Nama : Nanang Arifin
NPM
: 14040072
A. Pengertian
Sastra
Kesusastraan : susastra + ke – an
su + sastra
su berarti indah atau baik sastra berarti lukisan
atau karangan
Susastra berarti karangan atau lukisan yang baik dan
indah. Kesusastraan berarti segala tulisan atau karangan yang mengandung nilai-nilai
kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah.
B. Objek
Karya Sastra
Objek kajian ilmu sastra adalah suatu kehidupan
sosial manusia yang kemudian diabstraksikan melalui karya sastra.
Karya sastra itu sendiri adalah sebagai berikut:
a) Puisi;
Puisi adalah karya sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima,
larik, dan bait
b) Prosa;
prosa adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi
ritme yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan
arti leksikalnya.
c) Drama;
drama merupakan genre(jenis) kaya sastra yang menggambarkan manusia dalam
gerak.
C. Unsur
Pembentuk Karya Sastra
a.
Kajian Unsur Instrinsik
1. Tema
Tema adalah pokok pikiran, dasar cerita (dipercakapkan)
yang dipakai sebagai dasar mengarang dan mengubah sajak (Moelina, 1990:921).
Tema adalah pikiran pokok yang disampaikan pengarang, didalamnya terbayang
pandangan hidup dan cita-cita pengarang (Saad, 1967:185). Tema merupakan
persoalan pokok yang menjadi pikiran pengarang, di dalamnya terbayang pandangan
hidup dan cita-cita pengarang. Oleh karena itu, tema dianggap sangat penting
dalam sebuah karya sastra.
Tema dibagi menjadi 2, yaitu tema mayor dan tema
minor. Tema mayor adalah makna pokok cerita yang menjadi dasar atau dasar
gagasan umum karya sastra. Sementara tema minor adalah makna yang terdapat pada
bagian-bagian tertentu cerita. Dapat didefinisikan sebagai makna bagian, makna
tambahan.
2. Alur
Alur atau biasa disebut juga plot adalah unsur
intrinsik yang penting dalam karya sastra. Alur adalah rangkaian cerita yang
dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa, sehingga menjalin suatu cerita yang
dihadirkan oleh para pelaku dalam cerita (Aminuddin, 1987:83). Plot adalah
sebuah penuturan naratif yang mengandung perkembangan (Sumardjo, 1999:46).
Dalam menciptakan sebuah plot yang berdinamika
menarik, ada tiga unsur yang amat esensial, yaitu peristiwa, konflik, klimaks.
Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari suatu keadaan ke keadaan yang
lain ( Luxemburg dkk, 1992:150). konflik adalah sebuah bentuk pertentangan yang
tidak diharapkan. Tapi justru sebaliknya dalam karya sastra, konfliklah yang
membuat cerita itu berwarna. Konflik dibedakan menjadi 2 kategori yaitu,
konflik fisik dan konflik batin. Konflik fisik adalah konflik yang terjadi
antara seorang tokoh dengan sesuatu di luar dirinya. Konflik batin adalah
konflik yang terjadi dalam hati jiwa seorang tokoh cerita.
Klimaks adalah saat konflik telah mencapai tingkat
intensitas tertinggi dan saat itu merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari
kejadiannya (Stanton, 1965:16). Sebagai bahan perhatian dan pertimbangan,
klimaks sebuah cerita akan terdapat pada konflik utama dan hal itu akan
diperani oleh tokoh-tokoh utama cerita.
Plot berdasarkan waktu kejadiaannya dibedakan
menjadi 2 yaitu, plot maju dan plot mundur. Plot maju (progresif) adalah plot
yang peristiwanya dikisahkan bersifat kronologis. Plot mundur adalah plot yang
peristiwanya tidak dikisahkan secara kronologis. Cerita tidak dimulai dari
tahap awal melainkan dari tahap tengah atau akhir kemudian maju ke depan.
3. Latar
/ Setting
Sebuah cerita tidak akan tercipta tanpa ada
penjelasan bagaimana cerita itu bisa terjadi. Hal ini dijelaskan dalam latar
yang merupakan salah satu unsur intrinsik cerita. Latar adalah peristiwa dalam
karya fiksi baik berupa tempat, waktu maupun peristiwa, serta memiliki fungsi
fisikal dan funsi psikologis (Aminuddin, 1987:67). Latar sangat mendukung
berjalannya cerita. Latar menjelaskan tentang dimana cerita itu terjadi, kapan
peristiwa itu terjadi dan bagaimana suasana dalam cerita tersebut. Latar ialah
penempatan waktu dan tempat beserta lingkungannya dalam prosa fiksi (Nadjid,
2003:25).
Berdasarkan pengertian di atas, Latar dibagi 3
yaitu, Latar tempat, latar waktu, latar suasana. Latar tempat menjelaskan
dimana lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa
yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar suasana merupakan suasana sekeliling
saat terjadinya peristiwa yang menjadi pengiring atau latar belakang kejadian
penting.
4. Penokohan
/ Deskripsi Tokoh
Tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami
peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman,
1988:16). Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh Sudjiman bahwa tokoh
adalah individu yang sengaja diciptakan oleh pengarang untuk berperan dan
menjadi pelaku dalam jalannya cerita. Tokoh adalah individu yang menentukan
bagaimana cerita itu berlangsung. Hal ini juga sesuai seperti yang diungkapkan
Wiyanto (2002:29) yang dimaksud dengan tokoh adalah individu ciptaan/rekaan
pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa atau lakukan dalam berbagai
peristiwa cerita.
Hariyanto (2000 : 10) menggolongkan tokoh menjadi
tiga yaitu protagonis, antagonis, dan tritagonis. Tokoh protagonis membawa misi
kebenaran dan kebaikan untuk menciptakan situasi kehidupan masyarakat yang
damai, aman, dan sejahtera. Namun, cita-cita tokoh protagonis ini tidak selalu
mulus karena adanya perlawanan dari tokoh antagonis.
a. protagonis.
Altenbernddan Lewis (dalam Nurgiyantoro 2007 : 178)
tokoh protagonist adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satujenisnya secara
popular disebut hero-tokoh yang merupakan pengejawan tahan norma-norma,
nilai-nilai, yang ideal bagi kita. Tokoh protagonist adalah tokoh utama yang
bersifat baik. Seluruh perilakunya dianggap positif. Tokoh protagonista dalah
tokoh yang menentukan jalannya cerita.
b. Antagonis.
Antagonis dalam karya sastra terkesan sebagai tokoh
yang berwatak jahat. Tujuannya adalah menggagalkan segala keinginan yang ingin
dicapai tokoh protagonis. Karakternya berkebalikan dengan tokoh protagonis
yaitu jahat, licik, pelit dan sebagainya. Sebenarnya sifat antagonis ini tidak
selamanya merupakan orang. Segala hal dalam cerita yang bersifat merusak,
menghalangi tokoh protagonis dapat dikatakan sebagai sifat antagonis.
c. Tritagonis
Tokoh tritagonis adalah pihak ketiga yang menjadi
pihak pendamai antara tokoh protagonis dengan tokoh antagonis. Selain itu tokoh
tritagonis juga sebagai pihak yang berperan netral. Dia memiliki sebagian watak
protagonis dan sebagian watak antagonis. Tokoh tritagonis tidak terlalu
mendominasi dalam cerita karena dia tidak menjadi focus utama pengarang.
Sehingga terkadang keberadaan tokoh tritagonis tidak terlalu berpengaruh dalam
jalan cerita.
5. Watak
Tokoh
Menurut Nurgiyantoro (1994: 165) istilah watak tokoh
menunjuk pada orangnya, atau pelaku cerita. Sedangkan watak, perwatakan, dan
karakter, menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan
oleh pembaca dan lebih menunjuk pada kualitas pribadi seseorang. Menurut
pengertian diatas, bahwa watak lebih menjelaskan mengenai kepribadian perilaku
tokoh. Watak diapresiasikan tokoh dalam kehidupannya sehari-hari dalam cerita.
6. Sudut
Pandang
Sudut pandang adalah cara pengarang menampilkan para
pelaku dalam cerita yang dipaparkannya atau biasa diistilahkan dengan point of
view (Aminuddin, 1987:90). Pendapat tersebut dipertegas oleh Atar Semi yang
menyatakan bahwa sudut pandang yakni posisi atau penobatan diri pengarang dalam
ceritanya atau darimana pengarang melihat peristiwa-peristiwa yang terdapat
dalam cerita itu (Semi, 1988:51).
Sudut pandang
dalam karya sastra dibedakan menjadi empat, meliputi: (1) pengarang sebagai
tokoh, (2) pengarang sebagai tokoh sampingan, (3) pengarang sebagai orang
ketiga, (4) pengarang sebagai pemain dan narrator (Semi, 1988: 57-58).
7. Amanat
Amanat dalam karya sastra tertuang secara implicit.
Artinya amanat itu tersirat dalam cerita tersebut. Secara implicit yaitu jika
jalan keluar atau ajaran moral itu disiratkan dalam tingkah laku tokoh
menjelang cerita berakhir ( Sudjiman, 1986:35). Dalam artian bahwa amanat itu
sesungguhnya berada dalam keseluruhan cerita. Namun, pada umumnya banyak
pengarang yang menyiratkan amanatnya pada akhir cerita ketika klimaks telah
selesai. Sedangkan amanat secara eksplisit yaitu jika pengarang pada tengah
atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran, nasihat, anjuran, peringatn
secara langsung berupa kata-kata dalam cerita itu.
b) Unsur
Ekstrinsik
Adapun
unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi
secara tidak langsung mempengaruhi bangun cerita sebuah karya. Yang termasuk
unsur ekstrinsik karya sastra antara lain sebagai berikut :
1.
Keadaan subjektivitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan
hidup.
2.
Psikologi pengarang ( yang mencakup proses kreatifnya )
3.
Keadaan di lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial.
4.
Pandangan hidup suatu bangsa dan berbagai karya seni yang lainnya
D. Fungsi
Sastra
Dalam kehidupan
masayarakat sastra mempunyai beberapa fungsi yaitu :
1. Fungsi
rekreatif, yaitu sastra dapat memberikan hiburan yang menyenangkan bagi
penikmat atau pembacanya.
2. Fungsi
didaktif, yaitu sastra mampu mengarahkan atau mendidik pembacanya karena
nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung didalamnya.
3. Fungsi
estetis, yaitu sastra mampu memberikan keindahan bagi penikmat/ pembacanya
karena sifat keindahannya.
4. Fungsi
moralitas, yaitu sastra mampu memberikan pengetahuan kepada pembaca/ peminatnya
sehingga tahu moral yang baik dan buruk, karena sastra yang baik selalu
mengandung moral yang tinggi.
5. Fungsi
religius, yaitu sastra pun menghasilkan karya-karya yang mengandung ajaran
agama yang dapat diteladani para penikmat/pembaca sastra.
E. Aliran-Aliran dalam
Sastra
1. Realisme
Realisme adalah salah satu aliran dalam sastra yang memperlihatkan seni
yang objektif dengan pelukisan sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya,
secara teliti, tanpa dicampuri tangan oleh tafsiran, gagasan, atau wawasan dari
pengarangnya. Dalam hal ini pengarang tidak akan menaruh simpati atau
memperbagus maupun antipati, memperjelek orang dalam keadaan yang dilukiskan,
seperti terlihat pada cerpen "Pada Titik Kulminasi" karya Satyagraha
Hoerip.
Dalam aliran realisme masih dibagi menjadi empat aliran lagi, yaitu :
a.
Impresionisme
Impresionisme adalah realisme yang berusaha melukiskan suatu kesan umum
atau sepintas yang diperoleh tanpa menyelami inti isinya. Kesan sesaat berupa
gambaran kasar terhadap yang diamati oleh pengarang atau pelukis.
Impresionistis tergambar pada cerpen karya Ras Siregar berjudul
"Air".
b.
Naturalisme
Naturalisme adalah lukisan realisme yang berkisar pada keburukan-keburukan
yang dijumpai dalam masyarakat. Aliran ini berusaha melukiskan kehidupan
manusia dengan segala seluk-beluknya, bahkan sampai pada segi hewani dari
pribadi manusia yang jorok dan mesum. Naturalisme ini cenderung mengungkapkan
keburukan dan kebobrokan yang terjadi dalam masyarakat, hal-hal yang dahulu
dianggap tabu diangkat dalam aliran ini. Tokoh dalam aliran ini adalah seorang
Perancis bernama Emile Zola (1840-1912) dengan salah satu karyanya yang
terkenal yaitu "Germani" (Tambang), sedangkan tokoh dari Indonesia adalah
Armin Pane (Angk. PB), selain itu ada W.S.Rendra dengan karya "Nyanyian
Angsa".
c.
Neo-naturalisme
Aliran baru ini berusaha mengungkapkan segi positif dari kehidupan manusia,
disamping segi-segi negatifnya.Tokohnya ialah Idrus dengan karya berjudul
"Hati Nurani Manusia" dan "Tak Putus Dirundung Malang"
karya STA.
d.
Determinisme
Aliran realisme yang melukiskan jalan hidup manusia yang ternyata sangat
dipengaruhi oleh nasibnya. Nasib dalam determinisme adalah dipengaruhi
oleh kondisi masyarakat sekitar, bencana alam, penyakit, kemiskinan, darah
keturunan, dsb.
2.
Ekspresionisme
Aliran
ekspresionisme mengutamakan pengungkapan jiwa pengarang. Dalam aliran ini,
pengarang akan mengungkapkan apa yang bergejolak dalam dirinya, sehingga bahan
utama dalam aliran ini adalah gejolah batin pengarang itu sendiri. Pada puisi
yang bercorak ekspresionisme, penyair tidak sekedar bercerita tetapi berteriak.
Hal itu terlihat dalam puisi Chairil Anwar berjudul "Pelarian".
Cabang-cabang
aliran ini adalah :
a.
Romantisme
Lebih mengutamakan perasaan, pengucapan cenderung diwarnai pada hasrat
terhadap alam yang luas, tempat yang masih suci bersih (H.B.Yassin), salah satu
ciri romantisme menurut Aoh Karta Hadimadja adalah tokoh-tokonya suka membunuh
diri karena terlalu kuat dihinggapi perasaan. Tokoh-tokoh romantisme dunia yang
sangat mengagumkan adalah Victor Hugo, Daniel Defoe, Wolter Scott, Shelly
terkenal karena romantisme merekea tidak hanya berlandaskan perasaan, tetapi
berakar pada pikiran, ilmu pengetahuan, dan pandangan hidup yang luas dan
dalam. Di Indonesia sendiri, romantisme nampak pada karya-karya angkatan Balai
Pustaka.
b.
Simbolisme
Aliran yang melukiskan sesuatu secara tersembunyi atau dengan terselubung.
Pengarang-pengarang zaman Jepang senang memakai gaya simbolik karena kondisi
politik saat itu. Misalnya Marya Amin, Ajib Rosidi, dan M.S.Ashar, dll.
c.
Idealisme
Aliran yang bertumpu pada cita-cita demi kemajuan bangsa, negara, dan tanah
air di masa mendatang. Kadang-kadang cita-cita terlampau membumbung tinggi.
Idealisme karangan yang berkelana dalam cita-cita dan bayangan masa depan yang
indah. Tokohnya adalah STA dengan karya "Layar Terkembang".
d.
Surealisme
Aliran yang tidak hanya mengungkapkan realita alam benda saja, tetapi juga
alam bawah sadar untuk mengemukakan suatu kenyataan secara lebih luas, meliputi
kesadaran dan ketidaksadaran, seperti objek-objek dalam mimpi keadaan jiwa
antara tidur dan jaga. Ada dalam karya Yudhistira ANM Massardi.
e.
Mistisisme
Sastra yang berusaha melukiskan suatu keadaan jiwa kepada wujud keilahian
atau kebenaran yang paling akhir, persatuan dengan yang paling tinggi. Jadi,
aliran ini aliran yang mendekatkan diri dan jiwanya ke alam ketuhanan. Pada
karya A.A. Navis dalam "Robohnya Surau Kami" dan"Kemarau"
karya M.Ali.
f.
Psikologisme
Mengungkapkan suatu kisah berdasarkan gerak-gerikjiwa para tokohnya.Contoh
karya-karyanya dalam "Jalan Tak Ada Ujung" dan
"Harimau-harimau" (Mochtar Lubis), "Belenggu" (Armin Pane),
"Atheis" (Achadiat Kartamihardja), dan "Korupsi" (Pramoedya
Ananta Toer).
g.
Eksistensialisme
Aliran yang berpendapat bahwa manusia membentuk dirinya sendiri sesuai
dengan jalan hidup yang dipilihnya sendiri, sebab itu manusia harus bertanggug
jawab pada keberadaan dirinya sendiri. Terdapat pada karya-karya Chairil Anwar.
3. Humanisme
Aliran zaman
Renaissanse yang menjadikan sastra klasik (dalam bahasa Latin dan Yunani)
sebagai dasar dari keseluruhan peradaban . Aliran yang bertujuan menghidupkan
rasa perikemanusiaan dan mencita-citakan kehidupan yang lebih baik. Secara
khusus, humanism adalah aliran intelektual di Eropa Barat selama abad ke-15 dan
ke-16. Humanis yang terkenal di zaman itu adalah Erasmus dan Thomas More.
Mereka menekuni karya-karya filsafat dan sastra. Baru pada abad ke-18, humanism
mulai memutlakkan keotonomian manusia.
4. Dadaisme
Gerakan seni
dan sastra awal abad ke-20 yang berdasar pada kebebasan total dan pertentangan
terhadap aturan, cita-cita, dan tradisi. Mula-mula muncul di Swiss sekitar
1913. Dadaisme berasal dari omongan seorang bayi yang belum terartikulasi.
Dianut oleh sejumlah seniman di Eropa Barat antara 1916-1925. Dadisme sama
sekali tidak mau menghasilkan apapun. Sama seperti puisi kontemporer.
2.
Sejarah Sastra
A.
Angkatan 20 (Angkatan Balai Pustaka/Siti Nurbaya)
Latar Belakang:
Latar Belakang:
- Pemerintahan jajahan mendirikan taman bacaan rakyat.
- Mengumpulkan/membukukan cerita rakyat.
- Memberi kesempatan kepada pengarang untuk lebih kreatif.
Ciri-ciri:
- Merupakan tuntunan budi pekerti.
- Mengumpulkan/membukukan cerita rakyat.
- Pelakunya sebagian besar meninggal dunia.
- Bertema kedaerahan dan kawin paksa.
- Nama pengarangnya dibukukan.
- Romantis sentrimentil (berlebihan).
Pengarang dan Beberapa Karyanya:
- Merari Siregar: Azab dan Sengsara, Si Jamin dan Si Johan, Binasa Karena Gadis Priangan.
- Marah Roesli: Siti Nurbaya, Anak dan Kemenakan, La Nami (Roman Sejarah).
- Abdul Muis: Salah Asuhan, Pertemuan Jodoh, Robert Anak Surapati (Roman Sejarah).
B. Angkatan 30/Angkatan Pujangga Baru (Majalah)
Latar Belakang:
- Pertemuan dengan Bangsa Eropa yang berpengaruh pada politik, jalan pikiran, pola hidup, dan hasil sastra.
- Lahirnya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang mengangkat Bahasa Melayu sebagai bahasa resmi sekolah.
Ciri-ciri:
- Bertema nasional.
- Romantis idealis (penuh cita-cita).
- Impresimisme (penuh kesan).
- Meniru kebudayaan Belanda.
- Bentuk puisinya berbaris: distikon, quin, kuatrin, cektek, tersina, septina, oktat, syair, soneta.
- Nama pengarang ditulis.
- Bahasa klise ditinggalkan.
- Ada permainan bunyi.
Pengaran dan Beberapa Karyanya:
- STA (Sultan Takdir Alisjahbana): Layar Terkembang (Roman), Anak Perawan di Sarang Penyamun (Roman), Tebaran Mega (kumpulan puisi).
- Armijn Pane: Habis Gelap Terbitlah Terang (kumpulan terjemahan surat), Belenggu (Roman), Jiwa Berjiwa (kumpulan puisi).
- Amir Hamzah: Buah Rindu (kumpulan puisi), Nyanyi Suci (berisi kerinduan seseorang pada Tuhannya/puisi), Bhagawat Gita (prosa).
C. Angkatan '45
Latar Belakang:
- Kekejaman penjajah terhadap rakyat/sastra.
- Penderitaan rakyat akibat revolusi.
Ciri-ciri:
- Ekspresionisme
- Romantis realistis.
- Lebih mementingkan isi daripada bahasa.
- Humanisme Universal.
- Sinisme.
- Realita (sesuai kenyataan).
Pengarang dan Beberapa Karyanya:
- Chairil Anwar (Raja Puisi): Aku, Kerawang Bekasi, Diponegoro, Beta Pattirajawane.
- Mochtar Lubis: Harimau! Harimau! (Roman), Jalan Tak Ada Ujung (Roman), Tak Ada Esok (Roman).
- Idrus (Raja Prosa): Surabaya, Corat-coret di Bawah Tanah, Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
D. Angkatan '50
Nama angkatan ini diusulkan oleh W.S. Rendra, namun tidak mendapat sambutan karena latar belakang, ciri-ciri, dan pengarang sebagian besar sama dengan Angkatan '45.
Pengarang dan Beberapa Karyanya:
- W.S. Rendra (Raja Penyair dan Dramawan): Balada Orang-orang Tercinta (kumpulan puisi), Balada Terbunuhnya Atma Karpo (kumpulan puisi), Odipus Sang Raja (Drama).
- Ajip Rosidi: Tahun-tahun Kematian (kumpulan cerpen), Surat Cinta Endang Rosidin, Pesta (kumpulan puisi).
- NH. Dini: Dua Dunia (kumpulan cerpen), Namaku Hiroko (Roman), Padang Halang di Belakang Rumah (Roman), Pada Sebuah Kapal.
E. Angkatan '66
Latar Belakang:
- Penyelewengan oleh pemimpin rakyat.
- Korupsi merajalela.
- Pengangkapan dan kekejaman terhadap orang-orang yang menentang pemerintahan
Ciri-ciri:
- Bentuknya puisi bebas dan cerpen.
- Isinya protes terhadap pemimpin yang lupa daratan.
- Bahsanya panjang-panjang.
- Temanya penderitaan rakyat.
- Munculnya kelaguan
Pengaran dan Beberapa Karyanya:
- Taufik Ismail: Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini, Dari Ibu Seorang Demonstran, Yang Kami Minta Hanyalah Sebuah Bendungan Saja, Malu Aku Jadi Orang Indonesia.
- Masyur Samin: Pidato Seorang Demonstran, Pernyataan, Ode Pemakaman.
- Buur Raswanto: Telah Gugur Beberapa Nama, Tirani, Bumi yang Berpeluh, Mereka Telah Bangkit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar