Nama
|
Nanang Arifin
|
NPM
|
14040072
|
Model-Model Pembelajaran dalam K-13
Pembelajaran Berbasis Penemuan (Discovery
Learning)
Definisi dan Konsep
- Definisi
Discovery mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry)
dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga
istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya
konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui, masalah yang diperhadapkan
kepada peserta didik semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Pada inkuiri
masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga peserta didik harus mengerahkan
seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam
masalah itu melalui proses penelitian.
Problem Solving lebih memberi
tekanan pada kemampuan menyelesaikan masalah. Pada Discovery Learning
materi yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final
akan tetapi peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang
ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian
mengorgansasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka
pahami dalam suatu bentuk akhir.
Penggunaan Discovery Learning,
ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah
pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Mengubah
modus Ekspository peserta didik hanya menerima informasi secara
keseluruhan dari guru ke modus Discovery peserta didik menemukan
informasisendiri.
- Konsep
Di dalam proses belajar, Bruner
mementingkan partisipasi aktif dari tiap peserta didik, dan mengenal dengan
baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajar perlu
lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu peserta didik pada tahap eksplorasi. Lingkungan
ini dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan dimana
peserta didik dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum
dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan
seperti ini bertujuan agar peserta didik dalam proses belajar dapat berjalan
dengan baik dan lebih kreatif.
Dalam Discovery Learning
bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, peserta didik dituntut untuk
melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan,
menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat
kesimpulan-kesimpulan.
Bruner mengatakan bahwa proses
belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih,
2005:41). Pada akhirnya yang menjadi tujuan dalam Discovery Learning
menurut Bruner adalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada peserta
didiknya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientist,
historin, atau ahli matematika. Melalui kegiatan tersebut peserta didikakan
menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya.
- Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses Pembelajaran
Di bawah ini langkah-langkah dalam
mengaplikasikan modeldiscovery learningdi kelas.
- Perencanaan
Perencanaan pada model ini
meliputi hal-hal sebagai berikut.
- Menentukan tujuan pembelajaran.
- Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya)
- Memilih materi pelajaran.
- Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi).
- Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik.
- Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.
- Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.
- Pelaksanaan
Menurut Syah (2004) dalam
mengaplikasikan Model PembelajaranDiscovery Learning di kelas, ada
beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar
secara umum sebagai berikut.
1.Stimulation
(Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar
dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya dan timbul keinginan
untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan
mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang
mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi
untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan
membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan.Dengan demikian seorang Guru
harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada peserta didik agar
tujuan mengaktifkan peserta didik untuk mengeksplorasi dapat tercapai.
2.Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)
Setelah dilakukan stimulation
guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak
mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah
satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas
pertanyaan masalah)
3.Data Collection (Pengumpulan Data)
Pada saat peserta didik melakukan
eksperimen atau eksplorasi, guru memberi kesempatan kepada para peserta didik
untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis.Data dapat diperoleh melalui membaca literatur,
mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan
sebagainya.
4.Data Processing (Pengolahan Data)
Menurut Syah (2004:244) pengolahan
data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para
peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu
ditafsirkan.
5.Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini peserta didik
melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis yang telah ditetapkan, dihubungkan dengan hasil data processing.
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan
atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah
terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
6.Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
Tahap generalisasi/menarik
kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip
umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka
dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.
- Sistem Penilaian
Dalam model pembelajaran discovery,
penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun non tes. Penilaian
dapat berupa penilaian pengetahuan, keterampilan, sikap, atau penilaian hasil
kerja peserta didik.Jika bentuk penialainnya berupa penilaian pengetahuan, maka
dalam model pembelajaran discovery dapat menggunakan tes tertulis.
Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau
penilaian hasil kerja peserta didik, maka pelaksanaan penilaian dapat
menggunakan contoh-contoh format penilaian sikap seperti yang ada pada uraian
penilaian proses dan hasil belajar pada materi berikutnya.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning)
Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang dirancang agar
peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir dalam
memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan
berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang
sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari.
- Konsep
Pembelajaran berbasis masalah
merupakan sebuah modelpembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga
merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan
pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan
masalah dunia nyata (real world). Pembelajaran berbasis masalah
merupakan suatu modelpembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar
bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari
permasalahan dunia nyata.
Di bawah ini lima strategi dalam
menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah.
- Permasalahan sebagai kajian.
- Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman
- Permasalahan sebagai contoh
- Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses
- Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik
Peran guru, peserta didik dan
masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan sebagai berikut.
Tabel 1.13 Peran Guru, Peserta Didik
dan Masalah dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
Guru sebagai Pelatih
|
Peserta Didik sebagai Problem
Solver
|
Masalah sebagai Awal Tantangan dan
Motivasi
|
o Asking about
thinking (bertanya tentang pemikiran).
o Memonitor
pembelajaran.
o Probbing (menantang
peserta didik untuk berpikir ).
o Menjaga agar peserta
didik terlibat.
o Mengatur dinamika
kelompok.
o Menjaga
berlangsungnya proses.
|
o Peserta yang aktif.
o Terlibat langsung
dalam pembelajaran.
o Membangun
pembelajaran.
|
o Menarik untuk
dipecahkan.
o Menyediakan
kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajari.
|
- Model PBL mengacu pada hal-hal sebagai berikut.
- Kurikulum: PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional, karena memerlukan suatu strategi sasaran dimana proyek sebagai pusat.
- Responsibility: PBL menekankan responsibility dan answerability para peserta didik ke diri dan panutannya.
- Realisme: kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang sebenarnya. Aktivitas ini mengintegrasikan tugas autentik dan menghasilkan sikap profesional.
- Active-learning: menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan keinginan peserta didik untuk menemukan jawaban yang relevan sehingga dengan demikian telah terjadi proses pembelajaran yang mandiri.
- Umpan Balik: diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap para peserta didik menghasilkan umpan balik yang berharga. Ini mendorong kearah pembelajaran berdasarkan pengalaman.
- Keterampilan Umum: PBL dikembangkan tidak hanya pada keterampilan pokok dan pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada keterampilan yang mendasar seperti pemecahan masalah, kerja kelompok, dan self-management.
- Driving Questions:PBL difokuskan pada permasalahan yang memicu peserta didik berbuat menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip dan ilmu pengetahuan yang sesuai.
- Constructive Investigations:sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan dengan pengetahuan para peserta didik.
- Autonomy: proyek menjadikan aktivitas peserta didik sangat penting.
- Prinsip Proses Pembelajaran PBL
Prinsip-prinsip PBL yang
harus diperhatikan meliputi konsep dasar, pendefinisian masalah,
pembelajaran mandiri, pertukaran pengetahuan dan penilaiannya
Konsep Dasar (Basic Concept)
Pada pembelajaran ini fasilitator
dapat memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang
diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik
lebih cepat mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang arah dan tujuan
pembelajaran. Konsep yang diberikan tidak perlu detail, diutamakan dalam
bentuk garis besar saja, sehingga peserta didik dapat mengembangkannya secara
mandiri secara mendalam.
Pendefinisian Masalah (Defining
the Problem)
Dalam langkah ini fasilitator
menyampaikan skenario atau permasalahan dan dalam kelompoknya peserta
didik melakukan berbagai kegiatan. Pertama, brainstorming dengan cara
semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap
skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif
pendapat. Kedua, melakukan seleksi untuk memilih pendapat yang lebih fokus.
ketiga, menentukan permasalahan dan melakukan pembagian tugas dalam kelompok
untuk mencari referensi penyelesaian dari isu permasalahan yang didapat.
Fasilitator memvalidasi pilihan-pilihan yang diambil peserta didik yang
akhirnya diharapkan memiliki gambaran yang jelas tentang apa saja yang
mereka ketahui, apa saja yang mereka tidak ketahui, dan pengetahuan apa saja
yang diperlukan untuk menjembataninya.
Pembelajaran Mandiri (Self
Learning)
Setelah mengetahui tugasnya,
masing-masing peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu
yang sedang diinvestigasi misalnya dari artikel tertulis di perpustakaan,
halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan. Tujuan utama
tahap investigasi, yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan
mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah
didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan untuk dipresentasikan di
kelas, relevan dan dapat dipahami.
Pertukaran Pengetahuan (Exchange
knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk
keperluan pendalaman materi secara mandiri, pada pertemuan berikutnya peserta
didik berdiskusi dalam kelompoknya dapat dibantu guru untuk mengklarifikasi
capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Langkah
selanjutnya presentasi hasil dalam kelas dengan mengakomodasi masukan dari
pleno, menentukan kesimpulan akhir, dan dokumentasi akhir. Untuk memastikan
setiap peserta didik mengikuti langkah ini maka dilakukan dengan mengikuti
petunjuk.
- Langkah langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah
Tabel 1.13 Langkah langkah
Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah
Fase-fase
|
Perilaku
Guru
|
Fase 1
Orientasi peserta didik kepada
masalah.
|
·
Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan.
·
Memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang
dipilih.
|
Fase 2
Mengorganisasikan peserta didik.
|
Membantu peserta didik
mendefinisikan danmengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut.
|
Fase 3
Membimbing penyelidikan individu
dan kelompok.
|
Mendorong peserta didik untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah.
|
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya.
|
Membantu peserta didik dalam
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, model dan
berbagi tugas dengan teman.
|
Fase 5
Menganalisa dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah.
|
Mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari/meminta kelompok presentasi hasil kerja.
|
Fase 1: Mengorientasikan Siswa pada
Masalah
Pembelajaran dimulai dengan
menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan.
Dalam penggunaan PBL, tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan
dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh siswa. serta dijelaskan bagaimana
guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Ada empat hal yang perlu dilakukan
dalam proses ini, yaitu sebagai berikut.
- Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi siswa yang mandiri.
- Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan.
- Selama tahap penyelidikan, siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi.
- Selama tahap analisis dan penjelasan, siswa akan didorong untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan.
Fase 2: Mengorganisasikan Siswa
untuk Belajar
Di samping mengembangkan
keterampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBL juga mendorong siswa belajar
berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing
antar anggota. Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan
membentuk kelompok-kelompok siswa dimana masing-masing kelompok akan memilih
dan memecahkan masalah yang berbeda.
Fase 3: Membantu Penyelidikan
Mandiri dan Kelompok
Penyelidikan adalah inti dari PBL.
Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang
berbeda, namun pada umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni
pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan
pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat
penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan
melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul
memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar peserta didik
mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka
sendiri.
Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan
Artefak (Hasil Karya) dan Mempamerkannya
Tahap penyelidikan diikuti dengan
menciptakan artefak (hasil karya) dan pameran. Artefak lebih dari sekedar
laporan tertulis, namun bisa suatu video tape (menunjukkan situasi
masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari
situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia.
Tentunya kecanggihan artefak sangat dipengaruhi tingkat berpikir siswa. Langkah
selanjutnya adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai
organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan siswa
lainnya, guru-guru, orang tua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau
memberikan umpan balik.
Fase 5: Analisis dan Evaluasi Proses
Pemecahan Masalah
Fase ini dimaksudkan untuk membantu
siswa menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan
penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta
siswa untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama
proses kegiatan belajarnya.
- Penilaian Pembelajaran Berbasis Masalah
Penilaian pembelajaran dengan PBL
dilakukan dengan authentic assesment. Penilaian dapat dilakukan dengan
portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan peserta
didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu
dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL
dilakukan dengan cara evaluasi diri (self-assessment) dan peer-assessment.
- Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh peserta didik itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh peserta didik itu sendiri dalam belajar.
- Peer-assessment. Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam kelompoknya.
Penilaian yang relevan dalam PBL
antara lain berikut ini.
- Penilaian kinerja peserta didik.
Pada penilaian kinerja ini, peserta
didik diminta untuk unjuk kerja atau mendemonstrasikan kemampuan melakukan
tugas-tugas tertentu, seperti menulis karangan, melakukan suatu eksperimen,
menginterpretasikan jawaban pada suatu masalah, memainkan suatu lagu, atau melukis
suatu gambar.
- Penilaian portofolio peserta didik.
Penilaian portofolio adalah
penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang
menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam suatu periode tertentu.
Informasi perkembangan peserta didik dapat berupa hasil karya terbaik peserta
didik selama proses belajar, pekerjaan hasil tes, piagam penghargaan, atau
bentuk informasi lain yang terkait kompetensi tertentu dalam suatu mata
pelajaran.
- Penilaian potensi belajar.
Penilaian yang diarahkan untuk
mengukur potensi belajar peserta didik yaitu mengukur kemampuan yang dapat
ditingkatkan dengan bantuan guru atau teman-temannya yang lebih maju. PBL yang
memberi tugas-tugas pemecahan masalah memungkinkan peserta didik untuk
mengembangkan dan mengenali potensi kesiapan belajarnya.
- Penilaian usaha kelompok.
Menilai usaha kelompok seperti yang
dlakukan pada pembelajaran kooperatif dapat dilakukan pada PBL. Penilaian usaha
kelompok mengurangi kompetisi merugikan yang sering terjadi, misalnya membandingkan
peserta didik dengan temannya. Penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model
pembelajaran berbasis masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh
peserta didik sebagai hasil pekerjaan mereka dan mendiskusikan hasil pekerjaan
secara bersama-sama.
Sumber:
http://kurikulum2013kelas6.files.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar