BAB I
PEDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Museum
Gunung Merapi yang terletak di Yogyakarta tepatnya di Jln.
Boyong, Dusun Banteng, Desa
Harjobinangun,
Kecamatan Pakem,
Kabupaten Sleman,
Yogyakarta
sekitar lima kilometer dari kawasan obyek Wisata Kaliurang.
Terlebih
museum ini masih baru jadi belum banyak dikunjungi oleh para
penulis karena jauhnya lokasi museum, serta disana pemandu untuk mengawasi dan
menjelaskan koleksi-koleksi museum masih sedikit, jadi ketika banyak pengunjung
sulit untuk mengawasinya dan ketika menjelaskan koleksi-koleksi berupa gambar
atau benda terlalu cepat sehingga siswa yang mengumpulkan data disana sulit
memahami dan mencatatnya. Belum lagi tidak adanya buku panduan tentang Museum
Gunung Merapi sebagai bahan pokok bagi siswa maupun orang dewasa yang sedang
mengadakan penelitian dan pengamatan untuk dijadikan sebuah karya.
Oleh karena
itu Penulis mengambil judul “Membuka Wawasan Museum Gunung Merapi” gunanya
untuk memperkenalkan dan mendokumentasikannya menjadi sebuah karya yang dapat
dibaca agar masyarakat, sahabat dan teman-teman dapat mengetahui dan mengerti
tentang gunung berapi di Indonesia.
1.2 Batasan Pembahasan
Dalam
penyusunan
Karya Tulis
ini yang berjudul, Membuka Wawasan
Museum Gunung Merapi, penulis membuat batasan
pembahasan sebagai sebagai berikut ini:
1.2.1 Sejarah Museum Gunung Merapi dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan judul
1.3 Tujuan Penulis
Tujuan
Karya Tulis ini disusun sedemikian rupa agar memberikan manfaat antara lain:
1.3.1 Melengkapi salah satu
syarat Ujian Nasional (UN)/ Ujian
Madrasah (UM) Madrasah Aliyah Negeri Poncowati Tahun
Pelajaran 2013/2014;
1.3.2 Sebagai tolak ukur
kemampuan penulis dalam
menelaah serta mengambil kesimpulan dari hasil penelitiannya;
1.3.3 Menarik kepedulian serta minat masyarakat untuk lebih
banyak mengenal warisan sejarah
tentang
Gunung
Berapi di
Indonesia;
1.3.4 Melatih agar penulis
dapat berpikir kritis, Kreatif dan Inovatif.
1.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam
penyusunan Karya Tulis
ini penulis menggunakan beberapa metode dalam mengumpulkan data antaralain sebagai berikut:
1.4.1 Observasi
Metode
observasi adalah metode yang
dilakukan secara langsung pada obyek
yang diteliti atau diamati.
Pada
selasa, 25 Juni 2013 penulis melaksanakan kunjungan ke tempat observasi secara
langsung di Museum Gunng Merapi Sleman Yogyakarta tepatnya di Jln. Boyong, Dusun
Banteng, Desa Harjobinagun, Kec. Pakem, Kab. Sleman Yogyakarta sekitar Lima
kilo meter dari kawasan obyek wisata Kaliurang.
1.4.2 Pustaka
Dokumentasi
Merupakan
metode penelitian dengan bahan-bahan yang telah disimpan sebagai Arsip atau Dokumen.
Di
ambil dari:
- Lukman, Faril,
Museum Gunung Berapi Sleman Yogyakarta, Template Blog,
26 Agustus 2011.
- Caniago,
Amran.Ys, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Jilid V, CV Pustaka Setia, Jakarta,
1995, 672 halaman.
1.4.3 Wawancara
Merupakan berdialog secara langsung bersama pengurus
atau pegawai ditempat observasi.
Berguna agar
dapat mengetahui dan menyimpan penjelasan saat berada di tempat observasi yang
dikunjungi untuk disimpan.( Nugroho, Adi. Drs, Museum Gunung Merapi Sleman
Yogyakarta, 08:00 wib sampai 17:00 wib, Selasa, 25 Juni 2013).
1.5 Visi Dan
Misi
1.5.1 Terwujudnya pengetahuan masyarakat
tentang pemahaman kegunungapian dan ilmu kebencanaan;
1.5.2 Meningkatkan mutu
pemahaman tentang Geowisata Gunung Api diwilayah Daerah Istimewa
Yogyakarta dan sarana edukasi ilmu
kebumian;
1.5.3 Meningkatkan geowisata bernilai edukasi tentang ilmu kegunungapian di Daerah Istimewa Yogyakarta
1.6 Dasar
Pembuatan Paper
1.6.1 Keputusan
Dir.Jen Bimbingan Agama Islam Depag. RI. No. 000/ 107/ 90. Bab. VII Pasal 27
tentang Karya Tulis sebagai syarat mengikuti EBTA/ EBTANAS/ UN.
1.6.2 Keputusan
Ka. Kanwil Depag. Prov. Lampung No. Wh/ SIK/ 23/ PP/ 0011/ 1990. Tentang Tugas
dan Tanggung Jawab pengelolaan madrasah yang berhubungan dengan Karya Tulis
(KT) sebagai persyaratan mengikuti EBTA/ EBTANAS/ UN.
1.7 Alasan
Memilih Judul
Sesuai
dengan hasil Observasi yang penulis lakukan di Museum Gunung Merapi. Maka
penulis mempunyai alasan-alasan sebagai berikut:
2.2.1 Untuk
membuka wawasan tentang berdirinya Museum Gunung Merapi;
2.2.2 Ingin
melihat secara langsung isi atau koleksi yang dimiliki oleh Museum Gunung Merapi;
2.2.3 Untuk menambah cakrawala ilmu pengetahuan di
Museum Gunung Merapi;
2.2.4 Ingin
mengetahui tentang terjadinya Erupsi dari Gunung Merapi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Judul
Dalam
penyusunan Karya Tulis ini penulis mengambil judul ”MEMBUKA WAWASAN MUSEUM GUNUNG MERAPI” yang
mengandung arti sebagai berikut:
MEMBUKA : Menjadikan tidak tertutup atau tidak
bertutup (seperti menyingkap penutupnya, tudungnya, pagarnya). Merintis, mengungkapkan,
memperlihatkan.
WAWASAN : Hasil mewawas, tinjauan, pandangan.
MUSEUM : Bangunan
tempat menyimpan benda-benda bersejarah.
GUNUNG : Bukit yang sangat besar dan tinggi
(biasanya tingginya lebih dari 600 m).
MERAPI : Gunung yang masih aktif mengeluarkan api dan sekam terletak di Kabupaten
Sleman, Yogyakarta.
Jadi,
dapat di simpulkan dari judul diatas “MEMBUKA WAWASAN MUSEUM GUNUNG MERAPI” adalah mengungkap tinjauan digedung tempat
penyimpanan benda–benda tentang gunung berapi dan hasil Erupsi Gunung Merapi di Museum Gunung Merapi Sleman, Yogyakarta.
BAB III
LAPORAN HASIL OBSERVASI
3.1 Sejarah Museum
Gunung
Merapi
Demi
hasrat
untuk mengabdikan dan mendokumentasikan kegiatan-kegiatan maupun peristiwa–peristiwa
bersejarah di Gunung Merapi
Sleman Yogyakarta.
Gunung
Merapi
merupakan
salah satu gunung api yang memiliki nilai sosial tersendiri di mata masyarakat
sekitar. Terlebih lagi gunung ini juga menjadi sebuah simbol bagi Keraton
Yogyakarta. Dikatakan bahwa antara Gunung Merapi, Tugu Yogya Kembali, Keraton
Kasepuhan Yogyakarta, dan Istana Ratu Kidul berada pada satu garis imajiner
yang lurus dan oleh sebab itu dibangunlah Museum Gunung Merapi. Museum yang
mengambil tema “MERAPI JENDELA BUMI” ini mulai dibangun pada tahun 2005 yang
ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM), Purnomo Yusgiantoro. Pembangunan museum merupakan kerja sama
antara Mentri Energi
dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang mengucurkan
dana sekitar Rp. 3,86
milyar,
Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar Rp. 3 milyar dan Pemerintah Kabupaten Sleman sekitar
Rp. 345,5
juta yang pada tahun 2006 menyediakan lagi anggaran sebesar Rp. 3,82 milyar. Empat tahun kemudian,
tepatnya pada tanggal 1 Oktober 2009 museum mulai beroperasi yang ditandai
dengan peresmian oleh Kepala Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral, R.
Shukyar, mewakili Menteri ESDM yang tidak dapat hadir.
Peresmian
juga dihadiri oleh Asisten I Pemprov DIY,
T.
Agus Rayanto dan Wakil Bupati Sleman, Sri Purnomo. Setelah diresmikan dan
dibuka penggunaannya bagi masyarakat umum, operasionalisasi Museum Gunung Merapi berada di bawah koordinasi Dinas
Pengairan, Pertambangan dan Penanggulangan Bencana Alam Kabupaten Sleman.
Rencananya, pada tahun 2010 museum yang menempati lahan seluas 3,5 hektar ini
pengelolaannya akan berpindah pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Sleman.
3.2 Bentuk Bangunan
Dengan
bentuk dasar kerucut, museum ini memang mengadopsi bentuk dasar Gunung Merapi dengan
puncak berbentuk tugu runcing seperti halnya tugu kota Jogja. Sementara
palataran dan tangga-tangga di depan dan di samping museum dihasilkan dari study terhadap bentuk-bentuk bangunan
candi ternama seperti Prambanan, Ratu Boko dan Sambi Sari. Sementara secara
khusus bentuk pintu utama museum ini mengadopsi arsitektur Candi Ratu Boko.
3.3 Koleksi
– Koleksi
Museum
Gunung
Merapi
Museum
Gunung Merapi menyimpan berbagai macam benda koleksi yang sesuai dengan
fungsinya yaitu sebagai sarana preservasi dan konservasi (memelihara dan
melindungi suaka alam dan budaya), informasi (memberikan dan mengembangkan
pengetahuan mengenai obyek yang ditampilkan), koleksi (mengumpulkan dan mengarsipkan
benda bernilai sebagai pusat dokumentasi masyarakat), edukasi (memberikan ilmu
pengetahuan untuk masyarakat mengenai kegunungapian), serta wahana rekreasi.
3.3.1 Ruang
Utama
Berisi maket Gunung Merapi yang terus menerus
mengelurkan asap dan magma, suara gemuruh dibuat sedimikian rupa agar maket
gunung merapi ini terlihat seperti aslinya, walaupun berukuran mini.
Maket ini juga bisa menceritakan kronologis letusan gunung merapi dipadu
dengan musik jawa, membawa anda masuk kedalam suasana mencekam. Terdapat juga
tiga tombol yang masing- masing bertuliskan tahun terjadinya letusan gunung
merapi, mulai dari tahun 1969, 1994 dan 2006. Anda bisa melihat kronologi
letusan gunung merapi dari maket tersebut berdasarkan tombol tahun yang Anda pencet. Aliran magma pada maket
akan berubah sesuai tombol tahun. Didalam ruang utama juga terdapat ruang–ruang
yang menarik antaralain:
a. Ruang
Peraga
I
Diruangan
ini terdapat tentang pengetahuan pembentukan lempeng Benua dan pengetahuan Gunung Api secara
umum. Disalah satu panel terdapat peta lokasi gunung api yang ada di seluruh Dunia
dan Indonesia.
b. Ruang
Peraga
II
Terdapat
replika gunung berapi dalam bentuk kecil dan pengetahuan umum mengenai gunung
berapi .
c. Ruang
Peraga
III
Berisi
foto
kunjungan presiden ke Museum
Gunung
Merapi, sketsa penyelamatan diri dari bencana Erupsi gunung api dan pemahaman
tentang mitigasi bencana.
d. Ruang
Peraga
IV
Berisi
peralatan yang di gunakan dalam pengamatan Gunung Merapi: seperti radio,
komputer tua, teropong, sensor gempa, seismograf, dan masih banyak
lagi yang dipajang dalam etalase kaca.
e. Ruang
Peraga
V
Berisi
benda-benda peninggalan Erupsi Gunung Merapi, seperti peralatan masak yang
rusak, rangka kendaraan bermotor,
dan masih banyak lagi. Di area ini juga terdapat
lukisan–lukisan mengenai Gunung Merapi.
f. Ruang
Peraga
Di
Lantai
II
Ruang
ini belum dibuka untuk umum karena jumlah pengawas masih terbatas.
Dikhawatirkan jika terdapat rombongan akan sulit untuk mengawasinya, padahal diruangan ini banyak
terdapat barang-barang
yang antik dan
menarik akan tetapi mudah rusak.
3.3.2 Ruang Simulasi Gempa
Didalamnya
hanya berisi
replika pohon dan kondisi pegunungan setelah terjadi Erupsi Gunung Merapi.
3.3.3
Ruang
Konferensi
Digunakan untuk acara seminar, konferensi, kunjungan
dan presentasi.
3.3.4 Ruang
Dokumentasi
Berisi
foto-foto dokumentasi aktifitas dan Erupsi Gunung Merapi.
3.3.5 Ruang
Audio-Visual (MINI THEATER)
Pengunjung
dapat menyaksikan pemutaran film atau video mengenai Gunung Merapi.
3.3.6 Ruang
Pengamatan
Gunung
Merapi
(Tim
Peneliti)
Ruangan
ini berada dilantai
III khusus untuk mengamati dan meneliti aktifitas Gunung Merapi. Ruangan ini
hanya
boleh dimasuki oleh tim peneliti.
3.3.7
Ruang
Pengamatan
Gunung
Merapi
(Pengunjung)
Ruangan
ini berada dilantai IV dimana pengunjung dapat ikut mengamati aktifitas Gunung
Merapi menggunakan peralatan yang tersedia,
seperti teropong dan media visual lainya.
BAB IV
KESIMPULAN SARAN DAN PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah
menyelasaikan penyusunan Karya Tulis ini. Maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
4.1.1 Museum Gunung Merapi merupakan salah satu museum yang menyimpan
benda-benda yang berhubungan
dengan
Geologi;
4.1.2 Serta Museum Gunung
Merapi
sebagai
peninggalan sejarah sebagai tempat pariwisata, dan
juga menjadi pusat penelitian dari mana- mana;
4.1.3 Gunung
Merapi
mempunyai banyak
sekali dayatarik untuk meneliti dan
mengamati
tentang
terjadinya
gunung
meletus
serta
meninjau
pergerakannya. 4.2 Saran
Dengan
terbentuknya Karya Tulis ini, penulis berharap kepada pihak pengelola Museum
Gunung Merapi supaya mengutamakan hal-hal sebagai berikut:
4.2.1 Untuk
meningkatkan mutu pelayanan kepada para pengunjung, karena pelayanan yang baik
akan memberikan dampak yang baikpula;
4.2.2 Memperbanyak
informasi penting tentang Museum
Gunung Merapi melalui media cetak atau elektronik;
4.2.3 Jaga
dan rawatlah hasil
Erupsi
Gunung
Merapi yang telah disimpan
agar selalu dibersihkan
dan jangan membuat kerusakan.
4.3 Penutup
Dengan
mengucap alhamdulillahirobbil‘alamin, penulis panjatkan puji
syukur kehadiran Allah SWT, karena
berkat rahmat serta
taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis yang berjudul “Membuka Wawasan Museum Gunung Merapi” ini.
Namun
disisi lain penulis juga sangat menyadari akan keterbatasan dan kemampuan
didalam penyusunan Karya Tulis ini yang masih banyak kesalahan, kekeliruan dan
kejanggalan. Oleh karna itu, saran dan kritik yang bersifat Konstruktif sangat penulis harapkan guna
perbaikan Karya Tulis yang akan datang.
Akhir
kata penulis mengucapkan banyak terima
kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis ini
sehingga dapat selesai tanpa
suatu halangan apapun. Penulis juga mengharapkan ridho Allah SWT semoga kita
diberikan kemudahan dalam menjalani hidup.
Payungrejo
…,……….2013
Penulis
NANANG ARIFIN
NIS / NISN. 1024
/ 9957903561
Tidak ada komentar:
Posting Komentar