A. Pengertian Prosa
Prosa adalah suatu jenis tulisan
yang dibedakan dengan puisi karena
variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih
sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa
Latin "prosa" yang artinya
"terus terang". Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk
mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk
surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media
lainnya.prosa juga dibagi dalam dua bagian,yaitu prosa lama dan prosa
baru,prosa lama adalah prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya
barat,dan prosa baru ialah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun.
B. Bentuk-Bentuk Prosa
1. Prosa
baru
Prosa baru adalah karangan prosa yang
timbul setelah mendapat pengaruh sastra atau budaya Barat. Bentuk-bentuk prosa
baru adalah sebagai berikut:
a.
Roman
Roman adalah bentuk prosa baru yang
mengisahkan kehidupan pelaku utamanya dengan segala suka dukanya. Dalam roman,
pelaku utamanya sering diceritakan mulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa
atau bahkan sampai meninggal dunia. Roman mengungkap adat atau aspek kehidupan
suatu masyarakat secara mendetail dan menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak
digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari pengembangan atas seluruh segi
kehidupan pelaku dalam cerita tersebut.
Berdasarkan kandungan isinya, roman dibedakan
atas beberapa macam, antara lain sebagai berikut:
Roman transendensi, yang di dalamnya
terselip maksud tertentu, atau yang mengandung pandangan hidup yang dapat
dipetik oleh pembaca untuk kebaikan. Contoh: Layar Terkembang oleh Sutan Takdir
Alisyahbana, Salah Asuhan oleh Abdul Muis, Darah Muda oleh Adinegoro.
Roman sosial adalah roman yang
memberikan gambaran tentang keadaan masyarakat. Biasanya yang dilukiskan
mengenai keburukan-keburukan masyarakat yang bersangkutan. Contoh: Sengsara
Membawa Nikmat oleh Tulis St. Sati, Neraka Dunia oleh Adinegoro.
Roman sejarah yaitu roman yang isinya
dijalin berdasarkan fakta historis, peristiwa-peristiwa sejarah, atau kehidupan
seorang tokoh dalam sejarah. Contoh: Hulubalang Raja oleh Nur St. Iskandar,
Tambera oleh Utuy Tatang Sontani, Surapati oleh Abdul Muis.
Roman psikologis yaitu roman yang lebih
menekankan gambaran kejiwaan yang mendasari segala tindak dan perilaku tokoh
utamanya. Contoh: Atheis oleh Achdiat Kartamiharja, Katak Hendak Menjadi Lembu
oleh Nur St. Iskandar, Belenggu oleh Armijn Pane.
Roman detektif merupakan roman yang
isinya berkaitan dengan kriminalitas. Dalam roman ini yang sering menjadi
pelaku utamanya seorang agen polisi yang tugasnya membongkar berbagai kasus
kejahatan. Contoh: Mencari Pencuri Anak Perawan oleh Suman HS, Percobaan Seria
oleh Suman HS, Kasih Tak Terlerai oleh Suman HS.
b.
Novel
Novel berasal dari Italia. yaitu novella
‘berita’. Novel adalah bentuk prosa baru yang melukiskan sebagian kehidupan
pelaku utamanya yang terpenting, paling menarik, dan yang mengandung konflik.
Konflik atau pergulatan jiwa tersebut mengakibatkan perubahan nasib pelaku.
lika roman condong pada idealisme, novel pada realisme. Biasanya novel lebih
pendek daripada roman dan lebih panjang dari cerpen. Contoh: Ave Maria oleh
Idrus, Keluarga Gerilya oleh Pramoedya Ananta Toer, Perburuan oleh Pramoedya
Ananta Toer, Ziarah oleh Iwan Simatupang, Surabaya oleh Idrus.
c.
Cerpen
Cerpen adalah bentuk prosa baru yang
menceritakan sebagian kecil dari kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling
menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik atau pertikaian, akan tetapi hal itu
tidak menyebabkan perubahan nasib pelakunya. Contoh: Radio Masyarakat oleh
Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh Asrul Sani, Teman Duduk oleh Moh. Kosim, Wajah
yang Bembah oleh Trisno Sumarjo, Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis.
d.
Riwayat
Riwayat (biografi), adalah suatu
karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri
(otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang lain sejak kecil hingga
dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa, Prof.
Dr. B.J Habibie, Ki Hajar Dewantara.
e.
Kritik
Kritik adalah karya yang menguraikan
pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya dengan memberi alasan-alasan tentang
isi dan bentuk dengan kriteria tertentu yang sifatnya objektif dan menghakimi.
f.
Resensi
Resensi adalah pembicaraan /
pertimbangan / ulasan suatu karya (buku, film, drama, dll.). Isinya bersifat
memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari berbagai aspek seperti
tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga disertai dengan penilaian dan
saran tentang perlu tidaknya karya tersebut dibaca atau dinikmati.
g.
Esai
Esai adalah ulasan / kupasan suatu
masalah secara sepintas lalu berdasarkan pandangan pribadi penulisnya. Isinya
bisa berupa hikmah hidup, tanggapan, renungan, ataupun komentar tentang budaya,
seni, fenomena sosial, politik, pementasan drama, film, dll.
2. Prosa
lama
Prosa lama merupakan karya sastra yang
belum mendapat pengaruh dari sastra atau kebudayaan barat. Karya sastra prosa
lama yang mula-mula timbul disampaikan secara lisan, disebabkan karena belum
dikenalnya bentuk tulisan. Setelah agama dan kebudayaan Islam masuk ke
indonesia, masyarakat menjadi akrab dengan tulisan, bentuk tulisan pun mulai
banyak dikenal. Sejak itulah sastra tulisan mulai dikenal dan sejak itu pulalah
babak-babak sastra pertama dalam rentetan sastra indonesia mulai ada.
Adapun bentuk-bentuk sastra prosa lama
adalah:
a.
Hikayat
Hikayat, berasal dari India dan Arab,
berisikan cerita kehidupan para dewi, peri, pangeran, putri kerajaan, serta
raja-raja yang memiliki kekuatan gaib. Kesaktian dan kekuatan luar biasa yang
dimiliki seseorang, yang diceritakan dalam hikayat kadang tidak masuk akal.
Namun dalam hikayat banyak mengambil tokoh-tokoh dalam sejarah. Contoh: Hikayat
Hang Tuah, Kabayan, si Pitung, Hikayat si Miskin, Hikayat Indra Bangsawan,
Hikayat Panji Semirang, Hikayat Raja Budiman.
b.
Sejarah
Sejarah (tambo), adalah salah satu
bentuk prosa lama yang isi ceritanya diambil dari suatu peristiwa sejarah.
Cerita yang diungkapkan dalam sejarah bisa dibuktikan dengan fakta. Selain
berisikan peristiwa sejarah, juga berisikan silsilah raja-raja. Sejarah yang
berisikan silsilah raja ini ditulis oleh para sastrawan masyarakat lama.
Contoh: Sejarah Melayu karya datuk Bendahara Paduka Raja alias Tun Sri Lanang
yang ditulis tahun 1612.
c.
Kisah
Kisah, adalah cerita tentang cerita
perjalanan atau pelayaran seseorang dari suatu tempat ke tempat lain. Contoh:
Kisah Perjalanan Abdullah ke Negeri Kelantan, Kisah Abdullah ke Jedah.
d.
Dongeng
Dongeng, adalah suatu cerita yang
bersifat khayal. Dongeng sendiri banyak ragamnya, yaitu sebagai berikut:
1. Fabel, adalah cerita lama yang
menokohkan binatang sebagai lambang pengajaran moral (biasa pula disebut
sebagai cerita binatang). Contoh: Kancil dengan Buaya, Kancil dengan Harimau,
Hikayat Pelanduk Jenaka, Kancil dengan Lembu, Burung Gagak dan Serigala, Burung
bangau dengan Ketam, Siput dan Burung Centawi, dan lain-lain.
2. Mite (mitos), adalah cerita-cerita
yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap sesuatu benda atau hal yang
dipercayai mempunyai kekuatan gaib. Contoh: Nyai Roro Kidul, Ki Ageng Selo,
Dongeng tentang Gerhana, Dongeng tentang Terjadinya Padi, Harimau Jadi-Jadian,
Puntianak, Kelambai, dan lain-lain.
3. Legenda, adalah cerita lama yang
mengisahkan tentang riwayat terjadinya suatu tempat atau wilayah. Contoh:
Legenda Banyuwangi, Tangkuban Perahu, dan lain-lain.
4. Sage, adalah cerita lama yang
berhubungan dengan sejarah, yang menceritakan keberanian, kepahlawanan,
kesaktian dan keajaiban seseorang. Contoh: Calon Arang, Ciung Wanara,
Airlangga, Panji, Smaradahana, dan lain-lain.
5. Parabel, adalah cerita rekaan yang
menggambarkan sikap moral atau keagamaan dengan menggunakan ibarat atau
perbandingan. Contoh: Kisah Para Nabi, Hikayat Bayan Budiman, Bhagawagita, dan
lain-lain.
6. Dongeng jenaka, adalah cerita tentang
tingkah laku orang bodoh, malas atau cerdik dan masing-masing dilukiskan secara
humor. Contoh: Pak Pandir, Lebai Malang, Pak Belalang, Abu Nawas, dan
lain-lain.
e.
Cerita berbingkai
Cerita berbingkai, adalah cerita yang
didalamnya terdapat cerita lagi yang dituturkan oleh pelaku-pelakunya. Contoh:
Seribu Satu Malam.
C. Ciri-Ciri Prosa
Ciri-ciri
prosa secara umum sebagai berikut:
a. Bentuknya
bebas
Prosa memiliki bentuk yang tidak terikat
oleh bait, rima, baris. Bentuk prosa umumnya dalam bentuk rangkaian
kalimat-kalimat yang membentuk paragraf-paragraf seperti dongeng, tambo,
hikayat, dsb.
b. Bahasa
Bahasa dalam prosa dipengaruhi oleh
bahasa lain baik Melayu maupun bahasa barat.
c. Tema
Prosa memiliki tema sebagai dasar
masalah yang akan dibahas baik istanasentris (dulu) maupun masyarakatsentris
(sekarang).
d. Perkembangan
Perkembangan prosa dipengaruhi oleh
perkembangan masyarakat yang statis maupun dinamis.
e. Pengarang
Prosa
memiliki pengarang baik yang diketahui ataupun yang tidak (anonim).
f. Cara
penyajian
Prosa
dapat disajikan baik dalam bentuk lisan maupun tertulis.
g. Pesan/amanat
Prosa memiliki pesan moral yang akan
disampaikan kepada pembaca atau pendengar.
h. Urutan peristiwa atau kejadian
Prosa memiliki alur atau jalan cerita
dalam menggambarkan suatu kejadian baik itu alur maju, mundur ataupun campuran.
i. Tokoh
cerita
Dalam prosa menggunakan tokoh baik itu
tumbuhan, hewan maupun manusia yang diceritakan di dalamnya.
j. Latar/setting
Dalam menceritakan suatu kejadian dalam
prosa menggunakan latar baik itu latar waktu, latar tempat maupun suasana.
1. Prosa
lama
Prosa
lama memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Bersifat
statis
Prosa lama memiliki bentuk
sama, pola-pola kalimatnya sama, banyak kalimat dan ungkapan yang sama, tema
ceritanya sama sesuai dengan perkembangan masyarakat yang lambat.
b. Diferensiasi
sedikit
Cerita lama pada umumnya merupakan
ikatan unsur-unsur yang sama karena perhubungan
beberapa unsur kuat sekali.
c. Bersifat
tradisional
Prosa lama bersifat tradisional,
kalimat-kalimat dan ungkapan-ungkapan yang sama
terdapat dalam cerita-cerita yang berlainan, bahkan di dalam satu cerita
juga sering diulang.
d. Terbentuk
oleh masyarakat dan hidup di tengah-tengah masyarakat (anonim)
Prosa lama merupakan milik bersama
yaitumenggambarkan tradisi masyarakat yang lebih menonjolkan kekolektifan
daripada keindividualan. Sebagai akibat logisnya, sastra lama dianggap milik
bersama (kolektif). Hasil sastra dalam kesusastraan lama tidak diketahui
siapa pengarangnya. apabila dicantumkan suatu nama, itu hanya nama penyadur dan
bukan nama pengarang yang sebenarnya. Sebab cerita lama itu hidup di
tengah-tengah masyarakat yang diceritakan secara turun-temurun.
e. Tidak
mengindahkan sejarah atau perhitungan tahun
Sejarah menurut pengertian lama adalah
karangan tentang asal usul raja dan kaum bangsawan dan kejadian-kejadian yang
penting, tanpa memperhatikan perurutan waktu dan kejadian-kejadiannya (tidak
kronologis) sehingga alur cerita sulit dipahami. Nama-nama tempat terjadinya
perisitiwa juga tidak jelas.
f. Bahasanya
menunjukkan bentuk-bentuk yang tradisional
Bahasanya bersifat klise, bahasanya
dipengaruhi oleh kesustraan Budha dan Hindu yang sulit untuk dipahami dan
dipengaruhi bahasa melayu.
Banyak memakai kata penghubung yang
menyatakan urutan peristiwa, misalnya: harta, syahdan, maka, arkian, sebermula,
dan lalu.
Banyak memakai bentuk yang tetap
sehingga terdapat banyak pengulangan kata, misalnya: Kata sahibul hikayat, ada
sebuah negeri di tanah Andalas Palembang namanya, Demang Lebar
Daun nama rajanya, asalnya daripada anak cucu Raja Sulan, Muara Tatang namasungainya.
(dari Sejarah Melayu) Banyak memakai bentuk
partikel pun dan lah Banyak memakai kalimat inversi, misalnya:
Syahdan maka bertemulah rakyat Siam dengan rakyat Keling, lalu berperang. Lalu
diceritakanlah segala kelakuan tuan putri dengan nahkoda itu.
g. Istanasentris
Ceritanya mengenai raja-raja dengan istananya,
pemerintahannya, orang bawahannya, dan lain-lain. Tidak pernah menceritakan
orang pada umumnya, bila ada, yang diceritakan adalah orang yang luar biasa.
Misalnya, orang yangsangat dungu atau yang sangat cerdik dan orang yang selalu
malang.
h. Bersifat
lisan dan tertulis
Sastra lama bersifat lisan, disampaikan
dari generasi ke generasi secara lisan, dari mulut ke mulut (leluri) meskipun
ada yang disampaiakn dalam bentuk tulisan.
i. Sifatnya
fantasis tau khayal
Hampir seluruhnya berbentuk hikayat,
tambo atau dongeng. Pembaca dibawa ke dalam khayal dan fantasi.
j. Tokoh
yang digunakan adalah manusia, hewan dan tumbuhan
k. Amanat/isi/pesan
Mite,
legenda, pendidikan, pelipur lara dan kepahlawanan
2. Prosa
Baru
Prosa
baru memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Bersifat
dinamis
Prosa baru bersifat dinamis yang
senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat yang cepat.
Unsur-unsur yang membentuk prosa mengalami perkembangan dari masa ke masa.
b. Masyarakatnya
sentris
Pokok cerita yang terdapat dalam prosa
baru mengambil bahan atau kejadian dari kehidupan masyarakat sehari-hari
yaitu hal yang biasa terjadi di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat.
c. Bersifat
Rasional
Bentuknya roman, cerpen, novel, kisah,
drama yang berjejak di dunia yang nyata
berdasarkan kebenaran dan kenyataan.
d. Bahasa
tidak bersifat klise dan dipengaruhi oleh kesusastraan Barat.
e. Diketahui
siapa pengarangnya karena dinyatakan dengan jelas.
Pembuat prosa baru dinyatakan secara
jelas dalam sehingga prosa bukan milik bersama masyarakat namun milik
perorangan.
f. Tertulis.
Prosa
baru bersifat tertulis yang disampaikan dalam bentuk tulisan.
g. Bersifat
modern/ tidak tradisional.
Unsur-unsur dalam prosa mengenai hal-hal
yang terjadi pada masa sekarang (modern).
h. Memperhatikan
urutan peristiwa
Dalam menggambarkan suatu keadaan
disesuaikan dengan urutan kejadian sehingga alur yang digunakan dapat mudah
dipahami.
i. Tokoh
yang digunakan umumnya manusia.
D. Jenis-Jenis Prosa
1. Prosa
Fiksi
Prosa fiksi adalah prosa yang
berbentuk karangan/Khayalan yang dibuat oleh pengarangnya. Isi cerita yang
dibuat tidak sepenuhnya berdasarkan pada fakta yang terjadi. Prosa fiksi ini
disebut juga karangan narasi sugestif/imajinatif.
Contoh prosa fiksi : Cerpen, novel, dan
dongeng
2.
Prosa Nonfiksi
Prosa nonfiksi merupakan karangan
yang dibuat bukan berdasarkan rekaan/khayalan sang pengarang, tetapi berisi
hal-hal berupa informasi faktual ( kenyataan ) atau berupa pengamatan
pengarang. Jenis prosa non fiksi ini juga disebut karangan semi ilmiah.
Contoh Prosa nonfiksi : Artikel,
tajuk rencana, opini, feature, biografi, tips, reportase, jurnalisme baru,
iklan dan pidato.
3. Prosa Deskripsi
Prosa deskripsi adalah karangan yang
isinya menggambarkan suatu objek sehingga pembaca seolah – oleh melihat sendiri
objek yang digambarkan itu.
4.
Prosa Narasi
Prosa narasi adalah karangan yang isinya
menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dengan tujuan agar pembaca seolah – olah
mengalami kejadian yang diceritakan itu.
5. Prosa
eksposisi
Prosa eksposisi adalah karangan yang
memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi dengan sejelas – jelasnya.
6. Prosa
Argumentasi
Prosa argumentasi adalah karangan yang
berisi idea tau gagasan yang dilengkapi data–data kesaksian bertujuan
mempengaruhi pembaca untuk menyatakan persetujuan- nya.
7. Prosa
Persuasi
Prosa persuasi adalah karangan yang
disampaikan dengan cara – cara tertentu, bersifat ringkas, menarik pembaca,
hingga pembaca terhanyut oleh siratan ininya.
E. Unsur Unsur Prosa
1.
Unsur Intrinsik Prosa
Sebuah karya sastra mengandung unsur
intrinsik serta unsur ekstrinsik. Keterikatan yang erat antarunsur tersebut
dinamakan struktur pembangun karya sastra. Unsur intrinsik ialah unsur yang
secara langsung membangun cerita dari dalam karya itu sendiri, sedangkan unsur
ekstrinsik ialah unsur yang turut membangun cerita dari luar karya sastra.
Unsur intrinsik yang terdapat dalam puisi, prosa, dan drama memiliki perbedaan,
sesuai dengan ciri dan hakikat dari ketiga genre tersebut. Namun unsur
ekstrinsik pada semua jenis karya sastra memiliki kesamaan. Unsur intrinsik
sebuah puisi terdiri dari tema, amanat, sikap atau nada, perasaan, tipografi,
enjambemen, akulirik, rima, citraan, dan gaya bahasa. Unsur ekstrinsik yang
banyak mempengaruhi puisi antara lain: unsur biografi, unsur kesejarahan, serta
unsur kemasyarakatan.
Yang dimaksud unsur-unsur intrinsik
dalam sebuah karya sastra adalah unsur-unsur pembangun karya sastra yang dapat
ditemukan di dalam teks karya sastra itu sendiri. Untuk karya sastra dalam
bentuk prosa, seperi roman, novel, dan cerpen, unsur-unsur intrinsiknya ada
tujuh: 1) tema, 2) amanat, 3) tokoh, 4) alur (plot), 5) latar (setting), 6)
sudut pandang, dan 7) gaya bahasa.
1. Tema
Gagasan, ide, atau pikiran utama yang
mendasari suatu karya sastra disebut tema. Atau gampangnya, tema adalah sesuatu
yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang
menjadi pokok masalah dalam cerita. Tema merupakan jiwa dari seluruh bagian
cerita. Karena itu, tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita. Tema dalam
banyak hal bersifat ”mengikat” kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa, konflik
serta situasi tertentu, termasuk pula berbagai unsur intrinsik yang lain. Tema
ada yang dinyatakan secara eksplisit (disebutkan) dan ada pula yang dinyatakan
secara implisit (tanpa disebutkan tetapi dipahami). Dalam menentukan tema,
pengarang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: minat pribadi, selera
pembaca, dan keinginan penerbit atau penguasa. Dalam sebuah karya sastra,
disamping ada tema sentral, seringkali ada pula tema sampingan. Tema sentral
adalah tema yang menjadi pusat seluruh rangkaian peristiwa dalam cerita. Adapun
tema sampingan adalah tema-tema lain yang mengiringi tema sentral.
2. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin
disampaikan oleh pengarang terhadap pembaca melalui karyanya, yang akan
disimpan rapi dan disembunyikan pengarang dalam keseluruhan cerita. Amanat
adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui
karyanya. Sebagaimana tema, amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu
dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku atau
peristiwa yang terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir, dan dapat pula
disampaikan secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran,
peringatan, nasehat, anjuran, atau larangan yang berhubungan dengan gagasan
utama cerita.
3. Tokoh
Penokohan adalah : Pemberian watak
terhadap pelaku-pelaku cerita dalam sebuah karya sastra. Tokoh Cerita terdiri
atas : Tokoh Protagonis : tokoh dalam karya sastra yang memegang peranan baik.
Tokoh Antagonis : tokoh dalam karya sastra yang merupakan penantang dari tokoh
utama,biasanya memegang peranan jahat. Tokoh Tambahan : tokoh yang tidak
memegang peranan dan tidak mengucapkan sepatah katapun, bahkan dianggap tidak
penting sebagai individu.
Tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami
peristiwa-peristiwa atau lakuan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada umumnya
tokoh berwujud manusia, namun dapat pula berwujud binatang atau benda yang
diinsankan. Tokoh dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh sentral dan tokoh
bawahan. Tokoh sentral adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam
cerita.
Tokoh sentral dibedakan menjadi dua, yaitu:
Tokoh sentral dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Tokoh
sentral protagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan positif atau
menyampaikan nilai-nilai positif.
2. Tokoh
sentral antagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan yang bertentangan
dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif.
Adapun
tokoh bawahan adalah tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh sentral.
Tokoh bawahan dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Tokoh
andalan. Tokoh andalan adalah tokoh bawahan yang menjadi kepercayaan tokoh
sentral (baik protagonis ataupun antagonis).
2. Tokoh
tambahan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang sedikit sekali memegang peran dalam
peristiwa cerita.
3. Tokoh
lataran. Tokoh lataran adalah tokoh yang menjadi bagian atau berfungsi sebagai
latar cerita saja.
Penokohan
adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Ada dua metode
penyajian watak tokoh, yaitu:
1. Metode
analitis/langsung/diskursif, yaitu penyajian watak tokoh dengan cara memaparkan
watak tokoh secara langsung.
2. Metode
dramatik/tak langsung/ragaan, yaitu penyajian watak tokoh melalui pemikiran,
percakapan, dan lakuan tokoh yang disajikan pengarang. Bahkan dapat pula dari
penampilan fisiknya serta dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh.
Adapun
menurut Jakob Sumardjo dan Saini KM, ada lima cara menyajikan watak tokoh,
yaitu:
1. Melalui
apa yang diperbuatnya, tindakan-tindakannya, terutama bagaimana ia bersikap
dalam situasi kritis.
2. Melalui
ucapana-ucapannya. Dari ucapan kita dapat mengetahui apakah tokoh tersebut
orang tua, orang berpendidikan, wanita atau pria, kasar atau halus.
3. Melalui penggambaran fisik tokoh.
4. Melalui pikiran-pikirannya
5. Melalui penerangan langsung
4.
Alur (plot)
Alur : rangkaian peristiwa / jalinan
cerita dari awal sampai kimaks serta penyelesaian. Macam-macam Alur : – Alur
mundur : jalinan peristiwa dari masa kini ke masa lalu. – Alur maju : jalinan
peristiwa dari masa lalu ke masa kini – Alur gabungan : gabungan dari alur maju
dan alur mundur secara bersama-sama. Dan secara umum Alur terbagi ke dalam
bagian-bagian berikut; Pengenalan situasi : memperkenalkan para tokoh, menata
adegan, dan hubungan antar tokoh. Pengungkapan peristiwa : mengungkap peristiwa
yang menimbulakan berbagai masalah. Menuju adanya konflik : terjadi peningkatan
perhatian ataupun keterlibatan situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran
tokoh.
Alur adalah urutan atau rangkaian
peristiwa dalam cerita. Alur dapat disusun berdasarkan tiga hal, yaitu:
1. Berdasarkan
urutan waktu terjadinya (kronologi). Alur yang demikian disebut alur linear.
2. Berdasarkan
hubungan sebab akibat (kausal). Alur yang demikian disebut alur kausal.
3. Berdasarkan
tema cerita. Alur yang demikian disebut alur tematik. Dalam cerita yang beralur
tematik, setiap peristiwa seolah-olah berdiri sendiri. Kalau salah satu episode
dihilangkan cerita tersebut masih dapat dipahami.
Adapun
struktur alur adalah sebagai berikut:
1. Bagian awal,
terdiri atas: 1) paparan (exposition), 2) rangsangan (inciting moment), dan 3)
gawatan (rising action).
2. Bagian tengah,
terdiri atas: 4) tikaian (conflict), 5) rumitan (complication), dan 6) klimaks.
3. Bagian akhir,
terdiri atas: 7) leraian (falling action), dan 8- selesaian (denouement).
Dalam
membangun alur, ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan agar alur
menjadi dinamis. Faktor-faktor penting tersebut adalah:
1. Faktor
kebolehjadian. Maksudnya, peristiwa-peristiwa cerita sebaiknya tidak selalu
realistik tetapi masuk akal.
2. Faktor
kejutan. Maksudnya, peristiwa-peristiwa sebaiknya tidak dapat secara langsung
ditebak / dikenali oleh pembaca.
3. Faktor
kebetulan. Yaitu peristiwa-peristiwa tidak diduga terjadi, secara kebetulan
terjadi.
Kombinasi
atau variasi ketiga faktor tersebutlah yang menyebabkan alur menjadi dinamis.
Adapun hal yang
harus dihindari dalam alur adalah lanturan (digresi). Lanturan adalah peristiwa
atau episode yang tidak berhubungan dengan inti cerita atau menyimpang dari
pokok persoalan yang sedang dihadapi dalam cerita.
5. Latar (setting)
Latar / setting
: bagian dari sebuah prosa yang isinya melukiskan tempat cerita terjadi dan
menjeaskan kapan cerita itu berlaku. Macam-macam Setting : – Tempat : di rumah,
di sekolah, di jalan. – Waktu : pagi hari, siang hari, sore hari. – Suasana :
sedih, senang, tegang. Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang
berkaitan dengan waktu, ruang, suasana, dan situasi terjadinya peristiwa dalam
cerita. Latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok:
a. Latar
tempat, mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam
sebuah karya fiksi.
b. Latar
waktu, berhubungan dengan masalah ‘kapan’ terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
c. Latar
sosial, mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial
masyarakat di suatu tempat yang
diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial bisa
mencakup kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan
hidup, cara berpikir dan bersikap, serta status
sosial.
6. Sudut pandang (point of view)
Sudut pandang :
pandangan pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita. Macam-macam sudut
pandang : – Orang pertama : pengarang menjadi pelaku utama dan memakai istilah
“Aku” dan “Saya”. – Orang ketiga : pengarang yang menceritakan ceritanya atau
berperan sebagai pengamat dan menggunakan itilah “Dia”,”Ia”,atau nama orang.
Sudut pandang adalah cara memandang dan menghadirkan tokoh-tokoh cerita dengan
menempatkan dirinya pada posisi tertentu. Dalam hal ini, ada dua macam sudut
pandang yang bisa dipakai:
a.
Sudut pandang orang pertama (first
person point of view)
Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang orang pertama, ‘aku’,
narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si ‘aku’
tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan
peristiwa atau tindakan, yang diketahui, dilihat, didengar, dialami dan
dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Jadi,
pembaca hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang dilihat
dan dirasakan tokoh si ‘aku’ tersebut.
Sudut
pandang orang pertama masih bisa dibedakan menjadi dua:
1. ‘Aku’ tokoh
utama. Dalam sudut pandang teknik ini, si ‘aku’ mengisahkan berbagai peristiwa
dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniyah, dalam diri
sendiri, maupun fisik, dan hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. Si
‘aku’ menjadi fokus pusat kesadaran, pusat cerita. Segala sesuatu yang di luar
diri si ‘aku’, peristiwa, tindakan, dan orang, diceritakan hanya jika berhubungan
dengan dirinya, di samping memiliki kebebasan untuk memilih masalah-masalah
yang akan diceritakan. Dalam cerita yang demikian, si ‘aku’ menjadi tokoh utama
(first person central).
2. ‘Aku’ tokoh
tambahan. Dalam sudut pandang ini, tokoh ‘aku’ muncul bukan sebagai tokoh
utama, melainkan sebagai tokoh tambahan (first pesonal peripheral). Tokoh ‘aku’
hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang
dikisahkan itu kemudian ”dibiarkan” untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya.
Tokoh cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang kemudian menjadi tokoh
utama, sebab dialah yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa,
tindakan, dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Setelah cerita tokoh utama
habis, si ‘aku’ tambahan tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah. Dengan
demi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar