Selasa, 25 Juni 2019

Materi Prosa


A. Pengertian Prosa
Prosa adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin "prosa" yang artinya "terus terang". Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya.prosa juga dibagi dalam dua bagian,yaitu prosa lama dan prosa baru,prosa lama adalah prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat,dan prosa baru ialah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun.

 B. Bentuk-Bentuk Prosa
1. Prosa baru
Prosa baru adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra atau budaya Barat. Bentuk-bentuk prosa baru adalah sebagai berikut:
a. Roman
Roman adalah bentuk prosa baru yang mengisahkan kehidupan pelaku utamanya dengan segala suka dukanya. Dalam roman, pelaku utamanya sering diceritakan mulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Roman mengungkap adat atau aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail dan menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut.
Berdasarkan kandungan isinya, roman dibedakan atas beberapa macam, antara lain sebagai berikut:
Roman transendensi, yang di dalamnya terselip maksud tertentu, atau yang mengandung pandangan hidup yang dapat dipetik oleh pembaca untuk kebaikan. Contoh: Layar Terkembang oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Salah Asuhan oleh Abdul Muis, Darah Muda oleh Adinegoro.
Roman sosial adalah roman yang memberikan gambaran tentang keadaan masyarakat. Biasanya yang dilukiskan mengenai keburukan-keburukan masyarakat yang bersangkutan. Contoh: Sengsara Membawa Nikmat oleh Tulis St. Sati, Neraka Dunia oleh Adinegoro.
Roman sejarah yaitu roman yang isinya dijalin berdasarkan fakta historis, peristiwa-peristiwa sejarah, atau kehidupan seorang tokoh dalam sejarah. Contoh: Hulubalang Raja oleh Nur St. Iskandar, Tambera oleh Utuy Tatang Sontani, Surapati oleh Abdul Muis.
Roman psikologis yaitu roman yang lebih menekankan gambaran kejiwaan yang mendasari segala tindak dan perilaku tokoh utamanya. Contoh: Atheis oleh Achdiat Kartamiharja, Katak Hendak Menjadi Lembu oleh Nur St. Iskandar, Belenggu oleh Armijn Pane.
Roman detektif merupakan roman yang isinya berkaitan dengan kriminalitas. Dalam roman ini yang sering menjadi pelaku utamanya seorang agen polisi yang tugasnya membongkar berbagai kasus kejahatan. Contoh: Mencari Pencuri Anak Perawan oleh Suman HS, Percobaan Seria oleh Suman HS, Kasih Tak Terlerai oleh Suman HS.
b. Novel
Novel berasal dari Italia. yaitu novella ‘berita’. Novel adalah bentuk prosa baru yang melukiskan sebagian kehidupan pelaku utamanya yang terpenting, paling menarik, dan yang mengandung konflik. Konflik atau pergulatan jiwa tersebut mengakibatkan perubahan nasib pelaku. lika roman condong pada idealisme, novel pada realisme. Biasanya novel lebih pendek daripada roman dan lebih panjang dari cerpen. Contoh: Ave Maria oleh Idrus, Keluarga Gerilya oleh Pramoedya Ananta Toer, Perburuan oleh Pramoedya Ananta Toer, Ziarah oleh Iwan Simatupang, Surabaya oleh Idrus.
c. Cerpen
Cerpen adalah bentuk prosa baru yang menceritakan sebagian kecil dari kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik atau pertikaian, akan tetapi hal itu tidak menyebabkan perubahan nasib pelakunya. Contoh: Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh Asrul Sani, Teman Duduk oleh Moh. Kosim, Wajah yang Bembah oleh Trisno Sumarjo, Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis.
d. Riwayat
Riwayat (biografi), adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang lain sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa, Prof. Dr. B.J Habibie, Ki Hajar Dewantara.


e. Kritik
Kritik adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu yang sifatnya objektif dan menghakimi.
f. Resensi
Resensi adalah pembicaraan / pertimbangan / ulasan suatu karya (buku, film, drama, dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari berbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga disertai dengan penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya tersebut dibaca atau dinikmati.
g. Esai
Esai adalah ulasan / kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan, renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik, pementasan drama, film, dll.

2. Prosa lama
Prosa lama merupakan karya sastra yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau kebudayaan barat. Karya sastra prosa lama yang mula-mula timbul disampaikan secara lisan, disebabkan karena belum dikenalnya bentuk tulisan. Setelah agama dan kebudayaan Islam masuk ke indonesia, masyarakat menjadi akrab dengan tulisan, bentuk tulisan pun mulai banyak dikenal. Sejak itulah sastra tulisan mulai dikenal dan sejak itu pulalah babak-babak sastra pertama dalam rentetan sastra indonesia mulai ada.
Adapun bentuk-bentuk sastra prosa lama adalah:
a. Hikayat
Hikayat, berasal dari India dan Arab, berisikan cerita kehidupan para dewi, peri, pangeran, putri kerajaan, serta raja-raja yang memiliki kekuatan gaib. Kesaktian dan kekuatan luar biasa yang dimiliki seseorang, yang diceritakan dalam hikayat kadang tidak masuk akal. Namun dalam hikayat banyak mengambil tokoh-tokoh dalam sejarah. Contoh: Hikayat Hang Tuah, Kabayan, si Pitung, Hikayat si Miskin, Hikayat Indra Bangsawan, Hikayat Panji Semirang, Hikayat Raja Budiman.
b. Sejarah
Sejarah (tambo), adalah salah satu bentuk prosa lama yang isi ceritanya diambil dari suatu peristiwa sejarah. Cerita yang diungkapkan dalam sejarah bisa dibuktikan dengan fakta. Selain berisikan peristiwa sejarah, juga berisikan silsilah raja-raja. Sejarah yang berisikan silsilah raja ini ditulis oleh para sastrawan masyarakat lama. Contoh: Sejarah Melayu karya datuk Bendahara Paduka Raja alias Tun Sri Lanang yang ditulis tahun 1612.
c. Kisah
Kisah, adalah cerita tentang cerita perjalanan atau pelayaran seseorang dari suatu tempat ke tempat lain. Contoh: Kisah Perjalanan Abdullah ke Negeri Kelantan, Kisah Abdullah ke Jedah.
d. Dongeng
Dongeng, adalah suatu cerita yang bersifat khayal. Dongeng sendiri banyak ragamnya, yaitu sebagai berikut:
1. Fabel, adalah cerita lama yang menokohkan binatang sebagai lambang pengajaran moral (biasa pula disebut sebagai cerita binatang). Contoh: Kancil dengan Buaya, Kancil dengan Harimau, Hikayat Pelanduk Jenaka, Kancil dengan Lembu, Burung Gagak dan Serigala, Burung bangau dengan Ketam, Siput dan Burung Centawi, dan lain-lain.
2. Mite (mitos), adalah cerita-cerita yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap sesuatu benda atau hal yang dipercayai mempunyai kekuatan gaib. Contoh: Nyai Roro Kidul, Ki Ageng Selo, Dongeng tentang Gerhana, Dongeng tentang Terjadinya Padi, Harimau Jadi-Jadian, Puntianak, Kelambai, dan lain-lain.
3. Legenda, adalah cerita lama yang mengisahkan tentang riwayat terjadinya suatu tempat atau wilayah. Contoh: Legenda Banyuwangi, Tangkuban Perahu, dan lain-lain.
4. Sage, adalah cerita lama yang berhubungan dengan sejarah, yang menceritakan keberanian, kepahlawanan, kesaktian dan keajaiban seseorang. Contoh: Calon Arang, Ciung Wanara, Airlangga, Panji, Smaradahana, dan lain-lain.
5. Parabel, adalah cerita rekaan yang menggambarkan sikap moral atau keagamaan dengan menggunakan ibarat atau perbandingan. Contoh: Kisah Para Nabi, Hikayat Bayan Budiman, Bhagawagita, dan lain-lain.
6. Dongeng jenaka, adalah cerita tentang tingkah laku orang bodoh, malas atau cerdik dan masing-masing dilukiskan secara humor. Contoh: Pak Pandir, Lebai Malang, Pak Belalang, Abu Nawas, dan lain-lain.


e. Cerita berbingkai
Cerita berbingkai, adalah cerita yang didalamnya terdapat cerita lagi yang dituturkan oleh pelaku-pelakunya. Contoh: Seribu Satu Malam.

C. Ciri-Ciri Prosa
Ciri-ciri prosa  secara  umum sebagai berikut:
a. Bentuknya bebas
Prosa memiliki bentuk yang tidak terikat oleh bait, rima, baris. Bentuk prosa umumnya dalam bentuk rangkaian kalimat-kalimat yang membentuk paragraf-paragraf seperti dongeng, tambo, hikayat, dsb.
b. Bahasa
Bahasa dalam prosa dipengaruhi oleh bahasa lain baik Melayu maupun bahasa barat.
c. Tema
Prosa memiliki tema sebagai dasar masalah yang akan dibahas baik istanasentris (dulu) maupun masyarakatsentris (sekarang).
d. Perkembangan
Perkembangan prosa dipengaruhi oleh perkembangan masyarakat yang statis maupun dinamis.
e. Pengarang
Prosa memiliki pengarang baik yang diketahui ataupun yang tidak (anonim).
f. Cara penyajian
Prosa dapat disajikan baik dalam bentuk lisan maupun tertulis.
g. Pesan/amanat
Prosa memiliki pesan moral yang akan disampaikan kepada pembaca atau pendengar.
h. Urutan peristiwa atau kejadian
Prosa memiliki alur atau jalan cerita dalam menggambarkan suatu kejadian baik itu alur maju, mundur ataupun campuran.
i. Tokoh cerita
Dalam prosa menggunakan tokoh baik itu tumbuhan, hewan maupun manusia yang diceritakan di dalamnya.


j. Latar/setting
Dalam menceritakan suatu kejadian dalam prosa menggunakan latar baik itu latar waktu, latar tempat maupun suasana.
1. Prosa lama
    Prosa lama memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Bersifat statis
 Prosa lama memiliki bentuk sama, pola-pola kalimatnya sama, banyak kalimat dan ungkapan yang sama, tema ceritanya sama sesuai dengan perkembangan masyarakat yang lambat.
b. Diferensiasi sedikit
Cerita lama pada umumnya merupakan ikatan unsur-unsur yang sama karena       perhubungan beberapa unsur kuat sekali.
c. Bersifat tradisional
Prosa lama bersifat tradisional, kalimat-kalimat dan ungkapan-ungkapan yang      sama terdapat dalam cerita-cerita yang berlainan, bahkan di dalam satu cerita    juga sering diulang.
d. Terbentuk oleh masyarakat dan hidup di tengah-tengah masyarakat (anonim)
Prosa lama merupakan milik bersama yaitumenggambarkan tradisi masyarakat yang lebih menonjolkan kekolektifan daripada keindividualan. Sebagai akibat logisnya, sastra lama dianggap milik bersama (kolektif). Hasil sastra dalam kesusastraan lama tidak diketahui siapa pengarangnya. apabila dicantumkan suatu nama, itu hanya nama penyadur dan bukan nama pengarang yang   sebenarnya. Sebab cerita lama itu hidup di tengah-tengah masyarakat yang diceritakan secara turun-temurun.
e. Tidak mengindahkan sejarah atau perhitungan tahun
Sejarah menurut pengertian lama adalah karangan tentang asal usul raja dan kaum bangsawan dan kejadian-kejadian yang penting, tanpa memperhatikan perurutan waktu dan kejadian-kejadiannya (tidak kronologis) sehingga alur cerita sulit dipahami. Nama-nama tempat terjadinya perisitiwa juga tidak jelas.
f. Bahasanya menunjukkan bentuk-bentuk yang tradisional
Bahasanya bersifat klise, bahasanya dipengaruhi oleh kesustraan Budha dan Hindu yang sulit untuk dipahami dan dipengaruhi bahasa melayu.
Banyak memakai kata penghubung yang menyatakan urutan peristiwa, misalnya: harta, syahdan, maka, arkian, sebermula, dan lalu.
Banyak memakai bentuk yang tetap sehingga terdapat banyak pengulangan kata, misalnya: Kata sahibul hikayat, ada sebuah negeri di tanah Andalas Palembang namanya, Demang Lebar Daun nama rajanya, asalnya daripada anak cucu Raja Sulan, Muara Tatang namasungainya. (dari Sejarah Melayu) Banyak memakai bentuk partikel pun dan lah Banyak memakai kalimat inversi, misalnya: Syahdan maka bertemulah rakyat Siam dengan rakyat Keling, lalu berperang. Lalu diceritakanlah segala kelakuan tuan putri dengan nahkoda itu.
g. Istanasentris
Ceritanya mengenai raja-raja dengan istananya, pemerintahannya, orang bawahannya, dan lain-lain. Tidak pernah menceritakan orang pada umumnya, bila ada, yang diceritakan adalah orang yang luar biasa. Misalnya, orang yangsangat dungu atau yang sangat cerdik dan orang yang selalu malang.
h. Bersifat lisan dan tertulis
Sastra lama bersifat lisan, disampaikan dari generasi ke generasi secara lisan, dari mulut ke mulut (leluri) meskipun ada yang disampaiakn dalam bentuk tulisan.
i. Sifatnya fantasis tau khayal
Hampir seluruhnya berbentuk hikayat, tambo atau dongeng. Pembaca dibawa ke dalam khayal dan fantasi.
j. Tokoh yang digunakan adalah manusia, hewan dan tumbuhan
k. Amanat/isi/pesan
 Mite, legenda, pendidikan, pelipur lara dan kepahlawanan
2. Prosa Baru
Prosa baru memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Bersifat dinamis
Prosa baru bersifat dinamis yang senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat yang cepat. Unsur-unsur yang membentuk prosa mengalami perkembangan dari masa ke masa.
b. Masyarakatnya sentris
Pokok cerita yang terdapat dalam prosa baru mengambil bahan atau kejadian dari kehidupan masyarakat sehari-hari yaitu hal yang biasa terjadi di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat.


c. Bersifat Rasional
Bentuknya roman, cerpen, novel, kisah, drama yang berjejak di dunia      yang nyata berdasarkan kebenaran dan kenyataan.
d. Bahasa tidak bersifat klise dan dipengaruhi oleh kesusastraan Barat.
e. Diketahui siapa pengarangnya karena dinyatakan dengan jelas.
Pembuat prosa baru dinyatakan secara jelas dalam sehingga prosa bukan milik bersama masyarakat namun milik perorangan.
f. Tertulis.
Prosa baru bersifat tertulis yang disampaikan dalam bentuk tulisan.
g. Bersifat modern/ tidak tradisional.
Unsur-unsur dalam prosa mengenai hal-hal yang terjadi pada masa sekarang (modern).
h. Memperhatikan urutan peristiwa
Dalam menggambarkan suatu keadaan disesuaikan dengan urutan kejadian sehingga alur yang digunakan dapat mudah dipahami.
i. Tokoh yang digunakan umumnya manusia.

D. Jenis-Jenis Prosa
1. Prosa Fiksi
Prosa fiksi adalah prosa yang berbentuk karangan/Khayalan yang dibuat oleh pengarangnya. Isi cerita yang dibuat tidak sepenuhnya berdasarkan pada fakta yang terjadi. Prosa fiksi ini disebut juga karangan narasi sugestif/imajinatif. 
Contoh prosa fiksi : Cerpen, novel, dan dongeng
2. Prosa Nonfiksi
Prosa nonfiksi merupakan karangan yang dibuat bukan berdasarkan rekaan/khayalan sang pengarang, tetapi berisi hal-hal berupa informasi faktual ( kenyataan ) atau berupa pengamatan pengarang. Jenis prosa non fiksi ini juga disebut karangan semi ilmiah.
Contoh Prosa nonfiksi : Artikel, tajuk rencana, opini, feature, biografi, tips, reportase, jurnalisme baru, iklan dan pidato.
3. Prosa Deskripsi
Prosa deskripsi adalah karangan yang isinya menggambarkan suatu objek sehingga pembaca seolah – oleh melihat sendiri objek yang digambarkan itu. 

4. Prosa Narasi
Prosa narasi adalah karangan yang isinya menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dengan tujuan agar pembaca seolah – olah mengalami kejadian yang diceritakan itu. 
 5. Prosa eksposisi
Prosa eksposisi adalah karangan yang memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi dengan sejelas – jelasnya.
 6. Prosa Argumentasi 
Prosa argumentasi adalah karangan yang berisi idea tau gagasan yang dilengkapi data–data kesaksian bertujuan mempengaruhi pembaca untuk menyatakan persetujuan- nya. 
7. Prosa Persuasi 
Prosa persuasi adalah karangan yang disampaikan dengan cara – cara tertentu, bersifat ringkas, menarik pembaca, hingga pembaca terhanyut oleh siratan ininya. 

E. Unsur Unsur Prosa
1. Unsur Intrinsik Prosa
Sebuah karya sastra mengandung unsur intrinsik serta unsur ekstrinsik. Keterikatan yang erat antarunsur tersebut dinamakan struktur pembangun karya sastra. Unsur intrinsik ialah unsur yang secara langsung membangun cerita dari dalam karya itu sendiri, sedangkan unsur ekstrinsik ialah unsur yang turut membangun cerita dari luar karya sastra. Unsur intrinsik yang terdapat dalam puisi, prosa, dan drama memiliki perbedaan, sesuai dengan ciri dan hakikat dari ketiga genre tersebut. Namun unsur ekstrinsik pada semua jenis karya sastra memiliki kesamaan. Unsur intrinsik sebuah puisi terdiri dari tema, amanat, sikap atau nada, perasaan, tipografi, enjambemen, akulirik, rima, citraan, dan gaya bahasa. Unsur ekstrinsik yang banyak mempengaruhi puisi antara lain: unsur biografi, unsur kesejarahan, serta unsur kemasyarakatan.
Yang dimaksud unsur-unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra adalah unsur-unsur pembangun karya sastra yang dapat ditemukan di dalam teks karya sastra itu sendiri. Untuk karya sastra dalam bentuk prosa, seperi roman, novel, dan cerpen, unsur-unsur intrinsiknya ada tujuh: 1) tema, 2) amanat, 3) tokoh, 4) alur (plot), 5) latar (setting), 6) sudut pandang, dan 7) gaya bahasa.


1. Tema
Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra disebut tema. Atau gampangnya, tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita. Tema merupakan jiwa dari seluruh bagian cerita. Karena itu, tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita. Tema dalam banyak hal bersifat ”mengikat” kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa, konflik serta situasi tertentu, termasuk pula berbagai unsur intrinsik yang lain. Tema ada yang dinyatakan secara eksplisit (disebutkan) dan ada pula yang dinyatakan secara implisit (tanpa disebutkan tetapi dipahami). Dalam menentukan tema, pengarang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: minat pribadi, selera pembaca, dan keinginan penerbit atau penguasa. Dalam sebuah karya sastra, disamping ada tema sentral, seringkali ada pula tema sampingan. Tema sentral adalah tema yang menjadi pusat seluruh rangkaian peristiwa dalam cerita. Adapun tema sampingan adalah tema-tema lain yang mengiringi tema sentral.
2. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang terhadap pembaca melalui karyanya, yang akan disimpan rapi dan disembunyikan pengarang dalam keseluruhan cerita. Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Sebagaimana tema, amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku atau peristiwa yang terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir, dan dapat pula disampaikan secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran, atau larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita.
3. Tokoh
Penokohan adalah : Pemberian watak terhadap pelaku-pelaku cerita dalam sebuah karya sastra. Tokoh Cerita terdiri atas : Tokoh Protagonis : tokoh dalam karya sastra yang memegang peranan baik. Tokoh Antagonis : tokoh dalam karya sastra yang merupakan penantang dari tokoh utama,biasanya memegang peranan jahat. Tokoh Tambahan : tokoh yang tidak memegang peranan dan tidak mengucapkan sepatah katapun, bahkan dianggap tidak penting sebagai individu.          Tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa atau lakuan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada umumnya tokoh berwujud manusia, namun dapat pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan. Tokoh dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam cerita.
Tokoh sentral dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.    Tokoh sentral protagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.
2.    Tokoh sentral antagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif.
Adapun tokoh bawahan adalah tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh sentral. Tokoh bawahan dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1.    Tokoh andalan. Tokoh andalan adalah tokoh bawahan yang menjadi kepercayaan tokoh sentral (baik protagonis ataupun antagonis).
2.    Tokoh tambahan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang sedikit sekali memegang peran dalam peristiwa cerita.
3.    Tokoh lataran. Tokoh lataran adalah tokoh yang menjadi bagian atau berfungsi sebagai latar cerita saja.
Penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Ada dua metode penyajian watak tokoh, yaitu:
1.       Metode analitis/langsung/diskursif, yaitu penyajian watak tokoh dengan cara memaparkan watak tokoh secara langsung.
2.       Metode dramatik/tak langsung/ragaan, yaitu penyajian watak tokoh melalui pemikiran, percakapan, dan lakuan tokoh yang disajikan pengarang. Bahkan dapat pula dari penampilan fisiknya serta dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh.
Adapun menurut Jakob Sumardjo dan Saini KM, ada lima cara menyajikan watak tokoh, yaitu:
1.    Melalui apa yang diperbuatnya, tindakan-tindakannya, terutama bagaimana ia bersikap dalam situasi kritis.
2.    Melalui ucapana-ucapannya. Dari ucapan kita dapat mengetahui apakah tokoh tersebut orang tua, orang berpendidikan, wanita atau pria, kasar atau halus.
3.    Melalui penggambaran fisik tokoh.
4.    Melalui pikiran-pikirannya
5.    Melalui penerangan langsung
4.  Alur (plot)
Alur : rangkaian peristiwa / jalinan cerita dari awal sampai kimaks serta penyelesaian. Macam-macam Alur : – Alur mundur : jalinan peristiwa dari masa kini ke masa lalu. – Alur maju : jalinan peristiwa dari masa lalu ke masa kini – Alur gabungan : gabungan dari alur maju dan alur mundur secara bersama-sama. Dan secara umum Alur terbagi ke dalam bagian-bagian berikut; Pengenalan situasi : memperkenalkan para tokoh, menata adegan, dan hubungan antar tokoh. Pengungkapan peristiwa : mengungkap peristiwa yang menimbulakan berbagai masalah. Menuju adanya konflik : terjadi peningkatan perhatian ataupun keterlibatan situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh.
Alur adalah urutan atau rangkaian peristiwa dalam cerita. Alur dapat disusun berdasarkan tiga hal, yaitu:
1.    Berdasarkan urutan waktu terjadinya (kronologi). Alur yang demikian disebut alur linear.
2.    Berdasarkan hubungan sebab akibat (kausal). Alur yang demikian disebut alur kausal.
3.    Berdasarkan tema cerita. Alur yang demikian disebut alur tematik. Dalam cerita yang beralur tematik, setiap peristiwa seolah-olah berdiri sendiri. Kalau salah satu episode dihilangkan cerita tersebut masih dapat dipahami.
Adapun struktur alur adalah sebagai berikut:
1.    Bagian awal, terdiri atas: 1) paparan (exposition), 2) rangsangan (inciting moment), dan 3) gawatan (rising action).
2.    Bagian tengah, terdiri atas: 4) tikaian (conflict), 5) rumitan (complication), dan 6) klimaks.
3.    Bagian akhir, terdiri atas: 7) leraian (falling action), dan 8- selesaian (denouement).
Dalam membangun alur, ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan agar alur menjadi dinamis. Faktor-faktor penting tersebut adalah:
1.    Faktor kebolehjadian. Maksudnya, peristiwa-peristiwa cerita sebaiknya tidak selalu realistik tetapi masuk akal.
2.    Faktor kejutan. Maksudnya, peristiwa-peristiwa sebaiknya tidak dapat secara langsung ditebak / dikenali oleh pembaca.
3.    Faktor kebetulan. Yaitu peristiwa-peristiwa tidak diduga terjadi, secara kebetulan terjadi.
Kombinasi atau variasi ketiga faktor tersebutlah yang menyebabkan alur menjadi dinamis.
     Adapun hal yang harus dihindari dalam alur adalah lanturan (digresi). Lanturan adalah peristiwa atau episode yang tidak berhubungan dengan inti cerita atau menyimpang dari pokok persoalan yang sedang dihadapi dalam cerita.


5. Latar (setting)
     Latar / setting : bagian dari sebuah prosa yang isinya melukiskan tempat cerita terjadi dan menjeaskan kapan cerita itu berlaku. Macam-macam Setting : – Tempat : di rumah, di sekolah, di jalan. – Waktu : pagi hari, siang hari, sore hari. – Suasana : sedih, senang, tegang. Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, suasana, dan situasi terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok:
a.    Latar tempat, mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam     sebuah karya fiksi.
b.    Latar waktu, berhubungan dengan masalah ‘kapan’ terjadinya peristiwa-   peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
c.    Latar sosial, mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial         masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial       bisa mencakup kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan       hidup, cara berpikir dan bersikap, serta status sosial.

6. Sudut pandang (point of view)
    Sudut pandang : pandangan pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita. Macam-macam sudut pandang : – Orang pertama : pengarang menjadi pelaku utama dan memakai istilah “Aku” dan “Saya”. – Orang ketiga : pengarang yang menceritakan ceritanya atau berperan sebagai pengamat dan menggunakan itilah “Dia”,”Ia”,atau nama orang. Sudut pandang adalah cara memandang dan menghadirkan tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu. Dalam hal ini, ada dua macam sudut pandang yang bisa dipakai:
a.     Sudut pandang orang pertama (first person point of view)
     Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang orang pertama, ‘aku’, narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si ‘aku’ tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa atau tindakan, yang diketahui, dilihat, didengar, dialami dan dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Jadi, pembaca hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang dilihat dan dirasakan tokoh si ‘aku’ tersebut.
Sudut pandang orang pertama masih bisa dibedakan menjadi dua:
1.    ‘Aku’ tokoh utama. Dalam sudut pandang teknik ini, si ‘aku’ mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniyah, dalam diri sendiri, maupun fisik, dan hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. Si ‘aku’ menjadi fokus pusat kesadaran, pusat cerita. Segala sesuatu yang di luar diri si ‘aku’, peristiwa, tindakan, dan orang, diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, di samping memiliki kebebasan untuk memilih masalah-masalah yang akan diceritakan. Dalam cerita yang demikian, si ‘aku’ menjadi tokoh utama (first person central).
2.    ‘Aku’ tokoh tambahan. Dalam sudut pandang ini, tokoh ‘aku’ muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh tambahan (first pesonal peripheral). Tokoh ‘aku’ hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian ”dibiarkan” untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang kemudian menjadi tokoh utama, sebab dialah yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Setelah cerita tokoh utama habis, si ‘aku’ tambahan tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah. Dengan demi


Tidak ada komentar:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda