Selasa, 20 Maret 2018

SINTAKSIS BAHASA INDONESIA



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I STUDI SINTAKSIS
1.      Hakikat Sintaksis .................................................................................... 1
2.      Alat Dan Satuan Sintaksis ...................................................................... 2
3.      Hubungan Antar Unsur dalan Satuan Sintaksis ..................................... 5
4.      Aplikasi Analisis Sintaksis ..................................................................... 7
5.      Tugas Dan Latihan ............................................................................... 10

BAB II :FRASE
1.      Hakikat Frase ....................................................................................... 11
2.      Jenis Frase ............................................................................................ 12
3.      Tugas Dan Latihan ............................................................................... 19

BAB III  :STRUKTUR FRASE
1.      Struktur Frase Endosentris ................................................................... 20
2.      Hubungan Makna Antara Unsur Fras .................................................. 35
3.      Tugas Dan Latihan ............................................................................... 38

BAB IV  :PENUTUP
Kesimpulan ........................................................................................... 40
Saran ..................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
STUDI SINTAKSIS

1.      Hakikat Sintaksis
Sebagai suatu subsistem bahasa sintaksis mempersoalkan hubungan antara kata dan satuan-satuan yang lebih besar, suatu kontruksis yang disebut kalimat. Hubungan antara satuan-satuan itu memperlihatkan adanya semacam hirarki atau tata urut tingkatan. Dalam uraian menegenai hakikat bahasa telah dijelaskan bahwa tata urut tingkatan bahasa tertentu dan urutan yang paling besar atau paling tinggi (wacana) ke yang paling kecil (rendah) adalah bunyi (fonem). Dalam subsistem gramatika tataran yang paling kecil adalah morfem.
Hubungan hirarki sebagaimana disebutkan di atas kadang kala tidak selalu normal. kadang hubungan itu memperlihatkan penyimpangan antara lain:
a.       Perlompatan tataran atau sering disebut juga perlompatan tingkat adalah pengisian oleh satuan gramatikal  sebagai konsistuen dalam tataran yang sekurang-kurangnya dua jenjang lebih tinggi. Misalnya morfem langsung menjadi konsituen frase, atau kata langsung menjadi konsituen frase, atau kata langsung menjadi konsituen kalimat.
Contoh:
-          Ku (morfem) dalam baju baruku (frase)
-          Sedang mandi (frase) dalam kalimat sedang mandi (kalimat)

b.      Penyematan atau pelapisan adalah penggunaan satuan gramatikal sebagai konsituen dalam tataran yang sama.
Contoh:
-          Rumah (kata) dalam perumahan (kata)
-          Tahun pertama (frase) dalam mahasiswa tahun pertama frase

c.       Penurunan tataran adalah pengisian satuan gramatikal sebagai konsituen dalam tataran yang lebih rendah.
Contoh:
-          Ikut serta (frase) dalam keikutsertaan
-          tidak hadir (frase) dalam ketidakhadiran (kata)
Secara visual penyimpanan hirarki diperlihatkan oleh gambar berikut:
2.      Alat Dan Satuan Sintaksis
1)      Alat Sintaksis
-          Urutan
Deretan atau  rangakaian antara satu kata yang lain, tidak terjadi secara tidak baraturan. Pada umumnya setiap dalam setiap bahasa peranab urutan kata ikut penentuan makna gramatikal.
Contoh:
Roti makan ibu.
Ibu makan roti.
 Dapat dikenali bahwa urutan “Roti makan ibu”, tidak berterima, sedangkan urutan  “Ibu Makan Roti”, dengan mudah dapat dipahami oleh penutur bahsa Indonesia.

-          Bentuk kata
Bentuk kata dapat dikenali dengan melekatnya afiks pada kata tersebut.  Afiks-afiks tersebut memperlihatkan makna gramatikal yang bermacam-macam, antara lain: jumlah, persona, jenis, kala, aspek, modus, diates, aktif, pasif.
Contoh:
Dari urutan “roti makan ibu” kata makan diberi afiks sehingga menjadi dimakan. Sehingga urutan itu menjadi  “roti dimakan ibu”.

-          Intonasi
 Dalam ragam lisan intonasi berperan penting untuk mengungkapkan makna. Dalam tulisan intonasi dinyatakan dengan tanda baca atau pemakaian huruf. Dalam bahasa Indonesia dibahas antara pokok kalimat dan sebutan ditunjukkan oleh intonasi misalnya “Ali guru SD”, diantara Ali dan guru SD terdapat jeda yang membatasi antara ali dan guru SD.

-          Partikel atau Kata Tuga
Partikel atau kata tugas sebagai unsur  bahasa memiliki ciri-ciri antara lain biasanya tidak mengalami proses morfologis dan jumlahnya terbatas. Partikel atau kata tugas biasanya terdapat dalam jenis wacana apa saja.
Contoh:
“Ayah pulang dari solo”. Dalam ujaran itu sangant diperlukan hadirnya preposisi dari setelah kata pulang sehingga ujaran itu secara lengkap menjadi “Ayah pulang dari Solo”.

2)      Satuan Sintaksis
Kata merupakan satuan terkecil dalam sintaksis. Satuan yang lebih besar dari kata  adalah frase, klausa, dan kalimat.
-          Kata
Dalam tataran gramatikal, kata adalah satuan terkecil dalam kalimat. Kata memiliki potensi untuk berdiri sendiri, dan dapat berpindah dalam kalimat. Misalnya kata “semalam”, dapat berpindah diawal kalimat, ditengah atau akhir kalimat.
Misalnya: 
                  Semalam hujan turun
                  Hujan semalam turun
                  Hujan turun semalam

-          Frase
Frase adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak berciri klausa, atau tidak memiliki ciri predikat, dan pada umumnya menjadi pembentuk klausa. Frase memiliki potensi untuk berdiri sendiri menjadi kalimat.
Urutan kata dalam frase seringkali bersifat kaku sehingga jika ada kemungkinan berpindah, secara utuh frase akan berpindah dengan urutan kata yang tetap.
Misalnya:
                        Tadi pagi ia datang
                        Ia tadi pagi datang
                        Ia datang tadi pagi
-          Klausa
Klausa adalah satuan gramatikal yang disusun oleh kata atau frase dan memiliki satu predikat. Klausa merupakan unsur pembentuk (konstituen) kalimat.
Contoh:
                        Ali membaca buku itu …..
                        Ali dan ani membaca buku itu …..
                        Ali melihat ani datang …..

Dalam satu klausa hanya terdapat satu predikat. Ali melihat ani datang. Merupakan satuan koordinatif, sehingga tidak merupakan satuan klausa. Klausa dapat menjadi kalimat, dika didalam klausa itu diberikan intonasi final atau diakhiri dengan atnda titik.
Contoh:
                        Ali membaca buku itu.
                        Ali dan ani membaca buku itu.
                        Ali melihat ani datang.
Dalam klausa terdapat bagian inti. Klausa itu dapat diperluas dan perluasan itu dengan menambahkan keterangan waktu, tempat, cara dan lain-lain.
Contoh:
                        Kemarin ali membaca buku itu …..
                        Ani menulis surat sejelas-jelasnya ……

Satuan sintaksis yang lebih dari klausa adalah kalimat. Kaliamat adalah satuan gramatikal yang disusun oleh konstituen dasar dan intonasi final.  Konstituen dasar dapat berupa klausa, frase, maupun kata.
Contoh:
                        Ali membeli mangga (klausa)
                        Mangga manis! (frase)
                        Mangga! (kata)

Jika kalimat diatas dilafalkan maka akan jelaslah peranan intonasi final, dalam menentukan status kalimat. Karena peranan intonasi finalah kaliamat merupakan satuan gramatikal yang bebas. Kalimat sebagamana satuan sintaksis yang lain dapat diperluas dengan menambah klausa, dengan sifat hubungan parataktis, koordinatif, atau subordinatif.

3.      Hubungan Antar Unsur Dalam Satuan Sintaksis
Satuan-satuan sintaksis sebagai suatu kontruksi disusun oleh beberapa unsure pembentuk atau konstituen. Dalam membentuk suaru kontruksi unsure-unsur itu memperlihatkan berbagai macam hubungan. Hubungan itu antara lain:

a.       Hubungan perwatasan
Dalam suatu kontruksi yang membentuk satuan sintaksis terdapat salah satu unsure sebagai inti dan yang lain bukan inti, atau salah satu unsure sebagai induk dan unsure yang lain sebagai pewaras. Dalam kontruksi itu induk berperan sebagai pusat informasi, sedangkan pewaras menjelaskan atau membatasi informasi.
Contoh:
   Sahabat                          lama                               sangat                  cantik
 

                                                           
Dalam kontruksi sahabat lama, sahabat merupakan induk lama dan lam merupakn pewaras.

Sedangkan dalam kontruksi sangat cantik merupakan induk dari kontruksi tersebut. Dan diperjelas oleh kata sangat sebagai pewarasnya.

b.      Hubungan tak berpusat
Satuan sintaksis yang dibentuk oleh unsusr-unsur pembentuknya memperlihatkan kontruksi yang tak memiliki induk pusat. Diantara unsure yang membentuk kontruksi satuan sintaksis tidak ada satupun yang menjadi induk kontruksi.
Contoh:
        di                                sekolah                         dari                      rumah

                                                                                   
kontruksi “di sekolah”, dari “dari rumah” adalah kontruksi tak berpusat, atau kontruksi ekso sentries, karena unsure-unsurnya tidak satu pun berstatus sebagai induk.

c.       Hubungan pembawahan
Unsur-unsur yang membentuk kontruksi tidak memiliki kedudukan yang sama. Salah satu unsure memperlihatkan ketergantungan terhadap unsure lain. Salah satu unsure adalah induk dan unsure lain adalah bawahan.
Dalam kontruksi “sahabat lama” misalnya, sahabat sebagai konstituen atasan, dan lama sebagai konstituen bawahan.

d.      Hubungan koordinatif
Dalam hubungan koordinatif konstituen yang membentuk kontruksi itu memiliki fungsi gramatikal yang setara membentuk satu kesatuan. Penyambungan konstituen itu pada umumnya menggunakan partikel penghubungan., namun kadang juga tanpa partikel penghunbung, melainkan dengan urutan atau unsure suprasegmental saja.
Contoh:
   Suami           (dan)         istri                        dua             (atau)      tiga hari


 


e.       Hubungan parataktis
Hubungan parataktis disebut juga hubungan tanpa partikel penghubung.
Contoh:
Ali terperosok; ani terjatuh
Kontruksi diatas dibentuk oleh dua kontruksi yaitu “ali terperosok” dan “ani terjatuh” yang tidak dihubungkan oleh partikel penghubung, melainkan oleh tanda baca atau oleh pemenggalan apabila kontruksi itu dilafalkan.

4.      Aplikasi Analisis Sintaksis
Sebagai suatu kontruksi satuan-satuan sintaksis dibentuk oleh unsure-unsur yang membentuk pola-pola. Suatu kegiatan untuk mendeskripsikan pola-pola yang mendasari satuan-satuan sintaksis serta konstituen-konstituennyalazim disebut sebagai analisis sintaksis. Untuk itu diperlukan perangkat-perangkat analisis yang mampu mendeskripsikan pola-pola kontruksi sintaksis. Perangkat-perangkat tersabut antara lain:



a.       Perangkat alat sintaksis
Urutan, sebagai alat sintaksis, mempersoalkan apakah urutan satuan sintaksis menentukan terwujudnya suatu kontruksi?untuk mengetahui hal ini kita dapat menguji,dengan cara menanyakan kepada penutur asli sesuatu (bahasa), menerima urutan yang dimaksud dalam bahasanya.
Alat sintaksis yang berikutnya adalah bentuk kata. Sebagaimana halnya urutan, bentuk kata juga dapat digunakan untuk memberikan apakah suatu kontruksi itu gramatikal atau tidak.
Partikel merupakan alat sintaksis yang kehadirannya dalam suatu kontruksi adalah wajib. Misalnya, dalam ujaran “ibu memasak dapur”, terdapat unsure yang tidak lengkap. Ujaran itu akan berterima jika didepan nomina dapur diletakkan proposi di, sehingga ujarannya berbunyi ibu memasak didapur.
Intonasi sebagai alat sintaksis membatasi satuan-satuan sintaksis, apakah itu kata, frase, klausa atau kalimat. Sebuah kontruksi klausa akan berubah statusnya, setelah klausa itu diberikan intonasi final.

b.      Perangkat satuan sintaksis
Sintaksis dapat dideskripsikan atas kontruksi satuan-satuannya. Kata dapat dikenali dari unsure dan proses pembentukannya. Ada yang mengalami proses gramatikal, afiksasi, reduplikasi, pemendekan maupun komposisi.
Frase sebagai suatu satuan sintaksis yang dapat dikenali sebagai suatu kelompok kata berstruktur yang bukan klausa yang dapat dipecah menjadi kata. Berciri endosentris dan ekosentris.
Satuan sintaksis klausa sebagai suatu kontuksi, sebagaimana kontruksi satuan sintaksis kat atau frase, dapat dianalisis antara lain distribusi satuannya, dan struktur internalnya berdasarkan distrbusinya dibedakan atas klausa bebas dan terikat. Disebut klausa bebas karena dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal, sedangkan klausa terikat, tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal.
Kalimat sebagai satuan sintaksis terbesar dapat dianalisis berdasarkan lima ukuran, yaitu jumlah dan macam klausa, struktur intern klausa utama, jenis tanggapan yang diharapkan, sifat hubungan pelaku perbuatan dalam klausanya, dan ada tidaknya ingkan dalam predikat utama.

c.       Perangkat fungsi sintaksis
Bersama-sama dengan kategori dan peran, fungsi sintaksis memperiahatkan tataran analisis sintaksis. Fungsi sintaksis sebagai tataran paling atas, tataran kategori dibawahnya, dan tataran peran-peran sintaksis sebagai tataran paling bawah.
 Fungsi sintaksis itu sendiri tidak memiliki bentuk dan tidak memiliki makna tertentu, dan harus diidi oleh bentuk tertentu, dan makna tertentu. Fungsi itu sendiri semacam kotak atau slot yang harus diisi. Dalam bahasa Indonesia dikelal dengan istilah gatra yang dapat disamarkan dengan fungsi. Menurut verhaar fungsi sintaksis yaitu subjek, predikat, objek dan keterangan.

d.      Perangkat kategori sintaksis
Kategori adalah pengisi fungsi sintaksis.menurut verhaar ada beberapa kategori sintaksi antara lain nomina (kata benda), verba (kata kerja), adjektiva (kata sifat),  proposisi (kata depan).

e.       Perangkat peran sintaksis
Peran sintaksis dalam bahasa Indonesia antara lain, pelaku (agnetif), tindakan (aksi), tujuan (objek), penerima (benefaktif), penyebab (kausatif), alat (instrumental ), waktu (temporal), tempat (lokatif), sandangan (pasif), dan memilikan (posesif).
Contoh:
                        Ali                   melihat                                    ani
Fungsi             (S)                   (P)                               (O)
Kategori          (N)                   (V)                               (N)
Peran               (pelaku)           (tindakan)                    (tujuan)

5.      Tugas dan latihan
1.      Jelaskan secara singkat hakikat sintaksis!
2.      Secara nominal hirarki bahasa tersusun dari unsure yang paling tinggi yaitu wacana, dan paling rendah adalah fonem. Kadang-kadang terjadi penyimpangan yang berupa pelompatan, pelapisan, dan penurunan. Jelaskan secara singkat ketiga penyimpangan hirarki diatas dan berikan contoh!
3.      Ada berapa macam satuan sintaksis?sebutkan dan berikan contoh!
4.      Secara normal hirarki bahasa tersusun dari unsure yang paling tinggi yaitu wacana dan paling rendah adalah fonem. Kadang-kadang terjadi penyimpangan yang berupa pelompatan, pelapisan dan penurunan. Jelaskan secara singkat penyimpangan hirarki diatas dan berikan contohnya!
5.      Untuk dapat menganalisis kalimat dengan cermat dan rentang, dikenal perangkat tataran sintaksis, yaitu fungsi, kategori. Jelaskan tataran sintaksis diatas!















BAB II
FRASE

1.      Hakikat Frase
Untk lebih mendalami hakikat, konsep, atau pengertian frase, dapat dicermati contoh berikut.
“seorang dokter sedang memeriksa pasien itu di kamar”.
Ujaran diatas merupakan sebuah kalimat yang terdiri dari sebuah klausa.
Fungsi-fungsi sintaksis ujaran diatas adalah:
Subjek   : seorang dokter
Predikat     : sedang memeriksa
Objek : pasien itu
Objek : di kamarkeempat fungsi diatas yaitu S,P,O Ddan K. masing-masing diisi oleh satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata yaitu:
-          seorang dokter
-          sedang memeriksa
-          pasien itu
-          di kamar
Seorang dokter menduduki fungsi S, sedang memeriksa menduduki fungsi P, pasien itu menduduki fungsi O, dan di kamar menduduki fungsi K.
Satuan-satuan sintaksis diatas, tampaknya terdiri dari dua kata, dan mengisi fungsi-fungsi tertentu, serta tidak melampaui fungsi yang lain. Demikianlah satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi yang ditempatinya merupakan satuan gramatikal yang disebut frase.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan hakikat frase, yaitu:
1.    Frase merupakan satuan gramatikal yang merupakan gabungan dua kata atau lebih.
2.    Frase merupakan satuan yang mengisi salah satu fungsi.
3.    Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi.
4.    Frase merupakan gabungan kata yang bersifat nonpredikat.
2.      Jenis Frase
1)      Penjenisan frase berdasarkan unsure pembentukannya
Berdasarkan unsure pembentukannya frase dibedakan atas frase yang unsurnya berupa kata, dan frase yang unsurnya frase, dan frase merupakan gabungan keduanya.
a.    Frase yang unsurnya berupa kata
Salah satu cirri frase sebagaimana sudah dijelaskan bahwa frase merupakan satuan gramatikal yang berupa gabungan dua kata atau lebih. Hal ini mengisyaratkan bahwa terdapat frase yang unsure-unsur pembentuknya atau konstituennya berupa kata dan ada pula gabungan dari gabungan kata.
Contoh:
1.      Gedung itu
2.      Sekolah itu
3.      Perpustakaan itu
4.      Bangunan itu
5.      Rumah itu
6.      Kantor itu
7.      Perumahan itu
8.      Pasar itu
9.      Gedung sekolah
10.  Gedung perpustakaan
11.  Bangunan rumah
12.  Bangunan kantor
13.  Bangunan perumahan
14.  Bangunan pasar

Contoh frase 1-4 tersebut dengan mudah kita kenali sebagai satuan gramatikal yang unsur-unsur pembentukannya atau konstituennya berupa kata. Kontruksi 1 konstituennya adalah gedung dan itu konstituennya 2 adalah sekolah dan itu konstituennya 3 adalah perpustakaan dan itu. Demikian juga kontruksi 4-8 berturut-turut konstituennya adalah bangunan, rumah, kantor, perumahan,pasar, dan kata itu yang merupakan salah satu konstituen kontruksi 4-8.

Untuk kontruksi 9-10 konstituennya adalah gedung dan sekolah serta perpustakaan, sedang konstituen untuk kontruksi 11-14 adalah bangunan dan berturut-turut rumah, kantor, perumahan, dan pasar.
Kontruksi dan konstituen pembentukan frase 1-14 secara diagram digambarkan sebagai berikut:
Frase
konstituen
kata
kata
1. gedung itu
gedung
itu
2. sekolah itu
sekolah
itu
3. perpustakaan itu
perpustakaan
itu
4. bangunan itu
bangunan
itu
5. rumah itu
rumah
itu
6. kantor itu
kantor
itu
7. perpustakaan itu
perumahan
itu
8. pasar itu
pasar
itu
9. gedung sekolah
gedung
sekolah
10. gedung perpustakaan
gedung
perpustakaan
11. bangunan rumah
bangunan
rumah
12. bangunan rumah
bangunan
kantor
13. bangunan perumahan
bangunan
perumahan
14. bangunan pasar
bangunan
pasar

b.   Frase yang unsurnya berupa frase
Sebagai suatu satuan gramatikal frase dapat pula disususn oleh satuan yang lebih besar dari kata. Secara hirarki memang kata adalah satuan gramatikal setingkat dibawah frase. Sebagaimana diketahui proses gramatik al tidak selamanya berlangsung normal. Artinya kadang terjadi gramatikal tidak selamanya berlangsung normal. Artinya kadang terjadi penyimpangan apakah itu pelompatann, pelapisan, maupun penurunan tingkat.
Dalam hal ini pelapisan misalnya proses gramatikal terjadi pada tataran yang sama. Pada contoh 15-20 berikut, memperliatkan proses gramatikalisasi pelapisan kata menjadi kata.
1.Lari dalam pelarian
2.Lading dalam perladangan
3. Kebun dalam berkebun
4. Lepas dalam terlepas
5. Rumah dalam perumahan
6.Ambil dalam diambil

Hal yang sama, yaitu proses gramatikal pelapisan terdapat juga pada tataran frase.

Contoh:
Frase baju baru anak itu, unsurnya atau konstituennya berupa frase semua, yaitu baju baru dan anak itu. Selanjutnya frase baju baru terdiri dari unsure yaitu berupa kata semua, yaitu kata baju dan baru, dan frase anak itu terdiri dari dua unsure yang berupa kata sama, ialah anak dan itu.
Diagram proses gramatikalisasinya sebagai berikut:

                                    Baju baru anak itu
                                               

      Baju baru                                                     anak itu
                                                                                   

Baju                          baru                                      anak                itu
Frase perpustakaan sekolah. Sekolah itu, terdiri dari konstituen frase yaitu perpustakaa sekolah dan sekolah itu. Tiap-tiap-tiap frase dibentuk oleh dua kata, yaitu frase perpustakaan sekolah, oleh kata yaitu perpustakaan dan sekolah. Sedangkan frase sekolah itu dibentuk oleh dua unsure kata yaitu sekolahdan itu. Prose gramatikal frase yang digambarkan sebagai berikut:

                              Perpustakaan sekolah itu
                                               
                                                           
Perpustakaan sekolah                                               siswa SMU                 
                    

Perpustakaan          sekolah                                    sekolah                    itu
Diatas telah dijelaskan bahwa frase dibentuk oleh kata atau frase sebagai unsure. Didalam kenyataannya ujaran terdapat pula frase yang unsure pembentukannya terdiri dari gabungan kata dan frase, seperti pada contoh berikut ini:

Misalnya yang terdiri dari tiga kata, ialah gedung, sekolah, dan itu. Kata itu mungkin berkaitan dengan gedung hingga frase terdiri dari dua unsure, yaitu frase gedung sekolah dan kata itu, atau mungkin juga kata itu berkaitan dengan kata sekolah, sehingga frase gedung sekolah itu terdiri dari dua unsur, ialah kata gedung dan frase sekolah itu. Jadi diagramnya mungkin dua macam:








a.             Gedung sekolah itu                 b.         gedung sekolah itu







 


Gedung sekolah itu                        gedung                        sekolah itu
                 Gedung       sekolah                                                            sekolah itu
Contoh berikutnya yaitu frase yang sedang menulis. Frase yang berikut ini berbeda dengan frase sebelumnya yang memiliki dua kemungkinan, kontruksi frase ini hanya memiliki satu kemungkinan kontruksi. Hal ini disebabkan kata yang hanya memiliki kemungkinan berkaitan dengan menulis, dan bukan dengan sedang, sehingga diagramnya pun berbeda.
                                    Yang sedang menulis

                                      Yang                    sedang menulis

                                                            Sedang                        menulis
2)      Penjenisan frase berdasarkan distribusinya dalam kalimat
Berdasarkan distribusinya dalam kalimat frase dibedakan atas frase endosentris dan frase eksosentris.
a.       Frase endosentris
Frase endosentris adalah frase yang keseluruhan komponennya mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan salah satu komponennya atau frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya tersebut.
Contoh:
“Ia tidak memiliki rumah pekarangan
Rumah pekarangan dalam kalimat tersebut memiliki distribusi yang sama dengan rumah pada atau dengan distribusi pekarangan pada:
Ia tidak memiliki rumah
Ia tidak memiliki pekarangan
b.      Frase pada eksosentris
Frase eksosentris adalah frase yang sebagian atau seluruh komponennnya tidak memiliki perilaku sintaksis dengan keseluruhan komponen-komponennya. Atau juga bisa dikatakan frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya.
Contoh:
“dia membaca diperpustakaan”
Frase diperpustakaan pada kalimat berikut terdiri dari di dan perpustakaan secara utuh dapat mengisi keterangan pada kalimat tersebut. Akan tetapi komponen di dan perpustakaan tidak dapat menggantikan keseluruhan komponen sebagai pengisi fungsi keterangan, sebab kontruksi dibawah ini tidak berterima.
“dia membaca di*”
Dia membaca perpustakaan*”

3)      Penjenisan frase berdasarkan kelas katanya
a.       Frase nominal
Frase normal adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nominal, atau frase yang induknya adalah kelas nominal. Persamaan distribusi itu diperlihatkan oleh kontruksi berikut ini:
“mahasiswa lama sedag ujian”
“mahasiswa yang sedang ujian”
Frase mahasiswa lama pada kaliamat tersebut adalah frase nominal, karena memiliki distribusi yang sama dengan kelas nominal, yaitu mahasiswa.

b.      Frase verba
Frase verba adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata verba. Persamaan distribusi itu diperlihatkan oleh kontruksi berikut ini:
“ia akan pergi ke sukabumi”
“ia pergi kesukabumi”
Frase akan pergi, adalah frase verbal, karena memiliki distribusi yang sama dengan kata verbal, yaitu pergi.

c.       Frase adjektival
Frase adjektival adalah frase yang distribusinya sama dengan kata adjektival. Persamaan distribusi itu diperlihatkan oleh contoh berikut ini:
“minuman the ini kurang manis
“minuman the ini manis
Frase kurang manis adalah frase adjectival, karena memiliki distribusi yang sama dengan kata adjectival, yaitu manis.

d.      Frase bilangan
Frase bilangan adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan. Kesamaan distribusi itu yang tampak pada distribusi berikut ini:
dua buah mobil itu telah terjual”
dua mobil itu telah terjual”
Frase dua buah adalah frase bilangan karena memiliki distribusi yang sama dengan kata bilangan, yaitu dua.

e.       Frase keterangan
Frase keterangan adalah frase yang distribusinya sama dengan kata keterangan, yaitu kata yang memiliki kecenderungan fungsi keterangan  (ket). Persamaan distribusi tersebut seperti tampak pada contoh berikut:
“sekarang ini doni baru mandi”
“sekarang doni baru mandi”
Farse sekarang ini adalah frase keterangan karena memiliki distribusi yang sama dengan katerangan, yaitu sekarang.


f.       Frase depan
Frase depan adalah sebagai penanda, diikuti oleh kata/frase nominal adjectival, verbal, bilangan, atau keterangan sebagai petandanya. Frase depan atau frase preposional ini seluruh komponennya tidak berperilaku sintaksis sama dengan komponen-komponen, baik dengan preposisinya maupun sumbunya. Perhatikan contoh berikut:
“dengan tangkas ia menangkap bola itu”
Frase dengan tangkas, terdiri dari preposisi dengan sebagai penanda dan diikuti adjektiva tangkas sebagai penanda.

3.      Tugas dan latihan
1.      Terdapat empat hakikat atau pengartian dasar tentang frase. Jelaskan secara singkat!
2.      Frase ada yang dibentuk dari unsure kata, dari unsure frase, dan ada pula yang gabungan antara kata dan frase. Jelaskan dan berikan contoh!
3.      Jelaskan bagaimana proses gramatikalisasi dari terbentuknya frase nerikut:
a.       Sekuntum bunga mawar
b.      Mahasiswa alih program
c.       Gedung pencakar langit
4.      Berdasarkan distribusinya frase dibedakan atas frase endosentris dan eksosentris.
a)      Jelaska perbadaan keduanya
b)      Beri contoh masing-masing
5.      Frase dibedaka berdasarkan kelas katanya, mengapa demikian, jelaskan!
Tentukan juga kelas kata frase berikut
a.       Daun muda
b.      Angkat besi
c.       Biru laut
BAB III
STRUKTUR FRASE

1.      Struktur Frase Endosentris
Telah dijelaskan bahawa frase endosentris yang dapat mengisi salah satu fungsi sintaksis memiliki distribusi yang sama dengan sebagian atau keseluruhan komponennya dan berarti bahwa dalam frase endosentris itu terdapat unsure yang dapat mewakili frase tersebut. Dalam frase sudah datang misalnya, dalam distribusinya dapat diwakili oleh datang sebagai intinya. Demikian pula frase rumah pekarangan misalnya, distribusinya oleh rumah, maupun pekarangan. Ini berarti bahwa frase rumah pekarangan memiliki dua inti yaitu rumah dan pekarangan. Berdasarkan hal diatas struktur frase endosentris ini dibedakan atas frase berinduk satu dan berinduk ganda.

1)      Frase endosentris berinduk satu
Seperti dijelaskan diatas, dalam frase endosentris, terdapat konstruksi yang memiliki satu inti, dan ada pula yang dua inti. Frase endosentris yang mempunyai satu inti disebut frase endosentris berinduk satu. Unsur yang lain dalam farse itu disebut modifikasi. Dengan demikian kontruksi frase berinduk satu adalah satu unsure sebagai induk dan unsure yang lain dalam frase itu disebuat modiikatif atau pewaras. Farse yang demikian disebut frase modifikatif.
Contoh:
Pada farse “anak itu” induknya adalah anak dan pewatasnya adalah itu.
                                               
                                                anak                          itu
                                               
                        inti                            pewatas


pada frase “harus datang” dibentuk oleh kata datang sebagai inti atau induknya, dan harus sebagai modifikasi atau pewatasnya.

                       
                        harus                            datang
                                                                             
                                    pewatas                         inti

selanjutnya, penandaan kategori induk yang menentukan kategori frase sama dengan kategori kata. Sehubungan dengan hal itu frase endosentris berinduk satu berdasarkan kategori kata yang menduduki unsure inti frase, dibedakan atas:
a.       Struktur  frase nominal (FN)
Frase nominal yaitu frase yang induknya atau intinya nominal diikuti oleh unsure lain yang berupa nominal atau kategori kata yang lain. Konstruksi frase nominal ini memperlihatkan beberapa pola struktur intern.
Contoh:
FN                                     N NI                      Nn

Frase nominal terdiri dari nomina sebagai inti diikuti oleh satu nomina atau lebih.
Contoh:
Anak                                             laki-laki                                     satu nomina
Meja                                              marmer
Pemuda                                         pelopor desa
Dina                                              seorang darma wanita   lebih dari satu nomina


FN                           NI   (+ ……. Nn)      dari                      +N2
                                                                  Dengan
                                                                  Demi
                                                                  Untuk
                                                                  Tentang

Frase nominal terdiri dari nomina satu diikuti nomina partikel dan diikuti nomina.
Contoh:
Meja kayu jepara
Hadiah untuk nenek
Buku tentang ekonomi

FN                       NI + Se N2
Frase nominal terdiri dari nomina diikuti oleh afiks se- dan diikuti oleh nomina.
Contoh:
Teman se kelas
Orang se kampong
Nasi se piring

FM                     N + yang +               V        + Dem
                                                           FV 
Frase nominal terdiri dari nomina diikuti yang diikuti verba atau frase verba dan diikuti demonstrative.
Contoh:
Orang yang saya lihat
Semboyan yang dicetuskan
Ayat yang tersebut diatas itu


FN                                           N + yang +      V         + - nya + Dem
                                                      FN
Contoh:
Harta yang dimilikinya itu
Ibu yang dicintainya
Kekayaan yang dikuasainya itu
Frase diatas dibentuk oleh nomina diikuti yang diikuti verba atau frase verba diikuti –nya dan demonstrativa.

FN                        N + yang +N + nya + Dem
Frase nomina terdiri dari nomina sebagai inti yang, nominanya dan demonstrativa.
Contoh:
Karyawan yang tinggalnya di pinggir kota
Binatang yang persembunyiannya di goa-goa
Gadis yang senyumnya manis itu
Frase diatas, dibentuk oleh nomina, yang, nomina, diikuti –nya dan diikuti demonstrativa.

FN                        N + A
Frase nominal terdiri dari nomina, diikuti adjektif. Intinya nomina dan pewatasnya adjektif.
Contoh:
Rumah mungil
Wajah cantik
Anak pandai

FN                       N + A1 + A2
Frase nominal terdiri nomina sebagai inti diikuti oleh adjektif dan adjektif sebagai pewaras.

Contoh:
Gadis muda belia
Bunga mawar merah
Anak kecil mungil

FN                      N + A + yang +A
Contoh:
Tanah lapang yang tandus
Jagung muda yang manis
Kain panjang yang mahal
Frase diatas dibentuk oleh nomina sebagai inti, diikuti yang dan adjektif.

FN                      N + yang + A + A
Frase nominal terdiri dari nomina sebagai intisiikuti yang, diikuti adjektif dan ajektif intinya nomina, pewatanya yang dan adjektif.
Contoh:
Rambut yang kuat kusut masai
Pernandaan yang indah permai
Anak yang kecil mungil

FN                          N +me N + dasar
Frase nominal terdiri dari nomina. Sebagai inti diikuti afiks meN diikuti bebtuk dasar.
Contoh:
Proses memilih
Proses merncang
Hasil menjual


FN                       N + ber + dasar
Frase nominal terdiri dari nomina, sevbagai inti, diikuti afiks ber- ditambah bentuk dasar.
Contoh:
Tangan bercincin
Buku bergaris
Dapur berasap

FN                         Bil             +N
                              F Bil
Frase nominal terdiri dari nomina didahului bilangan atau frase bilangan.
Contoh:
Sedikit pendatang
Banyak orang
Seribu mahasiswa

FN                     N + Dem
Frase nominal terdiri dari nomina sebagai inti diikuti demonstrative.
Contoh:
Rumah itu
Orang itu
Pemilihan itu

FN                         N +Pro
Frase nominal terdiri dari nomina sebagai inti diikuti pronominal.
Contoh:
Mobil mereka
Buku kami
Negara kita
FN                         Part +        N
                                                 A
                                                 Ter- V

Frase nominal terdiri dari partikel diikuti nomina, adjektiva, atau afiks ter- diikuti verba.
Contoh:
Kaum lemah
Si miskin
Kaum buruh

b.      Struktur frase adjektiva
Frase adjectival adalah frase yang induknya ajektiva dengan pewatas atau modifikasi berkategori apapun atau beberapa kata kategori apapun yang keseluruhannya berperilaku sebagai adjektiva. Konstruksi frase adjectival ini memperlihatkan beberapa pola struktur, intern.

FA                         Adv + A
Contoh:
Sudah pasti
Belum pasti
Cuma pusing
Frase-frase tersebut adalah frase adjectival yang berstruktur adverbial diikuti ajektiva. Atau dapat juga dikatakan ajektiva didahului adverbia.

FA                         A + Adv
FA terdiri dari ajektif sebagai unsure inti dan adverbia sebagai pewatas.

Contoh:
Nikmat juga
Cantik nian
Susah sungguh
Terdiri dari ajektif sebagai inti, diikuti oleh adverbial.

FA                           A + A
Frase ajektif terdiri atas unsure inti ajektif diikuti oleh ajektif.
Contoh:
Aman tentram
Bimbang ragu
Gagah perkasa

FA                           A + morfem unik
Frase ajektif terdiri dari ajektif sebagai inti diikuti oleh morfem unik.
Contoh:
Kering kerontang
Gelap gulita
Sehat walafiat
Terdiri dari ajektiva sebagai inti yaitu kering, gelap, dan sehat. Diikuti morfem unik yaitu kerontang, gulita, walafiat.

FA                         A + N
Frase ajektival terdiri dari ajektiva, diikuti nomina.
Contoh:
Biru laut
Merah hati
Baik hati


FA                         AdV + AdV + A
Frase ajektif terdiri dari ajektival didahului dan adverbial.
Contoh:
Agak kurang sehat
Sering tidak lancer
Agak lebih baik
 Terdiri dari adverbial sebagai inti yaitu :sehat, lancar, baik. Adverbianya yaitu: agak kurang, sering tidak, agak lebih.

 FA                            AdV + A + AdV
Frase ajektival terdiri dari ajektiva sebagai inti diapit oleh adverbial.
Contoh:
Agak lama juga
Sudah sembuh lagi
Tidak sakit lagi

FA                         AdV + A + N
Frase adjectival sebagai inti diapit di depan oleh adverbial dan di belakang  oleh nomina.
Contoh:
Agak sakit hati
Tidak senang hati
Tidak enak badan

c.       Struktur frase pronominal
Frase pronominal adalah frase yang berupa gabungan pronominal dengan pronominal, atau dengan kategori lain. Konstruksi FPr ini memperlihakan pola-pola sebagai berikut:


FPr                           Pr + Pr
Frase pronominal terdiri dari pronominataktif diikuti oleh pronominal tak takrif.
Contoh:
Kami sendiri
Kita sendiri
Mereka sendiri

FPr                         Pr                    +A
                              Taktif/taktatif + A

Frase pronominal terdiri dari pronominal taktif atau taktatif diikuti oleh ajektif.
Contoh:
Mereka saja
Kalian saja
Kamu saja

FPr                           Adv  +Pr
Frase pronominal terdiri dari pronominal taktif didahului adverbial.
Contoh:
Mungkin dia
Barangkali mereka
Mungkin kita

FPr                          Pr + ber-/ Num
                              Takrif
Frase pronominal takrif diikuti numeralia berawalan ber-.
Contoh:
Engkau berdua
Kita bertiga
Mereka berenam

FPr                          Pr                   +          Dem
                              Takrif
Frase pronominal terdiri dari pronominal takrif diikuti oleh demonstrativa.
Contoh:
Mereka ini
Kamu ini
Aku ini

d.      Struktur frase bilangan
Frase bilangan ialah frase yang terjadi dari bilangan sebagai induk  dan diikuti kategori yang lain. Kontruksi frase bilangan memperlihatkan beberapa pola.

F Bil                           Bil takrif +Bil takrif
Frase bilangan terdiri dari bilangan takrif ialah bilangan takrif.
Contoh:
Dua belas
Tiga belas
Dua puluh dua


 
F Bil                      Bil      takrif      +  N
                                   
                                         Takrif       A

Frase bilangan terdiri dari bilangan takrif terikat diikuti nomina atau ajektiva.

Contoh:
Dwiwarma
Pancasila
Tripida

F . Bil                    Bil. Takrif + Bil. Gugus
Frase biangan terdiri dari bilangan takrif diikuti bilangan gugus.
Contoh:
Tiga kodi
Lima inci
Enam gros

F. Bil                     Bil takrif + Bil cacah
Frase bilangan terdiri dari bilangan takrif diikuti bilangan cacah.
Contoh:
Dua pertiga
Tiga perlima
Satu setengah
Terdiri dari bilangan takrif yaitu:dua, tiga, satu dan bilangan cacah yaitu: pertiga, perlima, setengah.

F. Bil         Bit        +       (dan)
                  Taktif            (tetapi) + Bit. Takrif
                                        (atau)
Frase bilangan terdiri dari bilangan takrif diikuti konjungsi dan diikuti bilangan takrif.
Contoh:
Dua dan tiga
Dua atau tiga
Bukan dua tetapi tiga

F. Bil                     Bil + Adv
                              Takrif
Frase bilangan terdiri dari bilangan takrif diikuti adverbial.
Contoh:
Lima saja
Enam saja
Dua saja

F. Bil.                    Bil                           + N
                              Takrif
Frase bilangan terdiri dari hilangnya taktarif diikuti nomina.
Contoh:
Semua peserta
Segenap rakyat
Seluruh kampong

e.       Struktur frase verbal
Frase verbal adalah frase yang distribusinya sama dengan kata verbal, yang konstruksinya merupakan gabungan dari verba diikuti oleh verba maupun kategori kata yang lain. Kontruksi frase verbal memperlihatkan beberapa pola (struktur intern).

FV                         V + (Vtr)
     Subordinatif     Intr  (V intr)
Frase verbal struktur subordinatif terdiri dari verba instransitif diikuti verba transitif atau instransitif.
Contoh:
Pergi membeli (baju)
Pergi merantau
Pergi berenang

FV                         V + V
      Koordinatif
Frase verbal koordinatif terdiri dari verba dan diikuti verba yang berhubungan secara koordinatif.
Contoh:
Pulang pergi
Naik turun
Keluar masuk

FV                         V + A atau A + V
Frase verbal terdiri dari sususnan verba diikuti ajektiva atau verba didahului ajektiva.
Contoh:
Berlari cepat atau cepat berlari
Berdiri tegak atau tegak berdiri
Berjala lambat atau lambat berjalan

FV                           Adv + V
Frase verbal terdiri dari verba didahului adverbial.
Contoh:
Akan pergi
Belum pulang
Sedang belajar
FV                          V +dengan + A
Frase verbal terdiri dari verb diikuti kata dengan. Ditambah ajektiv.
Contoh:
Berdiri dengan tegak
Makan dengan lahap
Berlari dengan cepat

 FV                        V + F Prep
Frase verbal terdiri dari verba diikuti frase propesional.
Contoh:
Naik ke atas
Masuk ke dalam
Didorong ke bawah

FV                         V + dengan + Adv + A
Frase verbal terdiri dari verba ditambah dengan diikuti adverbial dan ajektiva.
Contoh:
Berdiri dengan sangat tegak
Belajar dengan amat rajin
Makan dengan amat lahap

FV                         ber- N + A
Frase verbal terdiri dari nomina berafiks ber- diikuti ajektiva.
Contoh:
Berbaju baru
Berkumis tebal
Berambut ikal

FV                         ber + N + kan + N
Frase verbal berdiri dari nomina dengan konfiks ber- kan, diikuti nomina.
Contoh:
Berazaskan pancasila
Bersenjatakan perang
Bermahkotakan emas
2)      Frase Endosentris Berinduk Ganda
a.       Frase koordinatif
Frase koordinatif adalah frase, endosentris berinduk ganda, yang komponen-komponennya secara potensial dan actual dapat dihubungkan dengan konjungsi. Masing-masing frase ini berlainan referennya yang memperlihatkan kesetaraan hubungan.
Contoh:
Suami istri
Rumah pekarang
Sehat dan kuat

b.      Frase apositif
Frase apositif adalah frase endosentris berinduk ganda yang komponen-komponennya nenunjuk referen yang sama. Secara semantic terdapat unsure-unsur yang terpenting, yang lebih penting dari unsure lainnya.
Contoh:
Indonesia tanah airku
Boediono yang menteri
Ali guru SD

2.      Hubungan Makna Antara Unsur Frase
Pertemuan antar unsure-unsur pembentuk frase dalam suatu frase, menimpulkan hubungan makna antar unsure-unsurnya. Secara umum hubungan itu dibedakan atas penjumlahan, pemilihan, kesamaan, pembatas, penentu/petunjuk, jumlah dan sebutan.



1)      Makna penjumlahan
Makna penjumlahan dalam frase ditunjukkan oleh penggunaan konjungsi yang menyatakan jumlah baik secara eksplisit maupun implicit (parataktis).
Contoh:
Suami dan  istri
Gula dan kopi
Kakak dan kopi

2)      Makna pemilihan
Makna pemilihan dalam frase diperlihatkan oleh penggunaan konjungsi atau baik secara eksplisit maupun secar implicit (parataktis).
Contoh:
Sabtu atau minggu
Aku atau engkau
Maju atau mundur

3)      Makna kegunaan
Hubungan antar konsituen pembentuk frase, kadang-kadang memperlihatkan kesamaan rujukan. Informasi yang dirujuk oleh konstituen itu merujuk hal yang sama.
Contoh:
Ahmad, guru SD
Jakarta, ibu kota RI
Bapak soeharto, presiden RI

4)      Makna penerang
Salah satu unsure dalam frase menerangkan unsure yang lain atau dapat dikatakan bahwa salah satu unsure sebagai penerang bagi unsure yang lain.
Contoh:
Baju baru
Pohon rindang
Binatang buas

5)      Makna pembatas
Salah satu unsure dalam frase (terutama unsure inti), kadang-kadang memiliki pengertian atau informasi yang terlalu luas. Hingga oleh karena itu diperlukan hadirnya unsure yang lain, yang membatasi keluasan pengertian atau informasi yang dinyatakan oleh unsure inti.
Contoh:
Jendela rumah
Anggota DPR
Buku matematika

6)      Makna penentu
Sebagaimana halnya makna pembatas, salah satu unsure dalam frase kurang menyatakan makna yang genetic atau terlalu umum, sehingga tidak menentu rujuknya. Oleh karena itu perlu dihadirkan unsure lain dalam frase itu yang berfungsi sebagai penentu. Fungsi penentu ini biasanya direalisasinkan oleh demonstrative ini atau itu.
Contoh:
Pembangunan ini
Jendela itu
Pengawas itu.

7)      Makna jumlah
Salah satu unsure pembentuk frase, kadang-kadang menyatakan jumlah. Oleh karena itu hubungan yang ditimbulkannya bila bertemu dengan unsure lain, menyatakan makan jumlah.
Contoh:
Dua petani
Sepuluh jembatan
Beberapa pejabat

8)      Makna sebutan
Unsure dalam suatu frase, kadang-kadang merupakan sebutan bagi status atau keadaan unsure yang lain dalam frase tersebut. Hubungan makna yang ditimbulkaan oleh kedua unsure frase tersebut menyatakan makan sebutan.
Contoh:
Bupati amin
Ibu guru
Bapak lurah

3.      Tugas dan latihan
1.      Struktur frase endosentris memperlihatkan distribusi intinya dalam kalimat jelaskan maksud pernyataan diatas dan beri contohnya.
2.      Struktur frase nominal memperlihatkan beberapa pola. Tunjukkan pola frase nominal dari contoh berikut:
a.       Dua tiga orang
b.      Orang ini
c.       Rumah kami
3.      Tunjukkan struktur frase berikut:
a.       Kami sendiri
b.      Catur warga
c.       Naik ke atas
4.      Frase koordinatif, mengatakan kesetaraan atas unsure-unsurnya tunjukkan struktur atau pola frase koordinatif berikut:
a.       Kakak adik
b.      Ini atau itu
c.       Suami istri
5.      Tunjukkan hubungan makna yang terdapat dalam frase berikut:
a.       Anak istri
b.      Nasihat itu
c.       Kandang ayam




















BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Suatu subsistem bahasa sintaksis mempersoalkan hubungan antara kata dan satuan-satuan yang lebih besar, suatu kontruksis yang disebut kalimat. Hubungan antara satuan-satuan itu memperlihatkan adanya semacam hirarki atau tata urut tingkatan. Dalam uraian menegenai hakikat bahasa telah dijelaskan bahwa tata urut tingkatan bahasa tertentu dan urutan yang paling besar atau paling tinggi (wacana) ke yang paling kecil (rendah) adalah bunyi (fonem). Dalam subsistem gramatika tataran yang paling kecil adalah morfem. hakikat frase, yaitu:
Frase merupakan satuan gramatikal yang merupakan gabungan dua kata atau lebih.
1. Frase merupakan satuan yang mengisi salah satu fungsi.
2. Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi.
3. Frase merupakan gabungan kata yang bersifat nonpredikat.

Telah dijelaskan bahawa frase endosentris yang dapat mengisi salah satu fungsi sintaksis memiliki distribusi yang sama dengan sebagian atau keseluruhan komponennya dan berarti bahwa dalam frase endosentris itu terdapat unsure yang dapat mewakili frase tersebut.

B.       Saran
Dengan membaca makalah ini penulis berharap agar para pembaca dapat mengambil hikmah sehingga bisa bermanfaat. Dan tentunya, penulis sadari bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kelemahan. Dengan demikian, suatu kegembiraan kiranya jika terdapat banyak kritik dan saran dari pembaca sebagai bahan pertimbangan untuk perjalanan ke depan.


DAFTAR PUSTAKA

Achmad HP. 2002. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Manasco Offset.












Tidak ada komentar:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda