebih besar untuk menanam pengaruh
·
Dapat terbina sikap batin yang positif terhadap sesame dan dunia
sekitar, yang dapat memperbesar sukses dalam hidup dan karyanya.
3.
Tugas dan Jabatan
Dalam mengemban
suatu tugas atau jabatan, penguasaan ilmu retorika dapat member
keuntungan-keuntungan sebagai berikut :
·
Orang dapat mengemukakan pikiran secara singkat, jelas tetai padat,
sehingga mudah meyakinkan orang lain.
·
Orang memiliki keterampialn dan kekuatan dalam mempertahankan
pikiran atau pendapat
·
Orang dapat membina relasi yang menguntungkan dengan organisasi,
perusahaan, institute atau partai-partai politik
·
Penguasaan yang lebih baik tentang seni membawakan ceramah atau
pidato dalam situasi atau kesempatan-kesempatan penting.
·
Membantu dalam memperluas orientasi dan wawasan pribadi
·
Mempertinggi keterampilan para produsen untuk menjual dan
menawarkan hasil-hasl produksinya
·
Memperluas pengetahuan, khususnya mengenai sumber-sumber informasi
·
Memperkecil kemungkinan kesalahan komunikasi, yang dapat membawa
dampak negative bagi tugas dan jabatan.
4.
Kehidupan Pada Umumnya
Secara umum
penguasaan ilmu retorika dapat mendatangkan keuntungan-keuntungan dibawah ini :
·
Member kesempatan dan kemungkinan untuk mengontrol diri
·
Dalam proses komunikasi yang sering, orang dapat menjadi semakin
terbuka terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain.
·
Menghantar orang yang bersangkutan ke dalam bidang interese yang
baru
·
Mengaktifkan dan mengembangkan kesanggupan-kesanggupan laten
·
Lewat proses komunikasi retoris, dapat terbina sikap objektif dan
toleran
·
Menjadi lebih lincah dalam pergaulan dan komunikasi antar manusia.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Hal-hal Pokok yang Dijadikan Materi Pembahasan
a.
Apa yang dimaksud dengan karya tulis atau karangan ilmiah ?
b.
Apa yang dimaksud dengan bahasa karangan ilmiah ?
c.
Ada berapakah aspek retorika dalam kalimat ? sebutkan dan
jelaskan secara singkat !
d.
Sebutkan empat syarat kualitas retorika dalam aspek-aspek retorika
paragraf !
e.
Apa yang dimaksud dengan retorika ragam bahasa ilmiah ?
f.
Apa alasan untuk mempelajari
retorika ?
B.
Jawaban materi pembahasan
a.
Karangan ilmiah adalah karangan yang menyajikan hasil-hasil
penyelidikan ilmiah, baik hasil penelitian lapangan maupun hasil penelitian
perpustakaan. Suatu penyelidikn baru dikatakan ilmiah apabila mengikuti
prosedur atau metode ilmiah. Metode ilmiah yang diikuti dalam karangan ilmiah
antara lain : perumusan masalah, perumusan hipotesis, engamatan dan pengumpulan
data, pengujian hipotesis jika ada , analisis dan penyajian data. Selain metode
yang menjadi karangan ilmiah, karangan ilmiah dapat pula ditinjau dari segi
bahasa yang digunakannya.
b.
Bahasa karangan ilmiah adalah Ragam bahasa ilmiah disebut sebagai
ragam bahsa bergaya. Bahasa bergaya adalah bahasa yang sengaja diperbesar daya
gunanya. Ragam bahasa ini berciri ringkas dan merupakan bahasa pikiran, karena
yang disampaikan adalah kegiatan-kegiatan pikiran yang harus pula ditangkap
dengan pikiran. Dalam bahasa ilmiah hampir setiap kata dan kalimat digunakan
dengan cermat agar serasi benar dengan pengertian-pengertian yang akan
dikomunikasikan.
c.
Ada lima asperk retorika kalimat yang hares diperhatikan oleh
penulis karangan ilmiah agar is dapat menghasilkan kalimat yang efektif. Kelima
aspek retorika itu adalah kesatuan (unity), kepaduan (coherence), kehematan
(economisation), penekanan (emphasis), dan kevariasian (variety).
1.
Kesatuan (Unity)
Kesatuan merupakan kualitas retorika pertama yang hares dimiliki
oleh kalimat efektif. Kesatuan kalimat berarti trap-snap bagian dalam
kalimatitu berhubungar_secara logic dalam tuturan kalimat secara keseluruhan
tanpa menghiiangkan unsur yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
2.
Kepaduan (Coherence)
Kepaduan adalah kualitas retorika yang kedua yang hares dimiliki
oleh kalimat efektif. Aspek kepaduan ini berhubungan dengan struktur atau
interelasi antara kata dalam kalimat. Artinya, unsur-unsur yang membentuk
kalimat hares menampilkan hubungan timbal balik yang jelas.
3.
Kehematan (Economisation)
Aspek retorika ini dimaksudkan agar orang dalam menulis tidak boros
pada pemakaian kata, ungkapan, atau kalimat. Penggunaan kata, ungkapan, atau
kalimat yang tidak penting dapat dihindarkan.
4.
Penekanan (Emphasis)
Penekanan berkaitan dengan tujuan dan bentuk ekspresi. Pemakaian
aspek retorika penekanan ini dalam kalimat dilakukan untuk lebih menonjolkan
gagasan pokok sehingga lebih menarik perhatian pembaca.
5.
Kevariasian (Variety)
Kevariasian berkaitan dengan keanekaragaman kalimat yang digunakan
untuk mengungkapkan temuan dalam karangan ilmiah.
d.
Paragraf yang baik, dalam arti komunikatif, harus memenuhi empat
syarat kualitas retorika. Keempat syarat kualitas retorika itu adalah :
1) kelengkapan (completeness)
2) kesatuan (unity)
3) keurutan (order)
4) kepaduan (coherence).
e.
retorika ragam bahasa ilmiah adalah Hasil-hasil temuan ilmiah akan
dikomunikasikan secara luas. agar temuan-temuan ilmiah itu dapat
dikomunikasikan dengan baik, maka diperlukan kemampuan penulis untuk
mengkomunikasikannya dengan baik, untuk itu, penulis harus dapat menguasai dan
menggunakan bahasa ragam ilmiah dengan baik.
f.
Alasan mempelajari retorika adalah Di dalam masyarakat umumnya
dicari para pemimpin atau orang-orang berpengaruh yang memiliki kepandaian
didalam hal berbicara. Juga dibidang-bidang lain seperti perindustrian,
perekonomian dan bidang sosial, kepandaian berbicara atau keterampilan
mempergunakan bahasa secara efektif sanagt diandalkan. Menguasai kesanggupan
berbahasa dan keterampilan berbicara menjadi alasan utama keberhasilan
orang-orang terkenal di dalam sejarah dunia seperti: DHEMOSTENES, SOCRATES, J.
CAESAR. ST. AGUSTINUS, ST. AMBROSIUS, MARTHIN LUTHER, MARTIN LUTHER KING, J.F.
KENNEDY, SOEKARNO dan lain-lain.
BAB IV
PENUTUP
KESMPULAN
Karangan ilmiah adalah karangan yang menyajikan hasil-hasil
penyelidikan ilmiah, baik hasil penelitian lapangan maupun hasil penelitian
perpustakaan. Ragam bahasa ilmiah disebut sebagai ragam bahsa bergaya. Bahasa
bergaya adalah bahasa yang sengaja diperbesar daya gunanya. Ragam bahasa ini
berciri ringkas dan merupakan bahasa pikiran, karena yang disampaikan adalah
kegiatan-kegiatan pikiran yang harus pula ditangkap dengan pikiran. Ada lima
asperk retorika kalimat yang hares diperhatikan oleh penulis karangan ilmiah
agar is dapat menghasilkan kalimat yang efektif. Kelima aspek retorika itu
adalah kesatuan (unity), kepaduan (coherence), kehematan (economisation),
penekanan (emphasis), dan kevariasian (variety). Paragraf yang balk, dalam arti
komunikatif, liarus memenuhi empat syarat kualitas retorika. Keempat syarat
kualitas retorika itu adalah :
1) kelengkapan
(completeness)
2) kesatuan
(unity)
3) keurutan
(order)
4) kepaduan
(coherence).
Hasil-hasil temuan ilmiah akan dikomunikasikan secara luas. agar
temuan-temuan ilmiah itu dapat dikomunikasikan dengan baik, maka diperlukan kemampuan
penulis untuk mengkomunikasikannya dengan baik, untuk itu, penulis harus dapat
menguasai dan menggunakan bahasa ragam ilmiah dengan baik. Ragam bahasa yang
mampu mengkomunikasikan temuan-temuan
ilmiah secara baik , adalah ragam
bahasa yang memperhatikan aspek retorika, baik aspek retorika dalam kalimat
maupun aspek retorika dalam paragrafnya. Di dalam masyarakat umumnya dicari
para pemimpin atau orang-orang berpengaruh yang memiliki kepandaian didalam hal
berbicara. Juga dibidang-bidang lain seperti perindustrian, perekonomian dan
bidang sosial, kepandaian berbicara atau keterampilan mempergunakan bahasa
secara efektif sanagt diandalkan
DAFTAR PUSTAKA
Prof.
Dr. I Nengah Marta, M.Pd.2014.Retorika Edisi 2.Yogyakarta:Graha Ilmu
Dori
Wuwur Hendrikus.1991.Retorika terampil Berpidato, Berdiskusi,
Berargumentasi, Bernegosiasi.Yogyakarta: PT Kanisius (Anggota JKPI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar