Senin, 19 Maret 2018

macam-macam Kalimat Tunggal dalam bahasa lampung


BAHASA LAMPUNG
MAKALAH
Disusun Oleh :



PRODI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) MUHAMMADIYAH  PRINGSEWU   LAMPUNG
2017


KATA PENGANTAR

Terlebih dahulu kami mengucapkan Puji Syukur kepada Allah SWT, Tuhan Alam Semesta, Tuhan yang telah mengajarkan apa yang tidak diketahui oleh manusia, dan Tuhan yang menggenggam nyawa setiap insan di dunia. Salawat dan Taslim tak lupa kami haturkan kepada Baginda Rasulullha SAW, seorang Rasul yang diutus kepermukaan bumi ini untuk menjadi pengajar bagi setiap manusia yang tidak tahu, menjadi pembela bagi setiap manusia yang tertindas, dan sebagai penunjuk bagi setiap manusia yang tersesat. Kami menyusun Makalah Bahasa Lampung ini, dengan judul “Kalimat Tunggal” guna menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pengampu untuk mata kuliah Bahasa Lampung, Amy Sabila, M.Pd. Dalam penyusunan makalah ini tentunya kami mengalami banyak kesulitan mulai dari kesulitan mencari sumber refrensi yang benar-benar tepat dengan kebutuhan kami, sampai dengan kesulitan-kesulitan lainnya. Namun semua kesulitan itu menjadi tidak berarti lagi, tatkala kami membangun kerjasama kelompok yang baik, dan tentunya dengan bantuan dari berbagai pihak lainnya. Maka dari itu kami juga mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Pada akhirnya kami berharap dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua dan utamanya kepada kami, sehingga dapat menambah wawasan kita khususnya dalam bidang Bahasa Lampung.

Pringsewu, 14 November 2017


Penulis



BAB I
PENDAHULUAN

Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P), susunannya dapat berpola SP.
Subjek yaitu pokok kalimat, biasanya diduduki oleh kata benda (KB), kata ganti (KG). Predikat adalah bagian kalimat yang menjelaskan subjek, maksudnya bagaimana atau mengapa itu dijelaskan oleh predikatnya. Predikat biasanya diduduki oleh Kata Benda, Kata Keadaan/Kata Sifat, atau dapat pula diduduki oleh kata Kerja.

Dalam Kalimat Tunggal terdapat beberapa macam, Menurut Gorys Keraf (1998) kalimat tunggal dapat dibedakan menjadi 3 yaitu kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah.
Berdasarkan uraian di atas, betapa pentingnya apa  itu Kalimat Tunggal dan memahami nya supaya tidak terjadinya kesalah pahaman dalam pengertian Kalimat Tunggal khususnya dalam Bahasa Lampung maka dari itu kami membahas topik  Kalimat Tunggal .

A.   Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Kalimat Tunggal?
2. Apa sajakah macam-macam yang terdapat dalam Kalimat Tunggal?
B.   Tujuan
Dalam penyusun makalah ini kelompok kami memiliki beberapa tujuan:
1.    Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Kalimat Tunggal
2.    Untuk mengetahui macam-macam dalam Kalimat Tunggal



BAB II
PEMBAHASAN

1.         Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P), susunannya dapat berpola SP.
A.    Subjek (S)
Subjek yaitu pokok kalimat, biasanya diduduki oleh kata benda (KB), kata ganti (KG). Untuk menentukan subjek pada suatu kalimat gunakan kata Tanya api (apa) dapat pula digunakan kata tanya “sapa” (siapa). Perhatikan contoh berikut!
1.      Mubil sina halom (Mobil itu hitam)
Manakah subjek dari kalimat di atas? Subjek dapat dicari dengan menggunakan kata Tanya “api” atau apa.
Pertanyaannya             : Api sai halom? Apa yang hitam?
Jawabnya                    : “Mubil sina”
“Mubil sina”, adalah jawaban dari “Api sai halom”, maka “Mubil sina”
disebut subjek (S).
2.      “Amin bulajakh” (Amin belajar).
Manakah subjek dari kalimat di atas? Subjek dapat dicari dengan menggunakan kata Tanya “sapa” atau “siapa”
Pertanyaannya             : Sapa sai belajar? Siapa yang belajar?
Jawabnnya                  : “Amin”
“Amin”, adalah jawaban dari “sapa sai belajar”, maka “Amin” disebut Subjek (S) dari kalimat tersebut.
B.     Predikat (P)
Predikat adalah bagian kalimat yang menjelaskan subjek, maksudnya bagaimana atau mengapa itu dijelaskan oleh predikatnya. Predikat biasanya diduduki oleh Kata Benda, Kata Keadaan/Kata Sifat, atau dapat pula diduduki oleh kata Kerja.
Untuk menentukan predikat suatu kalimat dapat digunakan kata Tanya “Api cara” (bagaimana) atau kata Tanya “ulah api” (mengapa).
Misalnya:
1.      Mubil sina halom (Mobil itu hitam)
Manakah Predikat (P) dari kalimat di atas? Predikat dapat dicari dengan menggunakan kata Tanya “api cakha” (bagaimana).
Pertanyaannya             : api cakha mubil hina? Bagaimana mobil itu?
Jawabnya                    : “halom”
Karena ‘halom”, adalah jawaban dari pertanyaan “api cakha” maka “halom” disebut Predikat (P).
2.      “Amin bulajakh” (Amin belajar).
Manakah Predikat dari kalimat di atas? Predikat (P) dapat dicari dengan menggunakan kata Tanya “ulah api” (mengapa)
Pertanyaannya             : Ulah api Amin? Mengapa Amin?
Jawabnnya                  : “belajar”
“belajar”, adalah jawaban dari “Mengapa Amin”, maka “belajar” disebut Predikat (P) dari kalimat tersebut.
C.     Objek (O)
Objek yaitu bagian kalimat yang erat hubungannya dengan predikat, dan objek terkena langsung perbuatan yang disebutkan predikat. Oleh karena itu objek selalu berada sesudah predikat.
Misalnya:
-          Amin nyepok iwa (Amin mencari ikan)
“iwa” disebut objek, karena terkena langsung perbuatan yang disebutkan predikat. Predikat kalimat tersebut ‘nyepok”, “iwa” terkena langsung perbuatan “nyepok”(mencari), karena itu “iwa” adalah objek kalimat tersebut. “iwa” letaknya sesudah predikat “nyepok”.
D.    Keterangan (K)
Keterangan yaitu bagian kalimat yang menerangkan bagian kalimat lainnya atau yang menerangkan seluruh kalimat, letaknya dapat di depan kalimat dan dapat pula di belakang kalimat.
-          Keterangan dapat berbentuk tempat, lazim disebut keterangan tempat, yang ditandai dengan kata depan: di, dari (di, jak), ke (mit).
Misalnya: di dakhak (di ladang), jak lamban (dari rumah), mit sabah (ke sawah).
-          Keterangan waktu, yang ditandai dengan kata penunjuk waktu, seperti:Tanno/ganta (sekarang), jemoh (besok), nimbi (kemarin). Jeno (tadi), debi (sore), pagi, bingi (malam), semakkung (sebelum), ampai (baru).
Contoh dalam kalimat:
1.      Pagi hayu tiyan khadu minjak (Pagi buta mereka telah bangun)
KW           S              P

2.      Zaenal nulung  ulun tuhani di lamban bidang khani
    S         P              O             KT              KW
(Zaenal membantu orangtuanya dirumah setiap hari).
3.      Unggal pagi Helda nyani mi gukhing
         KW        S        P         O
(Tiap pagi Helda membuat nasi goreng).
4.      Pak Saleh mak ngantor khani minggu
      S               P                  KW
(Pak Saleh tidak ngantor hari minggu).

2.      Macam-macam Kalimat Tunggal
Menurut Gorys Keraf (1998) kalimat tunggal dapat dibedakan menjadi 3 yaitu kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah.
A.    Kalimat Berita
Kalimat berita yaitu kalimat yang berisi rangkuman peristiwa, ciri-ciri kalimat berita tampak pada intonasinya yang netral dan mendatar, dan dalam tulisan bertanda baca titik (.). dilihat dari cara menyampaikannya kalimat berita ada 2 macam yaitu berita ucapan langsung atau lazim disebut kalimat langsung dan berita ucapan tak langsung lazim disebut kalimat langsung.
1)      Kalimat Langsung
Kalimat langsung yaitu kalimat yang secara langsung diucapkan oleh si pembicara, dalam tulisan bertanda baca petik pada bagian yang diucapkannya itu.
Contohnya:
·         Hulun hina cawa, “Nyak haga lapah mit kebun”.
(Orang itu berkata, “Saya mau jalan ke kebun”).
·         Rusli ngelulih jama adikni, “Haga mit dipa niku dek?”.
(Rusli bertanya pada adiknya, “Mau kemana kamu dek?”)
2)      Kalimat Tak Langsung
Kalimat tak langsung adalah kalimat berita yang tidak diucapkan langsung oleh pembicara pertama, tetapi kita yang mengucapkannya, tentu saja terjadi perubahan pada kata ganti orangnya, misalnya kata ganti orang  “nyak” pada kalimat langsung berubah menjadi “ya” pada kalimat tak langsung.
Contoh:
Kalimat Langsung:
1.    Ya cawa, “ Nyak haga kuliah”.
2.    Ria cawa, “Nyak jemoh mak dapok ratong nyilau”
Kalimat tak langsung:
1.    Ya cawa bahwa ya haga kuliah.
2.    Ya cawa bahwa ya jemoh mak dapok ratong nyilau.
Dalam kalimat tak langsung tidak digunakan tanda petik. Jika kalimat itu berisi pemberitahuan, digunakan kata penghubung “bahwa”, selanjutnya jika kalimat langsung itu berisi pernyataan, maka kalimat tak langsungnya tanda petik dan tanya dihilangkan dan kata gantinyapun berubah.
Kalimat Langsung:
1.    Rusli ngelulih adikni, “Haga mit dipa niku dik?”
2.    Ria ngelulih ayahni, “Kiknya juara kelas hadiahni api yah?”
Kalimat tak langsung:
1.    Rusli ngelulih adikni haga mit dipa niku dik.
2.    Ria ngelulih ayahni “Kiknya juara kelas hadiahni api yah.
Demikian halnya jika kalimat langsung itu berisi perintah, maka kalimat tak langsungnya tanda petik dan tanda seru dihilangkan, dan kita gunakan kata penghubung “nyin’ (supaya).
Contoh:
Kalimat Langsungn:
1.      Pak Kesuma nganyun  anakni, “Belajakhdo kuti sai betik!”
2.      Gukhu nugasko mukhidni, “Sepok kuti tetanoman sai dikotile!”
Kalimat Langsung:
1          Pak Kesuma nganyun  anakni nyin tiyan belajakh sai betik!”
2          Gukhu nugasko mukhidni nyin tiyan nyepok tetanoman sai dikotile!”
B.     Kalimat Tanya
Kalimat tanya yaitu kalimat yang mengandung suatu permintaan agar kita diberi tahu sesuatu karena kita tidak mengetahuinya. Pada umumnya kalimat tanya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a)      Intonasi yang digunakan intonasi tanya
b)      Sering menggunakan kata tanya
c)      Dapat pula menggunakan partikel kah.
1)      Kata tanya yang digunakan dalam kalimat tanya biasa.
a)      Yang menanyakan tentang manusia: sapa, jak sapa,
Sapa sai ngusung limau mit dija? (Siapa yanhg membawa jeruk kemari)
b)      Yang menanyakan tentang benda atau hal: api jak api, guwai api.
Tisani jak api kik buak sinji? (Dibuat dari bahan apa kue ini)
c)      Yang menanyakan tentang jumlah: pikha
Pikha regani selomji sepasang? (Berapa harga sendal ini sepasang)
d)     Yang menanyakan tentang pilihan: sepa
Sepa sai bagianku? (Mana yang bagian saya)
e)      Yang menanyakan tentang tempat: dipa, mit dipa, jak ipa,
Dipa khang lambanmu? (Dimana tempat rumahmu)
f)       Yang menanyakan tentang waktu: kesaka
Kesaka niku khatong? (Kapan kamu datang)
g)      Yang menanyakan tentang keadaan: khepa, khepa pik, khepa cara
Khepa kabakh kutti sang menak? (Bagaimana kabar kalian anak-beranak)
h)      Yang menanyakan tentang sebab: api ngeba, ngapi
Api ngebani sanak sinji miwang mak takhu-takhu? (apa sebab anak ini menangis tiada henti-hentinya).
2)      Kalimat Tanya Retoris
Kalimat tanya retoris adalah kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban karena si penanya sudah tahu jawabannya. Kalimat tanya retoris biasanya dipergunakan dalam pidato-pidato atau percakapan-percakapan lain dimana pendengar sudah mengetahui jawabannya atau dianggap sudah mengetahui jawabannya.
Contoh:
Api nekham haga jadi jelma bugu sampai tuha?
Dapak mawat jelma pintakh kidang mak belajar?
3)      Kalimat Tanya Senilai Perintah
Kalimat tanya senilai perintah adalah kalimat tanya yang sebenarnya sama nilainya dengan perintah, dimana sipenanya sudah mengetahui jawabnnya.
Contoh:
Kutti ji sebagai sanak sekula, mestini belajar?
Nikukan jelma Islam, khadu jak sholat?
C.     Kalimat Perintah
Kalimat perintah yaitu kalimat yang berisi agar orang yang diajak bicara malakukan sesuatu sesui dengan keinginan si pembicara, lalu kalimatnya meninggi sesuai dengan isi perintahnya dalam tulisan diberi tanda baca seru (!). Macam-macam kalimat perintah:
1)      Kalimat perintah biasa (pada umumnya)
Belajarlah niku nyin jadi jelma sai beguna
2)      Kalimat suruh (yang segera harus dilakukan)
Lapah! Tuyun! Tandak!
3)      Kalimat larangan (berisi perintah untuk tidak melakukan)
Dang ngekhukuk dilom lamban
4)      Kalimat ajakan (mengguakan kata-kata apah/lapah, payu)
Payu kham jejama ngehampangko babani pebalakji
5)      Kalimat harapan (menggunakan kata-kata kekalau, kintu nihan)
Pekhkilu kham jama Tuhan kekalau kham dikenini mukhah khejeki.
6)      Kalimat permintaan (berisi permintaan ditandai dengan kata: tulung, kik dapok)
Kik dapok nyak ngeharap niku khatong bingi kanah.
7)      Kalimat ancaman (berisi ancaman, ditandai dengan kata awas)
Awas kik niku masih menakal lagi!
8)      Kalimat sindiran (berisi sindiran atas kemampuan seseorang)
Amun niku temon sana sai bani, arau ya segungan!
9)      Kalimat syarat (berisi perintah bersyarat, ditandai penggunaan kata: kik, asalkan)
Motokhji kukeniko kik niku ditekhima di UGM!
10)  Kalimat perintah membiarkan (berisi perintah untuk membiarkan suatu peristiwa)
Taganko adikmu belajar lapah!














PENUTUP
KESIMPULAN

Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P), susunannya dapat berpola SP.
Subjek yaitu pokok kalimat, biasanya diduduki oleh kata benda (KB), kata ganti (KG). Predikat adalah bagian kalimat yang menjelaskan subjek, maksudnya bagaimana atau mengapa itu dijelaskan oleh predikatnya. Predikat biasanya diduduki oleh Kata Benda, Kata Keadaan/Kata Sifat, atau dapat pula diduduki oleh kata Kerja.

Dalam Kalimat Tunggal terdapat beberapa macam, Menurut Gorys Keraf (1998) kalimat tunggal dapat dibedakan menjadi 3 yaitu kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah.
Kalimat berita yaitu kalimat yang berisi rangkuman peristiwa, ciri-ciri kalimat berita tampak pada intonasinya yang netral dan mendatar, dan dalam tulisan bertanda baca titik (.). Kalimat tanya yaitu kalimat yang mengandung suatu permintaan agar kita diberi tahu sesuatu karena kita tidak mengetahuinya. Kalimat perintah yaitu kalimat yang berisi agar orang yang diajak bicara malakukan sesuatu sesui dengan keinginan si pembicara, lalu kalimatnya meninggi sesuai dengan isi perintahnya dalam tulisan diberi tanda baca seru (!).








DAFTAR PUSTAKA

Muntazir, M.M., dkk. 2017. Bahasa Lampung. STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda