Selasa, 20 Maret 2018

Tugas Pengertian Sastra


Nama  : Nanang Arifin
NPM   : 14040072   


A.  Pengertian Sastra
Kesusastraan : susastra + ke – an
su + sastra
su berarti indah atau baik sastra berarti lukisan atau karangan
Susastra berarti karangan atau lukisan yang baik dan indah. Kesusastraan berarti segala tulisan atau karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah.

B.  Objek Karya Sastra
Objek kajian ilmu sastra adalah suatu kehidupan sosial manusia yang kemudian diabstraksikan melalui karya sastra.
Karya sastra itu sendiri adalah sebagai berikut:
a)      Puisi; Puisi adalah karya sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, larik, dan bait
b)      Prosa; prosa adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya.
c)      Drama; drama merupakan genre(jenis) kaya sastra yang menggambarkan manusia dalam gerak.

C.  Unsur Pembentuk Karya Sastra
a. Kajian Unsur Instrinsik
1.      Tema
Tema adalah pokok pikiran, dasar cerita (dipercakapkan) yang dipakai sebagai dasar mengarang dan mengubah sajak (Moelina, 1990:921). Tema adalah pikiran pokok yang disampaikan pengarang, didalamnya terbayang pandangan hidup dan cita-cita pengarang (Saad, 1967:185). Tema merupakan persoalan pokok yang menjadi pikiran pengarang, di dalamnya terbayang pandangan hidup dan cita-cita pengarang. Oleh karena itu, tema dianggap sangat penting dalam sebuah karya sastra.
Tema dibagi menjadi 2, yaitu tema mayor dan tema minor. Tema mayor adalah makna pokok cerita yang menjadi dasar atau dasar gagasan umum karya sastra. Sementara tema minor adalah makna yang terdapat pada bagian-bagian tertentu cerita. Dapat didefinisikan sebagai makna bagian, makna tambahan.
2.      Alur
Alur atau biasa disebut juga plot adalah unsur intrinsik yang penting dalam karya sastra. Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa, sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam cerita (Aminuddin, 1987:83). Plot adalah sebuah penuturan naratif yang mengandung perkembangan (Sumardjo, 1999:46).
Dalam menciptakan sebuah plot yang berdinamika menarik, ada tiga unsur yang amat esensial, yaitu peristiwa, konflik, klimaks. Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain ( Luxemburg dkk, 1992:150). konflik adalah sebuah bentuk pertentangan yang tidak diharapkan. Tapi justru sebaliknya dalam karya sastra, konfliklah yang membuat cerita itu berwarna. Konflik dibedakan menjadi 2 kategori yaitu, konflik fisik dan konflik batin. Konflik fisik adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan sesuatu di luar dirinya. Konflik batin adalah konflik yang terjadi dalam hati jiwa seorang tokoh cerita.
Klimaks adalah saat konflik telah mencapai tingkat intensitas tertinggi dan saat itu merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari kejadiannya (Stanton, 1965:16). Sebagai bahan perhatian dan pertimbangan, klimaks sebuah cerita akan terdapat pada konflik utama dan hal itu akan diperani oleh tokoh-tokoh utama cerita.
Plot berdasarkan waktu kejadiaannya dibedakan menjadi 2 yaitu, plot maju dan plot mundur. Plot maju (progresif) adalah plot yang peristiwanya dikisahkan bersifat kronologis. Plot mundur adalah plot yang peristiwanya tidak dikisahkan secara kronologis. Cerita tidak dimulai dari tahap awal melainkan dari tahap tengah atau akhir kemudian maju ke depan.
3.      Latar / Setting
Sebuah cerita tidak akan tercipta tanpa ada penjelasan bagaimana cerita itu bisa terjadi. Hal ini dijelaskan dalam latar yang merupakan salah satu unsur intrinsik cerita. Latar adalah peristiwa dalam karya fiksi baik berupa tempat, waktu maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan funsi psikologis (Aminuddin, 1987:67). Latar sangat mendukung berjalannya cerita. Latar menjelaskan tentang dimana cerita itu terjadi, kapan peristiwa itu terjadi dan bagaimana suasana dalam cerita tersebut. Latar ialah penempatan waktu dan tempat beserta lingkungannya dalam prosa fiksi (Nadjid, 2003:25).
Berdasarkan pengertian di atas, Latar dibagi 3 yaitu, Latar tempat, latar waktu, latar suasana. Latar tempat menjelaskan dimana lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar suasana merupakan suasana sekeliling saat terjadinya peristiwa yang menjadi pengiring atau latar belakang kejadian penting.
4.      Penokohan / Deskripsi Tokoh
Tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1988:16). Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh Sudjiman bahwa tokoh adalah individu yang sengaja diciptakan oleh pengarang untuk berperan dan menjadi pelaku dalam jalannya cerita. Tokoh adalah individu yang menentukan bagaimana cerita itu berlangsung. Hal ini juga sesuai seperti yang diungkapkan Wiyanto (2002:29) yang dimaksud dengan tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa atau lakukan dalam berbagai peristiwa cerita.
Hariyanto (2000 : 10) menggolongkan tokoh menjadi tiga yaitu protagonis, antagonis, dan tritagonis. Tokoh protagonis membawa misi kebenaran dan kebaikan untuk menciptakan situasi kehidupan masyarakat yang damai, aman, dan sejahtera. Namun, cita-cita tokoh protagonis ini tidak selalu mulus karena adanya perlawanan dari tokoh antagonis.
a.       protagonis.
Altenbernddan Lewis (dalam Nurgiyantoro 2007 : 178) tokoh protagonist adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satujenisnya secara popular disebut hero-tokoh yang merupakan pengejawan tahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita. Tokoh protagonist adalah tokoh utama yang bersifat baik. Seluruh perilakunya dianggap positif. Tokoh protagonista dalah tokoh yang menentukan jalannya cerita.
b.      Antagonis.
Antagonis dalam karya sastra terkesan sebagai tokoh yang berwatak jahat. Tujuannya adalah menggagalkan segala keinginan yang ingin dicapai tokoh protagonis. Karakternya berkebalikan dengan tokoh protagonis yaitu jahat, licik, pelit dan sebagainya. Sebenarnya sifat antagonis ini tidak selamanya merupakan orang. Segala hal dalam cerita yang bersifat merusak, menghalangi tokoh protagonis dapat dikatakan sebagai sifat antagonis.
c.       Tritagonis
Tokoh tritagonis adalah pihak ketiga yang menjadi pihak pendamai antara tokoh protagonis dengan tokoh antagonis. Selain itu tokoh tritagonis juga sebagai pihak yang berperan netral. Dia memiliki sebagian watak protagonis dan sebagian watak antagonis. Tokoh tritagonis tidak terlalu mendominasi dalam cerita karena dia tidak menjadi focus utama pengarang. Sehingga terkadang keberadaan tokoh tritagonis tidak terlalu berpengaruh dalam jalan cerita.
5.      Watak Tokoh
Menurut Nurgiyantoro (1994: 165) istilah watak tokoh menunjuk pada orangnya, atau pelaku cerita. Sedangkan watak, perwatakan, dan karakter, menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca dan lebih menunjuk pada kualitas pribadi seseorang. Menurut pengertian diatas, bahwa watak lebih menjelaskan mengenai kepribadian perilaku tokoh. Watak diapresiasikan tokoh dalam kehidupannya sehari-hari dalam cerita.
6.      Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkannya atau biasa diistilahkan dengan point of view (Aminuddin, 1987:90). Pendapat tersebut dipertegas oleh Atar Semi yang menyatakan bahwa sudut pandang yakni posisi atau penobatan diri pengarang dalam ceritanya atau darimana pengarang melihat peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam cerita itu (Semi, 1988:51).
 Sudut pandang dalam karya sastra dibedakan menjadi empat, meliputi: (1) pengarang sebagai tokoh, (2) pengarang sebagai tokoh sampingan, (3) pengarang sebagai orang ketiga, (4) pengarang sebagai pemain dan narrator (Semi, 1988: 57-58).

7.      Amanat
Amanat dalam karya sastra tertuang secara implicit. Artinya amanat itu tersirat dalam cerita tersebut. Secara implicit yaitu jika jalan keluar atau ajaran moral itu disiratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir ( Sudjiman, 1986:35). Dalam artian bahwa amanat itu sesungguhnya berada dalam keseluruhan cerita. Namun, pada umumnya banyak pengarang yang menyiratkan amanatnya pada akhir cerita ketika klimaks telah selesai. Sedangkan amanat secara eksplisit yaitu jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran, nasihat, anjuran, peringatn secara langsung berupa kata-kata dalam cerita itu.
b)  Unsur Ekstrinsik
Adapun unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangun cerita sebuah karya. Yang termasuk unsur ekstrinsik karya sastra antara lain sebagai berikut :
1. Keadaan subjektivitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup.
2. Psikologi pengarang ( yang mencakup proses kreatifnya )
3. Keadaan di lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial.
4. Pandangan hidup suatu bangsa dan berbagai karya seni yang lainnya

D.  Fungsi Sastra
Dalam kehidupan masayarakat sastra mempunyai beberapa fungsi yaitu :
1.    Fungsi rekreatif, yaitu sastra dapat memberikan hiburan yang menyenangkan bagi penikmat atau pembacanya.
2.    Fungsi didaktif, yaitu sastra mampu mengarahkan atau mendidik pembacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung didalamnya.
3.    Fungsi estetis, yaitu sastra mampu memberikan keindahan bagi penikmat/ pembacanya karena sifat keindahannya.
4.    Fungsi moralitas, yaitu sastra mampu memberikan pengetahuan kepada pembaca/ peminatnya sehingga tahu moral yang baik dan buruk, karena sastra yang baik selalu mengandung moral yang tinggi.
5.    Fungsi religius, yaitu sastra pun menghasilkan karya-karya yang mengandung ajaran agama yang dapat diteladani para penikmat/pembaca sastra.

E. Aliran-Aliran dalam Sastra
1. Realisme
Realisme adalah salah satu aliran dalam sastra yang memperlihatkan seni yang objektif dengan pelukisan sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, secara teliti, tanpa dicampuri tangan oleh tafsiran, gagasan, atau wawasan dari pengarangnya.  Dalam hal ini pengarang tidak akan menaruh simpati atau memperbagus maupun antipati, memperjelek orang dalam keadaan yang dilukiskan, seperti terlihat pada cerpen "Pada Titik Kulminasi" karya Satyagraha Hoerip.


Dalam aliran realisme masih dibagi menjadi empat aliran lagi, yaitu :
a.       Impresionisme
Impresionisme adalah realisme yang berusaha melukiskan suatu kesan umum atau sepintas yang diperoleh tanpa menyelami inti isinya. Kesan sesaat berupa gambaran kasar terhadap yang diamati oleh pengarang atau pelukis. Impresionistis tergambar pada cerpen karya Ras Siregar berjudul "Air".
b.      Naturalisme
Naturalisme adalah lukisan realisme yang berkisar pada keburukan-keburukan yang dijumpai dalam masyarakat. Aliran ini berusaha melukiskan kehidupan manusia dengan segala seluk-beluknya, bahkan sampai pada segi hewani dari pribadi manusia yang jorok dan mesum. Naturalisme ini cenderung mengungkapkan keburukan dan kebobrokan yang terjadi dalam masyarakat, hal-hal yang dahulu dianggap tabu diangkat dalam aliran ini. Tokoh dalam aliran ini adalah seorang Perancis bernama Emile Zola (1840-1912) dengan salah satu karyanya yang terkenal yaitu "Germani" (Tambang), sedangkan tokoh dari Indonesia adalah Armin Pane (Angk. PB), selain itu ada W.S.Rendra dengan karya "Nyanyian Angsa".
c.       Neo-naturalisme
Aliran baru ini berusaha mengungkapkan segi positif dari kehidupan manusia, disamping segi-segi negatifnya.Tokohnya ialah Idrus dengan karya berjudul "Hati Nurani Manusia" dan "Tak Putus Dirundung Malang" karya STA.
d.      Determinisme
Aliran realisme yang melukiskan jalan hidup manusia yang ternyata sangat dipengaruhi oleh nasibnya. Nasib dalam determinisme adalah  dipengaruhi oleh kondisi masyarakat sekitar, bencana alam, penyakit, kemiskinan, darah keturunan, dsb.
2. Ekspresionisme
Aliran ekspresionisme mengutamakan pengungkapan jiwa pengarang. Dalam aliran ini, pengarang akan mengungkapkan apa yang bergejolak dalam dirinya, sehingga bahan utama dalam aliran ini adalah gejolah batin pengarang itu sendiri. Pada puisi yang bercorak ekspresionisme, penyair tidak sekedar bercerita tetapi berteriak. Hal itu terlihat dalam puisi Chairil Anwar berjudul "Pelarian".
Cabang-cabang aliran ini adalah :
a.       Romantisme
Lebih mengutamakan perasaan, pengucapan cenderung diwarnai pada hasrat terhadap alam yang luas, tempat yang masih suci bersih (H.B.Yassin), salah satu ciri romantisme menurut Aoh Karta Hadimadja adalah tokoh-tokonya suka membunuh diri karena terlalu kuat dihinggapi perasaan. Tokoh-tokoh romantisme dunia yang sangat mengagumkan adalah Victor Hugo, Daniel Defoe, Wolter Scott, Shelly terkenal karena romantisme merekea tidak hanya berlandaskan perasaan, tetapi berakar pada pikiran, ilmu pengetahuan, dan pandangan hidup yang luas dan dalam. Di Indonesia sendiri, romantisme nampak pada karya-karya angkatan Balai Pustaka.

b.      Simbolisme
Aliran yang melukiskan sesuatu secara tersembunyi atau dengan terselubung. Pengarang-pengarang zaman Jepang senang memakai gaya simbolik karena kondisi politik saat itu. Misalnya Marya Amin, Ajib Rosidi, dan M.S.Ashar, dll.
c.       Idealisme
Aliran yang bertumpu pada cita-cita demi kemajuan bangsa, negara, dan tanah air di masa mendatang. Kadang-kadang cita-cita terlampau membumbung tinggi. Idealisme karangan yang berkelana dalam cita-cita dan bayangan masa depan yang indah. Tokohnya adalah STA dengan karya "Layar Terkembang".
d.      Surealisme
Aliran yang tidak hanya mengungkapkan realita alam benda saja, tetapi juga alam bawah sadar untuk mengemukakan suatu kenyataan secara lebih luas, meliputi kesadaran dan ketidaksadaran, seperti objek-objek dalam mimpi keadaan jiwa antara tidur dan jaga. Ada dalam karya Yudhistira ANM Massardi.
e.       Mistisisme
Sastra yang berusaha melukiskan suatu keadaan jiwa kepada wujud keilahian atau kebenaran yang paling akhir, persatuan dengan yang paling tinggi. Jadi, aliran ini aliran yang mendekatkan diri dan jiwanya ke alam ketuhanan. Pada karya A.A. Navis dalam "Robohnya Surau Kami" dan"Kemarau" karya M.Ali.
f.       Psikologisme
Mengungkapkan suatu kisah berdasarkan gerak-gerikjiwa para tokohnya.Contoh karya-karyanya dalam "Jalan Tak Ada Ujung" dan "Harimau-harimau" (Mochtar Lubis), "Belenggu" (Armin Pane), "Atheis" (Achadiat Kartamihardja), dan "Korupsi" (Pramoedya Ananta Toer).
g.      Eksistensialisme
Aliran yang berpendapat bahwa manusia membentuk dirinya sendiri sesuai dengan jalan hidup yang dipilihnya sendiri, sebab itu manusia harus bertanggug jawab pada keberadaan dirinya sendiri. Terdapat pada karya-karya Chairil Anwar.
3. Humanisme
Aliran zaman Renaissanse yang menjadikan sastra klasik (dalam bahasa Latin dan Yunani) sebagai dasar dari keseluruhan peradaban . Aliran yang bertujuan menghidupkan rasa perikemanusiaan dan mencita-citakan kehidupan yang lebih baik. Secara khusus, humanism adalah aliran intelektual di Eropa Barat selama abad ke-15 dan ke-16. Humanis yang terkenal di zaman itu adalah Erasmus dan Thomas More. Mereka menekuni karya-karya filsafat dan sastra. Baru pada abad ke-18, humanism mulai memutlakkan keotonomian manusia.
4. Dadaisme
Gerakan seni dan sastra awal abad ke-20 yang berdasar pada kebebasan total dan pertentangan terhadap aturan, cita-cita, dan tradisi. Mula-mula muncul di Swiss sekitar 1913. Dadaisme berasal dari omongan seorang bayi yang belum terartikulasi. Dianut oleh sejumlah seniman di Eropa Barat antara 1916-1925. Dadisme sama sekali tidak mau menghasilkan apapun. Sama seperti puisi kontemporer.

2. Sejarah Sastra
A. Angkatan 20 (Angkatan Balai Pustaka/Siti Nurbaya)
     Latar Belakang:
  1. Pemerintahan jajahan mendirikan taman bacaan rakyat.
  2. Mengumpulkan/membukukan cerita rakyat.
  3. Memberi kesempatan kepada pengarang untuk lebih kreatif.
Ciri-ciri:
  1. Merupakan  tuntunan budi pekerti.
  2. Mengumpulkan/membukukan cerita rakyat.
  3. Pelakunya sebagian besar meninggal dunia.
  4. Bertema kedaerahan dan kawin paksa.
  5. Nama pengarangnya dibukukan.
  6. Romantis sentrimentil (berlebihan).
Pengarang dan Beberapa Karyanya:
  1. Merari Siregar: Azab dan Sengsara, Si Jamin dan Si Johan, Binasa Karena Gadis Priangan.
  2. Marah Roesli: Siti Nurbaya, Anak dan Kemenakan, La Nami (Roman Sejarah).
  3. Abdul Muis: Salah Asuhan, Pertemuan Jodoh, Robert Anak Surapati (Roman Sejarah).

B. Angkatan 30/Angkatan Pujangga Baru (Majalah)
     Latar Belakang:
  1. Pertemuan dengan Bangsa Eropa yang berpengaruh pada politik, jalan pikiran, pola hidup, dan hasil sastra.
  2. Lahirnya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang mengangkat Bahasa Melayu sebagai bahasa resmi sekolah.
Ciri-ciri:
  1. Bertema nasional.
  2. Romantis idealis (penuh cita-cita).
  3. Impresimisme (penuh kesan).
  4. Meniru kebudayaan Belanda.
  5. Bentuk puisinya berbaris: distikon, quin, kuatrin, cektek, tersina, septina, oktat, syair, soneta.
  6. Nama pengarang ditulis.
  7. Bahasa klise ditinggalkan.
  8. Ada permainan bunyi.
Pengaran dan Beberapa Karyanya:
  1. STA (Sultan Takdir Alisjahbana): Layar Terkembang (Roman), Anak Perawan di Sarang Penyamun (Roman), Tebaran Mega (kumpulan puisi).
  2. Armijn Pane: Habis Gelap Terbitlah Terang (kumpulan terjemahan surat), Belenggu (Roman), Jiwa Berjiwa (kumpulan puisi).
  3. Amir Hamzah: Buah Rindu (kumpulan puisi), Nyanyi Suci (berisi kerinduan seseorang pada Tuhannya/puisi), Bhagawat Gita (prosa).

C. Angkatan '45
    Latar Belakang:
  1. Kekejaman penjajah terhadap rakyat/sastra.
  2. Penderitaan rakyat akibat revolusi.
Ciri-ciri:
  1. Ekspresionisme
  2. Romantis realistis.
  3. Lebih mementingkan isi daripada bahasa.
  4. Humanisme Universal.
  5. Sinisme.
  6. Realita (sesuai kenyataan).
Pengarang dan Beberapa Karyanya:
  1. Chairil Anwar (Raja Puisi): Aku, Kerawang Bekasi, Diponegoro, Beta Pattirajawane.
  2. Mochtar Lubis: Harimau! Harimau! (Roman), Jalan Tak Ada Ujung (Roman), Tak Ada Esok (Roman).
  3. Idrus (Raja Prosa): Surabaya, Corat-coret di Bawah Tanah, Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma

D. Angkatan '50
     Nama angkatan ini diusulkan oleh W.S. Rendra, namun tidak mendapat sambutan karena latar belakang, ciri-ciri, dan pengarang sebagian besar sama dengan Angkatan '45.

Pengarang dan Beberapa Karyanya:
  1. W.S. Rendra (Raja Penyair dan Dramawan): Balada Orang-orang Tercinta (kumpulan puisi), Balada Terbunuhnya Atma Karpo (kumpulan puisi), Odipus Sang Raja (Drama).
  2. Ajip Rosidi: Tahun-tahun Kematian (kumpulan cerpen), Surat Cinta Endang Rosidin, Pesta (kumpulan puisi).
  3. NH. Dini: Dua Dunia (kumpulan cerpen), Namaku Hiroko (Roman), Padang Halang di Belakang Rumah (Roman), Pada Sebuah Kapal.

E. Angkatan '66
    Latar Belakang:
  1. Penyelewengan oleh pemimpin rakyat.
  2. Korupsi merajalela.
  3. Pengangkapan dan kekejaman terhadap orang-orang yang menentang pemerintahan
Ciri-ciri:
  1. Bentuknya puisi bebas dan cerpen.
  2. Isinya protes terhadap pemimpin yang lupa daratan. 
  3. Bahsanya panjang-panjang.
  4. Temanya penderitaan rakyat.
  5. Munculnya kelaguan
Pengaran dan Beberapa Karyanya:
  1. Taufik Ismail: Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini, Dari Ibu Seorang Demonstran, Yang Kami Minta Hanyalah Sebuah Bendungan Saja, Malu Aku Jadi Orang Indonesia.
  2. Masyur Samin: Pidato Seorang Demonstran, Pernyataan, Ode Pemakaman.
  3. Buur Raswanto: Telah Gugur Beberapa Nama, Tirani, Bumi yang Berpeluh, Mereka Telah Bangkit. 

Tidak ada komentar:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda