DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I STUDI SINTAKSIS
1.
Hakikat
Sintaksis .................................................................................... 1
2.
Alat
Dan Satuan Sintaksis ...................................................................... 2
3.
Hubungan
Antar Unsur dalan Satuan Sintaksis ..................................... 5
4.
Aplikasi
Analisis Sintaksis ..................................................................... 7
5.
Tugas
Dan Latihan ............................................................................... 10
BAB II :FRASE
1.
Hakikat
Frase ....................................................................................... 11
2.
Jenis
Frase ............................................................................................ 12
3.
Tugas
Dan Latihan ............................................................................... 19
BAB III :STRUKTUR FRASE
1. Struktur Frase Endosentris ................................................................... 20
2. Hubungan Makna Antara Unsur Fras .................................................. 35
3. Tugas Dan Latihan ............................................................................... 38
BAB IV :PENUTUP
Kesimpulan ........................................................................................... 40
Saran ..................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
STUDI
SINTAKSIS
1.
Hakikat
Sintaksis
Sebagai
suatu subsistem bahasa sintaksis mempersoalkan hubungan antara kata dan satuan-satuan
yang lebih besar, suatu kontruksis yang disebut kalimat. Hubungan antara
satuan-satuan itu memperlihatkan adanya semacam hirarki atau tata urut
tingkatan. Dalam uraian menegenai hakikat bahasa telah dijelaskan bahwa tata
urut tingkatan bahasa tertentu dan urutan yang paling besar atau paling tinggi
(wacana) ke yang paling kecil (rendah) adalah bunyi (fonem). Dalam subsistem
gramatika tataran yang paling kecil adalah morfem.
Hubungan
hirarki sebagaimana disebutkan di atas kadang kala tidak selalu normal. kadang
hubungan itu memperlihatkan penyimpangan antara lain:
a.
Perlompatan
tataran atau sering disebut juga perlompatan tingkat adalah pengisian oleh
satuan gramatikal sebagai konsistuen
dalam tataran yang sekurang-kurangnya dua jenjang lebih tinggi. Misalnya morfem
langsung menjadi konsituen frase, atau kata langsung menjadi konsituen frase,
atau kata langsung menjadi konsituen kalimat.
Contoh:
-
Ku
(morfem) dalam baju baruku (frase)
-
Sedang
mandi (frase) dalam kalimat sedang mandi (kalimat)
b.
Penyematan
atau pelapisan adalah penggunaan satuan gramatikal sebagai konsituen dalam
tataran yang sama.
Contoh:
-
Rumah
(kata) dalam perumahan (kata)
-
Tahun
pertama (frase) dalam mahasiswa tahun pertama frase
c.
Penurunan
tataran adalah pengisian satuan gramatikal sebagai konsituen dalam tataran yang
lebih rendah.
Contoh:
-
Ikut
serta (frase) dalam keikutsertaan
-
tidak
hadir (frase) dalam ketidakhadiran (kata)
Secara visual penyimpanan hirarki diperlihatkan oleh gambar
berikut:

2.
Alat
Dan Satuan Sintaksis
1)
Alat
Sintaksis
-
Urutan
Deretan
atau rangakaian antara satu kata yang
lain, tidak terjadi secara tidak baraturan. Pada umumnya setiap dalam setiap
bahasa peranab urutan kata ikut penentuan makna gramatikal.
Contoh:
Roti
makan ibu.
Ibu
makan roti.
Dapat dikenali bahwa urutan “Roti makan ibu”,
tidak berterima, sedangkan urutan “Ibu
Makan Roti”, dengan mudah dapat dipahami oleh penutur bahsa Indonesia.
-
Bentuk
kata
Bentuk
kata dapat dikenali dengan melekatnya afiks pada kata tersebut. Afiks-afiks tersebut memperlihatkan makna
gramatikal yang bermacam-macam, antara lain: jumlah, persona, jenis, kala,
aspek, modus, diates, aktif, pasif.
Contoh:
Dari
urutan “roti makan ibu” kata makan diberi afiks sehingga menjadi dimakan.
Sehingga urutan itu menjadi “roti dimakan
ibu”.
-
Intonasi
Dalam ragam lisan intonasi berperan penting
untuk mengungkapkan makna. Dalam tulisan intonasi dinyatakan dengan tanda baca
atau pemakaian huruf. Dalam bahasa Indonesia dibahas antara pokok kalimat dan
sebutan ditunjukkan oleh intonasi misalnya “Ali guru SD”, diantara Ali dan guru
SD terdapat jeda yang membatasi antara ali dan guru SD.
-
Partikel
atau Kata Tuga
Partikel
atau kata tugas sebagai unsur bahasa
memiliki ciri-ciri antara lain biasanya tidak mengalami proses morfologis dan
jumlahnya terbatas. Partikel atau kata tugas biasanya terdapat dalam jenis
wacana apa saja.
Contoh:
“Ayah
pulang dari solo”. Dalam ujaran itu sangant diperlukan hadirnya preposisi dari
setelah kata pulang sehingga ujaran itu secara lengkap menjadi “Ayah pulang
dari Solo”.
2)
Satuan
Sintaksis
Kata merupakan satuan terkecil dalam sintaksis. Satuan yang lebih
besar dari kata adalah frase, klausa,
dan kalimat.
-
Kata
Dalam
tataran gramatikal, kata adalah satuan terkecil dalam kalimat. Kata memiliki
potensi untuk berdiri sendiri, dan dapat berpindah dalam kalimat. Misalnya kata
“semalam”, dapat berpindah diawal kalimat, ditengah atau akhir kalimat.
Misalnya:
Semalam hujan turun
Hujan semalam turun
Hujan turun semalam
-
Frase
Frase
adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak
berciri klausa, atau tidak memiliki ciri predikat, dan pada umumnya menjadi
pembentuk klausa. Frase memiliki potensi untuk berdiri sendiri menjadi kalimat.
Urutan
kata dalam frase seringkali bersifat kaku sehingga jika ada kemungkinan
berpindah, secara utuh frase akan berpindah dengan urutan kata yang tetap.
Misalnya:
Tadi pagi ia
datang
Ia tadi pagi
datang
Ia datang tadi pagi
-
Klausa
Klausa
adalah satuan gramatikal yang disusun oleh kata atau frase dan memiliki satu
predikat. Klausa merupakan unsur pembentuk (konstituen) kalimat.
Contoh:
Ali membaca buku itu …..
Ali dan ani membaca buku
itu …..
Ali melihat ani datang
…..
Dalam
satu klausa hanya terdapat satu predikat. Ali melihat ani datang. Merupakan
satuan koordinatif, sehingga tidak merupakan satuan klausa. Klausa dapat
menjadi kalimat, dika didalam klausa itu diberikan intonasi final atau diakhiri
dengan atnda titik.
Contoh:
Ali membaca buku itu.
Ali dan ani membaca buku
itu.
Ali melihat ani datang.
Dalam
klausa terdapat bagian inti. Klausa itu dapat diperluas dan perluasan itu
dengan menambahkan keterangan waktu, tempat, cara dan lain-lain.
Contoh:
Kemarin ali
membaca buku itu …..
Ani menulis surat sejelas-jelasnya
……
Satuan
sintaksis yang lebih dari klausa adalah kalimat. Kaliamat adalah satuan
gramatikal yang disusun oleh konstituen dasar dan intonasi final. Konstituen dasar dapat berupa klausa, frase,
maupun kata.
Contoh:
Ali membeli mangga
(klausa)
Mangga manis! (frase)
Mangga! (kata)
Jika
kalimat diatas dilafalkan maka akan jelaslah peranan intonasi final, dalam
menentukan status kalimat. Karena peranan intonasi finalah kaliamat merupakan
satuan gramatikal yang bebas. Kalimat sebagamana satuan sintaksis yang lain
dapat diperluas dengan menambah klausa, dengan sifat hubungan parataktis,
koordinatif, atau subordinatif.
3.
Hubungan
Antar Unsur Dalam Satuan Sintaksis
Satuan-satuan
sintaksis sebagai suatu kontruksi disusun oleh beberapa unsure pembentuk atau
konstituen. Dalam membentuk suaru kontruksi unsure-unsur itu memperlihatkan
berbagai macam hubungan. Hubungan itu antara lain:
a.
Hubungan
perwatasan
Dalam suatu kontruksi yang membentuk satuan sintaksis terdapat
salah satu unsure sebagai inti dan yang lain bukan inti, atau salah satu unsure
sebagai induk dan unsure yang lain sebagai pewaras. Dalam kontruksi itu induk
berperan sebagai pusat informasi, sedangkan pewaras menjelaskan atau membatasi
informasi.
Contoh:













Dalam kontruksi sahabat lama, sahabat merupakan induk lama dan lam
merupakn pewaras.
Sedangkan dalam kontruksi sangat cantik merupakan induk dari kontruksi
tersebut. Dan diperjelas oleh kata sangat sebagai pewarasnya.
b.
Hubungan
tak berpusat
Satuan sintaksis yang dibentuk oleh unsusr-unsur pembentuknya
memperlihatkan kontruksi yang tak memiliki induk pusat. Diantara unsure yang
membentuk kontruksi satuan sintaksis tidak ada satupun yang menjadi induk
kontruksi.
Contoh:












kontruksi “di sekolah”, dari “dari rumah” adalah kontruksi tak
berpusat, atau kontruksi ekso sentries, karena unsure-unsurnya tidak satu pun
berstatus sebagai induk.
c.
Hubungan
pembawahan
Unsur-unsur yang membentuk kontruksi tidak memiliki kedudukan yang
sama. Salah satu unsure memperlihatkan ketergantungan terhadap unsure lain.
Salah satu unsure adalah induk dan unsure lain adalah bawahan.
Dalam kontruksi “sahabat lama” misalnya, sahabat sebagai konstituen
atasan, dan lama sebagai konstituen bawahan.
d.
Hubungan
koordinatif
Dalam hubungan koordinatif konstituen yang membentuk kontruksi itu
memiliki fungsi gramatikal yang setara membentuk satu kesatuan. Penyambungan
konstituen itu pada umumnya menggunakan partikel penghubungan., namun kadang
juga tanpa partikel penghunbung, melainkan dengan urutan atau unsure
suprasegmental saja.
Contoh:











![]() |
e.
Hubungan
parataktis
Hubungan parataktis disebut juga hubungan tanpa partikel
penghubung.
Contoh:
Ali terperosok; ani terjatuh
Kontruksi diatas dibentuk oleh dua kontruksi yaitu “ali terperosok”
dan “ani terjatuh” yang tidak dihubungkan oleh partikel penghubung, melainkan
oleh tanda baca atau oleh pemenggalan apabila kontruksi itu dilafalkan.
4.
Aplikasi
Analisis Sintaksis
Sebagai suatu kontruksi satuan-satuan sintaksis dibentuk oleh
unsure-unsur yang membentuk pola-pola. Suatu kegiatan untuk mendeskripsikan
pola-pola yang mendasari satuan-satuan sintaksis serta
konstituen-konstituennyalazim disebut sebagai analisis sintaksis. Untuk itu
diperlukan perangkat-perangkat analisis yang mampu mendeskripsikan pola-pola
kontruksi sintaksis. Perangkat-perangkat tersabut antara lain:
a.
Perangkat
alat sintaksis
Urutan,
sebagai alat sintaksis, mempersoalkan apakah urutan satuan sintaksis menentukan
terwujudnya suatu kontruksi?untuk mengetahui hal ini kita dapat menguji,dengan
cara menanyakan kepada penutur asli sesuatu (bahasa), menerima urutan yang
dimaksud dalam bahasanya.
Alat
sintaksis yang berikutnya adalah bentuk kata. Sebagaimana halnya urutan, bentuk
kata juga dapat digunakan untuk memberikan apakah suatu kontruksi itu
gramatikal atau tidak.
Partikel
merupakan alat sintaksis yang kehadirannya dalam suatu kontruksi adalah wajib.
Misalnya, dalam ujaran “ibu memasak dapur”, terdapat unsure yang tidak lengkap.
Ujaran itu akan berterima jika didepan nomina dapur diletakkan proposi di,
sehingga ujarannya berbunyi ibu memasak didapur.
Intonasi
sebagai alat sintaksis membatasi satuan-satuan sintaksis, apakah itu kata,
frase, klausa atau kalimat. Sebuah kontruksi klausa akan berubah statusnya,
setelah klausa itu diberikan intonasi final.
b.
Perangkat
satuan sintaksis
Sintaksis
dapat dideskripsikan atas kontruksi satuan-satuannya. Kata dapat dikenali dari
unsure dan proses pembentukannya. Ada yang mengalami proses gramatikal,
afiksasi, reduplikasi, pemendekan maupun komposisi.
Frase
sebagai suatu satuan sintaksis yang dapat dikenali sebagai suatu kelompok kata
berstruktur yang bukan klausa yang dapat dipecah menjadi kata. Berciri
endosentris dan ekosentris.
Satuan
sintaksis klausa sebagai suatu kontuksi, sebagaimana kontruksi satuan sintaksis
kat atau frase, dapat dianalisis antara lain distribusi satuannya, dan struktur
internalnya berdasarkan distrbusinya dibedakan atas klausa bebas dan terikat. Disebut
klausa bebas karena dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal, sedangkan
klausa terikat, tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal.
Kalimat
sebagai satuan sintaksis terbesar dapat dianalisis berdasarkan lima ukuran,
yaitu jumlah dan macam klausa, struktur intern klausa utama, jenis tanggapan
yang diharapkan, sifat hubungan pelaku perbuatan dalam klausanya, dan ada
tidaknya ingkan dalam predikat utama.
c.
Perangkat
fungsi sintaksis
Bersama-sama
dengan kategori dan peran, fungsi sintaksis memperiahatkan tataran analisis
sintaksis. Fungsi sintaksis sebagai tataran paling atas, tataran kategori dibawahnya,
dan tataran peran-peran sintaksis sebagai tataran paling bawah.
Fungsi sintaksis itu sendiri tidak memiliki
bentuk dan tidak memiliki makna tertentu, dan harus diidi oleh bentuk tertentu,
dan makna tertentu. Fungsi itu sendiri semacam kotak atau slot yang harus
diisi. Dalam bahasa Indonesia dikelal dengan istilah gatra yang dapat
disamarkan dengan fungsi. Menurut verhaar fungsi sintaksis yaitu subjek,
predikat, objek dan keterangan.
d.
Perangkat
kategori sintaksis
Kategori
adalah pengisi fungsi sintaksis.menurut verhaar ada beberapa kategori sintaksi
antara lain nomina (kata benda), verba (kata kerja), adjektiva (kata
sifat), proposisi (kata depan).
e.
Perangkat
peran sintaksis
Peran
sintaksis dalam bahasa Indonesia antara lain, pelaku (agnetif), tindakan
(aksi), tujuan (objek), penerima (benefaktif), penyebab (kausatif), alat
(instrumental ), waktu (temporal), tempat (lokatif), sandangan (pasif), dan
memilikan (posesif).
Contoh:
Ali melihat ani
Fungsi (S) (P) (O)
Kategori (N) (V) (N)
Peran (pelaku) (tindakan) (tujuan)
5.
Tugas
dan latihan
1.
Jelaskan
secara singkat hakikat sintaksis!
2.
Secara
nominal hirarki bahasa tersusun dari unsure yang paling tinggi yaitu wacana,
dan paling rendah adalah fonem. Kadang-kadang terjadi penyimpangan yang berupa
pelompatan, pelapisan, dan penurunan. Jelaskan secara singkat ketiga
penyimpangan hirarki diatas dan berikan contoh!
3.
Ada
berapa macam satuan sintaksis?sebutkan dan berikan contoh!
4.
Secara
normal hirarki bahasa tersusun dari unsure yang paling tinggi yaitu wacana dan
paling rendah adalah fonem. Kadang-kadang terjadi penyimpangan yang berupa
pelompatan, pelapisan dan penurunan. Jelaskan secara singkat penyimpangan
hirarki diatas dan berikan contohnya!
5.
Untuk
dapat menganalisis kalimat dengan cermat dan rentang, dikenal perangkat tataran
sintaksis, yaitu fungsi, kategori. Jelaskan tataran sintaksis diatas!
BAB
II
FRASE
1.
Hakikat
Frase
Untk lebih
mendalami hakikat, konsep, atau pengertian frase, dapat dicermati contoh
berikut.
“seorang dokter
sedang memeriksa pasien itu di kamar”.
Ujaran diatas
merupakan sebuah kalimat yang terdiri dari sebuah klausa.
Fungsi-fungsi
sintaksis ujaran diatas adalah:
Subjek : seorang dokter
Predikat : sedang memeriksa
Objek : pasien itu
Objek : di kamarkeempat fungsi diatas yaitu S,P,O
Ddan K. masing-masing diisi oleh satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata
yaitu:
-
seorang
dokter
-
sedang
memeriksa
-
pasien
itu
-
di
kamar
Seorang
dokter menduduki
fungsi S, sedang memeriksa menduduki fungsi P, pasien itu menduduki
fungsi O, dan di kamar menduduki fungsi K.
Satuan-satuan
sintaksis diatas, tampaknya terdiri dari dua kata, dan mengisi fungsi-fungsi
tertentu, serta tidak melampaui fungsi yang lain. Demikianlah satuan sintaksis
yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi yang
ditempatinya merupakan satuan gramatikal yang disebut frase.
Dari uraian
diatas dapat disimpulkan hakikat frase, yaitu:
1.
Frase
merupakan satuan gramatikal yang merupakan gabungan dua kata atau lebih.
2.
Frase
merupakan satuan yang mengisi salah satu fungsi.
3.
Frase
merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi.
4.
Frase
merupakan gabungan kata yang bersifat nonpredikat.
2.
Jenis
Frase
1)
Penjenisan
frase berdasarkan unsure pembentukannya
Berdasarkan unsure pembentukannya frase dibedakan atas frase yang
unsurnya berupa kata, dan frase yang unsurnya frase, dan frase merupakan
gabungan keduanya.
a.
Frase
yang unsurnya berupa kata
Salah satu cirri frase sebagaimana sudah dijelaskan bahwa frase
merupakan satuan gramatikal yang berupa gabungan dua kata atau lebih. Hal ini
mengisyaratkan bahwa terdapat frase yang unsure-unsur pembentuknya atau
konstituennya berupa kata dan ada pula gabungan dari gabungan kata.
Contoh:
1.
Gedung
itu
2.
Sekolah
itu
3.
Perpustakaan
itu
4.
Bangunan
itu
5.
Rumah
itu
6.
Kantor
itu
7.
Perumahan
itu
8.
Pasar
itu
9.
Gedung
sekolah
10.
Gedung
perpustakaan
11.
Bangunan
rumah
12.
Bangunan
kantor
13.
Bangunan
perumahan
14.
Bangunan
pasar
Contoh frase 1-4 tersebut dengan mudah kita kenali sebagai satuan
gramatikal yang unsur-unsur pembentukannya atau konstituennya berupa kata.
Kontruksi 1 konstituennya adalah gedung dan itu konstituennya 2
adalah sekolah dan itu konstituennya 3 adalah perpustakaan dan
itu. Demikian juga kontruksi 4-8 berturut-turut konstituennya adalah bangunan,
rumah, kantor, perumahan,pasar, dan kata itu yang merupakan salah satu
konstituen kontruksi 4-8.
Untuk kontruksi
9-10 konstituennya adalah gedung dan sekolah serta perpustakaan,
sedang konstituen untuk kontruksi 11-14 adalah bangunan dan
berturut-turut rumah, kantor, perumahan, dan pasar.
Kontruksi dan konstituen pembentukan frase 1-14 secara diagram
digambarkan sebagai berikut:
Frase
|
konstituen
|
|
kata
|
kata
|
|
1. gedung itu
|
gedung
|
itu
|
2. sekolah itu
|
sekolah
|
itu
|
3. perpustakaan itu
|
perpustakaan
|
itu
|
4. bangunan itu
|
bangunan
|
itu
|
5. rumah itu
|
rumah
|
itu
|
6. kantor itu
|
kantor
|
itu
|
7. perpustakaan itu
|
perumahan
|
itu
|
8. pasar itu
|
pasar
|
itu
|
9. gedung sekolah
|
gedung
|
sekolah
|
10. gedung
perpustakaan
|
gedung
|
perpustakaan
|
11. bangunan rumah
|
bangunan
|
rumah
|
12. bangunan rumah
|
bangunan
|
kantor
|
13. bangunan perumahan
|
bangunan
|
perumahan
|
14. bangunan pasar
|
bangunan
|
pasar
|
b.
Frase
yang unsurnya berupa frase
Sebagai suatu satuan gramatikal frase dapat pula disususn oleh
satuan yang lebih besar dari kata. Secara hirarki memang kata adalah satuan
gramatikal setingkat dibawah frase. Sebagaimana diketahui proses gramatik al
tidak selamanya berlangsung normal. Artinya kadang terjadi gramatikal tidak
selamanya berlangsung normal. Artinya kadang terjadi penyimpangan apakah itu
pelompatann, pelapisan, maupun penurunan tingkat.
Dalam hal ini pelapisan misalnya proses gramatikal terjadi pada
tataran yang sama. Pada contoh 15-20 berikut, memperliatkan proses
gramatikalisasi pelapisan kata menjadi kata.
1.Lari dalam pelarian
2.Lading dalam perladangan
3. Kebun dalam berkebun
4. Lepas dalam terlepas
5. Rumah dalam perumahan
6.Ambil dalam diambil
Hal yang sama, yaitu proses gramatikal pelapisan terdapat juga pada
tataran frase.
Contoh:
Frase baju baru anak itu, unsurnya atau konstituennya berupa frase
semua, yaitu baju baru dan anak itu. Selanjutnya frase baju baru terdiri dari
unsure yaitu berupa kata semua, yaitu kata baju dan baru, dan frase anak itu
terdiri dari dua unsure yang berupa kata sama, ialah anak dan itu.
Diagram proses gramatikalisasinya sebagai berikut:
Baju
baru anak itu


Baju baru anak itu




Baju baru anak itu
Frase perpustakaan sekolah. Sekolah itu, terdiri dari konstituen
frase yaitu perpustakaa sekolah dan sekolah itu. Tiap-tiap-tiap frase dibentuk
oleh dua kata, yaitu frase perpustakaan sekolah, oleh kata yaitu perpustakaan
dan sekolah. Sedangkan frase sekolah itu dibentuk oleh dua unsure kata yaitu
sekolahdan itu. Prose gramatikal frase yang digambarkan sebagai berikut:
Perpustakaan
sekolah itu


Perpustakaan sekolah siswa SMU




Perpustakaan sekolah sekolah itu
Diatas telah dijelaskan bahwa frase dibentuk oleh kata atau frase
sebagai unsure. Didalam kenyataannya ujaran terdapat pula frase yang unsure
pembentukannya terdiri dari gabungan kata dan frase, seperti pada contoh
berikut ini:
Misalnya yang terdiri dari tiga kata, ialah gedung, sekolah, dan
itu. Kata itu mungkin berkaitan dengan gedung hingga frase terdiri dari dua
unsure, yaitu frase gedung sekolah dan kata itu, atau mungkin juga kata itu
berkaitan dengan kata sekolah, sehingga frase gedung sekolah itu terdiri dari dua
unsur, ialah kata gedung dan frase sekolah itu. Jadi diagramnya mungkin dua
macam:
a.
Gedung
sekolah itu b. gedung sekolah itu
![]() |
![]() |
||




Gedung sekolah sekolah
itu
Contoh
berikutnya yaitu frase yang sedang menulis. Frase yang berikut ini
berbeda dengan frase sebelumnya yang memiliki dua kemungkinan, kontruksi frase
ini hanya memiliki satu kemungkinan kontruksi. Hal ini disebabkan kata yang
hanya memiliki kemungkinan berkaitan dengan menulis, dan bukan dengan sedang,
sehingga diagramnya pun berbeda.




Sedang menulis
2)
Penjenisan
frase berdasarkan distribusinya dalam kalimat
Berdasarkan distribusinya dalam kalimat frase dibedakan atas frase
endosentris dan frase eksosentris.
a.
Frase
endosentris
Frase endosentris adalah frase yang keseluruhan komponennya
mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan salah satu komponennya atau frase
yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun
salah satu dari unsurnya tersebut.
Contoh:
“Ia tidak memiliki rumah pekarangan”
Rumah pekarangan dalam kalimat tersebut memiliki distribusi yang
sama dengan rumah pada atau dengan distribusi pekarangan pada:
Ia tidak memiliki rumah
Ia tidak memiliki pekarangan
b.
Frase
pada eksosentris
Frase eksosentris adalah frase yang sebagian atau seluruh
komponennnya tidak memiliki perilaku sintaksis dengan keseluruhan
komponen-komponennya. Atau juga bisa dikatakan frase yang tidak mempunyai
distribusi yang sama dengan semua unsurnya.
Contoh:
“dia membaca diperpustakaan”
Frase diperpustakaan pada kalimat berikut terdiri dari di dan
perpustakaan secara utuh dapat mengisi keterangan pada kalimat tersebut.
Akan tetapi komponen di dan perpustakaan tidak dapat menggantikan
keseluruhan komponen sebagai pengisi fungsi keterangan, sebab kontruksi dibawah
ini tidak berterima.
“dia membaca di*”
Dia membaca perpustakaan*”
3)
Penjenisan
frase berdasarkan kelas katanya
a.
Frase
nominal
Frase normal adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan
kata nominal, atau frase yang induknya adalah kelas nominal. Persamaan
distribusi itu diperlihatkan oleh kontruksi berikut ini:
“mahasiswa lama sedag ujian”
“mahasiswa yang sedang ujian”
Frase mahasiswa lama pada kaliamat tersebut adalah frase nominal,
karena memiliki distribusi yang sama dengan kelas nominal, yaitu mahasiswa.
b.
Frase
verba
Frase verba adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan
kata verba. Persamaan distribusi itu diperlihatkan oleh kontruksi berikut ini:
“ia akan pergi ke sukabumi”
“ia pergi kesukabumi”
Frase akan pergi, adalah frase verbal, karena memiliki distribusi
yang sama dengan kata verbal, yaitu pergi.
c.
Frase
adjektival
Frase adjektival adalah frase yang distribusinya sama dengan kata
adjektival. Persamaan distribusi itu diperlihatkan oleh contoh berikut ini:
“minuman the ini kurang manis”
“minuman the ini manis”
Frase kurang manis adalah frase adjectival, karena memiliki
distribusi yang sama dengan kata adjectival, yaitu manis.
d.
Frase
bilangan
Frase bilangan adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama
dengan kata bilangan. Kesamaan distribusi itu yang tampak pada distribusi
berikut ini:
“dua buah mobil itu telah terjual”
“dua mobil itu telah terjual”
Frase dua buah adalah frase bilangan karena memiliki distribusi
yang sama dengan kata bilangan, yaitu dua.
e.
Frase
keterangan
Frase keterangan adalah frase yang distribusinya sama dengan kata
keterangan, yaitu kata yang memiliki kecenderungan fungsi keterangan (ket). Persamaan distribusi tersebut seperti
tampak pada contoh berikut:
“sekarang ini doni baru mandi”
“sekarang doni baru mandi”
Farse sekarang ini adalah frase keterangan karena memiliki
distribusi yang sama dengan katerangan, yaitu sekarang.
f.
Frase
depan
Frase depan adalah sebagai penanda, diikuti oleh kata/frase nominal
adjectival, verbal, bilangan, atau keterangan sebagai petandanya. Frase depan
atau frase preposional ini seluruh komponennya tidak berperilaku sintaksis sama
dengan komponen-komponen, baik dengan preposisinya maupun sumbunya. Perhatikan
contoh berikut:
“dengan tangkas ia menangkap bola itu”
Frase dengan tangkas, terdiri dari preposisi dengan sebagai penanda
dan diikuti adjektiva tangkas sebagai penanda.
3.
Tugas
dan latihan
1.
Terdapat
empat hakikat atau pengartian dasar tentang frase. Jelaskan secara singkat!
2.
Frase
ada yang dibentuk dari unsure kata, dari unsure frase, dan ada pula yang
gabungan antara kata dan frase. Jelaskan dan berikan contoh!
3.
Jelaskan
bagaimana proses gramatikalisasi dari terbentuknya frase nerikut:
a.
Sekuntum
bunga mawar
b.
Mahasiswa
alih program
c.
Gedung
pencakar langit
4.
Berdasarkan
distribusinya frase dibedakan atas frase endosentris dan eksosentris.
a)
Jelaska
perbadaan keduanya
b)
Beri
contoh masing-masing
5.
Frase
dibedaka berdasarkan kelas katanya, mengapa demikian, jelaskan!
Tentukan juga kelas kata frase berikut
a.
Daun
muda
b.
Angkat
besi
c.
Biru
laut
BAB
III
STRUKTUR
FRASE
1.
Struktur
Frase Endosentris
Telah dijelaskan bahawa frase endosentris yang dapat mengisi salah satu
fungsi sintaksis memiliki distribusi yang sama dengan sebagian atau keseluruhan
komponennya dan berarti bahwa dalam frase endosentris itu terdapat unsure yang
dapat mewakili frase tersebut. Dalam frase sudah datang misalnya, dalam
distribusinya dapat diwakili oleh datang sebagai intinya. Demikian pula
frase rumah pekarangan misalnya, distribusinya oleh rumah, maupun
pekarangan. Ini berarti bahwa frase rumah pekarangan memiliki dua
inti yaitu rumah dan pekarangan. Berdasarkan hal diatas struktur
frase endosentris ini dibedakan atas frase berinduk satu dan berinduk ganda.
1)
Frase
endosentris berinduk satu
Seperti dijelaskan diatas, dalam frase endosentris, terdapat
konstruksi yang memiliki satu inti, dan ada pula yang dua inti. Frase
endosentris yang mempunyai satu inti disebut frase endosentris berinduk satu.
Unsur yang lain dalam farse itu disebut modifikasi. Dengan demikian kontruksi
frase berinduk satu adalah satu unsure sebagai induk dan unsure yang lain dalam
frase itu disebuat modiikatif atau pewaras. Farse yang demikian disebut frase
modifikatif.
Contoh:
Pada farse “anak itu” induknya adalah anak dan pewatasnya
adalah itu.




anak itu


inti pewatas
pada frase “harus datang” dibentuk oleh kata datang sebagai
inti atau induknya, dan harus sebagai modifikasi atau pewatasnya.




harus datang



pewatas inti
selanjutnya, penandaan kategori induk yang menentukan kategori
frase sama dengan kategori kata. Sehubungan dengan hal itu frase endosentris
berinduk satu berdasarkan kategori kata yang menduduki unsure inti frase,
dibedakan atas:
a.
Struktur frase nominal (FN)
Frase nominal yaitu frase yang induknya atau intinya nominal
diikuti oleh unsure lain yang berupa nominal atau kategori kata yang lain.
Konstruksi frase nominal ini memperlihatkan beberapa pola struktur intern.
Contoh:


Frase nominal terdiri dari nomina sebagai inti diikuti oleh satu
nomina atau lebih.

Anak laki-laki satu nomina

Pemuda pelopor
desa
Dina seorang
darma wanita lebih dari satu nomina


Dengan
Demi
Untuk
Tentang
Frase nominal terdiri dari nomina satu diikuti nomina partikel dan
diikuti nomina.
Contoh:
Meja kayu jepara
Hadiah untuk nenek
Buku tentang ekonomi

Frase nominal terdiri dari nomina diikuti oleh afiks se- dan
diikuti oleh nomina.
Contoh:
Teman se kelas
Orang se kampong
Nasi se piring


FV
Frase nominal terdiri dari nomina diikuti yang diikuti verba atau
frase verba dan diikuti demonstrative.
Contoh:
Orang yang saya lihat
Semboyan yang dicetuskan
Ayat yang tersebut diatas itu

FN
Contoh:
Harta yang dimilikinya itu
Ibu yang dicintainya
Kekayaan yang dikuasainya itu
Frase diatas dibentuk oleh nomina diikuti yang diikuti verba atau
frase verba diikuti –nya dan demonstrativa.

Frase nomina terdiri dari nomina sebagai inti yang, nominanya dan
demonstrativa.
Contoh:
Karyawan yang tinggalnya di pinggir kota
Binatang yang persembunyiannya di goa-goa
Gadis yang senyumnya manis itu
Frase diatas, dibentuk oleh nomina, yang, nomina, diikuti –nya dan
diikuti demonstrativa.

Frase nominal terdiri dari nomina, diikuti adjektif. Intinya nomina
dan pewatasnya adjektif.
Contoh:
Rumah mungil
Wajah cantik
Anak pandai

Frase nominal terdiri nomina sebagai inti diikuti oleh adjektif dan
adjektif sebagai pewaras.
Contoh:
Gadis muda belia
Bunga mawar merah
Anak kecil mungil

Contoh:
Tanah lapang yang tandus
Jagung muda yang manis
Kain panjang yang mahal
Frase diatas dibentuk oleh nomina sebagai inti, diikuti yang
dan adjektif.

Frase nominal terdiri dari nomina sebagai intisiikuti yang, diikuti
adjektif dan ajektif intinya nomina, pewatanya yang dan adjektif.
Contoh:
Rambut yang kuat kusut masai
Pernandaan yang indah permai
Anak yang kecil mungil

Frase nominal terdiri dari nomina. Sebagai inti diikuti afiks meN
diikuti bebtuk dasar.
Contoh:
Proses memilih
Proses merncang
Hasil menjual

Frase nominal terdiri dari nomina, sevbagai inti, diikuti afiks
ber- ditambah bentuk dasar.
Contoh:
Tangan bercincin
Buku bergaris
Dapur berasap


F
Bil
Frase nominal terdiri dari nomina didahului bilangan atau frase
bilangan.
Contoh:
Sedikit pendatang
Banyak orang
Seribu mahasiswa

Frase nominal terdiri dari nomina sebagai inti diikuti
demonstrative.
Contoh:
Rumah itu
Orang itu
Pemilihan itu

Frase nominal terdiri dari nomina sebagai inti diikuti pronominal.
Contoh:
Mobil mereka
Buku kami
Negara kita

A
Ter- V
Frase nominal terdiri dari partikel diikuti nomina, adjektiva, atau
afiks ter- diikuti verba.
Contoh:
Kaum lemah
Si miskin
Kaum buruh
b.
Struktur
frase adjektiva
Frase adjectival adalah frase yang induknya ajektiva dengan pewatas
atau modifikasi berkategori apapun atau beberapa kata kategori apapun yang
keseluruhannya berperilaku sebagai adjektiva. Konstruksi frase adjectival ini
memperlihatkan beberapa pola struktur, intern.

Contoh:
Sudah pasti
Belum pasti
Cuma pusing
Frase-frase tersebut adalah frase adjectival yang berstruktur
adverbial diikuti ajektiva. Atau dapat juga dikatakan ajektiva didahului
adverbia.

FA terdiri dari ajektif sebagai unsure inti dan adverbia sebagai
pewatas.
Contoh:
Nikmat juga
Cantik nian
Susah sungguh
Terdiri dari ajektif sebagai inti, diikuti oleh adverbial.

Frase ajektif terdiri atas unsure inti ajektif diikuti oleh
ajektif.
Contoh:
Aman tentram
Bimbang ragu
Gagah perkasa

Frase ajektif terdiri dari ajektif sebagai inti diikuti oleh morfem
unik.
Contoh:
Kering kerontang
Gelap gulita
Sehat walafiat
Terdiri dari ajektiva sebagai inti yaitu kering, gelap, dan sehat.
Diikuti morfem unik yaitu kerontang, gulita, walafiat.

Frase ajektival terdiri dari ajektiva, diikuti nomina.
Contoh:
Biru laut
Merah hati
Baik hati

Frase ajektif terdiri dari ajektival didahului dan adverbial.
Contoh:
Agak kurang sehat
Sering tidak lancer
Agak lebih baik
Terdiri dari adverbial
sebagai inti yaitu :sehat, lancar, baik. Adverbianya yaitu: agak kurang, sering
tidak, agak lebih.

Frase ajektival terdiri dari ajektiva sebagai inti diapit oleh
adverbial.
Contoh:
Agak lama juga
Sudah sembuh lagi
Tidak sakit lagi

Frase adjectival sebagai inti diapit di depan oleh adverbial dan di
belakang oleh nomina.
Contoh:
Agak sakit hati
Tidak senang hati
Tidak enak badan
c.
Struktur
frase pronominal
Frase pronominal adalah frase yang berupa gabungan pronominal
dengan pronominal, atau dengan kategori lain. Konstruksi FPr ini memperlihakan
pola-pola sebagai berikut:

Frase pronominal terdiri dari pronominataktif diikuti oleh
pronominal tak takrif.
Contoh:
Kami sendiri
Kita sendiri
Mereka sendiri
FPr Pr +A
Taktif/taktatif
+ A
Frase pronominal terdiri dari pronominal taktif atau taktatif
diikuti oleh ajektif.
Contoh:
Mereka saja
Kalian saja
Kamu saja

Frase pronominal terdiri dari pronominal taktif didahului
adverbial.
Contoh:
Mungkin dia
Barangkali mereka
Mungkin kita

Takrif
Frase pronominal takrif diikuti numeralia berawalan ber-.
Contoh:
Engkau berdua
Kita bertiga
Mereka berenam

Takrif
Frase pronominal terdiri dari pronominal takrif diikuti oleh
demonstrativa.
Contoh:
Mereka ini
Kamu ini
Aku ini
d.
Struktur
frase bilangan
Frase bilangan ialah frase yang terjadi dari bilangan sebagai
induk dan diikuti kategori yang lain.
Kontruksi frase bilangan memperlihatkan beberapa pola.

Frase bilangan terdiri dari bilangan takrif ialah bilangan takrif.
Contoh:
Dua belas
Tiga belas
Dua puluh dua
![]() |








Frase bilangan terdiri dari bilangan takrif terikat diikuti nomina
atau ajektiva.
Contoh:
Dwiwarma
Pancasila
Tripida

Frase biangan terdiri dari bilangan takrif diikuti bilangan gugus.
Contoh:
Tiga kodi
Lima inci
Enam gros

Frase bilangan terdiri dari bilangan takrif diikuti bilangan cacah.
Contoh:
Dua pertiga
Tiga perlima
Satu setengah
Terdiri dari bilangan takrif yaitu:dua, tiga, satu dan bilangan
cacah yaitu: pertiga, perlima, setengah.
F. Bil Bit +
(dan)
Taktif (tetapi) + Bit. Takrif
(atau)
Frase bilangan terdiri dari bilangan takrif diikuti konjungsi dan
diikuti bilangan takrif.
Contoh:
Dua dan tiga
Dua atau tiga
Bukan dua tetapi tiga

Takrif
Frase bilangan terdiri dari bilangan takrif diikuti adverbial.
Contoh:
Lima saja
Enam saja
Dua saja

Takrif
Frase bilangan terdiri dari hilangnya taktarif diikuti nomina.
Contoh:
Semua peserta
Segenap rakyat
Seluruh kampong
e.
Struktur
frase verbal
Frase verbal adalah frase yang distribusinya sama dengan kata
verbal, yang konstruksinya merupakan gabungan dari verba diikuti oleh verba
maupun kategori kata yang lain. Kontruksi frase verbal memperlihatkan beberapa
pola (struktur intern).

Subordinatif Intr
(V intr)
Frase verbal struktur subordinatif terdiri dari verba instransitif
diikuti verba transitif atau instransitif.
Contoh:
Pergi membeli (baju)
Pergi merantau
Pergi berenang

Koordinatif
Frase verbal koordinatif terdiri dari verba dan diikuti verba yang
berhubungan secara koordinatif.
Contoh:
Pulang pergi
Naik turun
Keluar masuk

Frase verbal terdiri dari sususnan verba diikuti ajektiva atau
verba didahului ajektiva.
Contoh:
Berlari cepat atau cepat berlari
Berdiri tegak atau tegak berdiri
Berjala lambat atau lambat berjalan

Frase verbal terdiri dari verba didahului adverbial.
Contoh:
Akan pergi
Belum pulang
Sedang belajar

Frase verbal terdiri dari verb diikuti kata dengan. Ditambah
ajektiv.
Contoh:
Berdiri dengan tegak
Makan dengan lahap
Berlari dengan cepat

Frase verbal terdiri dari verba diikuti frase propesional.
Contoh:
Naik ke atas
Masuk ke dalam
Didorong ke bawah

Frase verbal terdiri dari verba ditambah dengan diikuti adverbial
dan ajektiva.
Contoh:
Berdiri dengan sangat tegak
Belajar dengan amat rajin
Makan dengan amat lahap

Frase verbal terdiri dari nomina berafiks ber- diikuti ajektiva.
Contoh:
Berbaju baru
Berkumis tebal
Berambut ikal

Frase verbal berdiri dari nomina dengan konfiks ber- kan, diikuti
nomina.
Contoh:
Berazaskan pancasila
Bersenjatakan perang
Bermahkotakan emas
2)
Frase
Endosentris Berinduk Ganda
a.
Frase
koordinatif
Frase koordinatif adalah frase, endosentris berinduk ganda, yang
komponen-komponennya secara potensial dan actual dapat dihubungkan dengan
konjungsi. Masing-masing frase ini berlainan referennya yang memperlihatkan
kesetaraan hubungan.
Contoh:
Suami istri
Rumah pekarang
Sehat dan kuat
b.
Frase
apositif
Frase apositif adalah frase endosentris berinduk ganda yang
komponen-komponennya nenunjuk referen yang sama. Secara semantic terdapat
unsure-unsur yang terpenting, yang lebih penting dari unsure lainnya.
Contoh:
Indonesia tanah airku
Boediono yang menteri
Ali guru SD
2.
Hubungan
Makna Antara Unsur Frase
Pertemuan antar unsure-unsur pembentuk frase dalam suatu frase,
menimpulkan hubungan makna antar unsure-unsurnya. Secara umum hubungan itu
dibedakan atas penjumlahan, pemilihan, kesamaan, pembatas, penentu/petunjuk,
jumlah dan sebutan.
1)
Makna
penjumlahan
Makna penjumlahan dalam frase ditunjukkan oleh penggunaan konjungsi
yang menyatakan jumlah baik secara eksplisit maupun implicit (parataktis).
Contoh:
Suami dan istri
Gula dan kopi
Kakak dan kopi
2)
Makna
pemilihan
Makna pemilihan dalam frase diperlihatkan oleh penggunaan konjungsi
atau baik secara eksplisit maupun secar implicit (parataktis).
Contoh:
Sabtu atau minggu
Aku atau engkau
Maju atau mundur
3)
Makna
kegunaan
Hubungan antar konsituen pembentuk frase, kadang-kadang memperlihatkan
kesamaan rujukan. Informasi yang dirujuk oleh konstituen itu merujuk hal yang
sama.
Contoh:
Ahmad, guru SD
Jakarta, ibu kota RI
Bapak soeharto, presiden RI
4)
Makna
penerang
Salah satu unsure dalam frase menerangkan unsure yang lain atau
dapat dikatakan bahwa salah satu unsure sebagai penerang bagi unsure yang lain.
Contoh:
Baju baru
Pohon rindang
Binatang buas
5)
Makna
pembatas
Salah satu unsure dalam frase (terutama unsure inti), kadang-kadang
memiliki pengertian atau informasi yang terlalu luas. Hingga oleh karena itu
diperlukan hadirnya unsure yang lain, yang membatasi keluasan pengertian atau
informasi yang dinyatakan oleh unsure inti.
Contoh:
Jendela rumah
Anggota DPR
Buku matematika
6)
Makna
penentu
Sebagaimana halnya makna pembatas, salah satu unsure dalam frase
kurang menyatakan makna yang genetic atau terlalu umum, sehingga tidak menentu
rujuknya. Oleh karena itu perlu dihadirkan unsure lain dalam frase itu yang
berfungsi sebagai penentu. Fungsi penentu ini biasanya direalisasinkan oleh
demonstrative ini atau itu.
Contoh:
Pembangunan ini
Jendela itu
Pengawas itu.
7)
Makna
jumlah
Salah satu unsure pembentuk frase, kadang-kadang menyatakan jumlah.
Oleh karena itu hubungan yang ditimbulkannya bila bertemu dengan unsure lain,
menyatakan makan jumlah.
Contoh:
Dua petani
Sepuluh jembatan
Beberapa pejabat
8)
Makna
sebutan
Unsure dalam suatu frase, kadang-kadang merupakan sebutan bagi
status atau keadaan unsure yang lain dalam frase tersebut. Hubungan makna yang
ditimbulkaan oleh kedua unsure frase tersebut menyatakan makan sebutan.
Contoh:
Bupati amin
Ibu guru
Bapak lurah
3.
Tugas
dan latihan
1.
Struktur
frase endosentris memperlihatkan distribusi intinya dalam kalimat jelaskan
maksud pernyataan diatas dan beri contohnya.
2.
Struktur
frase nominal memperlihatkan beberapa pola. Tunjukkan pola frase nominal dari
contoh berikut:
a.
Dua
tiga orang
b.
Orang
ini
c.
Rumah
kami
3.
Tunjukkan
struktur frase berikut:
a.
Kami
sendiri
b.
Catur
warga
c.
Naik
ke atas
4.
Frase
koordinatif, mengatakan kesetaraan atas unsure-unsurnya tunjukkan struktur atau
pola frase koordinatif berikut:
a.
Kakak
adik
b.
Ini
atau itu
c.
Suami
istri
5.
Tunjukkan
hubungan makna yang terdapat dalam frase berikut:
a.
Anak
istri
b.
Nasihat
itu
c.
Kandang
ayam
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suatu
subsistem bahasa sintaksis mempersoalkan hubungan antara kata dan satuan-satuan
yang lebih besar, suatu kontruksis yang disebut kalimat. Hubungan antara
satuan-satuan itu memperlihatkan adanya semacam hirarki atau tata urut
tingkatan. Dalam uraian menegenai hakikat bahasa telah dijelaskan bahwa tata
urut tingkatan bahasa tertentu dan urutan yang paling besar atau paling tinggi
(wacana) ke yang paling kecil (rendah) adalah bunyi (fonem). Dalam subsistem
gramatika tataran yang paling kecil adalah morfem. hakikat frase, yaitu:
Frase
merupakan satuan gramatikal yang merupakan gabungan dua kata atau lebih.
1.
Frase
merupakan satuan yang mengisi salah satu fungsi.
2.
Frase
merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi.
3.
Frase
merupakan gabungan kata yang bersifat nonpredikat.
Telah
dijelaskan bahawa frase endosentris yang dapat mengisi salah satu fungsi
sintaksis memiliki distribusi yang sama dengan sebagian atau keseluruhan
komponennya dan berarti bahwa dalam frase endosentris itu terdapat unsure yang
dapat mewakili frase tersebut.
B. Saran
Dengan
membaca makalah ini penulis berharap agar para pembaca dapat mengambil hikmah
sehingga bisa bermanfaat. Dan tentunya, penulis sadari bahwa dalam makalah ini
terdapat banyak kelemahan. Dengan demikian, suatu kegembiraan kiranya jika
terdapat banyak kritik dan saran dari pembaca sebagai bahan pertimbangan untuk
perjalanan ke depan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad HP.
2002. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Manasco Offset.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar